Anda di halaman 1dari 30

Visi dan Misi

Visi

Menjadi lembaga jaminan sosial tenaga kerja terpercaya yang unggul dalam
pelayanan dan memberikan manfaat optimal bagi seluruh peserta dan
keluarganya.

Misi

Sebagai badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja yang memenuhi


perlindungan dasar bagi tenaga kerja serta menjadi mitra terpercaya bagi;

• Tenaga Kerja: Memberikan perlindungan yang layak bagi tenaga kerja dan
keluarga
• Pengusaha: Menjadi mitra terpercaya untuk memberikan perlindungan
kepada tenaga kerja dan meningkatkan produktivitas
• Negara: Berperan serta dalam pembangunan

FILOSOFI JAMSOSTEK

a. JAMSOSTEK dilandasi filosofi kemandirian dan harga diri untuk


mengatasi resiko sosial ekonomi. Kemandirian berarti tidak tergantung
orang lain dalam membiayai perawatan pada waktu sakit, kehidupan dihari
tua maupun keluarganya bila meninggal dunia. Harga diri berarti jaminan
tersebut diperoleh sebagai hak dan bukan dari belas kasihan orang lain.
b. Agar pembiayaan dan manfaatnya optimal, pelaksanaan program
JAMSOSTEK dilakukan secara gotong royong, dimana yang muda
membantu yang tua, yang sehat membantu yang sakit dan yang
berpenghasilan tinggi membantu yang berpenghasilan rendah.

Motto Perusahaan:

Pelindung Pekerja, Mitra Pengusaha

NILAI-NILAI PERUSAHAAN

Iman : Taqwa, berfikir positif, tanggung jawab, pelayanan tulus ikhlas.

Profesional:Berprestasi, bermental unggul, proaktif dan bersikap positif terhadap


perubahan

dan pembaharuan
Teladan : Berpandangan jauh kedepan, penghargaan dan pembimbingan
(reward &

encouragement), pemberdayaan

Integritas : Berani, komitmen, keterbukaan

Kerjasama : Kebersamaan, menghargai pendapat, menghargai orang lain.

Sejarah
Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu tangung jawab
dan kewajiban Negara untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi kepada
masyarakat. Sesuai dengan kondisi kemampuan keuangan Negara, Indonesia
seperti halnya berbagai Negara berkembang lainnya, mengembangkan program
jaminan sosial berdasarkan funded social security, yaitu jaminan sosial yang
didanai oleh peserta dan masih terbatas pada masyarakat pekerja di sektor formal.

Sejarah terbentuknya PT Jamsostek (Persero) mengalami proses yang panjang,


dimulai dari UU No.33/1947 jo UU No.2/1951 tentang kecelakaan kerja,
Peraturan Menteri Perburuhan (PMP) No.48/1952 jo PMP No.8/1956 tentang
pengaturan bantuan untuk usaha penyelenggaraan kesehatan buruh, PMP
No.15/1957 tentang pembentukan Yayasan Sosial Buruh, PMP No.5/1964 tentang
pembentukan Yayasan Dana Jaminan Sosial (YDJS), diberlakukannya UU
No.14/1969 tentang Pokok-pokok Tenaga Kerja, secara kronologis proses
lahirnya asuransi sosial tenaga kerja semakin transparan.

Setelah mengalami kemajuan dan perkembangan, baik menyangkut landasan


hukum, bentuk perlindungan maupun cara penyelenggaraan, pada tahun 1977
diperoleh suatu tonggak sejarah penting dengan dikeluarkannya Peraturan
Pemerintah (PP) No.33 tahun 1977 tentang pelaksanaan program asuransi sosial
tenaga kerja (ASTEK), yang mewajibkan setiap pemberi kerja/pengusaha swasta
dan BUMN untuk mengikuti program ASTEK. Terbit pula PP No.34/1977
tentang pembentukan wadah penyelenggara ASTEK yaitu Perum Astek.

