Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MANDIRI 1

Nama : Michael Siburian


Nomor : B1201010
Hari/Tanggal : Selasa,28 September 2021

1. Tuliskan secara singkat sejarah perkembangan Bahasa Indonesia sejak sebelum kemerdekaan hingga
jaman orde baru, sesuai dengan referensi yang Anda miliki/baca! Cantumkan di akhir jawaban Anda
referensi/sumber yang Anda pakai!
Jawab:
2. Uraikan sejarah ejaan yang pernah dipakai di Indonesia mulai sebelum kemerdekaan hingga
sekarang!
Jawab:
3. Tuliskan perbedaan dan keistimewaan masing-masing ejaan yang pernah ada di Indonesia!
Jawab:
4. Jelaskan hakikat dan fungsi bahasa dalam kehidupan manusia!
Jawab:
5. Tentukan penulisan yang benar dengan cara menggaris bawahi jawaban yang benar!
pikir fikir Pebruari Februari fakta pakta
faham paham propinsi provinsi November Nopember
praktik praktek teknik tehnik apotik apotek
sistim sistem analisa analisis sintesa sintesis
diagnosa diagnosis eksem eksim ijin izin
6. Tentukan penggunaan tanda titik yang benar dengan cara menggaris bawahi jawaban yang tepat!
P.T. Maju Jaya PT Maju Jaya d.k.k. dkk.
Budi Santoso, SE Budi Santoso, S.E. an. a.n.
7. Tentukan penggunaan kata depan yang benar dengan cara menggaris bawahi jawaban yang tepat!
dirumah di rumah dibawa di bawa
dari pada daripada ke pada kepada
ke kantor kekantor kesepuluh ke sepuluh
8. Tentukan penulisan gabungan kata yang benar dengan cara menggaris bawahi jawaban yang benar!
maha siswa mahasiswa antar kota antarkota
sub terminal subterminal anti septik antiseptik
ekstra bonus ekstrabonus panca sila pancasila
9. Tentukan penggunaan imbuhan yang tepat dengan cara menggaris bawahi jawaban yang benar!
Mengubah Merubah menyucikan mencucikan
Mencolok menyolok menerjemahkan menterjemahkan
10. Tentukan penulisan penggunaan imbuhan asing yang tepat dengan cara menggaris bawahi jawaban
yang benar!
aktifitas aktivitas motifasi motivasi
klasifikasi klasivikasi kreatifitas kreativitas
JAWABAN

1. Perkembangan Bahasa Indonesia Sejak Awal Terbentuknya


Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi yang wajib digunakan oleh bangsa Indonesia dalam berinteraksi,
terutama interaksi terhadap sesama bangsa Indonesia yang berbeda suku. Karena setiap suku berbeda
bahasa, maka Bahasa Indonesia inilah bahasa persatuan dari berbagai suku tersebut.
Pada tanggal 28 Oktober 1928, Bahasa Indonesia ditetapkan sebagai Bahasa Nasional. Dan dikukuhkan
sebagai Bahasa Negara melalui Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 Bab XV Pasal 36, pada tanggal 18
Agustus 1945. Dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 Bab XV Pasal 36 itu disebutkan bahwa Bahasa
Negara ialah bahasa Indonesia.
Dalam artikel ini saya akan menyajikan tulisan tentang sejarah perkembangan Bahasa Indonesia. Sejarah
perkembangan Bahasa Indonesia terbagi menjadi dua, yakni yang pertama perkembangan Bahasa Indonesia
sebelum kemerdekaan dan yang kedua perkembangan Bahasa Indonesia setelah kemerdekaan.

PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA SEBELUM KEMERDEKAAN


Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu, yaitu bahasa Melayu Tinggi (Melaka/Riau). Mengapa bahasa
Melayu yang dipilih menjadi dasar bahasa Indonesia? Tentunya ada beberapa alasan yang menyebabkan
bahasa Melayu itu dipilih. Alasan pertama, Bahasa Melayu sebagai Lingua Franca (bahasa pengantar/
bahasa pergaulan) di Nusantara sejak lama. Sejak zaman Sriwijaya bahasa Melayu itu digunakan sebagai
bahasa perdagangan. Pada saat itu masyarakat Indonesia sudah banyak mengenal bahasa Melayu, oleh
karena itu bahasa Melayu menjadi bahasa yang dapat dipahami dan digunakan oleh masyarakat dari
berbagai suku yang memiliki bahasa ibu berbeda-beda. Alasan kedua, bahasa Melayu memiliki sistem
bahasa yang praktis dan sederhana. Berdasarkan strukturnya Bahasa Melayu berbeda dengan bahasa lainnya
di Indonesia. Bahasa Melayu tidak memiliki tingkatan dalam penggunaannya atau tidak berdasarkan status
sosial. Misalnya dalam bahasa Jawa atau bahasa Sunda terdapat beberapa penggunaan kata yang perlu
disesuaikan dengan umur ataupun situasi kepada siapa kita berbicara, sedangkan dalam bahasa Melayu
tidak ada penggunaan kata seperti itu. Alasan ketiga, kebutuhan politik. Karena di Indonesia terdapat
berbagai macam bahasa dan untuk mengatasi perbedaan itu tidak mungkin jika memilih salah satu dari
ratusan bahasa ibu. Dalam hal ini memilih bahasa Melayu merupakan keputusan yang tepat. Karena bahasa
ini telah digunakan sebagai bahasa perdagangan dan juga telah dipahami oleh masyarakat di berbagai
daerah di Nusantara.
Bukti penggunaan bahasa Melayu diberbagai daerah di Nusantara didukung oleh penemuan prasasti
berbahasa Melayu, seperti prasasti kedukuan bukit di Palembang (683 M), prasasti talang tuo di Palembang
(684 M), prasasti kota kapur di Palembang (686 M), prasasti karang brahi di Jambi (688 M), prasasti
gandasuli di Jawa Tengah (632 M), prasasti bogor di Jawa Barat (942 M), dan prasasti pagaruyung (1356
M). Semua bukti itu tertulis pada batu nisan di Minye Tujoh, Aceh (1380 M).

PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA SETELAH KEMERDEKAAN


Dilansir dari situs Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28
Oktober 1928. Pada saat itu, para pemuda dari berbagai pelosok Nusantara berkumpul dalam sebuah rapat
dan berikrar.
(1) Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia,
(2) Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia,
(3) Kami putra dan putri Indonesia mengaku menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Ikrar para pemuda ini dikenal dengan nama Sumpah Pemuda. Unsur yang ketiga dari Sumpah Pemuda
merupakan pernyataan tekad bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Pada
tahun 1982 itulah Bahasa Indonesia ditetapkan sebagai Bahasa Nasional.
Kemudian pada tanggal 18 Agustus 1945, bahasa Indonesia diresmikan sebagai bahasa Negara tepat setelah
proklamasi kemerdekaan Indonesia. Bahasa Indonesia semakin berkembang pada tahun 1947, yang ditandai
dengan penetapan Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi menggantikan Ejaan Van Ophuysen (1901). Pada
tahun 1972 bahasa Indonesia mengalami perbaikan ejaan kata. Perbaikan ini dinamakan Ejaan Bahasa
Indonesia Yang Disempurnakan (EYD), ejaan ini diresmikan pemakaiannya pada tanggal 16 Agustus 1972.
Peresmian ini dikuatkan dengan Putusan Presiden No. 57 Tahun 1972.
Pada perkembangan berikutnya lahirlah Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) yang diterbitkan oleh Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2016.
Sebelumnya telah ditetapkan dengan Permendikbud No. 50 Tahun 2015 tentang Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia (PUEBI). PUEBI inilah yang akan mendukung mahasiswa zaman sekarang ketika
menyusun suatu karya tulis ilmiah untuk mengetahui ejaan dan penulisan kata yang berlaku sekarang ini.
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi yang wajib digunakan oleh bangsa Indonesia dalam berinteraksi,
terutama interaksi terhadap sesama bangsa Indonesia yang berbeda suku.
Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu, yaitu bahasa Melayu Tinggi (Melaka/Riau).

Tambahan :

Latar dan Kedudukan Bahasa Indonesia

-Berasal dari Melayu Riau

-Bahasa Indonesia menjadi bahasa terpenting sejak diikrarkan


Sumpah Pemuda, 28-10-1928

-Indonesia yang beragam/majemuk

-Bahasa Indonesia sebagai bahasa baku di Indonesia

-Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional dan


bahasa kenegaraan

-Pemakaian bahasa Indonesia sebagai bahasa yang baik dan


benar (sesuai dengan tempat dan terjadinya kontak
bahasa,sesuai dengan siapa mitra tutur, sesuai dengan topik
tuturan).

Referensi :

https://kumparan.com/aqilanursyabani20/perkembangan-bahasa-indonesia-sejak-awal-terbentuknya-
1uW3YsBecOr/full

http://formadiksi.um.ac.id/sejarah-pendidikan-indonesia-dari-masa-ke-masa-membentuk-karakter-pribadi-
pribumi-bangsa/

https://www.kompas.com/stori/read/2021/05/11/141448479/perkembangan-bahasa-indonesia-sebelum-
kemerdekaan?page=all

https://travel.detik.com/travel-news/d-5189304/sejarah-bahasa-indonesia-singkat-yang-wajib-diketahui

