PERNAFASAN ATAS)
Oleh
Syamsul Arifin
1) Batuk
2) Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan
suara
3) Pilek, yaitu mengeluarkan lender atau ingus dari hidung
4) Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37 C
b. Gejala dari ispa sedang
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika ditemukan
satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:
1) Pernapasan cepat ( fast breathing) sesuai umur yaitu: untuk
kelompok umur kurang dari 2 bulan frekuensi napas 60 kali
per menit atau lebih untuk umur 2-<12 bulan dan 40 kali per
menit atau lebih padaumur 12 bulan-<5 tahun.
2) Suhu tubuh lebih dari 39°C
3) Tenggorokan berwarna merah
4) Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak
campak
5) Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga
6) Pernapasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur)
c. Gejala dari ispa berat
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika ditemukan
satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:
1) Bibir atau kulit membiru
2) Anak tidak sadar atau kesadaran menurun
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Foto rontgen leher AP
Mencari gambaran pembengkakan jaringan subglotis (steeple sign)
b. Pemeriksaan laboratorium
Gambaran darah dapat normal jika disertai infeksi sekunder maka
leukosit dapat meningkat.
c. Pemeriksaan kultur
Dapat dilakukan bila didapat eksudat di orofaring atau plica
vocalis. Dapat dilakukan untuk mengetahui penyebab penyakit,
misalnya bakteri streptococcus grup A.
7. Komplikasi
Penyakit ini sebenarnya merupakan self limited disease, yang
sembuh sendiri 5-6 hari jika tidak terjadi invasi kuman lainnya.
Komplikasi yang dapat terjadi adalah sinusitis paranasal, penutupan
tuba eusthacii dan penyebaran infeksi.
a. Sinusitis paranasal
Komplikasi ini hanya terjadi pada anak besar karena
pada bayi dan anak kecil sinus paranasal belum tumbuh.
Gejala umum tampak lebih besar, nyeri kepala bertambah, rasa
nyeri dan nyeri tekan biasanya didaerah sinus frontalis dan
maksilaris. Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan foto rontgen
dan transiluminasi pada anak besar.
Proses sinusitis sering menjadi kronik dengan gejala
malaise, cepat lelah dan sukar berkonsentrasi (pada anak besar).
Kadang-kadang disertai sumbatan hidung, nyeri kepala hilang
timbul, bersin yang terus menerus disertai secret purulen dapat
unilateral ataupun bilateral. Bila didapatkan pernafasan mulut yang
menetap dan rangsang faring yang menetap tanpa sebab yang jelas
perlu yang dipikirkan terjadinya komplikasi sinusitis. Sinusitis
paranasal ini dapat diobati dengan memberikan antibiotik.
b. Penutupan tuba eusthachii
Tuba eusthachii yang buntu memberi gejala tuli dan
infeksi dapat menembus langsung kedaerah telinga tengah dan
menyebabkan otitis media akut (OMA). Gejala OMA pada anak
kecil dan bayi dapat disertai suhu badan yang tinggi
(hiperpireksia) kadang menyebabkan kejang demam.
Anak sangat gelisah, terlihat nyeri bila kepala
digoyangkan atau memegang telinganya yang nyeri (pada bayi juga
dapat diketahui dengan menekan telinganya dan biasanya bayi
akan menangis keras). Kadang- kadang hanya ditemui gejala
demam, gelisah, juga disertai muntah atau diare. Karena bayi yang
menderita batuk pilek sering menderita infeksi pada telinga tengah
8. Penatalaksanaan
a. Pemeriksaan
Pemeriksaan artinya memperoleh informasi tentang
penyakit tersebut dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada
yang bersangkutan orangtua misalkan penderita ISPA pada anak-
anak atau balita.
b. Klasifikasi ISPA dalam pencegahan
Program pemberantasan ispa (P2 ISPA)
mengklasifikasi ispa sebagai berikut:
1) Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan
dinding dada kedalam.
2) Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat
3) Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa
disertai demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa
napas cepat.
Berdasrkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu
klasifikasi penyakit ISPA. Klasifikasi ini dibedakan untuk
golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk golongan umur 2
bulan sampai 5 tahun. Untuk golongan umur kurang 2 bulan
ada 2 klasifikasi penyakit yaitu:
1) Pneumonia berat: diisolasi dari cacing tanah oleh ruiz dan
kuat dinding pada bagian bawah atau napas cepat. Batas napas
1. Fokus Pengkajian
Menurut Nursalam (2005) pengkajian pada ISPA sebagai berikut:
a. Data dasar: Usia
Diderita oleh usia bayi dan usia dewasa. Pada usia bayi
kebanyakan diderita dengan usia 0-5 tahun, pada usia dewasa
diderita pada umur 18-30 tahun.
b. Jenis kelamin
Jenis kelamin perempuan mayoritas yang terkena penyakit ini
karena kekebalan tubuh perempuan lebih rendah dibanding laki-
laki.
c. Riwayat penyakit sekarang
Timbulnya ISPA disebabkan karena riwayat keluarga dan
lingkungan terjadi pada anak-anak dengan adanya pernapasan
dalam dan dangkal, retraksi dinding dada, pernapasan cuping
hidung, sianosis pada mulut dan hidung, suhu tubuh meningkat 39-
40°C. Penyakit ISPA membuat aktivitas klien berkurang,
timbulnya ISPA sering terjadi pada anak-anak dan
lingkungan.
d. Riwayat keluarga
Penyakit ini bukan penyakit keturunan karena
penyebabnya virus, bakteri.
e. Aktivitas dan istirahat
Kelemahan, kelelahan, malaise dan gelisah.
f. Sirkulasi
Denyut jantung menjadi cepat, sianosis, suhu tubuh meningkat
39-40°C dan membran mukosa lembab.
g. Integritas egoCemas, rewel, dan gelisah.
h. Makanan dan cairan
Mual, muntah, penurunan berat badan.
i. Neurosensori
Kesadaran apatis.
j. Interaksi social
Anaknya menjadi pendiam.
k. Keamanan
Peningkatan suhu tubuh dan peningkatan frekuensi napas.
KH: untuk
• Mendemonstrasikan memaksimalkan
batuk efektif dan ventilasi
suara nafas yang 3. Lakukan fisioterapi
bersih, tidak ada dada sebagaimana
sianosis dan mestinya
dyspneu 4. Buang secret
• Menunjukkan jalan dengan memotivasi
napas yang paten pasien untuk
• Mampu melakukan batuk
mengidentifikasikan atau menyedot
dan mencegah lender
faktor yang dapat 5. Instruksikan
menghambat jalan bagaimana agar
napas bisa batuk efektif
2. Ketidakmampuan NOC NIC
koping keluarga Family Coping, Coping
Definisi : Perilaku Disable Enhanchement
terdekat (anggota Parenting, Impaired Bantu ketuarga dalam
keluarga atau orang Therapeutic Regimen mengenal masalah
penting Iainnya) Management, (misalnya
yang membatasi Ineffective penatalaksanaan
kapasitas Violence: Other konflik kekerasan,
kemampuannya Directed, Risk for kekerasan seksual)
dan kemampuan Dorong partisipasi
klien untuk secara Kriteria Hasil : keluarga dalam semua
efektif menangani Hubungan pemberi pertemuan kelompok
tugas penting Asuhan Pasien : Dorong keluarga untuk
mengenai adaptasi interaksi dan hubungan memperlihatkan
keduanya terhadap yang positif antara kekhawatiran dan
masalah kesehatan pemberi dan penerima untuk membantu
asuhan merencanakan
Batasan Performa Pemberi perawatan
Karakteristik : Asuhan Perawatan pascahospitalisasi
Pengabaian Langsung : Penyediaan Bantu memotivasi
Agresi perawatan kesehatan keluarga untuk berubah
Agitasi dan perawatan personal Membantu pasien
Menjamin rutinitas yang tepat kepada beradaptasi dengan
biasa tanpa anggota keluarga oleh persepsi stresor,
menghormati pemberi perawatan perubahan, atau
