Dainty Hentyarso
R.0216109
Hari……………Tanggal…………..…2019
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era globalisasi seperti sekarang ini menuntut pelaksanaan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di setiap tempat kerja. Untuk itu kita
perlu mengembangkan dan meningkatkan K3 disektor kesehatan dalam
rangka menekan serendah mungkin resiko kecelakaan dan penyakit yang
timbul akibat hubungan kerja, serta meningkatkan produktivitas dan
efesiensi. Dalam pelaksanaan kehidupan sehari-hari kita dihadapkan
dengan risiko bahaya ditempat kerja untuk itu diperlukan pemahaman
terhadap Pertolongan pertama pada kecelakaan atau yang disingkat P3K
adalah pertolongan sementara yang diberikan kepada seseorang yang
menderita sakit atau kecelakaan sebelum mendapatkan pertolongan dari
dokter (Mashoed dan Djonet Sutatmo,1979:99). Kecelakaan merupakan
kejadian yang tidak diduga atau pun diharapkan. Karena dalam kecelakaan
tidak ada unsur kesengajaan atau perencanaan. Kecelakaan merupakan
kejadian yang tidak diharapkan, oleh karena peristiwa kecelakaan disertai
kerugian material ataupun penderitaan dari yang paling ringan sampai kepada
yang paling berat.
Kecelakaan ada sebabnya. Kecelakaan biasanya disebabkan oleh dua
golongan penyebab, antara lain :
1. Tindak perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan (Unsafe
Human Acts).
2. Keadaan-keadaan lingkungan yang tidak aman (Unsafe Conditions).
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) adalah upaya
pertolongan dan perawatan sementara terhadap korban kecelakaan sebelum
mendapat pertolongan yang lebih sempurna dari dokter atau paramedik. Ini
2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tahapan-tahapan dalam pertolongan pertama pada
kecelakaan?
2. Bagaimana akibat yang ditimbulkan jika terlambat melakukan tindakan
P3K?
3. Apa yang dimaksud dengan Resusitasi Jantung dan Paru (RJP) ?
4. Bagaimana cara melakukan Resusitasi Jantung dan Paru (RJP) dengan
baik dan benar ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tahapan-tahapan dalam pertolongan pertama pada
kecelakaan.
2. Untuk mengetahui akibat yang ditimbulkan jika terlambat melakukan
tindakan P3K.
3. Untuk mengetahui pengertian Resusitasi Jantung dan Paru (RJP).
4. Untuk mengetahui cara melakukan Resusitasi Jantung dan Paru (RJP)
yang baik dan benar.
D. Manfaat
1. Bagi Praktikan
4
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)
Pertolongan pertama pada kecelakaan atau yang disingkat P3K adalah
pertolongan sementara yang diberikan kepada seseorang yang menderita sakit
atau kecelakaan sebelum mendapatkan pertolongan dari dokter (Mashoed dan
Djonet Sutatmo,1979:99). Sedangkan menurut Aip Syarifuddin dan Muhadi
(1991:274) pertolongan pertama pada kecelakaan adalah pertolongan yang
segera diberikan keada korban kecelakaan sebelum mendapatkan pertolongan
dokter. Berdasarkan berbagai pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa
pertolongan pertama pada kecelakaan adalah suatu bentuk pertolongan
sementara terhadap korban yang dilakukan secepat dan setepat mungkin
sebelum mendapatkan pertolongan dari dokter agar korban tidak menjadi
lebih parah.
Tujuan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K), yaitu:
a. Menyelamatkan jiwa penderita.
b. Mencegah cacat.
c. Memberikan rasa nyaman dan menunjang proses penyembuhan.
Ada dua bentuk persetujuan atau izin bagi penolong untuk melakukan
tindakan pertolongan, yaitu:
a. Persetujuan yang dianggap diberikan atau tersirat (Implied Consent)
Persetujuan yang umumnya diberikan dalam keadaan penderita sadar
(normal) yaitu penderita memberikan isyarat yang mengizinkan tindakan
pertolongan dilakukan atas dirinya, dan dalam keadaan gawat darurat.