2.Sejarah ejaan Bahasa Indonesia diawali dengan ditetapkannya Ejaan van Ophuijsen. Setelahnya, ada
beberapa pembaruan ejaan yang diubah oleh pemerintah, mulai dari Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi,
Ejaan Pembaharuan, Ejaan Melindo, Ejaan Baru/Lembaga Bahasa dan Kasusastraan (LBK), Ejaan yang
Disempurnakan (EyD), hingga Ejaan Bahasa Indonesia (EBI).
Berikut sejarah ejaan yang ada di Indonesia
1. Ejaan Van Ophuijsen (1901-1947)
Sejarah ejaan Bahasa Indonesia diawali dengan ditetapkannya Ejaan van Ophuijsen pada 1901. Ejaan ini
menggunakan huruf Latin dan sistem ejaan Bahasa Belanda yang diciptakan oleh Charles A. van
Ophuijsen. Ejaan van Ophuijsen berlaku sampai dengan tahun 1947.
2. Ejaan Republik/Ejaan Soewandi (1947-1956)
Ejaan Republik berlaku sejak tanggal 17 Maret 1947. Pemerintah berkeinginan untuk menyempurnakan
Ejaan van Ophuijsen. Adapun hal tersebut dibicarakan dalam Kongres Bahasa Indonesia I, pada tahun 1938
di Solo. Kongres Bahasa Indonesia I menghasilkan ketentuan ejaan yang baru yang disebut Ejaan
Republik/Ejaan Soewandi.
3. Ejaan Pembaharuan (1956-1961)
Kongres Bahasa Indonesia II digelar pada tahun 1954 di Medan. Kongres ini digagas oleh Menteri
Mohammad Yamin. Dalam Kongres Bahasa Indonesia II ini, peserta kongres membicarakan tentang
perubahan sistem ejaan untuk menyempurnakan ejaan Soewandi.
4. Ejaan Melindo (1961-1967)
Ejaan ini dikenal pada akhir 1959 dalam Perjanjian Persahabatan Indonesia dan Malaysia. Pembaruan ini
dilakukan karena adanya beberapa kosakata yang menyulitkan penulisannya. Akan tetapi, rencana
peresmian ejaan bersama tersebut gagal karena adanya konfrontasi Indonesia dengan Malaysia pada 1962.
5. Ejaan Baru/Lembaga Bahasa dan Kesusastraan (LBK) (1967-1972)
Pada 1967, Lembaga Bahasa dan Kesusastraan yang sekarang bernama Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa mengeluarkan Ejaan Baru. Pembaharuan Ejaan ini merupakan kelanjutan dari Ejaan
Melindo yang gagal diresmikan pada saat itu.
6. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) (1972-2015)
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan berlaku sejak 23 Mei 1972 hingga 2015 pada masa menteri
Mashuri Saleh. Ejaan ini menggantikan Ejaan Soewandi yang berlaku sebelumnya. Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan ini mengalami dua kali perbaikan yaitu pada 1987 dan 2009.
7. Ejaan Bahasa Indonesia (2015-sekarang)
Pemerintah terus mengupayakan pembenahan terhadap Ejaan Bahasa Indonesia melalui Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Indonesia. Pasalnya, pemerintah meyakini bahwa ejaan merupakan
salah satu aspek penting dalam pemakaian Bahasa Indonesia yang benar.
Ejaan Bahasa Indonesia ini diresmikan pada 2015 di masa pemerintahan Joko Widodo dan Anies Baswedan
sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Jelasnya :
1. Ejaan van Ophuisjen
Ini merupakan pedoman resmi ejaan pertama yang diterbitkan pada tahun 1901. Fyi, bahasa Indonesia
waktu itu masih disebut sebagai bahasa Melayu. Bisa ditebak dari namanya, ejaan ini disusun oleh orang
Belanda bernama Charles A. van Ophuijsen dan dibantu oleh Engku Nawawi Gelar Soetan Ma’moer dan
Moehammad Taib Soetan Ibrahim.
Ejaan Van Ophuijsen mempunyai ciri-ciri khusus diantaranya:
1) Masih menggunakan huruf/ j/ untuk bunyi huruf /y/ seperti contoh yang atau Sayang ditulis
dengan jang, sajang.
2) Masih menggunakan huruf /oe/ untuk untuk bunyi huruf /u/ seperti kata itu dan guru ditulis
dengan itoe dan guroe.
3) Masih Menggunakan Tanda diakritik, seperti koma ain /’/ seperti contoh ma’moer, ‘akal, dan
huruf /k/ ditulis dengan tanda /’/ pada akhir kata misalnya bapa’,ta’
4) Jika pada suatu kata berakhir dengan huruf /a/ mendapat akhiran /i/, maka di atas akhiran itu diberi
tanda trema /’/ ta’, pa’, dinamai’
5) Huruf /c/ yang pelafalannya keras diberi tanda /’/ diatasnya.
6) Kata ulang diberi angka 2, misalnya: jalan2 (jalan-jalan)
7) Kata majemuk dirangkai ditulis dengan 3 cara :
a. Dirangkai menjadi satu, misalnya /hoeloebalang, apabila/, dsb.
b. Dengan menggunakan tanda penghubung misalnya /rumah-sakit/,dsb.
c. Dipisahkan, misalnya /anak-negeri/,dsb.

2. Ejaan Soewandi
Ejaan ini menggantikan Ejaan van Ophuijsen setelah diresmikan pada tanggal 19 Maret 1947 berdasarkan
Surat Keputusan Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 264/Bhg.A.
Kenapa disebut Ejaan Soewandi? Benar sekali! Karena penyusunnya adalah Mr. Raden Soewandi yang
waktu itu menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan. Oh iya, ejaan ini dikenal
juga sebagai Ejaan Republik lho.
Pembaharuan dari Ejaan Soewandi terletak dalam penggunaan diftong (gabungan dua huruf vokal) oe yang
diganti menjadi huruf u, dan dihapuskannya tanda apostrof. Nah, tanda apostrof ini diganti menjadi
huruf k atau tidak dituliskan sama sekali. Contohnya:
Jum’at → Jumat
ra’yat → rakyat
ma’af → maaf

3. Ejaan Pembaharuan
Melalui Kongres Bahasa Indonesia II di Medan tahun 1954, Prof. M. Yamin menyarankan agar ejaan
Soewandi disempurnakan. Pembaharuan yang disarankan panitia yang diketuai Prijono dan E. Katoppo
antara lain: membuat standar satu fonem satu huruf, dan diftong ai, au, dan oi dieja menjadi ay,
aw, dan oy. Selain itu, tanda hubung juga tidak digunakan dalam kata berulang yang memiliki makna
tunggal seperti kupukupu dan alunalun.