Tonggak penting berikutnya adalah lahirnya UU No.3 tahun 1992 tentang


Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK). Dan melalui PP No.36/1995
ditetapkannya PT Jamsostek sebagai badan penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga
Kerja. Program Jamsostek memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi
kebutuhan minimal bagi tenaga kerja dan keluarganya, dengan memberikan
kepastian berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga sebagai
pengganti sebagian atau seluruhnya penghasilan yang hilang, akibat risiko sosial.

Selanjutnya pada akhir tahun 2004, Pemerintah juga menerbitkan UU Nomor 40


Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, yang berhubungan dengan
Amandemen UUD 1945 dengan perubahan pada pasal 34 ayat 2, dimana Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR) telah mengesahkan Amandemen tersebut, yang
kini berbunyi: "Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat
dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan
martabat kemanusiaan". Manfaat perlindungan tersebut dapat memberikan rasa
aman kepada pekerja sehingga dapat lebih berkonsentrasi dalam meningkatan
motivasi maupun produktivitas kerja.

Kiprah Perseroan yang mengedepankan kepentingan dan hak normative Tenaga


Kerja di Indonesia terus berlanjut. Sampai saat ini, PT Jamsostek (Persero)
memberikan perlindungan 4 (empat) program, yang mencakup Program Jaminan
Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JKM), Jaminan Hari Tua (JHT) dan
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) bagi seluruh tenaga kerja dan
keluarganya.

Dengan penyelenggaraan yang makin maju, program Jamsostek tidak hanya


bermanfaat kepada pekerja dan pengusaha tetapi juga berperan aktif dalam
meningkatkan pertumbuhan perekonomian bagi kesejahteraan masyarakat dan
perkembangan masa depan bangsa.

Struktur Organisasi
Struktur Organisasi PT. Jamsostek (Persero) sebagaimana tertuang dalam Surat
Keputusan Direksi Nomor: KEP/190/082007 bulan Agustus 2007 tentang Struktur
Organisasi dan Tata Kerja PT. Jamsostek (Persero), adalah sebagai berikut:
Dewan Komisaris
Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: KEP-
228/MBU/2008 tentang "Pemberhentian dan Pengangkatan Komisaris Utama
Perusahaan Perseroan (Persero) PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja" tanggal 14
November 2008 dan Keputusan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: KEP-
224/MBU/2008 tentang "Pemberhentian Anggota Komisaris Perusahaan Perseroan
(Persero) PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja" tanggal 13 November 2008, berikut profil
Dewan Komisaris PT Jamsostek (Persero):

Bambang Subianto
Komisaris Utama
Komisaris Utama PT Jamsostek sejak Desember 2008. Saat
ini adalah partner dari IndoConsult. Pada tahun 2000 -
20004 partner dari PT Ernst & Young Consulting. Pernah
menjadi dosen di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dan
menjabat sebagai Menteri Keuangan RI pada dalam periode
Mei 1998 - Oktober 1999.

Meraih gelar Sarjana Teknik Kimia dari Institut Teknologi


Bandung, gelar Master of Business Administration konsentrasi
di Finance & Business Economics gelar Doctor dalam
bidang Applied Economic Sciences dari Catholic University of
Leuven, Belgium tahun 1984.

Sjukur Sarto
Komisaris
Komisaris PT Jamsostek (Persero) sejak 2001. Saat ini
menjabat sebagai Ketua Dewan Pimpinan Pusat-Serikat
Pekerja Seluruh Indonesia (DPP SPSI), Ketua Umum
Pimpinan Pusat F. SP BPU - SPSI dan Sekretaris Tripartit
Nasional. Sejak tahun 2000 menjadi anggota Komite Pengarah
Nasional tentang Restrukturisasi dan Reformasi Jamsostek.

Meraih gelar S1, bidang Ekonomi dari Universitas


Krisnadwipayana - Jakarta, tahun 1980. Gelar S2, bidang
Manajemen Lingkungan dari IPB - Bogor, tahun 1995.