6
berdenyut, akan tetapi dalam waktu singkat akan diikuti henti jantung
karena kekurangan oksigen. Pada saat terhentinya ke dua sistem inilah
seseorang dinyatakan sebagai mati klinis. Berbekal pengertian di atas
maka selanjutnya dilakukan tindakan Resusitasi Jantung Paru.
Kalau ada denyut nadi, korban hanya henti napas maka
lanjutkan Pulmonary Recusitation dengan berikan napas mulut ke
mulut sampai 1 menit (berarti 12 kali), sampai napas OK (satu siklus).
Kalau denyut nadi tidak ada maka lakukan kompresi jantung (CPR-
cardiac pulmonary resucitation) dengan letakkan ujung telapak tangan
di kunci dengan telapak tangan yang lain di tulang dada (sternum) bisa
sejajar/segaris antara putting payudara atau 3 jari diatas tulang muda di
bawah sternum (prosessus xypoid), letakkan kedua bahu anda sejajar
dan lakukan kompresi jantung.
Penekanan dilakukan pada garis tengah tulang dada 2 jari di
atas permukaan lengkung iga kiri dan kanan. Kedalaman penekanan
disesuaikan dengan kelompok usia penderita.
a) Dewasa : 4 - 5 cm
b) Anak dan bayi : 3 - 4 cm
c) Bayi : 1,5 - 2,5 cm
3) B (breathing support)
Cek napas korban selama 10 detik dengan : Look – Feel –
Listen (Letakkan pipi penolong di depan mulut korban, sambil rasakan
dan lihat ke arah dada pasien apakah naik – turun (ekspansinya ada).
Kalau tidak ada napas – berikan mouth to mouth ventilation dengan
cara tutup hidung korban dan berikan napas dua kali dengan jarak
antaranya 5 detik, lakukan sampai terlihat rongga dada pasien
ekspansi/naik. Ingat posisi pasien masih hiperfleksi (head till chin lift).
Setelah itu kita periksa denyut nadi di arteri karotis sebelah kanan –
kiri dekat jakun ( 2- 3 jari) selama 10 detik – rasakan. Kompresi
dilakukan dengan kedalaman 4 – 5 cm dengan 30 kompresi (dulu 15,
yang terbaru 30 kompresi). Mau 1 atau 2 penolong semua 30 kompresi
per siklus. Ini dilakukan selama 5 siklus (kurang lebih 1 menit menjadi
100 kompresi). Setelah 5 siklus tadi, cek kembali denyut nadi karotis
sampai bantuan Ambulance datang, atau ada respon pasien, atau
pasien terlihat mati biologis – tanda-tanda rigor mortis.
Melakukan RJP yang baik bukan jaminan penderita akan selamat,
tetapi ada hal-hal yang dapat dipantau untuk menentukan keberhasilan
tindakan maupun pemulihan sistem pada korban diantaranya:
a) Saat melakukan pijatan jantung luar suruh seseorang menilai nadi
karotis, bila ada denyut maka berarti tekanan kita cukup baik.
b) Gerakan dada terlihat naik turun dengan baik pada saat
memberikan bantuan pernafasan.
c) Reaksi pupil / manik mata mungkin akan kembali normal.
d) Warna kulit korban akan berangsur-angsur membaik.
e) Korban mungkin akan menunjukkan refleks menelan dan bergerak.
16
3. Pembidaian
a. Definisi Pembidaian
Pembidaian adalah tindakan memfixasi/mengimobilisasi bagian tubuh
yang mengalami cedera, dengan menggunakan benda yang bersifat kaku
maupun fleksibel sebagai fixator/imobilisator.
b. Jenis Pembidaian
1) Pembidaian sebagai tindakan pertolongan sementara.
a) Dilakukan di tempat cedera sebelum penderita dibawa ke rumah
sakit.
b) Bahan untuk bidai bersifat sederhana dan apa adanya
c) Bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri dan menghindarkan
kerusakan yang lebih berat
d) Bisa dilakukan oleh siapapun yang sudah mengetahui prinsip dan
teknik dasar pembidaian
2) Pembidaian sebagai tindakan pertolongan definitive
Dilakukan di fasilitas layanan kesehatan (klinik atau rumah sakit)
a) Pembidaian dilakukan untuk proses penyembuhan fraktur/dislokasi
b) Menggunakan alat dan bahan khusus sesuai standar pelayanan
(gips, dll)
c) Harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang sudah terlatih
c. Beberapa macam jenis bidai :
1) Bidai keras
Umumnya terbuat dari kayu, alumunium, karton, plastik atau bahan
lain yang kuat dan ringan. Pada dasarnya merupakan bidai yang paling
baik dan sempurna dalam keadaan darurat. Kesulitannya adalah
mendapatkan bahan yang memenuhi syarat di lapangan.