4 Ejaan Melindo
Ejaan ini dikenal pada akhir 1959 dalam Perjanjian Persahabatan Indonesia dan Malaysia. Pembaruan ini
dilakukan karena adanya beberapa kosakata yang menyulitkan penulisannya. Akan tetapi, rencana
peresmian ejaan bersama tersebut gagal karena adanya konfrontasi Indonesia dengan Malaysia pada 1962.
Contoh :
Muncul huruf baru yakni c menggantikan tj, dan nc menggantikan nj. Contoh: tjinta menjadi cinta.
Muncul fonem f, ś, z. Contoh: fikiran, śair, zakat.
Ejaan kata yang menggunakan tanda fonem lain dari yang sudah ditetapkan sebagai
fonem Melindo dianggap kata asing. Contoh: varia, universitas

5. Ejaan LBK (Lembaga Bahasa dan Kesusastraan)


Ada pun huruf vokal dalam ejaan ini terdiri dari: i, u, e, ə, o, a. Dalam ejaan ini, istilah-istilah asing sudah
mulai diserap seperti: extra → ekstra; qalb → kalbu; guerilla → gerilya.
6. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
Ejaan ini berlaku sejak tahun 1972 sampai 2015. Di antara deretan “mantan” ejaan di atas, EYD ini yang
paling awet. Juga, ejaan ini mengatur secara lengkap tentang kaidah penulisan bahasa Indonesia, antara
lain: tentang unsur bahasa serapan, tanda baca, pemakaian kata, pelafalan huruf “e”. penggunaan huruf
kapital, dan penggunaan cetak miring. Selain itu, huruf “f”, “v”, “q”, “x”, dan “z” yang kental dengan unsur
bahasa asing resmi menjadi bagian Bahasa Indonesia.
7. Ejaan Bahasa Indonesia (EBI)
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2015
tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia, EBI pun resmi berlaku sebagai ejaan baru Bahasa
Indonesia. Katanya, latar belakang diresmikan ejaan baru ini adalah karena perkembangan pengetahuan,
teknologi, dan seni sehingga pemakaian bahasa Indonesia semakin luas. Ejaan ini menyempurnakan EYD,
terutama dalam hal penambahan diftong, penggunaan huruf kapital, dan cetak tebal.
a.Huruf diftong yang berlaku antara lain: ai, au, ei, oi
b.Lafal huruf “e” menjadi tiga jenis. Contohnya seperti pada lafal: petak, kena, militer
c.Penulisan cetak tebal untuk menegaskan bagian tulisan yang sudah ditulis miring, dan bagian-bagian
karangan seperti judul, bab, dan subbab.
d.Huruf kapital pada nama julukan seseorang. Contohnya: Pak Haji Bahrudin
e.Tanda elipsis (...) digunakan dalam kalimat yang tidak selesai dalam dialog.

3. Perbedaan dan Keistimewaan setiap Ejaan yang ada di Indonesia.

1) Ejaan Van Ophuijsen

adalah jenis ejaan yang pernah digunakan untuk Bahasa Indonesia.


Ejaan ini digunakan untuk menuliskan kata-kata Melayu menurut model yang dimengerti oleh orang Belanda,
yaitu menggunakan huruf Latin dan bunyi yang mirip dengan tuturan Belanda, antara lain:
 huruf ‘j’ untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang.
 huruf ‘oe’ untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer.
 tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, untuk menuliskan kata-kata ma’moer, ‘akal, ta’, pa’,
dinamaï.
Huruf hidup yang diberi titik dua diatasnya seperti ä, ë, ï dan ö, menandai bahwa huruf tersebut dibaca
sebagai satu suku kata, bukan diftong, sama seperti ejaan Bahasa Belanda sampai saat ini.

2) Ejaan Republik (edjaan repoeblik)


adalah ketentuan ejaan dalam Bahasa Indonesia yang berlaku sejak 17 Maret 1947. Ejaan ini kemudian juga
disebut dengan nama edjaan Soewandi, diambil dari nama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan kala itu.
Ejaan ini mengganti ejaan sebelumnya, yaitu Ejaan Van Ophuijsen yang mulai berlaku sejak tahun 1901.
Perbedaan-perbedaan antara ejaan ini dengan ejaan Van Ophuijsen ialah:
 huruf ‘oe’ menjadi ‘u’, seperti pada goeroe → guru.
 bunyi hamzah dan bunyi sentak yang sebelumnya dinyatakan dengan (‘) ditulis dengan ‘k’, seperti pada kata-
kata tak, pak, maklum, rakjat.
 kata ulang boleh ditulis dengan angka 2, seperti ubur2, ber-main2, ke-barat2-an.
 awalan ‘di-’ dan kata depan ‘di’ kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Kata depan
‘di’ pada contoh dirumah, disawah, tidak dibedakan dengan imbuhan ‘di-’ pada dibeli, dimakan.
3) Pembaruan Ejaan (Bahasa Inggris: spelling reform)
adalah tindakan untuk memperbaiki sistem ejaan dengan membuatnya lebih menggambarkan fonem yang
ada dalam suatu bahasa. Sejak awal abad ke-19, lebih dari 31 bahasa modern telah melakukan pembaruan
ejaan yang kadang secara radikal. Indonesia telah mengalami beberapa kali pembaruan ejaan dengan yang
terakhir berupa pemberlakuan Ejaan Yang Disempurnakan pada tahun 1972.
Contoh Ejaan Pembaruan :
-Bunyi ai, oi, au, berubah penulisannya menjadi ay, oy, aw. Contoh: santai menjadi santay.
4) Ejaan Melindo
adalah sistem ejaan Latin yang termuat dalam Pengumuman Bersama Edjaan Bahasa Melaju-Indonesia
(Melindo) (1959) sebagai hasil usaha penyatuan sistem ejaan dengan huruf Latin di Indonesia dan
Persekutuan Tanah Melayu. Keputusan ini dilakukan dalam Perjanjian Persahabatan Indonesia dan Malaysia
pada tahun 1959. Sistem ini tidak pernah sampai diterapkan.
Contoh :
Muncul huruf baru yakni c menggantikan tj, dan nc menggantikan nj. Contoh: tjinta menjadi cinta.
Muncul fonem f, ś, z. Contoh: fikiran, śair, zakat.
Ejaan kata yang menggunakan tanda fonem lain dari yang sudah ditetapkan sebagai
fonem Melindo dianggap kata asing. Contoh: varia, universitas.

5) Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)


adalah penyempurnaan dari ejaan – ejaan sebelumnya yang merupakan hasil kerja dari panitia ejaan Bahasa
Indonesia yang dibentuk oleh LBK (Lembaga Bahasa dan Kesusastraan) pada 1966. Ejaan ini diresmikan
dalam pidato kenegaraan memperingati HUT Kemerdekaan RI ke 27, 17 Agustus 1972. Selanjutnya
dikukuhkan dalam Surat Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972.
Beberapa penyempurnaan itu diantaranya adalah :

1. Huruf J, DJ, NJ, CH, TJ, SJ pada Ejaan Soewandi diubah menjadi Y, J, NY, KH, C, SY
2. Kata ulang harus ditulis hanya dengan menggunakan tanda hubung. Penggunaan angka 2 diperkenankan
hanya pada penulisan cepat atau notunis ejaan yang pernah digunakan di Indonesia

Ejaan Van Ophuijsen

Ejaan Van Ophuijsen adalah jenis ejaan yang pernah digunakan untuk bahasa Indonesia.

Ejaan ini digunakan untuk menuliskan kata-kata Melayu menurut model yang dimengerti oleh orang
Belanda, yaitu menggunakan huruf Latin dan bunyi yang mirip dengan tuturan Belanda, antara lain:

 huruf ‘j’ untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang.


 huruf ‘oe’ untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer.
 tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, untuk menuliskan kata-kata ma’moer, ‘akal, ta’,
pa’, dinamaï.

Huruf hidup yang diberi titik dua diatasnya seperti ä, ë, ï dan ö, menandai bahwa huruf tersebut dibaca
sebagai satu suku kata, bukan diftong, sama seperti ejaan Bahasa Belanda sampai saat ini.
Kebanyakan catatan tertulis bahasa Melayu pada masa itu menggunakan huruf Arab yang dikenal sebagai
tulisan Jawi.

Sejarah singkat

Pada tahun 1901 diadakan pembakuan ejaan bahasa Indonesia yang pertama kali oleh Prof. Charles van
Ophuijsen dibantu oleh Engku Nawawi gelar Sutan Makmur dan Moh. Taib Sultan Ibrahim. Hasil
pembakuan mereka yang dikenal dengan Ejaan Van Ophuijsen ditulis dalam sebuah buku. Dalam kitab itu
dimuat sistem ejaan Latin untuk bahasa Melayu di Indonesia.

Van Ophuijsen adalah seorang ahli bahasa berkebangsaan Belanda. Ia pernah jadi inspektur sekolah di
maktab perguruan Bukittinggi, Sumatera Barat, kemudian menjadi profesor bahasa Melayu di Universitas
Leiden, Belanda. Setelah menerbitkan Kitab Logat Melajoe, van Ophuijsen kemudian menerbitkan
Maleische Spraakkunst (1910). Buku ini kemudian diterjemahkan oleh T.W. Kamil dengan judul Tata
Bahasa Melayu dan menjadi panduan bagi pemakai bahasa Melayu di Indonesia.

Ejaan ini akhirnya digantikan oleh Ejaan Republik pada 17 Maret 1947.

Ejaan Republik

Ejaan Republik (edjaan repoeblik) adalah ketentuan ejaan dalam Bahasa Indonesia yang berlaku sejak 17
Maret 1947. Ejaan ini kemudian juga disebut dengan nama edjaan Soewandi, Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan kala itu.

Ejaan ini mengganti ejaan sebelumnya, yaitu Ejaan Van Ophuijsen yang mulai berlaku sejak tahun 1901.

Perbedaan-perbedaan antara ejaan ini dengan ejaan Van Ophuijsen ialah:

 huruf ‘oe’ menjadi ‘u’, seperti pada goeroe → guru.


 bunyi hamzah dan bunyi sentak yang sebelumnya dinyatakan dengan (‘) ditulis dengan ‘k’, seperti
pada kata-kata tak, pak, maklum, rakjat.
 kata ulang boleh ditulis dengan angka 2, seperti ubur2, ber-main2, ke-barat2-an.
 awalan ‘di-‘ dan kata depan ‘di’ kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
Kata depan ‘di’ pada contoh dirumah, disawah, tidak dibedakan dengan imbuhan ‘di-‘ pada dibeli,
dimakan.