Hariyadi BS. Sukamdani


Komisaris
Komisaris PT Jamsostek (Persero) sejak 2007. Saat ini juga
menjabat sebagai Komisaris PT Jurnalindo Aksara Grafika,
Direktur PT Spinindo Bina Persada, Wakil Komisaris Utama
PT Hotel Sahid Jaya International Tbk., Presiden Direktur PT
Indonesia Paradise Island, Presiden Direktur PT Indotex
LaSalle College International, Direktur Utama PT Sahid Gema
Wisata, Vice President Sahid Group dan Direktur Utama PT
Sahid Detolin Textile.

Selain itu memegang jabatan di beberapa organisasi di dalam


negeri, diantaranya sebagai Ketua Harian Yayasan HIPMI
Jaya, Anggota Komite Pemulihan Ekonomi Nasional (KPEN-
KADIN), Ketua Dewan Pimpinan Nasional Asosiasi Pengusaha
Indonesia (DPN APINDO), Ketua Dewan Kehormatan HIPMI
dan Ketua Badan Pengurus Nasional Asosiasi Pertekstilan
Indonesia (BPN API).

Meraih gelar Sarjana di bidang Teknik Sipil dari Universitas


Sebelas Maret, Surakarta, tahun 1989, Magister Manajemen
jurusan Manajemen Akuntansi dari Universitas Indonesia
tahun 1992 dan memiliki sertifikat Registered Financial
Consultant dari International Association of Registered
Financial Consultants, Inc. (IARFC).
Herry Purnomo
Komisaris
Komisaris PT Jamsostek (Persero) sejak 2007. Saat ini juga
menjabat sebagai Direktur Jenderal Perbendaharaan di
Departemen Keuangan. Sebelumnya pernah menjabat
sebagai Komisaris PT Posindo (Persero), Direktur
Pengelolaan Barang Milik/Kekayaan Negara - Ditjen
Perbendaharaan, Direktur Pembinaan Kekayaan Negara -
Ditjen Anggaran, Kepala Kanwil XVIII - Ditjen Anggaran dan
Kepala Kanwil V - Ditjen Anggaran.

Meraih gelar Sarjana dari Institut Ilmu keuangan tahun 1980


dan Master from University of Birmingham, Inggris pada tahun
1989.

Rekson Silaban
Komisaris
Komisaris PT Jamsostek (Persero) sejak 2007. saat ini masih
menjabat sebagai anggota Lembaga Tripartit Nasional serta
menjabat sebagai Ketua Umum DPP KSBSI.

Meraih gelar Sarjana di bidang Ekonomi dari Universitas


Simalungun, Sumatera utara dan Master dari International
Labor Standard, Belgium pada tahun 2007.

Dewan Direksi
Berdasarkan Keputusan Menteri Negara BUMN Nomor: KEP-249/MBU/122008
tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Anggota-Anggota Direksi Perusahaan
Perseroan (Persero) PT Jamsostek, tanggal 19 Desember 2008, berikut adalah
profil Dewan Direksi PT Jamsostek (Persero):

H. Hotbonar Sinaga
(Direktur Utama)
Lahir: Cipanas, 20 Mei 1949

Pendidikan: Sarjana Ekonomi Manajemen Konsentrasi


Pemasaran Universitas Indonesia, Non Degree-Shipping
(Professional Shipping Management) Norwegian Shipping
Academy, Insurance Broking (Certified Indonesian Ins. &
Reinsurance Brokers) & APAI (Ahli Pialang Asuransi Indonesia)
ABAI, Jakarta, Perencanaan Keuangan ChFC (Chartered
Financial Consultant) The American College & Singapore
College of Insurance.

Karir: Sebagai Pengajar di Fakultas Ekonomi Universitas


Indonesia Program Sarjana Strata-1 dan Magister Management,
Direktur Utama PT. Asuransi Berdikari, Komisaris Independen:
PT. Asia Pratama General Insurance, PT. Sarana Proteksi
Broker Asuransi, PT. Sinar Mas Multi Artha Tbk., PT. Asuransi
Sinar Mas, PT. Asuransi Eka Life, PT. Asuransi Mega Life,
Komisaris Utama PT. Mitra Finansial Wicaksana, Komite Audit:
PT. Pindo Deli Paper Mills, PT. Lontar Papirus Pulp & Paper.