kebutuhan klien keluarga ancaman yang
Perungkatan Performa pemberi menggangu pemenuhan
ketergantungan Asuhan Perawatan tuntutan dan peran
klien Tidak Langsung : hidup
Depresi pengaturan dan Dukungan emosi :
Membelot pengawasan perawatan memberikan
Tidak yang sesuai bagi penenangan,
menghormati anggota keluarga oleh penerimaan, dan
kebutuhan klien pemberi perawatan dorongan selama
Perilaku keluarga keluarga periode stress
yang mengganggu Kesejahteraan pemberi Memfasilitasi
kesejahteraan asuhan: derajat persepsi partisipasi keluarga
Permusuhan positif mengenai status dalam perawatan emosi
Gangguan kesehatan dan kondisi dan fisik pasien
individualisasi kehidupan pemberi Dukungan keluarga :
Gangguan perawatan primer meningkatkan nilai,
membangun Potensial ketahanan minat, dan tujuan
kembali kehidupan Pemberi Asuhan faktor keluarga
yang bermakana yang meningkatkan Panduan Sistem
untuk diri sendiri kontinuitas perawatan Kesehatan :
Intoleran oleh pemberi perawatan memfasilitasi Iokal
Perawatan yang keluarga dalam periode pasien dan penggunaan
mengabaikan klien waktu yang lama pelayanan kesehatan
dalam hal Koping keluarga : yang sesuai
kebutuhan dasar tindakan keluarga untuk Mendorong pasien ikut
manusia mengelola stresor yang dalam aktivitas social
Perawatan yang membebani sumber- dan komunitas
mengabaikan klien sumber keluarga Mendorong pasien
dalam hal Normalisasi keluarga : mencari dorongan
pengobatan kapasitas system spiritual, jika
penyakit keluarga dalam diperlukan
Hubungan yang mempertahankan Bantu anggota
mengabaikan rutintas dan keluarga dalam
anggota keluarga mengembangkan mengklarifikasi apa
lain strategi untuk yang mereka harapkan
Terlalu kawatir mengoptimalkan fungsi dan butuhkan satu sama
terus menerus jika ada anggota lain
mengenai klien keluarga yang sakit Caregiver Support
Psikosomatis kronis atau mengalami Menyediakan
Penolakan ketunandayaan informasi penting,
Merasakan tanda Mampu mengatasi advokasi , dan
penyakit klien masalah keluarga dukungan yang
Mencari bantuan dibutuhkan untuk
Faktor Yang keluarga jika perlu memfasilitasi
Berhubungan Mencapai stabilitas perawatan primer
Penanganan finansial untuk pasien selain dari
resistensi keluarga memenuhi kebutuhan pofesional kesehatan
terhadap anggota keluarga Family Support
pengobatan yang Mampu menyelesaikan
berubah-ubah konflik tanpa kekerasan
Gaya koping yang Memperlihatkan
tidak sesuai antara fleksibilitas peran
orang terdekat dan Mengungkapkan
peningkatan
klien untuk kemampuan untuk
menangani tugas melakukan koping
adaptif terhadap perubahan
Gaya koping yang dalam struktur dan
tidak sesuai dinamika keluarga
diantara orang Mengungkapkan
terdekat perasaan yang tidak
Hubungan terselesaikan
keluarga yang Identifikasi gaya
sangat ambivalen koping yang
Orang terdekat bertentangan
lama tidak Partisipasi dalam
mengungkapkan pengembangan dan
perasaan (mis, rasa implementasi rencana
bersalah, cemas, perawatan
permusuhan, putus
asa)
3. Ketidakefektifan 1. Keluarga dapat Pengajaran: proses
pemeliharaan mengenal masalah penyakit
kesehatan ISPA • Mengkaji tingkat pen
a. Pengetahuan: getahuan keluarga
proses penyakit mengenai penyakit
ispa.
• Mengenali pengetahu
an pasien mengenai
kondisinya.
• Memberikan informa
si kepada keluarga
mengenai kondisi
anggota keluarga
yang menderita ispa.