19
Jika dilakukan tidak sesuai dengan standar tindakan, beberapa hal berikut
bisa ditimbulkan oleh tindakan pembidaian :
1) Cedera pembuluh darah, saraf atau jaringan lain di sekitar fraktur oleh
ujung fragmen fraktur, jika dilakukan upaya meluruskan atau
manipulasi lainnya pada bagian tubuh yang mengalami fraktur saat
memasang bidai.
2) Gangguan sirkulasi atau saraf akibat pembidaian yang terlalu ketat.
3) Keterlambatan transport penderita ke rumah sakit, jika penderita
menunggu terlalu lama selama proses pembidaian.
h. Prosedur Dasar Pembidaian
1) Persiapan alat
a) Bidai dapat menggunakan alat bidai standar telah dipersiapkan,
namun juga bisa dibuat sendiri dari berbagai bahan sederhana,
misalnya ranting pohon, papan kayu, dll. Panjang bidai harus
melebihi panjang tulang dan sendi yang akan dibidai.
b) Bidai yang terbuat dari benda keras (kayu,dll) sebaiknya
dibungkus/dibalut terlebih dahulu dengan bahan yang lebih lembut
(kain, kassa, dll)
c) Bahan yang digunakan sebagai pembalut pengikat untuk
pembidaian bisa berasal dari pakaian atau bahan lainnya. Bahan
yang digunakan untuk membalut ini harus bisa membalut dengan
sempurna mengelilingi extremitas yang dibidai untuk
mengamankan bidai yang digunakan, namun tidak boleh terlalu
ketat yang bisa menghambat sirkulasi.
2) Pelaksanaan pembidaian
a) Prinsip umum dalam tindakan pembidaian
Pembidaian minimal meliputi 2 sendi (proksimal dan distal
daerah fraktur). Sendi yang masuk dalam pembidaian adalah
22
Tulang punggung
Pasien yang dicurigai menderita fraktur tulang
belakang/punggung, harus dibidai menggunakan spine board
atau bahan yang semirip mungkin dengan spine board.
Fraktur Panggul
Fraktur panggul lebih sering terjadi pada orang tua. Jika
seseorang yang berusia tua terjatuh dan mengeluhkan nyeri
daerah panggul, maka sebaiknya dianggap mengalami fraktur.
Apalagi jika pasien tidak bisa menggerakkan tungkai, atau
ditemukan pemendekan dan atau rotasi pada tungkai (biasanya
kearah lateral).
Pemindahan pasien yang dicurigai menderita fraktur panggul
harus menggunakan tandu. Tungkai yang mengalami cedera
diamankan dengan merapatkan pada tungkai yang tidak cedera
sebagai bidai. Anda bisa melakukan penarikan/traksi untuk
mengurangi rasa nyeri, jika perjalanan menuju rumah sakit
cukup jauh, dan terdapat orang yang bisa menggantikan anda
saat anda sudah kelelahan.
Tungkai atas
Pada fraktur femur, bidai harus memanjang antara punggung
bawah sampai dengan di bawah lutut pada tungkai yang
cedera. Traksi pada cedera tungkai lebih sulit, dan resiko untuk
terjadinya cedera tambahan akibat kegagalan traksi seringkali
lebih besar. Sebaiknya jangan mencoba untuk melakukan traksi
pada cedera tungkai kecuali jika orang yang membantu
pembidaian telah siap untuk memasang bidai.
Fraktur/dislokasi sendi lutut
28
4) ( Meraba denyut arteri ‘dorsalis pedis’ pada kaki [ untuk kasus di kaki
]. Gambaran tanda hitam itu adalah tempat kita meraba arteri dorsalis
pedis. Bila tidak teraba, maka balutan kita buka dan longgarkan )
5) ( Meraba denyut arteri ‘radialis’ pada tangan [ untuk kasus di tangan ].