H.D Suyono
(Direktur Perencanaan, Pengembangan dan
Informasi)
Lahir: Sragen, 10 Desember 1953

Pendidikan: Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas


Agustus 1945 Semarang

Karir: pernah menduduki Jabatan Kepala Biro Humas PT


Jamsostek (Persero), Kepala Kantor Wilayah V Semarang,
menjabat Kepala Kantor Wilayah VIII Makasar, Kepala Biro
Sekretariat Perusahaan PT Jamsostek (Persero)

Myra Soraya Ratnawati Asnar


(Direktur Keuangan)
Lahir: Surabaya, 28 Desember 1956

Pendidikan: Sarjana Ekonomi Universitas Indonesia, Magister


Manajemen Lembaga Pembinaan dan Pendidikan Manajemen
(PPM)

Karir: Kepala Biro Perencanaan dan Pengembangan PT


Jamsostek (Persero). Saat ini menjabat sebagai Direktur
Keuangan PT Jamsostek (Persero)

Ahmad Ansyori
(Direktur Operasi dan Pelayanan)
Lahir: Kota Negara, Juli 1963

Pendidikan: Magister Hukum Universitas Sumatera Utara

Karir: pernah menduduki Jabatan Kepala Biro Hukum PT


Jamsostek (Persero), Kepala Biro Personalia PT Jamsostek
(Persero), Kepala Kantor Wilayah I Medan PT Jamsostek
(Persero)
Djoko Sungkono
(Direktur Umum dan SDM)
Lahir: Mojokerto, 02 Nopember 1952

Pendidikan: Magister Manajemen Pemasaran Universitas


Pancasila

Karir: Pernah menjabat sebagai Direktur Umum dan


Personalia PT Jamsostek (Persero), Direktur Operasi dan
Pelayanan PT Jamsostek (Persero), Marketing Advisor Pharma
Niaga Bhd, Malaysia. Saat ini masih aktif sebagai anggota
Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN)

Elvyn G. Masassya
(Direktur Investasi)
Lahir: Medan, 18 Juni 1967

Pendidikan: Sarjana Ekonomi jurusan Manajemen


Universitas Jayabaya, Magister Manajemen Keuangan Institut
Teknologi Bandung (ITB)

Karir: pernah menjabat sebagai Komisaris PT Bank Bali,


Direktur PT Bank Permata Tbk, Corporate Secretary PT Bank
Negara Indonesia (Persero) Tbk, Direktur PT Tuban
Petrochemical Industries

Karsanto
(Direktur Kepatuhan dan Manajemen Risiko)

Lahir: Surakarta, 12 Mei 1954

Pendidikan: Sarjana Ekonomi jurusan Perusahaan


Universitas Diponegoro, Master of Business
Administration Institute Technology of New York

Karir: pernah menjabat sebagai Pemimpin Wilayah PT Bank


Negara Indonesia (Persero) Tbk Kantor Wilayah 01 Medan,
Pemimpin Divisi Usaha Kecil PT Bank Negara Indonesia
(Persero) Tbk, Pemimpin Divisi Kebijakan & Manajemen Risiko
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk

Tim Manajemen PT Jamsostek ( Persero )