Ejaan Soewandi ini berlaku sampai tahun 1972 lalu digantikan oleh Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
pada masa menteri Mashuri Saleh. Pada masa jabatannya sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,
pada 23 Mei 1972 Mashuri mengesahkan penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan dalam bahasa Indonesia
yang menggantikan Ejaan Soewandi. Sebagai menteri, Mashuri menandai pergantian ejaan itu dengan
mencopot nama jalan yang melintas di depan kantor departemennya saat itu, dari Djl. Tjilatjap menjadi Jl.
Cilacap.

Pembaruan ejaan

Pembaruan ejaan (bahasa Inggris: spelling reform) adalah tindakan untuk memperbaiki sistem ejaan
dengan membuatnya lebih menggambarkan fonem yang ada dalam suatu bahasa. Sejak awal abad ke-19,
lebih dari 31 bahasa modern telah melakukan pembaruan ejaan, kadang secara radikal. Indonesia telah
mengalami beberapa kali pembaruan ejaan dengan yang terakhir berupa pemberlakuan Ejaan Yang
Disempurnakan pada tahun 1972.

Ejaan Melindo

Ejaan Melindo adalah sistem ejaan Latin yang termuat dalam Pengumuman Bersama Edjaan Bahasa
Melaju-Indonesia (Melindo) (1959) sebagai hasil usaha penyatuan sistem ejaan dengan huruf Latin di
Indonesia dan Persekutuan Tanah Melayu. Keputusan ini dilakukan dalam Perjanjian Persahabatan
Indonesia dan Malaysia pada tahun 1959. Sistem ini tidak pernah sampai diterapkan.

Ejaan yang Disempurnakan (EYD)


Ejaan Yang Disempurnakan adalah penyempurnaan dari ejaan – ejaan sebelumnya yang merupakan hasil
kerja dari panitia ejaan Bahasa Indonesia yang dibentuk oleh LBK (Lembaga Bahasa dan Kesusastraan)
pada 1966. Ejaan ini diresmikan dalam pidato kenegaraan memperingati HUT Kemerdekaan RI ke 27, 17
Agustus 1972. Selanjutnya dikukuhkan dalam Surat Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972.

Beberapa penyempurnaan itu diantaranya adalah :

1. Huruf J, DJ, NJ, CH, TJ, SJ pada Ejaan Soewandi diubah menjadi Y, J, NY, KH, C, SY
2. Kata ulang harus ditulis hanya dengan menggunakan tanda hubung. Penggunaan angka 2 diperkenankan
hanya pada penulisan cepat atau notula.

4. A.Hakikat Bahasa ada 2 hal yaitu :


a.Alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
b.Suatu sistem komunikasi yang mempergunakansimbol-simbol vokal(bunyi) yang bersifat
arbitrer,diperkuat dengan aktivitas jasmani secara nyata.

B.Sifat Bahasa
-Sistematis
-Manasuka
-Ujar
-Manusiawi
-Komunikatif
Alat komunikasi dan informasi
-Ekspresi diri
-Fungsi adaptasi dan integrasi
-Kontrol sosial
-Fungsi Bahasa secara Umum
Bahasa pengantar dunia Pendidikan
-Bahasa resmi kenegaraan
-Alat pengembangan kebudayaan, riset, dan teknologi

Fungsi bahasa dalam masyarakat :


Alat untuk berkomunikasi antarsesama manusia
Alat untuk bekerja sama dengan sesama manusia.
Alat untuk mengidentifikasi diri.
Bahasa lisan lebih ekspresif di mana mimik, intonasi, dan gerakan tubuh dapat bercampur menjadi satu
untuk mendukung komunikasi yang dilakukan. Lidah setajam pisau / silet oleh karena itu sebaiknya dalam
berkata-kata sebaiknya tidak sembarangan dan menghargai serta menghormati lawan bicara /target
komunikasi.
Bahasa isyarat atau gesture atau bahasa tubuh adalah salah satu cara bekomunikasi melalui gerakan-gerakan
tubuh. Bahasa isyarat akan lebih digunakan permanen oleh penyandang cacat bisu tuli karena mereka
memiliki bahasa sendiri.

