1. Tuliskan secara singkat sejarah perkembangan Bahasa Indonesia sejak sebelum kemerdekaan hingga
jaman orde baru, sesuai dengan referensi yang Anda miliki/baca! Cantumkan di akhir jawaban Anda
referensi/sumber yang Anda pakai!
Jawab:
2. Uraikan sejarah ejaan yang pernah dipakai di Indonesia mulai sebelum kemerdekaan hingga
sekarang!
Jawab:
3. Tuliskan perbedaan dan keistimewaan masing-masing ejaan yang pernah ada di Indonesia!
Jawab:
4. Jelaskan hakikat dan fungsi bahasa dalam kehidupan manusia!
Jawab:
5. Tentukan penulisan yang benar dengan cara menggaris bawahi jawaban yang benar!
pikir fikir Pebruari Februari fakta pakta
faham paham propinsi provinsi November Nopem
ber
praktik praktek teknik tehnik apotik apotek
sistim sistem analisa analisis sintesa sintesis
diagnosa diagnosis eksem eksim ijin izin
6. Tentukan penggunaan tanda titik yang benar dengan cara menggaris bawahi jawaban yang tepat!
P.T. Maju Jaya PT Maju Jaya d.k.k. dkk.
Budi Santoso, SE Budi Santoso, S.E. an. a.n.
7. Tentukan penggunaan kata depan yang benar dengan cara menggaris bawahi jawaban yang tepat!
dirumah di rumah dibawa di bawa
dari pada daripada ke pada kepada
ke kantor kekantor kesepuluh ke
sepuluh
8. Tentukan penulisan gabungan kata yang benar dengan cara menggaris bawahi jawaban yang benar!
maha siswa mahasiswa antar kota antarko
ta
sub terminal subterminal anti septik antisep
tik
ekstra bonus ekstrabonus panca sila pancasi
la
9. Tentukan penggunaan imbuhan yang tepat dengan cara menggaris bawahi jawaban yang benar!
Mengubah Merubah menyucikan mencucikan
Mencolok menyolok menerjemahkan menterjemahkan
10. Tentukan penulisan penggunaan imbuhan asing yang tepat dengan cara menggaris bawahi jawaban
yang benar!
aktifitas aktivitas motifasi motivas
i
klasifikasi klasivikasi kreatifitas kreativi
tas
JAWABAN
Tambahan :
Referensi :
https://kumparan.com/aqilanursyabani20/perkembangan-bahasa-indonesia-sejak-awal-terbentuknya-
1uW3YsBecOr/full
http://formadiksi.um.ac.id/sejarah-pendidikan-indonesia-dari-masa-ke-masa-membentuk-karakter-pribadi-
pribumi-bangsa/
https://www.kompas.com/stori/read/2021/05/11/141448479/perkembangan-bahasa-indonesia-sebelum-
kemerdekaan?page=all
https://travel.detik.com/travel-news/d-5189304/sejarah-bahasa-indonesia-singkat-yang-wajib-diketahui
2.Sejarah ejaan Bahasa Indonesia diawali dengan ditetapkannya Ejaan van Ophuijsen. Setelahnya, ada
beberapa pembaruan ejaan yang diubah oleh pemerintah, mulai dari Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi,
Ejaan Pembaharuan, Ejaan Melindo, Ejaan Baru/Lembaga Bahasa dan Kasusastraan (LBK), Ejaan yang
Disempurnakan (EyD), hingga Ejaan Bahasa Indonesia (EBI).
Jelasnya :
1. Ejaan van Ophuisjen
Ini merupakan pedoman resmi ejaan pertama yang diterbitkan pada tahun 1901. Fyi, bahasa Indonesia
waktu itu masih disebut sebagai bahasa Melayu. Bisa ditebak dari namanya, ejaan ini disusun oleh orang
Belanda bernama Charles A. van Ophuijsen dan dibantu oleh Engku Nawawi Gelar Soetan Ma’moer dan
Moehammad Taib Soetan Ibrahim.
Ejaan Van Ophuijsen mempunyai ciri-ciri khusus diantaranya:
1) Masih menggunakan huruf/ j/ untuk bunyi huruf /y/ seperti contoh yang atau Sayang ditulis
dengan jang, sajang.
2) Masih menggunakan huruf /oe/ untuk untuk bunyi huruf /u/ seperti kata itu dan guru ditulis
dengan itoe dan guroe.