Gambaran tanda hitam itu adalah tempat kita meraba arteri redialis.
Bila tidak teraba, maka balutan kita buka dan longgarkan ).
B. Perundang-undangan
1. Pasal 531 KUHP Yang Menyebutkan Bahwa “Barangsiapa menyaksikan
sendiri ada orang di dalam keadaan bahaya maut, lalai memberikan atau
mengadakan pertolongan kepadanya sedang pertolongan itu dapat
diberikannya atau diadakannya dengan tidak akan menguatirkan, bahwa
ia sendiri atau orang lain akan kena bahaya dihukum kurungan selama-
lamanya tiga bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 4.500,-. Jika
orang yang perlu ditolong itu mati, diancam dengan : KUHP 45, 165,
187, 304s, 478, 535, 566.”
2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia
No:Per.15/Men/VIII/2008 tentang Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
Di Tempat Kerja.
3. Bahwa sebagai pelaksanaan Pasal 3 ayat (1) huruf e Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja perlu menetapkan
ketentuan mengenai pertolongan pertama pada kecelakaan di tempat
kerja.
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
PER.01/MEN/I/2007 tentang Pedoman Pemberian Penghargaan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
5. Undang-Undang No.13 Tahun 2003 Pasal 86 tentang Ketenagakerjaan.
31
BAB III
HASIL
Fungsi:
Fungsi :
Untuk pergerakan atau
pergeseran dari ujung
tulang yang patah
32
33
2. Cara Kerja
a. Perawatan perdarahan pada luka
1) Luka Terbuka
a) Sebelum melakukan perawatan perdarahan pada luka,
pastikan daerah luka terlihat
b) Bersihkan daerah sekitar luka
c) Usahakan bagian tubuh yang terluka yang mengalami
perdarahan dalam posisi lebih tinggi dari tubuhnya
d) Kontrol perdarahan dengan menutup luka menggunakan
kasa steril atau kain mitela. Apabila tidak terdapat keduanya
dapat menggunakan kain seadanya. Lakukan hal tersebut
hingga darah tidak keluar
e) Apabila perdarahan sudah dapat terkendali, maka balut luka.
Jangan terlalu kencang tetapijangan terlalu longgar
f) Baringkan korban apabila dalam kondisi parah
g) Atasi syok yang ada atau akan timbul pada korban
h) Segera rujuk ke Rumah Sakit
34
2) Luka Tertusuk
a) Bersihkan perdarahan di sekitar luka
b) Jangan menjabut benda yang menancap di tubuh korban
c) Pertahankan posisi benda yang menancap tersebut sebisa
mungkin dengan menggunakan kain mitela atau benda lain.
d) Apabila kondisi sudah bisa dikendalikan, segera rujuk
korban ke Rumah Sakit
b. Pembidaian pada patah tulang dan dislokasi
1) Fraktur tulang PAHA bagian ATAS maupun BAWAH
a) Sebelum memasang bidai usahakan meluruskan tulang
seanatomis mungkin
b) Pasang bidai luar dari tumit hingga pinggang
c) Pasang bidai dalam dari tumit hingga selangkangan
d) Ikat dengan pembalut dasi lipatan 2 kali diatas dan diawah
bagian yang patah
e) Tulang betis diikat dengan pembalut dasi lipatan 1 kali
f) Kedua lutut diikat dengan pembalut dasi lipatan 2 kali
g) Tumit diikat dengan pembalut dasi lipatan 3 kali
h) Bagian yang patah ditinggikan
2) Fraktur tulang LENGAN ATAS
a) Pasang bidai luar dari bawah siku hingga melewati bahu dan
bidai dalam sampai ketiak.
b) Ikat dengan 2 pembalut dasi lipatan 3
c) Lipat siku yang sudah dibidai ke dada dan gantungkan ke
leher dengan pembalut segitiga
3) Fraktur tulang LENGAN BAWAH
a) Pasang bidai luar dan dalam sepanjang lengan bawah
b) Ikat dengan pembalut dasi
35
h) Sekali RCP adalah lima set pijat jantung (lima kali 30:2).