• Mendiskusikan perub
ahan gaya hidup yang
mungkin diperlukan
untuk mencegah
komplikasi dimasa
yang akan datang
Dukungan perilaku
keputusan
2. Keluarga dapat • informasikan pada
mengambil pasien mengenai
keputusan perawatan pandangan-
ISPA pandangan atau solusi
a. Partisipasi dalam alternatif dengan cara
mengambil yang jelas dan
keputusan mendukung
• Bantu pasien
mengidentifikasi
keuntungan dan
kerugian dari setiap
alternatif pilihan
• fasilitasi pengambilan
keputusan kolaboratif
• Pengajaran:
pengobatan ISPA
• Monitor TTV
3. Keluarga dapat
merawat anggota
keluarga dengan
ISPA
a. Perilaku patuh:
pengobatan yang
dianjurkan
b. Perilaku patuh :
latihan yang
disarankan Identifikasi faktor
c. TTV resiko
4. Keluarga dapat Modivikasi lingkungan
memodifikasi untuk perawatan
lingkungan untuk penderita ISPA
perawatan penderita
ISPA Mengunjungi
a. Faktor resiko fasilitas kesehatan
ISPA • Pemanfaatan fasilitas
5. Keluarga dapat pelayanan kesehatan
menggunakan
fasilitas pelayanan
kesehatan
a. Kepatuhan:
perilaku menerima
pelayanan
kesehatan
4 Perilaku kesehatan 1. Keluarga dapat Pengajaran proses
cenderung beresiko mengenal masalah penyakit
ISPA • Mengkaji tingkat pen
a. Pengetahuan: getahuan keluarga
Proses penyakit mengenai penyakit
ispa.
• Mengenali pengetahu
an pasien mengenai
kondisinya.
• Memberikan informa
si kepada keluarga
mengenai kondisi
anggota keluarga
yang menderita ispa.
• Mendiskusikan perub
ahan gaya hidup yang
mungkin diperlukan
untuk mencegah
komplikasi dimasa
yang akan datang
Dukungan membuat
keputusan
2. Keluarga dapat • informasikan pada
mengambil pasien mengenai
keputusan perawatan pandangan-
ISPA pandangan atau solusi
a. Berpartisipasi alternatif dengan cara
dalam yang jelas dan
memutuskan mendukung
perawatan • Bantu pasien
kesehatan mengidentifikasi
keuntungan dan
kerugian dari setiap
alternatif pilihan
• fasilitasi pengambilan
keputusan kolaboratif
Pengajaran tentang
perilaku beresiko
• menjelaskan tentang
hal-hal yang
menyebabkan resiko
3. Keluarga mampu terjadinya penyakit
merawat anggota seperti merokok
keluarga yang sakit
a. Vital sign
b. Penampian care Identifikasi factor
giver perawatan resiko
langsung • Modivikasi
4. Keluarga mampu lingkungan untuk
memodifikasi perawatan penderita
lingkungan ISPA
a. Lingkungan Mengunjungi
rumah yang aman fasilitas kesehatan
5. Keluarga dapat • Pemanfaatan fasilitas
menggunakan pelayanan kesehatan
fasilitas pelayanan yang ada
kesehatan
a. Kepatuhan:
perilaku menerima
pelayanan
kesehatan
4. Implementasi
Cahya Riska W. Sukarto, Dkk. 2016. Jurnal Keperawatan Hubungan Peran Orang
Tua Dalam Pencegahan ISPA Dengan Kekambuhan ISPA Pada Balita Di
Puskesmas Bilalang Kota Kotamobagu: Manado. Universitas Sam
Ratulangi
Indah Sari Nurul. 2015. Hubungan Umur Dan Jenis Kelamin Terhadap Kejadian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut Pada Balita Di Puskesmas
Tembilahan Hulu. Akademi Kebidanan Husada Gemilang
Siska Handayani, 2017. Asuhan Keperawatan Keluarga Pada An. N Dan An.
A Dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Pada Balita Di
Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Kecamatan Padang Timur Kota
Padang. Padang: Poltekkes Padang