3) Masih Menggunakan Tanda diakritik, seperti koma ain /’/ seperti contoh ma’moer, ‘akal, dan huruf /
k/ ditulis dengan tanda /’/ pada akhir kata misalnya bapa’,ta’
4) Jika pada suatu kata berakhir dengan huruf /a/ mendapat akhiran /i/, maka di atas akhiran itu diberi
tanda trema /’/ ta’, pa’, dinamai’
5) Huruf /c/ yang pelafalannya keras diberi tanda /’/ diatasnya.
6) Kata ulang diberi angka 2, misalnya: jalan2 (jalan-jalan)
7) Kata majemuk dirangkai ditulis dengan 3 cara :
a. Dirangkai menjadi satu, misalnya /hoeloebalang, apabila/, dsb.
b. Dengan menggunakan tanda penghubung misalnya /rumah-sakit/,dsb.
c. Dipisahkan, misalnya /anak-negeri/,dsb.
2. Ejaan Soewandi
Ejaan ini menggantikan Ejaan van Ophuijsen setelah diresmikan pada tanggal 19 Maret 1947 berdasarkan
Surat Keputusan Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 264/Bhg.A.
Kenapa disebut Ejaan Soewandi? Benar sekali! Karena penyusunnya adalah Mr. Raden Soewandi yang
waktu itu menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan. Oh iya, ejaan ini dikenal
juga sebagai Ejaan Republik lho.
Pembaharuan dari Ejaan Soewandi terletak dalam penggunaan diftong (gabungan dua huruf vokal) oe yang
diganti menjadi huruf u, dan dihapuskannya tanda apostrof. Nah, tanda apostrof ini diganti menjadi
huruf k atau tidak dituliskan sama sekali. Contohnya:
Jum’at → Jumat
ra’yat → rakyat
ma’af → maaf
3. Ejaan Pembaharuan
Melalui Kongres Bahasa Indonesia II di Medan tahun 1954, Prof. M. Yamin menyarankan agar ejaan
Soewandi disempurnakan. Pembaharuan yang disarankan panitia yang diketuai Prijono dan E. Katoppo
antara lain: membuat standar satu fonem satu huruf, dan diftong ai, au, dan oi dieja menjadi ay,
aw, dan oy. Selain itu, tanda hubung juga tidak digunakan dalam kata berulang yang memiliki makna
tunggal seperti kupukupu dan alunalun.
4 Ejaan Melindo
Ejaan ini dikenal pada akhir 1959 dalam Perjanjian Persahabatan Indonesia dan Malaysia. Pembaruan ini
dilakukan karena adanya beberapa kosakata yang menyulitkan penulisannya. Akan tetapi, rencana
peresmian ejaan bersama tersebut gagal karena adanya konfrontasi Indonesia dengan Malaysia pada 1962.
Contoh :
Muncul huruf baru yakni c menggantikan tj, dan nc menggantikan nj. Contoh: tjinta menjadi cinta.
Muncul fonem f, ś, z. Contoh: fikiran, śair, zakat.
Ejaan kata yang menggunakan tanda fonem lain dari yang sudah ditetapkan sebagai
fonem Melindo dianggap kata asing. Contoh: varia, universitas
5. Ejaan LBK (Lembaga Bahasa dan Kesusastraan)
Ada pun huruf vokal dalam ejaan ini terdiri dari: i, u, e, ə, o, a. Dalam ejaan ini, istilah-istilah asing sudah
mulai diserap seperti: extra → ekstra; qalb → kalbu; guerilla → gerilya.
6. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
Ejaan ini berlaku sejak tahun 1972 sampai 2015. Di antara deretan “mantan” ejaan di atas, EYD ini yang
paling awet. Juga, ejaan ini mengatur secara lengkap tentang kaidah penulisan bahasa Indonesia, antara
lain: tentang unsur bahasa serapan, tanda baca, pemakaian kata, pelafalan huruf “e”. penggunaan huruf
kapital, dan penggunaan cetak miring. Selain itu, huruf “f”, “v”, “q”, “x”, dan “z” yang kental dengan unsur
bahasa asing resmi menjadi bagian Bahasa Indonesia.
