Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
S
Dalam Mengurangi Ketidakefektifan Pola Nafas Pada Kasus
Penyakti Paro Obstrukti Krinik Diruang Kenanga
RSUD Waras Wiris Boyolali
Hari : Jumat
Tanggal : 5 Maret 2021
Jam : 16.00
A. Keluhan Utama
Ny. M mengatakan sesek
B. Diagnosis medis
Penyakit Paru Obstruktif Kronik
C. Diagnosis keperawatan
Ketidakefektifan pola nafas b.d dtd pasien mengatakan sesak nafas, ada
retraksi dinding dada, penggunaan otot bantu nafas, takipnea, fase expirasi
memanjang
E. Dasar pemikiran
PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronis) ataupun COPD adalah klasifikasi
luas dari gangguan yang mencakup bronkitis kronis, bronkiektasis, emfisema
dan asma. PPOM merupakan kondisi ireversibel yang berkaitan dengan
dispnea saat aktivitas dan penurunan aliran masuk dan keluar udara paru-
paru. (Bruner & Suddarth, 2010). PPOK merupakan suatu istilah yang sering
digunakan untuk sekelompok penyakit paru yang berlangsung lama dan
ditandai dengan peningkatan retensi terhadap aliran udara sebagai gambaran
patofisiologi utamanya yang merupakan bentuk kesatuan dari penyakit
bronkitis kronis dan emfisema paru ataupun asma bronkial. (Sylvia A. Price ,
2012).
Masalah keperawatan yang muncuk akibat dari PPOK yaitu sesak
nafas sehingga menimbulkan ketidaknyamanan pasien. Untuk mengatasi
masalah tersebu salah satunya yaitu dengan diberikannya terapi oksigen untuk
menyuplai kebutuhan oksigen yang diperlukan tubuh.
Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling
mendasar yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh,
mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ dan sel tubuh
(Andarmoyo, 2012). Terapi oksigen adalah pemberian oksigen pada
konsentrasi yang lebih tinggi dari udara bebas untuk mencegah terjadinya
hipoksemia dan hipoksia yang akan mengakibatkan kematian sel (Patria &
Fairuz, 2012). Pemberian oksigen pada pasien dapat dilakukan melalui : nasal
kanul, masker (simple face mask, rebreathing mask dan non rebreathing
mask).
G. Analisa tindakan
Menurut Bahtiar (2015) klien dengan gangguan system pernapasan
tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen secara normal, oksigen sangat
berperan dalam pernafasan, oksigen berperan didalam tubuh dalam proses
pembentukam metabolisme sel sehingga jika kekurangan oksigen maka akan
berdampak buruk bagi tubuh, sehingga diperlukan terapi tambahan untuk
pasien yang mengalami gangguan oksigenasi.
Pemberian oksigen memiliki peran yang penting dalam mengatasi
hambatan pertukaran gas. Dengan pemberian tambahan oksigen, maka dapat
meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan miokardium guna melawan
efek hipoksia/iskemia, memberikan transport oksigen yang adekuat dalam
darah sambil menurunkan upaya bernafas dan mengurangi stress pada
miokardium, meringankan beban kerja jantung, menurunkan dyspnea, untuk
meningkatkan konsentrasi O2 dalam proses pertukaran gas, dan perfusi
oksigen yang adekuat (Samsi, 2018).
Kanul nasal termasuk dalam sistem pemberian aliran rendah. Kanula
nasal adalah sebuah alat yang digunakan untuk memberikan oksigen dalam
konsentrasi yang semakin meningkat, yaitu dari konsentrasi rendah ke
menengah. Kanula memiliki dua slang pendek yang pas terpasang ke lubang
hidung. Alat ini dapat memberika oksigen engan konsentrasi 24% hingga
44% pada laju aliran 1 hingga 6 liter per menit (Rosdahl, 2015).
K. Evaluasi diri
Dalam memberikan pemberian oksigen nasal kanul mahasiswa praktik
hanya melanjutkan terapi dari intervensi sebelumnya saja sambil melakukan
pemantauan.
Patria & Fairuz. (2012). Terapi Oksigen Aplikasi Klinis. Jakarta: EGC
Pertiwi, Bulan Putri. (2015). Dentifikasi variasi bakteri pada nasal kanul di
ruang ICU RSUD UNDATA tahun 2015. Jurnal ilmiah kedokteran
volume 2 no.3 Medika tadulako
Samsi, Bariyatun & Susilo, Catur Budi. (2018). Penerapan pemberian oksigen
pada pasien congestive heart failure (CHF) dengan gangguan
kebutuhan oksigenasi di RSUD Wates Kulon Progo. Poltekkes
kemenkes yogjakarta. https://scholar.google.com/scholar?hl=id&as_
sdt=0%2C5&q=o2+nasal+kanul%2Bsesak+nafas
%2Bchf&btnG=#d=gs_qabs&u=%23%3DPrl2LnuAnPsJ
Tim Pokja SIKI DPP . (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
DPP PPNI. Jakarta Selatan. PPNI,