Anda di halaman 1dari 15

Jurnal Pendidikan Vokasi − 53

MODEL PEMBELAJARAN KEWIRAUSAHAAN


DENGAN MEDIA KOPERASI SEKOLAH
DI SMK KELOMPOK BISNIS DAN MANAJEMEN
Iin Nurbudiyani
FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
iin_nurbudiyani@yahoo.co.id
Abstrak
Penelitian bertujuan menghasilkan: (1) model pembelajaran Model Kwu-Kop yang dapat me-
numbuhkan keterampilan kewirausahaan siswa SMK; (2) perangkat pembelajaran Model Kwu-
Kop yang dapat dipergunakan di SMK; (3) model pembelajaran kewirausahaan yang memenuhi
kriteria valid dan efektif; dan (4) model pembelajaran yang dapat dilaksanakan dan berfungsi
dengan baik untuk menumbuhkan keterampilan kewirausahaan siswa SMK. Metode yang diguna-
kan adalah penelitian dan pengembangan (R&D). Tahap pengembangan terdiri empat tahap yaitu:
(1) investigasi ; (2) perancangan; (3 realisasi; dan (4) evaluasi. Produk yang dihasilkan divalidasi
oleh ahli materi dan ahli pendidikan. Penilaian dilakukan sebanyak dua kali, yaitu: (1) pra-ujicoba
terbatas, dan (2) setelah ujicoba terbatas. Tingkat kesepakatan antar penilai dianalisis dengan
statistik Coeffisient Cohen‟s Kappa dan Percentage of Agreement. Hasil penelitian adalah: (1)
pengembangkan Model Kwu-Kop terbagi dalam dua kegiatan, yaitu: (a) pra-pengembangan,
meliputi tahap investigasi, tahap perancangan, tahap realisasi; dan (b) pengembangan, meliputi
tahap evaluasi; (2) perangkat model yang dihasilkan adalah buku panduan Model Kwu-Kop
lengkap dengan perangkat pembelajaran (RPP, modul, job sheet dan alat evaluasi); (3) model
yang dihasilkan memenuhi kriteria valid dan efektif; dan (4) Model Kwu-Kop dapat dilaksanakan
dan berfungsi dengan baik untuk menumbuhkan keterampilan kewirausahaan siswa SMK.
Kata kunci: model pembelajaran, kewirausahaan, SMK kelompok bisnis dan manajemen, koperasi
sekolah.

A SCHOOL COOPERATIVE-BASED ENTREPRENEURSHIP


LEARNING MODEL IN THE VOCATIONAL HIGH SCHOOL OF
BUSINESS AND MANAGEMENT GROUP
Abstract
The objectives of this study are to develop: (1) the school cooperative-based entrepreneurship
learning model (SC-ELM) that can build entrepreneurial skills among students in vocational high
school (SMK); (2) a set of SC-ELM that can be used in SMK; (3) SC-ELM that can meet validity
and effectiveness criteria; and (4) SC-ELM that can be applied and serve well to build the
entrepreneurial attitudes and skills of SMK students. This study used the „R & D‟ method. The
development consisted of four steps, i.e.: (1) investigation; (2) designing; (3) realization; and (4)
evaluation. The resultant products were validated by the experts in both learning material and
education. Assessment was done twice: (1) limited pre-test and (2) post-test. To measure the level
of inter-rater consensus by the experts, an analysis was done by using the statistic tests for the
Coefficient Cohen‟s Kappa and the Percentage of Agreement. The results of the study are as
follows. (1) The development of SC-ELM is divided into two types of activity, i.e. (a) pre-
development step, including investigation, designing, and realization; and (b) development,
including evaluation. (2) The developed model consists of the manual of SC-ELM and a set of
lesson plans (RPP, module, job sheet, and evaluation instrument). (3) The resultant model meets
the validity and effectiveness criteria. (4) SC-ELM can be applied and serve well to build the
entrepreneurial attitudes and skills of SMK students.
Keywords: learning model, entrepreneurship, vocational high school, business and management
group, school cooperative

Model Pembelajaran Kewirausahaan dengan Media Koperasi Sekolah


54 − Jurnal Pendidikan Vokasi

PENDAHULUAN yang menjadi salah satu pilar utama aktivitas


perekonomian nasional (Renstra Depdiknas,
Latar Belakang Masalah 2010-2014: 60). Sumber dari PBB (Perserikat-
Pendidikan Nasional bertujuan untuk an Bangsa Bangsa), yang dikutip oleh Buchari
mencerdaskan bangsa dan mengembangkan Alma (2005: 4-5), menyatakan bahwa suatu
manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan bangsa atau negara akan mampu membangun
Pancasila dan UUD 1945. Pendidikan na- ekonomi apabila memiliki wirausahawan se-
sional diharapkan menghasilkan manusia banyak 2% dari jumlah penduduk. Di Indo-
terdidik yang beriman, bertaqwa, berbudi nesia jumlah wirausahawan sangat sedikit,
pekerti luhur, berpengetahuan, berketerampil- bahkan dibandingkan dengan negara tetangga
an, berkepribadian dan bertanggung jawab. seperti Malaysia dan Singapura. Menurut
Sesuai PP No 19 tahun 2005 tentang Standar survey Bank Dunia tahun 2008, wirausahawan
Nasional Pendidikan, dinyatakan bahwa Malaysia mencapai 4%, Thailand 4,1%, dan
pelaksanaan pendidikan di setiap institusi Singapura 7,2%, di Indonesia hanya ber-
pendidikan harus sesuai dengan Standar jumlah 1,56% (Boediono, 2012).
Nasional Pendidikan, yaitu standar minimal Pengembangan kewirausahaan sekolah
tentang sistem pendidikan diseluruh wilayah berbasis kreativitas dan inovasi dapat mem-
Indonesia dan berfungsi sebagai dasar dalam berikan bekal bagi semua warga sekolah
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan dalam pengelolaan pendidikan, khususnya
pelaksanaan pendidikan dalam rangka me- dalam mempersiapkan “sekolah mandiri”
wujudkan pendidikan yang bermutu. Hal yang menjadi roh dari otonomi sekolah. Oleh
tersebut diperlukan terutama untuk meng- sebab itu, desain pembelajaran kewirausahaan
antisipasi pasar bebas, terutama di lingkungan di SMK perlu ditinjau ulang, mulai dari
negara-negara ASEAN, seperti: AFTA, AFLA kurikulum, strategi pembelajaran, metode
dan APEC. pembelajaran, media pembelajaran dan guru
Jumlah pengangguran pada Agustus yang mengajar mata pelajaran kewirausahaan.
2008 berdasarkan tingkat pendidikan paling Pemanfaatan Koperasi sekolah dapat dijadi-
banyak dari lulusan Sekolah Menengah kan sebagai salah satu media pembelajaran
Kejuruan (SMK). Data Badan Pusat Statistik praktik langsung para siswa dalam menerap-
atau BPS menyebutkan lulusan SMK yang kan keterampilan dan keahliannya dalam
menganggur berada pada angka tetinggi yaitu pembelajaran kewirausahaan. Pengelolaan
17,26%, disusul tamatan SMA 14,31%, Koperasi sekolah selain sebagai media pem-
lulusan Universitas 12,59%, serta Diploma belajaran, juga dapat memberikan sumbangsih
I/II/III adalah 11,21%. Sedangkan tamatan dalam menambah penghasilan sekolah dan
SMP ke bawah justru paling sedikit meng- membantu membangun perekonomian masya-
anggur yaitu 4,57% untuk SD, dan 9,39% rakat.
untuk SMP (BPS Maret 2009). Hal ini
Kajian Teori
menunjukkan bahwa ternyata sebagian lulusan
SMK belum memanfaatkan kemampuan Kewirausahaan
entrepreneur-nya dan cenderung menunggu
untuk dapat bekerja di perusahaan. Istilah wirausaha merupakan terjemah-
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) an dari kata entrepreneur. Dalam bahasa
sebagai salah satu lembaga pendidikan mem- Indonesia, pada awalnya dikenal dengan
punyai tujuan menyiapkan lulusan peserta istilah wiraswasta yang berarti berdiri di atas
didik agar dapat bekerja secara mandiri sesuai kekuatan sendiri. Suharsono Sagir dalam
dengan bidang dan program keahlian yang Buchari Alma (2005: 18), menuliskan bahwa
dimiliki. Untuk itu Sekolah Menengah Ke- wiraswasta adalah seorang yang modal
juruan (SMK), harus mampu melahirkan utamanya adalah ketekunan yang dilandasi
lulusan yang bermutu, memiliki pengetahuan, sikap optimis, kreatif dan melakukan usaha
menguasai teknologi, berketerampilan teknis sebagai pendiri pertama disertai dengan ke-
dan memiliki kecakapan hidup yang memadai. beranian menanggung resiko berdasarkan
SMK sebagai pendidikan vokasional dituntut suatu perhitungan dan perencanaan yang
untuk menghasilkan tenaga-tenaga profesional tepat. Sedangkan Fadel Muhammad dalam
yang memiliki kemampuan kewirausahaan, Buchari Alma (2005: 18), lebih menekankan

Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 3, Nomor 1, Februari 2013


Jurnal Pendidikan Vokasi − 55

bahwa wiraswasta adalah orang yang mem- resiko untuk mencapai keberhasilan. Jadi
fokuskan diri pada peluang, bukan pada pendapat Hisrich dan Peter sejalan dengan
resiko. Dengan demikian, wiraswasta bukan- pendapat Lambing dan Kuehl, yaitu sama-
lah pengambilan resiko, melainkan penentu sama berpendapat bahwa kewirausahaan
resiko. adalah proses suatu kegiatan untuk me-
Irmawita (2003: 45), menyatakan bah- ningkatkan nilai tambah sumber-sumber daya
wa kemampuan mengembangkan kewira- yang ada.
usahaan sangat ditentukan oleh kecakapan Menurut Zimmerer (2008: 36), Ke-
dari si pengelola usaha tersebut. Artinya wirausahaan adalah hasil dari suatu disiplin
tingkat pendidikan dan pengalaman ber- serta proses sistematis penerapan kreativitas
pengaruh terhadap pengembangan sebuah dan inovasi dalam memenuhi kebutuhan dan
usaha disamping modal dan motivasi kerja. peluang di pasar. Pendapat yang senada dari
Hal ini diperkuat pendapat dari Surya Dharma Suryana (2003: 2), bahwa kewirausahaan
(2009: 102), bahwa pengembangan kewira- (entrepreneurship) adalah merupakan suatu
usahaan sekolah merupakan trend baru yang kemampuan kreatif dan inovasi dalam men-
mendukung pengembangan suatu pendidikan ciptakan sesuatu yang baru dan bernilai
di berbagai tingkatan pendidikan. Menurut tambah untuk di pasarkan melalui proses
Timmons (Lambing dan Kuehl, 2000: 14), pengelolaan sumber daya dengan cara-cara
menyatakan pengertian kewirausahaan se- baru dan berbeda, seperti: (1) pengembangan
bagai berikut: teknologi; (2) penemuan pengetahuan ilmiah;
(3) perbaikan produk barang dan jasa yang
Entrepreneurship is a human, creative
ada; (4) menemukan cara-cara baru untuk
act that builds something of value from
mendapatkan produk yang lebih banyak
practically nothing. It is the pursuit of
dengan sumber daya yang lebih efisien. Dari
opportunity regardless of the resources,
kedua pendapat di atas diketahui bahwa titik
or lack of resources, at hand. It requires
kesamaan persepsi kewirausahaan adalah
a vision and the passion and commitment
kreativitas dan inovasi.
to lead others in the pursuit of that
Sedangkan Kuratko and Hoodgets
vision. It also requires a willingness to
(2004: 30), mendefinisikan entrepreneurship
take calculated risks.
secara rinci sebagai:
Artinya, kewirausahaan merupakan
Entrepreneurship is a dynamic process of
sifat manusiawi untuk bertindak kreatif me-
vision, change, and creation. It requires
ningkatkan nilai sesuatu dengan memanfaat-
an application of energy and passion
kan kesempatan dan sumber daya yang
towards the creation and implementation
dilandasi visi, semangat dan komitmen dalam
of new ideas and creative solutions.
memimpin serta memperhitungkan resiko.
Essential ingredients include the willing-
Karena kewirausahaan merupakan sifat
ness to take calculated risks-in terms of
manusiawi, maka kewirausahaan berhubungan
time, equity, or career; the ability to
erat dengan perilaku. Pendapat yang sama dari
formulate an effective venture team; the
Hisrich dan Peters (1989: 9), mengenai
creative skill to marshall needed resour-
pengertian entrepreneurship sebagai berikut:
ces; the fundamental skill of building a
Entrepreneurship is the process of solid business plan; and, finally, the
creating something new with value by vision to recognize opportunity where
devoting the necessary time and effort, others see chaos, contradiction and
assuming the accompanying financial, confusion.
psychic, and social risks, and receiving
Pendapat tersebut mempunyai makna
the resulting rewards of monetary and
bahwa, seorang wirausahawan dalam melaku-
personal satisfaction and independence.
kan aktivitas manajemen strategik dimana
Pendapat tersebut mempunyai makna dalam keputusan mempertimbangkan kekuat-
bahwa kewirausahaan adalah merupakan an dan kelemahan wirausaha (internal) dan
suatu proses mengkreasi sesuatu yang baru juga peluang dan hambatan yang ada dalam
yang mempunyai nilai, dengan mencurahkan lingkungan usaha (eksternal), bermanfaat
waktu dan upaya, serta berani menanggung untuk individu dan masyarakat. Depdiknas