7. Ejaan Bahasa Indonesia (EBI)
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2015
tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia, EBI pun resmi berlaku sebagai ejaan baru Bahasa
Indonesia. Katanya, latar belakang diresmikan ejaan baru ini adalah karena perkembangan pengetahuan,
teknologi, dan seni sehingga pemakaian bahasa Indonesia semakin luas. Ejaan ini menyempurnakan EYD,
terutama dalam hal penambahan diftong, penggunaan huruf kapital, dan cetak tebal.
a.Huruf diftong yang berlaku antara lain: ai, au, ei, oi
b.Lafal huruf “e” menjadi tiga jenis. Contohnya seperti pada lafal: petak, kena, militer
c.Penulisan cetak tebal untuk menegaskan bagian tulisan yang sudah ditulis miring, dan bagian-bagian
karangan seperti judul, bab, dan subbab.
d.Huruf kapital pada nama julukan seseorang. Contohnya: Pak Haji Bahrudin
e.Tanda elipsis (...) digunakan dalam kalimat yang tidak selesai dalam dialog.
1. Huruf J, DJ, NJ, CH, TJ, SJ pada Ejaan Soewandi diubah menjadi Y, J, NY, KH, C, SY
2. Kata ulang harus ditulis hanya dengan menggunakan tanda hubung. Penggunaan angka 2 diperkenankan
hanya pada penulisan cepat atau notunis ejaan yang pernah digunakan di Indonesia
Ejaan Van Ophuijsen adalah jenis ejaan yang pernah digunakan untuk bahasa Indonesia.
Ejaan ini digunakan untuk menuliskan kata-kata Melayu menurut model yang dimengerti oleh orang
Belanda, yaitu menggunakan huruf Latin dan bunyi yang mirip dengan tuturan Belanda, antara lain:
Huruf hidup yang diberi titik dua diatasnya seperti ä, ë, ï dan ö, menandai bahwa huruf tersebut dibaca
sebagai satu suku kata, bukan diftong, sama seperti ejaan Bahasa Belanda sampai saat ini.
Kebanyakan catatan tertulis bahasa Melayu pada masa itu menggunakan huruf Arab yang dikenal sebagai
tulisan Jawi.
Sejarah singkat
Pada tahun 1901 diadakan pembakuan ejaan bahasa Indonesia yang pertama kali oleh Prof. Charles van
Ophuijsen dibantu oleh Engku Nawawi gelar Sutan Makmur dan Moh. Taib Sultan Ibrahim. Hasil
pembakuan mereka yang dikenal dengan Ejaan Van Ophuijsen ditulis dalam sebuah buku. Dalam kitab itu
dimuat sistem ejaan Latin untuk bahasa Melayu di Indonesia.
Van Ophuijsen adalah seorang ahli bahasa berkebangsaan Belanda. Ia pernah jadi inspektur sekolah di
maktab perguruan Bukittinggi, Sumatera Barat, kemudian menjadi profesor bahasa Melayu di Universitas
Leiden, Belanda. Setelah menerbitkan Kitab Logat Melajoe, van Ophuijsen kemudian menerbitkan
Maleische Spraakkunst (1910). Buku ini kemudian diterjemahkan oleh T.W. Kamil dengan judul Tata
Bahasa Melayu dan menjadi panduan bagi pemakai bahasa Melayu di Indonesia.
Ejaan ini akhirnya digantikan oleh Ejaan Republik pada 17 Maret 1947.
Ejaan Republik
Ejaan Republik (edjaan repoeblik) adalah ketentuan ejaan dalam Bahasa Indonesia yang berlaku sejak 17
Maret 1947. Ejaan ini kemudian juga disebut dengan nama edjaan Soewandi, Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan kala itu.
Ejaan ini mengganti ejaan sebelumnya, yaitu Ejaan Van Ophuijsen yang mulai berlaku sejak tahun 1901.
Ejaan Soewandi ini berlaku sampai tahun 1972 lalu digantikan oleh Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
pada masa menteri Mashuri Saleh. Pada masa jabatannya sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,
pada 23 Mei 1972 Mashuri mengesahkan penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan dalam bahasa Indonesia
yang menggantikan Ejaan Soewandi. Sebagai menteri, Mashuri menandai pergantian ejaan itu dengan
mencopot nama jalan yang melintas di depan kantor departemennya saat itu, dari Djl. Tjilatjap menjadi Jl.
Cilacap.
Pembaruan ejaan
Pembaruan ejaan (bahasa Inggris: spelling reform) adalah tindakan untuk memperbaiki sistem ejaan
dengan membuatnya lebih menggambarkan fonem yang ada dalam suatu bahasa. Sejak awal abad ke-19,
lebih dari 31 bahasa modern telah melakukan pembaruan ejaan, kadang secara radikal. Indonesia telah
mengalami beberapa kali pembaruan ejaan dengan yang terakhir berupa pemberlakuan Ejaan Yang
Disempurnakan pada tahun 1972.