2) Airway Control (A)
a) Bebaskan jalan nafas dari sumbatan pangkal lidah.
b) Chin lift (angkat dagu).
c) Jaw Thrust (manuver angkat dagu).
3) Breathing Support (B)
Nafas Bantuan adalah nafas yang diberikan kepada pasien untuk
menormalkan frekuensi nafas pasien yang di bawah normal. Misal
frekuensi napas : 6 kali per menit, maka harus diberi nafas bantuan
di sela setiap nafas spontan dia sehingga total nafas permenitnya
menjadi normal (12 kali). Prosedurnya :
a) Posisikan diri di samping korban.
b) Jangan lakukan pernapasan mouth to mouth langsung, tapi
gunakanlah kain sebagai pembatas antara mulut anda dan
korban untuk mencegah penularan penyakit.
c) Sambil tetap melakukan Chin lift, gunakan tangan yang
digunakan untuk Head Tilt untuk menutup hidung pasien (agar
udara yang diberikan tidak keluar lewat hidung).
d) Mata memperhatikan dada korban, kemudian tutuplah seluruh
mulut korban dengan mulut penolong, hembuskanlah nafas satu
kali (tanda jika nafas yang diberikan masuk adalah dada korban
mengembang) lepaskan penutup hidung dan jauhkan mulut
sesaat untuk membiarkan korban menghembuskan nafas keluar
(ekspirasi) lakukan lagi pemberian nafas sesuai dengan
perhitungan agar nafas kembali normal.
B. Hasil
Praktek Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) dilaksanakan pada :
Hari/tanggal : Jum’at, 17 November 2017
37
1. Pembidaian
a. Fraktur tulang PAHA bagian ATAS maupun BAWAH
b. Fraktur tulang LENGAN ATAS
c. Circulation
39
BAB IV
PEMBAHASAN
39
40
c. Mengistirahatkan
d. Mengurangi nyeri
e. Mempercepat penyembuhan
Pertolongan cedera alat gerak adalah sebagai berikut :
a. Lakukan penilaian dini dan lakukan pemeriksaan fisik
b. Stabilkan bagian patah secara manual
c. Paparkan daerah cedera
d. Atasi pendarahan dan rawat luka
e. Siapkan alat dan lakukan pembidaian
f. Kurangi rasa sakit
g. Baringkan dalam posisi nyaman
Penanganan untuk terkilir adalah :
a. Posisikan nyaman dan istirahatkan daerah cedera
b. Tinggikan
c. Compres dingin ( max 30 menit )
d. Balut tekan
e. Bila ragu bidai
f. Rujuk
3. Pertolongan Resusitasi Jantung Paru ( RJP )
Pada kasus ini yaitu seseorang yang pingsan, tidak ada denyut nadi, dan
tidak dapat bernafas maka pertolongan yang dapat dilakukan kepada korban ini
adalah :
b. Cek respon, beri rangsang, bisa dilakukan dengan memanggil korban atau
menepuk area tubuh korban, misalnya bahu atau bisa juga menekan dengan
ujung jari di bawah hidung.
c. Siklus CAB, yaitu :
a) Circulation, cek nadi di temporalis leher satu sisi, gunakan minimal 2 jari.
Bila negatif (nadi tidak terasa), Lakukan compressi selama 5 siklus.
41
Setelah 5 siklus, cek nadi. Lakukan compressi atau PJL ( Pijat Jantung
Luar ) diantara sternum sebanyak 30 kali selamat 18 detik 1 irama dengan
tekanan dan kecepatan yang sama. Ketentuan pada bayi lakukan
Compressi dengan 2 jari, anak – anak 1 tangan diantara putting susu.
b) Airway Control yaitu membuka jalan nafas. Setelah itu cek leher bagian
belakang, ada cidera atau tidak. Jika tidak, lakukan Headtil chin lift
dengan pengecekan jalan nafas dengan mengangkat dagu dan menarik
kepala bagian atas ke belakang dengan. Pengecekan ini dilakukan untuk
mengetahui ada tidaknya sumbatan. Jika tidak ada sumbatan, beri bantuan
nafas sebanyak 2 kali, bantuan nafas berhasil jika dada korban
mengembang.
c) Breathing atau bantuan nafas lakukan selama 5 – 6 detik dilakukan
sebanyak 2x. Cara Breathing dapat dilakukan dengan :
Dengan alat Valp Bag Master atau dengan pipa.