Model Pembelajaran Kewirausahaan dengan Media Koperasi Sekolah


56 − Jurnal Pendidikan Vokasi

(1998: 156), mengartikan bahwa entrepre- atas azas kekeluargaan dan kegotongroyong-
neurship (kewirausahaan) adalah sikap dan an. Gotong-royong merupakan sifat kepribadi-
perilaku dalam memimpin dan mengelola an bangsa Indonesia kita yang asli, dan lazim-
suatu organisasi (termasuk sekolah) dengan nya terdapat dalam masyarakat yang ge-
selalu mencari dan menerapkan cara kerja dan meinshaftlich (erat rasa persaudaraannya).
teknologi baru sehingga dicapai efektivitas Menurut CIA (Cooperative International
dan efisiensi yang tinggi. Alliance) dalam (Kartasapoetra, 2007: 19)
Dari beberapa definisi dan uraian di Koperasi adalah perkumpulan otonom dari
atas maka dapat di simpulkan bahwa kewira- orang atau badan yang bersatu secara sukarela
usahaan adalah ilmu yang mempelajari ten- untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi
tang nilai, kemampuan, sikap dan perilaku ekonomi, sosial dan budaya bersama melalui
seseorang dalam memenuhi tantangan dalam perusahaan yang dimiliki dan dikendalikan
kehidupannya (individu/organisasi) secara secara bersama dan tanggung jawab bersama
efektif dan efisien sehingga ia mampu mandiri terhadap akibat yang ada dan secara demo-
dan dapat mengembangkannya ke arah yang krasi.
lebih baik, sehingga efektif dan efisien. Se- Perangkat organisasi Koperasi terdiri
orang wirausahawan adalah seseorang yang dari: (a) Rapat anggota; (b) Pengurus; (c)
selalu berkembang dan mengembangkan Pengawas. Fungsi Koperasi: (1) alat per-
setiap potensi dan kemampuan yang dimiliki- juangan ekonomi untuk mempertinggi ke-
nya. sejahteraan rakyat; (2) alat pendemokrasian
Seseorang wirausaha haruslah orang nasional; (3) sebagai salah satu urat nadi
yang mampu melihat ke depan, berfikir de- perekonomian bangsa Indonesia; (4) alat pem-
ngan penuh perhitungan, mencari pilihan dari binaan insan masyarakat untuk memper-
berbagai alternatif masalah dan dapat meng- kokoh kedudukan ekonomi bangsa Indonesia
ambil keputusan dengan tepat dan cepat. serta bersatu dalam mengatur tatalaksana
Menurut B. N. Marbun (Buchori Alma, 2005: perekonomian rakyat. Asas Koperasi adalah
39), seorang wirausaha haruslah memiliki ciri- Kekeluargaan dan Kegotongroyongan. Peng-
ciri: (1) percaya diri; (2) berorientasi tugas urus Koperasi dapat mengangkat pengelola
dan hasil; (3) mengambil resiko; (4) ke- yang diberi wewenang untuk mengelola usaha
pemimpinan; (5) keorisinilan; (6) berorientasi Koperasi. Anggota Koperasi adalah pemilik
kemasa depan. dan sekaligus pengguna jasa Koperasi. Syarat
keanggotaan diatur dalam AD dan ART.
Koperasi
Koperasi Sekolah
Menurut Arifin Chaniago (1982: 1),
Koperasi adalah suatu perkumpulan yang Koperasi sekolah adalah Koperasi yang
beranggotakan orang-orang atau badan-badan, didirikan di lingkungan sekolah yang anggota-
yang memberikan kebebasan masuk dan anggotanya terdiri atas siswa sekolah. Kopera-
keluar sebagai anggota, dengan bekerja sama si sekolah didirikan dalam rangka menanam-
secara kekeluargaan menjalankan usaha, un- kan pendidikan Koperasi kepada siswa agar
tuk mempertinggi kesejahteraan jasmaniah tujuan pengembangan Koperasi di Indonesia
para anggotanya. Pengertian Koperasi yang dapat terwujud. Landasan didirikannya Kope-
senada dikemukakan oleh Margono Djojo- rasi sekolah adalah keputusan bersama antara
hadikoesoemo (Hendrojogi, 1999: 21), yang Departemen Transmigrasi dan Koperasi de-
menyatakan bahwa Koperasi ialah perkumpul- ngan Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 16
an manusia yang dengan sukanya sendiri Juli 1972 Nomor 275/SKPTS/ Mentranskop
hendak bekerja sama untuk memajukan eko- dan Nomor 0102/U/1983. Surat Keputusan
nominya. Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan
Undang-undang No. 25 tahun 1992 Koperasi Nomor 633/SKPTS/Men/ 1974,
tentang Perkoperasian, menyebutkan bahwa menjelaskan bahwa Koperasi sekolah adalah
Koperasi adalah badan usaha yang ber- Koperasi yang didirikan di sekolah-sekolah
anggotakan orang-orang atau badan hukum SD, SMP, SMA, Madrasah dan pesantren.
Koperasi dengan melandaskan kegiatannya Ciri-ciri Koperasi sekolah adalah: (1)
berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus se- Koperasi sekolah didirikan dalam rangka
bagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar kegiatan belajar mengajar para siswa; (2)

Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 3, Nomor 1, Februari 2013


Jurnal Pendidikan Vokasi − 57

Anggotanya adalah kalangan siswa sekolah (2001: 187), adalah alat yang digunakan untuk
yang bersangkutan; (3) Tidak disyaratkan ber- menyalurkan pesan atau informasi dari pe-
badan hukum; (4) Berfungsi sebagai laborato- ngirim kepada penerima pesan. Pengirim dan
rium pengajaran Koperasi di sekolah. Tujuan penerima pesan itu dapat berbentuk orang atau
didirikan Koperasi sekolah adalah untuk lembaga, sedangkan media tersebut dapat
memajukan kesejahteraan anggota (warga berupa alat-alat elektronik, gambar, buku dan
sekolah) pada khususnya dan masyarakat pada sebagainya, sehingga bisa dipelajari secara
umumnya, serta ikut membangun tata per- mandiri sesuai dengan kemampuannya.
ekonomian nasional dalam rangka mewujud- Smaldino, Lowther, & Russell (2008:
kan masyarakat yang adil dan makmur. 372), menyatakan bahwa ”a medium (plural,
Menurut SK bersama Departemen Transmi- media) is a channel of communication. Deri-
grasi dan Koperasi dengan Departemen ved from the latin word meaning “between,”
Pendidikan dan Kebudayaan, tujuan pem- the term refers to anything that carrier infor-
bentukan Koperasi sekolah adalah: (1) Men- mation between a source and a receiver.
didik, menanamkan, dan memelihara suatu Media merupakan sebuah komunikasi yang
kesadaran hidup bergotong royong dan setia melibatkan antarsumber dan penerima. Dari
kawan serta jiwa demokratis diantara para beberapa pengertian yang telah dikemukakan
siswa; (2) Memupuk dan mendorong tumbuh- di atas dapat dinyatakan bahwa media me-
nya kesadaran dan semangat Koperasi para rupakan bentuk peralatan yang berfungsi
siswa; (3) Meningkatkan pengetahuan dan merangsang pemikiran, pengantar pesan ke-
keterampilan Koperasi dikalangan anggota pada sasaran dan dapat membangkitkan
yang berguna bagi para siswa untuk bekal perasaan.
terjun dimasyarakat; (4) Menunjang program Dalam suatu proses pembelajaran, ada
pembangunan pemerintah di sektor perko- dua unsur yang sangat penting, yaitu metode
perasian melalui program pendidikan sekolah; pembelajaran dan media pembelajaran, yang
(5) Membantu dan melayani pemenuhan ke- harus dikuasai dan dipelajari oleh seorang
butuhan ekonomi para siswa melalui pe- pengajar. Media berfungsi untuk tujuan ins-
ngembangan pembagian kegiatan usaha. truksi di mana informasi yang terdapat dalam
Koperasi sekolah dapat memberikan media harus melibatkan siswa dalam benak
manfaat bagi siswa yaitu: (1) dapat digunakan atau mental maupun dalam bentuk yang nyata
sebagai sarana belajar berorganisasi, men- sehingga pembelajaran dapat terjadi. Yusuf-
jalankan usaha untuk kesejahteraan anggota; hadi Miarso (2005: 458), kegunaan media
(2) memenuhi segala kebutuhan alat-alat pel- adalah: (a) mampu memberikan rangsangan
ajaran; (3) membentuk sikap mental yang yang bervariasi kepada otak, sehingga otak
baik, berdisiplin dan jujur di kalangan siswa; dapat berfungsi secara optimal; (b) dapat
(4) melatih siswa untuk menabung; (5) mem- mengatasi keterbatasan pengalaman yang
peroleh bagian Sisa Hasil Usaha (SHU); (6) siswa; (c) dapat melampaui batas ruang kelas;
melatih jiwa wirausaha di kalangan siswa; (7) (d) memungkinkan adanya interaksi langsung
menumbuhkan kompetensi siswa terhadap antara siswa dan lingkungan; (e) menghasil-
pemahaman sikap dan keterampilan ber- kan keseragaman pengamatan; (f) mem-
koperasi untuk bekal hidup di masyarakat; (8) bangkitkan keinginan dan minat baru; (g)
bagi pengurus memberi pengalaman untuk membangkitkan motivasi dan merangsang
memimpin dan mengendalikan organisasi dan untuk belajar; (h) memberikan pengalaman
bisnis. yang integral/menyeluruh dari sesuatu yang
konkrit maupun abstrak; (i) memberikan ke-
Media Pembelajaran sempatan kepada siswa untuk belajar mandiri,
Media berasal dari kata medium yang pada tempat dan waktu serta kecepatan yang
secara harafiah berarti perantara atau peng- ditentukan sendiri; (j) meningkatkan ke-
antar pesan dari pengirim pesan ke penerima mampuan keterbacaan baru; (k) mampu me-
pesan (Arief S. Sadiman dkk, 2007: 6). Dalam ningkatkan efek sosialisasi; (l) dapat me-
bahasa arab media adalah perantara atau ningkatkan kemampuan ekpresi diri pengajar
pengantar pesan dari pengirim pesan kepada maupun siswa.
penerima pesan (Azhar Arsyad, 2007: 3).
Sedangkan media menurut Atwi Suparman

Model Pembelajaran Kewirausahaan dengan Media Koperasi Sekolah


58 − Jurnal Pendidikan Vokasi

Model Pembelajaran Sekolah Menengah dan (3) model sistem ganda (the dual system
Kejuruan (SMK) model).
Thorndike (1965), belajar adalah proses Pertanyaan Penelitian
interaksi antara stimulus (yang mungkin be-
rupa pikiran, perasaan atau gerakan). Jelasnya 1. Bagaimana langkah pengembangan Model
perubahan tingkah laku itu bisa berupa se- Kwu-Kop pembelajaran kewirausahaan di
suatu dapat diamati atau yang tidak bisa SMK ?
diamati. Menurut Klein (2002: 2),”Learning 2. Perangkat apa saja yang dihasilkan dalam
can be defines as an experimental process pengembangan Model Kwu-Kop pada
resulting in a relatively permanent change in pembelajaran kewirausahaan di SMK ?
behavior that cannot be explained by tempo- 3. Bagaimana validitas dan efektivitas Model
rary states, maturation, or innate response Kwu-Kop pembelajaran kewirausahaan di
tendencies”. Artinya belajar dapat didefinisi- SMK?
kan sebagai hasil proses eksperimental dalam 4. Bagaimana tingkat keterlaksanaan Model
perubahan tingkah laku yang relative per- Kwu-Kop pembelajaran kewirausahaan di
manen yang tidak dapat diucapkan dengan SMK ?
pernyataan sesaat. Waston (Suciati, 1996: 4),
mengatakan bahwa belajar adalah proses METODE PENELITIAN
interaksi antara stimulus dan respon, namun
stimulus dan respon yang dimaksud harus Prosedur Penelitian
berbentuk tingkah laku yang dapat diamati
Penelitian ini menggunakan metode
dan dapat diukur. Menurut Skinner (Dimyati,
Penelitian dan Pengembangan atau Research
2002: 9), belajar adalah suatu perilaku. Pada
saat orang belajar, maka responnya menjadi and Development. Menurut Borg & Gall
(2003: 570), model ini memiliki sepuluh tahap
lebih baik. Skinner menyatakan bahwa belajar
pelaksanaan, namun dalam penelitian ini kami
ialah perubahan tingkah laku.
sederhanakan menjadi empat tahap yang ter-
Menurut Syaiful Sagala (2010), model
bagi dalam dua kegiatan yaitu: (1) prape-
diartikan sebagai kerangka konseptual yang
digunakan sebagai pedoman dalam melakukan ngembangan terdiri: (a) tahap investigasi; (b)
tahap desain; (c) tahap realisasi, dan pengem-
kegiatan, adapun pembelajaran adalah mem-
belajarkan siswa dengan menggunakan asas bangan terdiri: (d) tahap evaluasi (validasi
praktisi, ujicoba, revisi). Subjek uji coba ada-
pendidikan maupun teori belajar. Menurut
lah: (1) Guru kewirausahaan dan Siswa. Jenis
Joyce, & Weil. (1985: 31), model memiliki
banyak fungsi mulai perencanaan pelajaran, data yang diperoleh adalah data kualitatif dan
data kuantitatif.
kurikulum sampai desain materi instruksio-
nalnya. Sedangkan model pembelajaran itu
Teknik Analisis Data
sendiri adalah suatu desain atau pola dalam
melakukan proses belajar mengajar. Ada Sebelum instrumen digunakan di
empat model pembelajaran pendidikan ke- lapangan untuk mengukur kevalidan, keterlak-
juruan yang diterapkan di negara maju sanaan dan keefektifan model, terlebih dahulu
(Wardiman, 1998: 45), yaitu: Model Sekolah, diuji validitas dan reliabiltasnya. Namun vali-
Model Sistem Ganda, Model Magang dan ditas instrumen yang berbentuk format vali-
model school-Based-entreprice, atau disebut dasi, lembar observasi, dan angket hanya diuji
dengan unit produksi. Menurut Joice, & Weil. validitas teorinya melalui penilaian para ahli
(1985: 34), ada beberapa model pembelajaran, dan praktisi. Analisis yang diperlukan adalah:
antara lain: (1) information processing model;
(2) Social Model; (3) personal model; dan (4) Analisis Keterlaksanaan Model
behavioral model. Greinert (1994), pakar pen- Model dikatakan praktis dan mudah
didikan kejuruan dari Jerman, menyebutkan dilaksanakan apabila: (1) menurut penilaian
terdapat beberapa model dalam pendidikan dari praktisi menyatakan bahwa model dapat
kejuruan, yaitu: (1) model pasar (the market dengan mudah dilaksanakan dengan sedikit
model); (2) model sekolah (the school model; revisi; (2) secara nyata di lapangan model
dapat diterapkan dan dapat terlaksana se-

Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 3, Nomor 1, Februari 2013


Jurnal Pendidikan Vokasi − 59

bagian walaupun tidak semua berdasarkan kemudian dirujuk pada pengkategorian inter-
pengamatan; (3) Kemampuan guru mengelola val kelas dari Riduwan (2009: 55), sbb:
pembelajaran dengan menggunakan model 3,26 ≤ M ≤ 4,00 Kategori Dapat diguna-
termasuk kategori minimal cukup baik. kan tanpa revisi
2,51 ≤ M ≤ 3,25 Kategori Dapat diguna-
Analisis Keefektifan Model kan dengan revisi kecil
Model pembelajaran dikatakan efektif 1,76 ≤ M ≤ 2,50 Kategori Dapat diguna-
jika menurut penilaian praktisi berdasarkan kan dengan revisi besar
pengetahuan dan pengalamannya menyatakan 1,00 ≤ M ≤ 1,75 Kategori Tidak dapat di-
bahwa model yang dikembangkan efektif dan gunakan
secara nyata di kelas pelaksanaannya efektif. M = Rerata skor untuk aspek yang dinilai
Indikator adalah: (1) tujuan dari penerapan Kriteria yang digunakan untuk menen-
model pembelajaran tercapai, yaitu me- tukan bahwa instrumen memiliki derajat
ningkatnya kualitas pembelajaran, dilihat dari validitas yang memadai adalah apabila rerata
pencapaian kompetensi belajar siswa secara (M) hasil dari keseluruhan aspek minimal
klasikal 80% siswa mencapai nilai 70; (2) dalam kategori valid, apabila tidak maka perlu
respon siswa terhadap model yang diungkap- diadakan revisi berdasarkan saran dari para
kan dalam perasaan, pendapat dan komentar validator sampai memenuhi nilai rerata mini-
positif; (3) aktivitas siswa dalam pembel- mal pada kategori valid. Untuk mengukur
ajaran meningkat. tingkat kesepakatan antarpenilai terhadap
hasil validasi instrumen oleh para ahli (ex-
Analisis Validitas Model pert), dianalisis dengan statistik Coeffisient
Berdasarkan hasil validasi model dari Cohen‟s Kappa dan Percentage of Agree-
praktisi, ditentukan nilai rata-rata dari nilai ments dari Nitko dan Brokhatr (2007: 80).
yang diberikan oleh penilai. Selanjutnya Lembar penilaian dikatakan reliabel jika
ditentukan nilai rata-rata validitas model, koefisien reliabilitasnya (R) ≥ 0,70.

HASIL PENELITIAN

Penilaian Instrumen Penelitian

Tabel 1. Hasil Penilaian Kelayakan Instrumen Penelitian


Hasil Penilaian
No Nama Instrumen Validator Frek Frek Ket.
1 2 3 4 LD TD
1 Format Penilaian Model Kwu-Kop (FP-Model) LD LD LD LD 4 0 LD
2 Format Penilaian RPP (FP-RPP) LD LD LD LD 4 0 LD
3 Format Penilaian Modul Pembelajaran (FP- LD LD LD LD 4 0 LD
Modul)
4 Format Penilaian Job Sheet LD LD LD LD 4 0 LD
(FP-Job Sheet)
5 Format Penilaian Rubrik Penskoran (FP-Eval) LD LD LD LD 4 0 LD
6 Angket Keefektifan Model Respon Siswa (AK- LD LD LD LD 4 0 LD
Siswa)
7 Angket Keefektifan Model Respon Guru (AK- LD LD LD LD 4 0 LD
Guru)
8 Format Penilaian Keterlak sanaan Model (FP- LD LD LD LD 4 0 LD
Laks)
9 Lembar Pengamatan Aktivitas Guru (LP-AG) LD LD LD LD 4 0 LD
10 Lembar Pengamatan Perilaku Siswa (LP-PS) LD LD LD LD 4 0 LD

Model Pembelajaran Kewirausahaan dengan Media Koperasi Sekolah


60 − Jurnal Pendidikan Vokasi

Hasil validasi oleh rater dari analisis statistik Coeffisient Cohen‟Kappa adalah:

Tabel 2. Hasil Validasi Instrumen oleh Rater


No Nama Instrumen Koefisien Kriteria Keterangan
Reliabilitas
1 Format Penilaian Buku Panduan Model 0,87 ≥ 0,70 Valid/Reliabel
Kwu-Kop
2 Format Penilaian RPP 0,86 ≥ 0,70 Valid/Reliabel
3 Format Penilaian Modul Pembelajaran 0,74 ≥ 0,70 Valid/Reliabel
4 Format Penilaian Job Sheet 0,89 ≥ 0,70 Valid/Reliabel
5 Format Penilaian Rubrik Penskoran 0,81 ≥ 0,70 Valid/Reliabel
Unjuk Kerja Siswa
6 Lembar Pengamatan Perilaku Siswa 0,78 ≥ 0,70 Valid/Reliabel
7 Lembar Pengamatan Aktivitas Guru 0,81 ≥ 0,70 Valid/Reliabel
Dalam Pembelajaran
8 Angket Efektifitas Model Kwu-Kop 0,74 ≥ 0,70 Valid/Reliabel
(Respon Siswa)
9 Angket Efektifitas Model Kwu-Kop 0,74 ≥ 0,70 Valid/Reliabel
(Respon Guru)
10 Lembar Pengamatan Keterlaksanaan 0,85 ≥ 0,70 Valid/Reliabel
Model Kwu-Kop

Penilaian Model Kwu-Kop

Tabel 3. Hasil Penilaian Buku Panduan Model Kwu-Kop


Aspek yang dinilai Hasil Penilaian
Pra-UT Stlh-UT
Teori Pendukung Baik Baik Sekali
Prinsip Pengembangan Model Kwu-Kop Baik Baik
Pedoman Penggunaan Model Kwu-Kop Baik Baik
Mekanisme Pelaksanaan Model Kwu-Kop Baik Baik Sekali
Pedoman Penilaian Hasil belajar Siswa Baik Baik
Penilaian Umum Buku Panduan Model Kwu-Kop Baik Baik Sekali

Tabel 4. Hasil Penilaian Perangkat Pembelajaran


Perangkat Pembelajaran Hasil Penilaian
Pra-UT Stlh-UT Umum
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Baik BS Dapat digunakan
Modul Pembelajaran Baik BS Dapat digunakan
Job Sheet BS BS Dapat digunakan
Rubrik Penskoran Unjuk Kerja Siswa Baik BS Dapat digunakan

Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 3, Nomor 1, Februari 2013


Jurnal Pendidikan Vokasi − 61

Hasil Pengembangan Model

Tabel 5. Hasil Penilaian Efektifitas Model Kwu-Kop pada UT


Aspek yang dinilai Rata-rata Hasil Penilaian Rata-rata Keterangan
Guru Siswa
Validitas 3,50 3,75 3,63 Dapat digunakan
Reliabilitas 3,50 3,50 3,50 Dapat digunakan
Objektifitas 3,67 3,80 3,74 Dapat digunakan
Praktis 3,33 3,00 3,17 Dapat digunakan
Jumlah 3,50 3,51 3,50 Dapat digunakan

Tabel 6. Hasil Penilaian Efektifitas Model Kwu-Kop pada UP


Aspek yang dinilai Rata-rata Hasil Penilaian Rata-rata Keterangan
Guru Siswa
Validitas 3,75 4,00 3,88 Dapat digunakan
Reliabilitas 3,50 3,50 3,50 Dapat digunakan
Objektifitas 3,80 3,80 3,80 Dapat digunakan
Praktis 3,67 4,00 3,84 Dapat digunakan
Jumlah 3,68 3,83 3,75 Dapat digunakan

Tabel 7. Pengamatan Keterlaksanaan Model Kwu-Kop pada UT dan UP


Pertemuan Rata-rata (%) Keterlaksanaan Model Rata-rata Keterangan
Ujicoba Terbatas Ujicoba Diperluas
1 84,38 87,50 85,94 Sangat Baik
2 93,75 93,75 93,75 Sangat Baik
3 100,00 97,94 98,97 Sangat Baik
Rata-rata 92,71 93,06 92,89 Sangat Baik

Tabel 8. Pengamatan Aktivitas Guru Model Kwu-Kop pada UT dan UP


Pertemuan Rata-rata Aktivitas Guru Rata-rata Keterangan
Ujicoba Terbatas Ujicoba Diperluas
1 2,83 2,99 2,91 Baik
2 3,06 3,17 3,12 Baik
3 3,18 3,30 3,24 Baik
Rata-rata 3,02 3,15 3,09 Baik

Tabel 9. Pengamatan Perilaku Siswa Model Kwu-Kop pada UT dan UP


Pertemuan Rata-rata Perilaku Siswa Rata-rata Keterangan
Ujicoba Terbatas Ujicoba Diperluas
1 3,04 3,04 3,04 Baik
2 3,04 3,08 3,06 Baik
3 3,05 3,10 3,08 Baik
Rata-rata 3,04 3,07 3,06 Baik

Model Pembelajaran Kewirausahaan dengan Media Koperasi Sekolah


62 − Jurnal Pendidikan Vokasi

Analisis Hasil Pra-ujicoba Terbatas (Pra-UT)

Tabel 10. Data Penilaian Buku Panduan Model Kwu-Kop Pra-UT


Komponen yang dinilai Frikuensi Nilai Kriteria
1 2 3 4
Teori Pendukung (2 butir) 0 0 6 2 Baik
Prinsip Pengembangan Model (6 butir) 0 0 13 11 Baik
Pedoman Penggunaan Model (2 butir) 0 0 4 4 Baik
Prosedur Pelaksanaan Model (5 butir) 0 0 13 7 Baik
Pedoman Penilaian Hasil Belajar Siswa (3) 0 0 8 4 Baik
Rerata Total Nilai 3,38 Baik
Penilaian Umum Model Kwu-Kop Dapat digunakan dengan revisi kecil

Tabel 11. Data Penilaian RPP Model Kwu-Kop Pra-UT


Komponen yang dinilai Frikuensi Nilai Kriteria
1 2 3 4
Aspek Cakupan (2 butir) 0 0 3 5 B Sekali
Indikator Pencapaian (7 butir) 0 0 18 10 Baik
Isi dan Kegiatan Pembelajaran (5 butir) 0 0 16 4 Baik
Penggunaan Bahasa (4 butir) 0 0 7 9 B Sekali
Alokasi waktu (2 butir) 0 0 7 1 Baik
Rerata Total Nilai 3,37 Baik
Penilaian Umum terhadap RPP Dapat digunakan dengan revisi kecil

Tabel 12. Data Penilaian Modul Pembelajaran Model Kwu-Kop Pra-UT


Komponen yang dinilai Frikuensi Nilai Kriteria
1 2 3 4
Aspek Judul (7 butir) 0 0 13 15 B Sekali
Aspek Isi dan Materi Modul (8 butir) 0 0 23 9 Baik
Penggunaan Bahasa (4 butir) 0 0 7 9 B Sekali
Rerata Total Nilai 3,46 Baik
Penilaian Umum terhadap Modul Dapat digunakan dengan revisi kecil

Tabel 13. Data Penilaian Job Sheet Model Kwu-Kop Pra-UT


Komponen yang dinilai Frikuensi Nilai Kriteria
1 2 3 4
Aspek Cakupan (3 butir) 0 0 6 6 Baik
Aspek Isi (6 butir) 0 0 15 9 Baik
Penggunaan Bahasa (4 butir) 0 0 4 12 B Sekali
Rerata Total Nilai 3,54 B Sekali
Penilaian Umum terhadap Job Sheet Dapat digunakan dengan revisi kecil

Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 3, Nomor 1, Februari 2013


Jurnal Pendidikan Vokasi − 63

Tabel 14. Data Penilaian Rubrik Penskoran Model Kwu-Kop Pra-UT


Komponen yang dinilai Frikuensi Nilai Kriteria
1 2 3 4
Aspek Petunjuk (2 butir) 0 0 6 2 Baik
Aspek Cakupan (4 butir) 0 0 11 5 Baik
Penggunaan Bahasa (2 butir) 0 0 2 6 B Sekali
Rerata Total Nilai 3,44 Baik
Penilaian Umum Rubrik Penskoran Dapat digunakan dengan revisi kecil

Analisis Hasil Setelah Ujicoba Terbatas (Stlh-UT)

Tabel 15. Data Penilaian Buku Panduan Model Kwu-Kop Setelah-UT


Komponen yang dinilai Frikuensi Nilai Kriteria
1 2 3 4
Teori Pendukung (2 butir) 0 0 1 3 B Sekali
Prinsip Pengembangan Model (6 butir) 0 0 6 6 Baik
Pedoman Penggunaan Model (2 butir) 0 0 3 1 Baik
Prosedur Pelaksanaan Model (5 butir) 0 0 3 7 B Sekali
Pedoman Penilaian Hasil Belajar Siswa (3) 0 0 3 3 Baik
Rerata Total Nilai 3,54 B Sekali
Penilaian Umum Model Kwu-Kop Dapat digunakan dengan revisi kecil

Tabel 16. Data Penilaian RPP Model Kwu-Kop Setelah-UT


Komponen yang dinilai Frikuensi Nilai Kriteria
1 2 3 4
Aspek Cakupan (2 butir) 0 0 1 3 B Sekali
Indikator Pencapaian (7 butir) 0 0 7 7 Baik
Isi dan Kegiatan Pembelajaran (5 butir) 0 0 5 5 Baik
Penggunaan Bahasa (4 butir) 0 0 3 5 B Sekali
Alokasi waktu (2 butir) 0 0 1 3 Baik
Rerata Total Nilai 3,63 B Sekali
Penilaian Umum terhadap RPP Dapat digunakan dengan revisi kecil