Ejaan Melindo
Ejaan Melindo adalah sistem ejaan Latin yang termuat dalam Pengumuman Bersama Edjaan Bahasa
Melaju-Indonesia (Melindo) (1959) sebagai hasil usaha penyatuan sistem ejaan dengan huruf Latin di
Indonesia dan Persekutuan Tanah Melayu. Keputusan ini dilakukan dalam Perjanjian Persahabatan
Indonesia dan Malaysia pada tahun 1959. Sistem ini tidak pernah sampai diterapkan.
Ejaan Yang Disempurnakan adalah penyempurnaan dari ejaan – ejaan sebelumnya yang merupakan hasil
kerja dari panitia ejaan Bahasa Indonesia yang dibentuk oleh LBK (Lembaga Bahasa dan Kesusastraan)
pada 1966. Ejaan ini diresmikan dalam pidato kenegaraan memperingati HUT Kemerdekaan RI ke 27, 17
Agustus 1972. Selanjutnya dikukuhkan dalam Surat Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972.
1. Huruf J, DJ, NJ, CH, TJ, SJ pada Ejaan Soewandi diubah menjadi Y, J, NY, KH, C, SY
2. Kata ulang harus ditulis hanya dengan menggunakan tanda hubung. Penggunaan angka 2 diperkenankan
hanya pada penulisan cepat atau notula.
B.Sifat Bahasa
-Sistematis
-Manasuka
-Ujar
-Manusiawi
-Komunikatif
Alat komunikasi dan informasi
-Ekspresi diri
-Fungsi adaptasi dan integrasi
-Kontrol sosial
-Fungsi Bahasa secara Umum
Bahasa pengantar dunia Pendidikan
-Bahasa resmi kenegaraan
-Alat pengembangan kebudayaan, riset, dan teknologi
2.Fungsi Bahasa
Secara umum sudah jelas bahwa fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Bahasa sebagai wahana
komunikasi bagi manusia, baik komunikasi lisan maupun tulis. Fungsi ini adalah dasar bahasa yang belum
dikaitkan dengan status dan nilai-nilai sosial. Dalam kehidupan sehari-hari, bahasa tidak dapat dilepaskan
dari kegiatan hidup masyarakat, yang di dalamnya sebenarnya terdapat status dan niali-nilai sosial. Bahasa
selalu mengikuti dan mewarnai kehidupan manusia sehari-hari, baik manusia sebagai anggota suku maupun
bangsa.
Terkait hal itu, Santoso, dkk. (2004) berpendapat bahwa bahasa sebagai alat komunikasi memiliki fungsi
sebagai berikut:
1)Fungsi informasi, yaitu untuk menyampaikan informasi timbal-balik antaranggota keluarga ataupun
anggota-anggota masyarakat.
2)Fungsi ekspresi diri, yaitu untuk menyalurkan perasaan, sikap, gagasan, emosi atau tekanan-tekanan
perasaan pembaca. Bahasa sebagai alat mengekspresikan diri ini dapat menjadi media untuk menyatakan
eksistensi (keberadaan) diri, membebaskan diri dari tekanan emosi dan untuk menarik perhatian orang.
3)Fungsi adaptasi dan integrasi, yaitu untuk menyesuaikan dan membaurkan diri dengan anggota
masyarakat, melalui bahasa seorang anggota masyarakat sedikit demi sedikit belajar adat istiadat,
kebudayaan, pola hidup, perilaku, dan etika masyarakatnya. Mereka menyesuaikan diri dengan semua
ketentuan yang berlaku dalam masyarakat melalui bahasa.
4)Fungsi kontrol sosial, bahasa berfungsi untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain. Bila fungsi
ini berlaku dengan baik, maka semua kegiatan sosial akan berlangsung dengan baik pula. Dengan bahasa
seseorang dapat mengembangkan kepribadian dan nilai-nilai sosial kepada tingkat yang lebih berkualitas.
Fungsi bahasa menurut Hallyday (1992) sebagai alat komunikasi untuk berbagai keperluan sebagai berikut:
1)Fungsi instrumental, yakni bahasa digunakan untuk memperoleh sesuatu. Bahasa berfungsi menghasilkan
kondisi-kondisi tertentu dan menyebabkan terjadinya peristiwa-peristiwa tertentu. Kalimat-kalimat berikut
ini mengandung fungsi instrumental dan merupakan tindakan-tindakan komunikatif yang menghasilkan
kondisi-kondisi tertentu.