Lebih jelasnya : Hakikat Bahasa


Manusia adalah makhluk sosial, sehingga manusia perlu berinteraksi dengan manusia lainnya. Pada saat
manusia membutuhkan eksistensinya diakui, maka interaksi itu terasa semakin penting. Kegiatan
berinteraksi ini membutuhkan alat, sarana atau media, yaitu bahasa. Sejak saat itulah bahasa menjadi alat,
sarana atau media.
Tiada kemanusiaan tanpa bahasa, tiada peradaban tanpa bahasa tulis. Ungkapan-ungkapan itu menunjukkan
betapa pentingnya peranan bahasa bagi perkembangan manusia dan kemanusiaan. Dengan bantuan bahasa,
anak tumbuh dari organisme biologis menjadi pribadi di dalam kelompok. Pribadi itu berpikir, merasa,
bersikap, berbuat, serta memandang dunia dan kehidupan seperti masyarakat di sekitarnya.
Hakikat bahasa sama halnya dengan menjawab pertanyaan tentang: “Apa sebenarnya bahasa itu?” Pada
dasarnya bahasa merupakan rangkaian bunyi yang melambangkan pikiran, perasaan serta sikap. Pengertian
bahasa jika dijawab melalui tiga sudut pandang, yakni:
1.Bahasa sebagai istilah
Sebagai istilah, bahasa dapat memiliki pengertian yang bersifat umum-khusus dan abstrak-konkrit. Secara
umum, pengertian bahasa dalam kalimat itu memiliki pengertian yang luas karena meliputi berbagai macam
bahasa (Inggris, Prancis, Jepang, Indonesia, dan sebagainya). Bahasa dalam arti khusus, hanya merujuk
pada bahasa tertentu. Misalnya, “bila orang mengatakan manusia memiliki bahasa”, pengertian bahasa
dalam kalimat ini memiliki pengertian yang luas karena memiliki berbagai macam bahasa, contohnya
seperti: bahasa Inggris, Prancis, Jepang, Indonesia, dan sebagainya.
2.Bahasa sebagai sistem
Bahasa sebagai sistem berupa lambang bunyi bermakna yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Sebagai
sistem lambang bunyi (ujaran) bermakna, antara bahasa yang satu dengan bahasa lainnya memiliki sistem
yang berbeda, tetapi setiap bahasa sama-sama memiliki dua sistem, yakni sistem bunyi dan sistem makna.
3.Bahasa sebagai alat
Bahasa sebagai alat, bahasa digunakan sebagai sarana komunikasi baik secara lisan maupun tulis. Bahasa
lisan sangat efektif digunakan sebagai sarana komunikasi secara langsung antar sesama manusia. Secara
tulis, bahasa dapat menjadi alat perekam berbagai peristiwa. Bahasa tulis juga digunakan sebagai bahasa
ilmu.
Bahasa merupakan alat komunikasi yang mengandung beberapa sifat yaitu sebagai berikut:
a.Bahasa dikatakan bersifat sistematik karena bahasa memiliki pola dan kaidah yang harus ditaati agar
dapat dipahami oleh pemakainya. Bahasa diatur oleh sistem. Setiap bahasa mengandung dua sistem, yaitu
sistem bunyi dan sistem makna.
b.Bahasa disebut mana suka karena unsur-unsur bahasa dipilih secara acak tanpa dasar. Tidak ada
hubungan logis antara bunyi dan makna yang disimbolkannya. Sebagai contoh mengapa manusia yang baru
lahir disebut bayi bukan disebut remaja. Mengapa wanita yang masih muda disebut
sebagai gadis bukan nenek atau sebaliknya. Jadi, pilihan suatu kata disebut bayi, remaja, gadis, nenek, dan
lain-lainnya itu ditentukan bukan atas dasar kriteria atau standar tertentu, melainkan secara mana suka.
c.Selanjutnya, bahasa disebut juga ujaran karena media yang terpenting adalah bunyi walaupun kemudian
ditemui ada juga media tulisan.
d.Bahasa disebut bersifat manusiawi karena bahasa menjadi berfungsi selama manusia yang
memanfaatkannya, bukan makhluk lainnya.
e.Terakhir, bahasa disebut bersifat komunikatif karena fungsi utama bahasa adalah sebagai alat
berkomunikasi atau alat penghubung antar keluarga, masyarakat, dan bangsa dalam segala kegiatannya.
2.Fungsi Bahasa
Secara umum sudah jelas bahwa fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Bahasa sebagai wahana
komunikasi bagi manusia, baik komunikasi lisan maupun tulis. Fungsi ini adalah dasar bahasa yang belum
dikaitkan dengan status dan nilai-nilai sosial. Dalam kehidupan sehari-hari, bahasa tidak dapat dilepaskan
dari kegiatan hidup masyarakat, yang di dalamnya sebenarnya terdapat status dan niali-nilai sosial. Bahasa
selalu mengikuti dan mewarnai kehidupan manusia sehari-hari, baik manusia sebagai anggota suku maupun
bangsa.
Terkait hal itu, Santoso, dkk. (2004) berpendapat bahwa bahasa sebagai alat komunikasi memiliki fungsi
sebagai berikut:
1)Fungsi informasi, yaitu untuk menyampaikan informasi timbal-balik antaranggota keluarga ataupun
anggota-anggota masyarakat.
2)Fungsi ekspresi diri, yaitu untuk menyalurkan perasaan, sikap, gagasan, emosi atau tekanan-tekanan
perasaan pembaca. Bahasa sebagai alat mengekspresikan diri ini dapat menjadi media untuk menyatakan
eksistensi (keberadaan) diri, membebaskan diri dari tekanan emosi dan untuk menarik perhatian orang.
3)Fungsi adaptasi dan integrasi, yaitu untuk menyesuaikan dan membaurkan diri dengan anggota
masyarakat, melalui bahasa seorang anggota masyarakat sedikit demi sedikit belajar adat istiadat,
kebudayaan, pola hidup, perilaku, dan etika masyarakatnya. Mereka menyesuaikan diri dengan semua
ketentuan yang berlaku dalam masyarakat melalui bahasa.
4)Fungsi kontrol sosial, bahasa berfungsi untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain. Bila fungsi
ini berlaku dengan baik, maka semua kegiatan sosial akan berlangsung dengan baik pula. Dengan bahasa
seseorang dapat mengembangkan kepribadian dan nilai-nilai sosial kepada tingkat yang lebih berkualitas.
Fungsi bahasa menurut Hallyday (1992) sebagai alat komunikasi untuk berbagai keperluan sebagai berikut:
1)Fungsi instrumental, yakni bahasa digunakan untuk memperoleh sesuatu. Bahasa berfungsi menghasilkan
kondisi-kondisi tertentu dan menyebabkan terjadinya peristiwa-peristiwa tertentu. Kalimat-kalimat berikut
ini mengandung fungsi instrumental dan merupakan tindakan-tindakan komunikatif yang menghasilkan
kondisi-kondisi tertentu.
Contoh :
a. Cepat, pergi!
b. Sampaikan salam hormat saya kepada Beliau!
c. Silakan Anda berangkat sekarang!
2)Fungsi regulatoris, yaitu bahasa digunakan untuk mengendalikan perilaku orang lain.
Contoh :
a.Kalau Anda tekun belajar maka Anda akan lulus dengan baik.
b,Kalau kamu mencuri maka kamu pasti dihukum.
c.Sekali berbohong maka kamu akan ditinggalkan kawan-kawanmu.
3)Fungsi intraksional, yaitu bahasa digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain.
Contoh :
a.Penyapa hendaknya menyapa dengan sapaan yang tepat dan hormat.
b.Penutur sangat perlu mempertimbangkan siapa mitra tutumya dan bagaimana adat-istiadat serta budaya
lokal yang berlaku pada suatu daerah tertentu.
4)Fungsi personal, yaitu bahasa dapat digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain. Dari bahasa yang
dipakai oleh seseorang maka akan diketahui apakah dia sedang marah, jengkel, sedih, gembira, dan
sebagainya.
5)Fungsi heuristik, yaitu bahasa dapat digunakan untuk belajar dan menemukan sesuatu.
Contoh :
a.Mengapa di dunia ini ada matahari?
b.Mengapa matahari bersinar?
c.Mengapa jika matahari tenggelam hari menjadi gelap?
6)Fungsi imajinatif, yakni bahasa dapat difungsikan untuk menciptakan dunia imajinasi. Fungsi ini
biasanya untuk mengisahkan cerita·cerita, dongeng-dongeng, membacakan lelucon, atau menuliskan
cerpen, novel, dan sebagainya.
7)Fungsi representasional, bahasa difungsikan untuk menyampaikan informasi.
Contoh :
a.Gula manis.
b.Bulan bersinar.
c.Jalan ke Tawangmangu naik turun dan berkelok-kelok.

Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional mempunyai fungsi khusus yang sesuai dengan kepentingan
bangsa Indonesia. Fungsi itu adalah sebagai:
1)Bahasa resmi kenegaraan. Fungsi ini bahasa Indonesia dipergunakan dalam
administrasi kenegaraan, upacara atau peristiwa kenegaraan, komunikasi timbal balik antara pemerintah
dengan masyarakat.
2)Bahasa pengantar dalam dunia pendidikan. Sebagai bahasa pengantar, bahasa
Indonesia digunakan di lembaga-lembaga pendidikan, baik formal maupun nonformal, dari tingkat taman
kanak-kanak sampai perguruan tinggi.

3)Sebagai alat pemersatu berbagai suku di Indonesia. Indonesia terdiri dari berbagai macam suku yang
masing-masing memiliki bahasa dan dialeknya sendiri. Maka dalam mengintegrasikan semua suku tersebut,
bahasa Indonesia memainkan peranan yang sangat penting.
4)Alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahasa Indonesia adalah satu-satunya
alat yang memungkinkan kita membina serta mengembangkan kebudayaan nasional sedemikian rupa
sehingga ia memiliki identitasnya sendiri, yang membedakannya dengan bahasa daerah. Pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi modern, baik dalam bentuk penyajian pelajaran, penulisan buku atau
penerjemahan , dilakukan dalam bahasa Indonesia.
5)Bahasa resmi untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan nasional serta kepentingan
pemerintah. Dalam hubungannya dengan fungsi ini, bahasa Indonesia tidak hanya dipakai sebagai alat
komunikasi timbal-balik antara pemerintah dengan masyarakat luas atau antar suku, tetapi juga sebagai alat
berhubungan di dalam masyarakat yang keadaan sosial budaya dan bahasanya sama.
5.
pikir fikir Pebruari Februari fakta pakta
faham paham propinsi provinsi November Nopember
praktik praktek teknik tehnik apotik apotek
sistim sistem analisa analisis sintesa sintesis
diagnosa diagnosis eksem eksim ijin izin

6. P.T. Maju Jaya PT Maju Jaya d.k.k. dkk.


Budi Santoso, SE Budi Santoso, S.E. an. a.n.

7.
dirumah di rumah dibawa di bawa
dari pada daripada ke pada kepada
ke kantor kekantor kesepuluh ke sepuluh

8.
maha siswa mahasiswa antar kota antarkota
sub terminal subterminal anti septik antiseptik
ekstra bonus ekstrabonus panca sila pancasila

9. Mengubah Merubah menyucikan mencucikan


Mencolok menyolok menerjemahkan menterjemahkan

10.
aktifitas aktivitas motifasi motivasi
klasifikasi klasivikasi kreatifitas kreativitas

Anda mungkin juga menyukai