Tabel 17. Data Penilaian Modul Pembelajaran Model Kwu-Kop Setelah-UT


Komponen yang dinilai Frikuensi Nilai Kriteria
1 2 3 4
Aspek Judul (7 butir) 0 0 7 7 Baik
Aspek Isi dan Materi Modul (8 butir) 0 0 9 7 Baik
Penggunaan Bahasa (4 butir) 0 0 3 5 B Sekali
Rerata Total Nilai 3,53 B Sekali
Penilaian Umum terhadap Modul Dapat digunakan dengan revisi kecil

Model Pembelajaran Kewirausahaan dengan Media Koperasi Sekolah


64 − Jurnal Pendidikan Vokasi

Tabel 18. Data Penilaian Job Sheet Model Kwu-Kop Setelah-UT


Komponen yang dinilai Frikuensi Nilai Kriteria
1 2 3 4
Aspek Cakupan (3 butir) 0 0 3 3 Baik
Aspek Isi (6 butir) 0 0 5 7 B Sekali
Penggunaan Bahasa (4 butir) 0 0 2 6 B Sekali
Rerata Total Nilai 3,61 B Sekali
Penilaian Umum terhadap Job Sheet Dapat digunakan dengan revisi kecil

Tabel 19. Data Penilaian Rubrik Penskoran Model Kwu-Kop Setelah-UT


Komponen yang dinilai Frikuensi Nilai Kriteria
1 2 3 4
Aspek Petunjuk (2 butir) 0 0 2 2 Baik
Aspek Cakupan (4 butir) 0 0 3 5 B Sekali
Penggunaan Bahasa (2 butir) 0 0 1 3 B Sekali
Rerata Total Nilai 3,63 B Sekali
Penilaian Umum Rubrik Penskoran Dapat digunakan dengan revisi kecil

Keterlaksanaan Model Kwu-Kop pada UT

Tabel 20. Percentage of Agreement Pengamatan Keterlaksanaan Model Kwu-Kop (UT)


Penilaian ke- Hasil Pengamatan Keterlaksanaan Model
A D PA
1 15 1 94
2 16 0 100
3 16 0 100
Rerata 15,67 0,33 98
Keterangan: A: Agreement, D: Disagreement, PA: Percentage of Agreement

Tabel 21. Hasil Pengamatan Keterlaksanaan Model Kwu-Kop Pada UT


Penilaian ke- Persentase Keterlaksanaan Keterangan
Rerata Skor %
1 13,5 84,38 Sangat Baik
2 15 93,75 Sangat Baik
3 16 100,00 Sangat Baik
Rerata 14,89 93,06 Sangat Baik

Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 3, Nomor 1, Februari 2013


Jurnal Pendidikan Vokasi − 65

Keterlaksanaan Model Kwu-Kop pada UP

Tabel 22. Percentage of Agreement Pengamatan Keterlaksanaan Model Kwu-Kop pada UP


Penilaian ke- Hasil Pengmatan Keterlaksanaan Model
A D PA
1 14,67 1,33 92
2 15,33 0,67 96
3 16 0 100
Rerata 15,33 0,67 96
Keterangan: A: Agreement, D: Disagreement, PA: Percentage of Agreement

Tabel 23. Pengamatan Keterlaksanaan Model Kwu-Kop pada UP


Penilaian ke- Persentase Keterlaksanaan Keterangan
Rerata Skor %
1 14 87,50 Sangat Baik
2 15 93,75 Sangat Baik
3 15,67 97,94 Sangat Baik
Rerata 14,89 93,06 Sangat Baik

RPP; (b) modul pembelajaran; (c) job


SIMPULAN DAN SARAN sheet; (d) perangkat evaluasi.
3. Berdasarkan hasil analisis kevalidan
Simpulan menunjukkan bahwa semua validator
1. Langkah pengembangan model pembel- menyatakan bahwa Model Kwu-Kop
ajaran Model Kwu-Kop dibagi dalam dua beserta perangkatnya dapat digunakan
kegiatan dan terbagi dalam empat tahap, dalam pembelajaran praktik kewirausaha-
yaitu: (a) prapengembangan, meliputi an di SMK, karena dibangun atas landas-
tahap investigasi, tahap desain, dan tahap an berfikir yang rasional dengan teori
realisasi; (b) pengembangan, ini merupa- pendukung yang kuat dan relevan. Maka
kan tahap evaluasi, kegiatannya meliputi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
validasi, uji coba dan revisi. Model Kwu-Kop yang dihasilkan me-
2. Perangkat pembelajaran Model Kwu-Kop menuhi kriteria valid untuk dipergunakan
yang dikembangkan dapat dikatakan di SMK Kelompok Bisnsis dan Mana-
sederhana sehingga dapat dengan mudah jemen.
dipahami, baik oleh guru maupun siswa. 4. Berdasarkan analisis angket keefektifan
Perangkat yang dikembangkan berupa terhadap penerapan Model Kwu-Kop,
buku panduan Model Kwu-Kop dan menunjukkan bahwa respon siswa mau-
perangkat pembelajaran. Buku panduan pun respon guru positif dan secara
Model Kwu-Kop berisi: (a) Rasionalitas obyektif baik siswa maupun guru me-
dan teori pendukung Model Kwu-Kop; ngatakan bahwa model ini efektif untuk
(b) Prinsip pembelajaran Model Kwu- menumbuhkan keterampilan kewira-
Kop; (c) Prosedur Pelaksanaan Model usahaan siswa SMK Kelompok Bisnis
Kwu-Kop; (d) Pedoman penilaian hasil dan Manajemen.
belajar siswa; dan (e) Tahapan pengolah- 5. Berdasarkan hasil analisis keterlaksanaan
an hasil belajar siswa. Sedangkan pe- Model Kwu-Kop, dapat disimpulkan
rangkat pembelajaran terdiri dari: (a) bahwa penerapan Model Kwu-Kop
dalam pembelajaran kewirausahaan SMK