Contoh :
a. Cepat, pergi!
b. Sampaikan salam hormat saya kepada Beliau!
c. Silakan Anda berangkat sekarang!
2)Fungsi regulatoris, yaitu bahasa digunakan untuk mengendalikan perilaku orang lain.
Contoh :
a.Kalau Anda tekun belajar maka Anda akan lulus dengan baik.
b,Kalau kamu mencuri maka kamu pasti dihukum.
c.Sekali berbohong maka kamu akan ditinggalkan kawan-kawanmu.
3)Fungsi intraksional, yaitu bahasa digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain.
Contoh :
a.Penyapa hendaknya menyapa dengan sapaan yang tepat dan hormat.
b.Penutur sangat perlu mempertimbangkan siapa mitra tutumya dan bagaimana adat-istiadat serta budaya
lokal yang berlaku pada suatu daerah tertentu.
4)Fungsi personal, yaitu bahasa dapat digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain. Dari bahasa yang
dipakai oleh seseorang maka akan diketahui apakah dia sedang marah, jengkel, sedih, gembira, dan
sebagainya.
5)Fungsi heuristik, yaitu bahasa dapat digunakan untuk belajar dan menemukan sesuatu.
Contoh :
a.Mengapa di dunia ini ada matahari?
b.Mengapa matahari bersinar?
c.Mengapa jika matahari tenggelam hari menjadi gelap?
6)Fungsi imajinatif, yakni bahasa dapat difungsikan untuk menciptakan dunia imajinasi. Fungsi ini
biasanya untuk mengisahkan cerita·cerita, dongeng-dongeng, membacakan lelucon, atau menuliskan
cerpen, novel, dan sebagainya.
7)Fungsi representasional, bahasa difungsikan untuk menyampaikan informasi.
Contoh :
a.Gula manis.
b.Bulan bersinar.
c.Jalan ke Tawangmangu naik turun dan berkelok-kelok.
Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional mempunyai fungsi khusus yang sesuai dengan kepentingan
bangsa Indonesia. Fungsi itu adalah sebagai:
1)Bahasa resmi kenegaraan. Fungsi ini bahasa Indonesia dipergunakan dalam
administrasi kenegaraan, upacara atau peristiwa kenegaraan, komunikasi timbal balik antara pemerintah
dengan masyarakat.
2)Bahasa pengantar dalam dunia pendidikan. Sebagai bahasa pengantar, bahasa
Indonesia digunakan di lembaga-lembaga pendidikan, baik formal maupun nonformal, dari tingkat taman
kanak-kanak sampai perguruan tinggi.
3)Sebagai alat pemersatu berbagai suku di Indonesia. Indonesia terdiri dari berbagai macam suku yang
masing-masing memiliki bahasa dan dialeknya sendiri. Maka dalam mengintegrasikan semua suku tersebut,
bahasa Indonesia memainkan peranan yang sangat penting.
4)Alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahasa Indonesia adalah satu-satunya
alat yang memungkinkan kita membina serta mengembangkan kebudayaan nasional sedemikian rupa
sehingga ia memiliki identitasnya sendiri, yang membedakannya dengan bahasa daerah. Pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi modern, baik dalam bentuk penyajian pelajaran, penulisan buku atau
penerjemahan , dilakukan dalam bahasa Indonesia.
5)Bahasa resmi untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan nasional serta kepentingan
pemerintah. Dalam hubungannya dengan fungsi ini, bahasa Indonesia tidak hanya dipakai sebagai alat
komunikasi timbal-balik antara pemerintah dengan masyarakat luas atau antar suku, tetapi juga sebagai alat
berhubungan di dalam masyarakat yang keadaan sosial budaya dan bahasanya sama.
5.
pikir fikir Pebruari Februari fakta pakta
faham paham propinsi provinsi November Nopem
ber
praktik praktek teknik tehnik apotik apotek
sistim sistem analisa analisis sintesa sintesis
diagnosa diagnosis eksem eksim ijin izin
7.
dirumah di rumah dibawa di bawa
dari pada daripada ke kepada
pada
ke kantor kekantor kesepuluh ke
sepuluh
8.
maha siswa mahasiswa antar kota antarko
ta
sub terminal subterminal anti septik antisep
tik
ekstra bonus ekstrabonus panca sila pancasi
la
10.
aktifitas aktivitas motifasi motivas
i
klasifikasi klasivikasi kreatifitas kreativi
tas