Dari mulut ke mulut dengan hidung di tutup.
Dari hidung ke hidung mulut ditutup.
Mulut ke mulut dan hidung yang dilakukan pada bayi.
1) Jika nadi teraba, nafas terasa, cek respon, jika korban sadar, tanyakan
bagaimana kondisinya, bagaimana bisa terjadi seperti itu.
2) Jika nadi teraba namun lemah, nafas tidak terasa, berikan nafas
bantuan sebanyak 12 kali. Setelah itu, posisikan korban ke posisi
lateral stabil.
3) Jika nadi tidak teraba, lakukan compressi ulang, jika ada orang lain,
minta bantuan orang lain untuk mengulanginya.
Beberapa kesalahan yang banyak dilakukan ketika melakukan RJP adalah :
1. Kesalahan pada urutan saat melakukan pertolongan RJP
2. Saat mengecek nadi, peletakan jari tidak sesuai seharusnya sehingga nadi
tidak teraba
42
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pertolongan pertama pada kecelakaan atau yang disingkat P3K adalah
pertolongan sementara yang diberikan kepada seseorang yang menderita sakit
atau kecelakaan sebelum mendapatkan pertolongan dari dokter (Mashoed dan
Djonet Sutatmo,1979:99).
2. Langkah-langkah Resusitasi Jantung Paru (RJP) adalah sebagai berikut :
a. Circulation Support (C)
1) Posisikan diri di samping korban.
2) Posisikan tangan di center of chest (tajuk pedang).
3) Posisikan tangan tegak lurus korban.
4) Tekanlah dada korban menggunakan tenaga yang diperoleh dari sendi
panggul (hip joint).
5) Tekanlah dada kira-kira 4-5 cm.
6) Setelah menekan, tarik sedikit tangan ke atas agar posisi dada kembali
normal.
7) Satu set pijat jantung dilakukan sejumlah 30 kali tekanan, untuk
memudahkan menghitung dapat dihitung dengan cara sebagai berikut :
satu dua tiga empat satu, satu dua tiga empat dua, satu dua tiga empat.
Setiap satu kali set pijat jantung, lakukan dua kali pemberian nafas
bantuan (30:2).
b. Airway Control (A)
1) Bebaskan jalan nafas dari sumbatan pangkal lidah.
2) Chin lift (angkat dagu).
3) Jaw Thrust (manuver angkat dagu).
43
44
i. Bila cedera terjadi pada sendi, bidai kedua tulang yang mengapit sendi
tersebut. Upayakan juga membidai sendi distalnya.
j. Lapisi bidai dengan bahan yang lunak, bila memungkinkan.
k. Isilah bagian yang kosong antara tubuh dengan bidai dengan bahan
pelapis.
l. Ikatan jangan terlalu keras dan jangan longgar.
m. Ikatan harus cukup jumlahnya, dimulai dari sendi yang banyak bergerak,
kemudian sendi atas dari tulang yang patah.
n. Selesai dilakukan pembidaian, dilakukan pemeriksaan GSS kembali,
bandingkan dengan pemeriksaan GSS yang pertama.
o. Jangan membidai berlebihan.
4. Langkah-langkah penanganan luka tusuk adalah sebagai berikut :
a. Stabilkan benda dengan manual
b. Jangan dicabut, kecuali pipi
c. Buka daerah luka
d. Kendalikan perdarahan
e. Stabilkan benda asing dengan penutup tebal
f. Rawat syok (bila ada)
g. Jaga penderita tetap istirahat dan tenang
h. Rujuk ke RS
B. Saran
1. Bagi Praktikan:
a. Praktikan harus mengetahui prosedur praktikum pelaksanaan
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K).
b. Sebaiknya praktikan mempersiapkan diri dengan baik sebelum
praktikum
46
DAFTAR PUSTAKA
Tim Penyusun. 2002. Pedoman Pertolongan Pertama. Jakarta : Draf Palang Merah
Indonesia.