Model Pembelajaran Kewirausahaan dengan Media Koperasi Sekolah


66 − Jurnal Pendidikan Vokasi

dapat dilaksanakan dengan praktis dan DAFTAR PUSTAKA


dapat berfungsi dengan baik untuk
Arif S. Sadiman., R. Raharjo., & Anung
menumbuhkan keterampilan kewira-
Haryono. (2007). Media pendidikan :
usahaan siswa SMK Kelompok Bisnis
Pengertian, pengembangan dan pe-
dan Manajemen.
manfaatannya. Jakarta: PT. Raja Gra-
findo Perkasa.
Saran
Arifin Chaniago. (1982). Perkoperasian Indo-
Pengembangan Model Kwu-Kop dalam
nesia. Bandung: Angkasa.
penelitian ini baru sebatas pada pengujian
model, disarankan kepada guru pengajar Atwi Suparman. (2001). Desain instruksional.
kewirausahaan untuk implementasi dan sosia- Jakarta: Proyek Pengembangan Univer-
lisasi penggunaan model ini di SMK, dan sitas Terbuka. Direktorat Jenderal
diadakan penelitian lain untuk pengembangan Pendidikan Tinggi. Jakarta: Depar-
lebih lanjut. temen Pendidikan Nasional.
Perangkat dari Model Kwu-Kop dari
Azhar Arsyad. (2007). Media pembelajaran.
hasil penelitian ini masih relatif sederhana.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Disarankan ada penelitian lebih lanjut untuk
mengembangkan model, sehingga menjadi Badan Pusat Statistik. (2009). Perkembangan
model yang lebih lengkap dan lebih efektif beberapa indikator utama sosial-
untuk meningkatkan keterampilan kewira- ekonomi Indonesia pada bulan Maret
usahaan siswa SMK. 2009. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Pembentukan kompetensi dalam Model Boediono. (3-Desember-2012). Wirausaha-
Kwu-Kop implementasinya pada badan usaha wan Indonesia cuma 1,56 persen.
yang berbentuk Koperasi, disarankan kepada Tabengan hal. 9 kol. 1.
guru kewirausahaan untuk bisa meng-
implementasikan pada bentuk badan usaha Borg, W.R., & Gall, M.D. (2003). Educa-
yang lain. Sehingga pada saat diskusi dan tional research, An introduction (5th
presentasi dengan siswa, guru bisa menjelas- ed.). New York: Logman.
kan apa yang membedakan dalam pengelolaan Bruce, J., & Weil, M. (1985). Models of
Koperasi dengan pengelolaan bentuk badan teaching. Englewood Cliffs, New
usaha yang lain. Jersey: Prentice-Hall.
Model Kwu-Kop ini sangat efektif dan
praktis, hal ini tebukti mendapat respon yang Buchori Alma. (2005). Kewirausahaan.
positif baik dari siswa maupun guru, disaran- Bandung: Alfabeta.
kan kepada para kepala sekolah SMK Depdiknas. (2003). Undang-undang RI
Kelompok Bisnis dan Manajemen agar mem- Nomor 20, tahun 2003, tentang Sistem
pertimbangkan Model Kwu-Kop ini sebagai Pendidikan Nasional. Jakarta: Depar-
model pembelajaran kewirausahaan yang siap temen Pendidikan Nasional.
diimplementasikan di SMK.
Pelaksanaan Model Kwu-Kop untuk Depdiknas. (2004). Pola pengembangan
siswa SMK kelas XII semester ganjil dan pembinaan penyelenggaraan program
genap, yang mana pada saat ini siswa juga kewirausahaan Sekolah Menengah Ke-
terbebani untuk menghadapi Ujian Akhir juruan tahun 2004. Jakarta: Depdiknas.
Nasional (UNAS), untuk itu disarankan ke- Depdiknas. (2010). Rencana strategis Depar-
pada guru kewirausahaan supaya materi temen Pendidikan Nasional tahun
pembelajaran Model Kwu-Kop dituntaskan 2010-2914: Menuju pembangunan
pada akhir semester ganjil. Sehingga siswa pendidikan nasional jangka panjang
disemester genap cukup waktu untuk belajar 2025. Jakarta: Departemen Pendidikan
menghadapi UNAS, tidak lagi terbebani oleh Nasional.
pembelajaran kewirausahaan.
Dimyati., & Mudjiono. (2002). Belajar dan
pembelajaran. Jakarta: PT Rineka
Cipta.

Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 3, Nomor 1, Februari 2013


Jurnal Pendidikan Vokasi − 67

Greinert, W.D. (2009). Basic type of Reuter, E. B. (2006). The social attitude. The
vocational qualification. Tubingen: University Of Lowa. Diambil pada 21
Institute of Scientific Cooperation (Ed). Agustus 2006. http://spartan.ac.broc-
ku.ca/”reuter/reuter-1923.html.
Hendrojogi. (1999). Koperasi, asas-asas teori
dan praktek. Jakarta: PT Raja Grafindo Riduwan. (2009). Pengantar statistik sosial.
Persada. Bandung: Alfabeta.
Heru Kristanto. (2009). Kewirausahaan: Smaldino, S.I., Lowther, D.S., & Russell, J.D.
Enterpreneurship pendekatan mana- (2008). Instructional technology and
jemen dan praktis. Jogyakarta: Graha media for learning (9 th, ed.). New
Ilmu. Jersey: Peerson.
Hisrich, D.R., & Peter, P.M. (1989). Entre- Suryana. (2003). Kewirausahaan: Pedoman
preneurship. Fifth Edition, North praktis, kiat dan proses menuju sukses.
America: Mc Graw-Hill. Jakarta: Salemba Empat.
Irmawita. (2003). Analisa pengembangan Surya Dharma. (2009). Kewirausahaan
wirausaha melalui pendidikan kewira- sekolah berbasis kreativitas dan inovasi.
usahaan pada industri kecil di Kabu- Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan.
paten Tanah Datar. Jurnal Ilmiah. VISI Volume. 15. Edisi Khusus I, 2009, 102-
Nomor 14/THXI/2003, 45-47. 121.
Kartasapoetra., Bambang., & Setiady. (2007). Syaiful Sagala. (2010). Konsep dan makna
Koperasi Indonesia buku acuan untuk pembelajaran: Untuk membantu me-
siswa SMK. Jakarta: Kerjasama Rineka mecahkan problematika belajar dan
Cipta dan Bina Adiaksara. mengajar. Bandung: Alfabeta.
Klein, S.B. (2002). Learning principle and Thorndike., Edwar, L., & Elizabeth, H.
applications. USA: Mississippi State (1965). Measuremant and evaluation in
University. psychology and education. New York:
John Wiley.
Kuratko., Donald., & Hodgetts, R. (2004).
Enterpreneurship: Theory, process and Undang-undang. (1992). UU Nomor. 25
practice (6th ed.). Canada: Thomson Tahun 1992. Tentang perkoperasian.
South-Western.
Wardiman Djojonegoro. (1998). Pengem-
Lambing., Paggy, A., & Kuehl. (2000). Entre- bangan sumber daya manusia melalui
preneurship. New Jersey: Prentice Hall Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Inc. Jakarta: PT Jayakarta Agung Offset.
Longenecker, J.G. (2001). Kewirausahaan Zimmerer, T. W., Scarborough, N.M., &
manajemen usaha kecil. Jakarta: Wilson, D. (2008). Essentials of
Salemba Empat. entrepreneurship and small business
management (4th ed.). New Jersey:
Maskur Wiratmo. (1996). Pengantar kewira-
Pearson Education, Inc.
usahaan, kerangka dasar memasuki
dunia bisnis. Yogyakarta: BPFE. Zimmerer, T.W., & Scarborough, N.M.
(2005). Entrepreneurship and the new
Nitko, A.J., & Brookhart, S.M. (2007). Edu-
ventureformation. New Jersey: Prentice
cational assessment of students. New
Hall International.
Jersey: Pearson Merrill Prentice hall.

Model Pembelajaran Kewirausahaan dengan Media Koperasi Sekolah

Anda mungkin juga menyukai