Kantor Pusat

Posisi Nama
Kepala Biro Humas M. Sarjan Lubis
Kepala Biro Sekretariat Perusahaan M. Nasrun Baso
Kepala Biro Pengawasan Internal Suwardi Dullah
Kepala Divisi Pelayanan JPK Mas'oed Muhammad
Kepala Divisi Teknis & Pelayanan Nur'aina
Kepala Biro Akuntansi Trisiwi Hidayati
Kepala Biro Keuangan Paryudhianto Akt
Kepala Biro Pengendalian Keuangan Robby Arsamanggala
Kepala Biro Teknologi & Informasi Hardi Yuliwan
Kepala Biro Renbang Agus Supriyadi
Kepala Biro Diklat Koes Antarto
Kepala Biro Manajemen Risiko Teguh Purwanto
Kepala Divisi Operasi Tjipto Rahadi
Kepala Biro Pengadaan Diddi Siswadi
Pjs. Kepala Biro Kepatuhan & Hukum Salkoni
Pjs. Kepala Biro SDM Nurhadiah
Kepala Biro Sarana & Prasarana Dedi Pramiadi
Kepala Biro PKP & KBL Ahmad Riadi
Pjs. Kepala Divisi Investasi Langsung Amri Yusuf
Kepala Divisi Pasar Uang & Pasar Modal Jeffry Haryadi PM
Kepala Divisi Analisa Portofolio

Daerah

Posisi Nama
Kepala Kantor Wilayah I Herry Herland S
Wakil Kepala Kanwil I Banjar Aseli DS
Kepala Kantor Wilayah II F. Soetrisno
Wakil Kepala Kanwil II Partono
Kepala Kantor Wilayah III Herdi Trisanto
Wakil Kepala Kanwil III Mulyani RAR
Kepala Kantor Wilayah IV E. Ilyas Lubis
Wakil Kepala Kanwil IV Herwin Mahendra
Kepala Kantor Wilayah V Ferry Atorid
Wakil Kepala Kanwil V Titiek Sukanthi
Kepala Kantor Wilayah VI M. Junaedi
Wakil Kepala Kanwil VI Trisno Kistomo
Kepala Kantor Wilayah VII Diddi Slamet Riyadi
Wakil Kepala Kanwil VII M. Syatir BSW
Kepala Kantor Wilayah VIII Basuki Siswanto
Wakil Kepala Kanwil VIII Yoto Susiswo
Sumber: Biro Sekretariat Perusahaan, Feb 2010

Program Jaminan Hari Tua


Program Jaminan Sosial merupakan program perlindungan yang bersifat dasar bagi
tenaga kerja yang bertujuan untuk menjamin adanya keamanan dan kepastian terhadap
risiko-risiko sosial ekonomi, dan merupakan sarana penjamin arus penerimaan
penghasilan bagi tenaga kerja dan keluarganya akibat dari terjadinya risiko-risiko sosial
dengan pembiayaan yang terjangkau oleh pengusaha dan tenaga kerja.

Risiko sosial ekonomi yang ditanggulangi oleh program tersebut terbatas saat terjadi
peristiwa kecelakaan, sakit, hamil, bersalin, cacat, hari tua dan meninggal dunia, yang
mengakibatkan berkurangnya atau terputusnya penghasilan tenaga kerja dan/atau
membutuhkan perawatan medis Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial ini
menggunakan mekanisme Asuransi Sosial.

Program Jaminan Hari Tua

Definisi
Program Jaminan Hari Tua ditujukan sebagai pengganti terputusnya penghasilan tenaga
kerja karena meninggal, cacat, atau hari tua dan diselenggarakan dengan sistem
tabungan hari tua. Program Jaminan Hari Tua memberikan kepastian penerimaan
penghasilan yang dibayarkan pada saat tenaga kerja mencapai usia 55 tahun atau telah
memenuhi persyaratan tertentu.

Iuran Program Jaminan Hari Tua:

• Ditanggung Perusahaan = 3,7%


• Ditanggung Tenaga Kerja = 2%

Kemanfaatan Jaminan Hari Tua adalah sebesar akumulasi iuran ditambah hasil
pengembangannya.

Jaminan Hari Tua akan dikembalikan/dibayarkan sebesar iuran yang terkumpul ditambah
dengan hasil pengembangannya, apabila tenaga kerja:

• Mencapai umur 55 tahun atau meninggal dunia, atau cacat total tetap
• Mengalami PHK setelah menjadi peserta sekurang-kurangnya 5 tahun dengan
masa tunggu 1 bulan
• Pergi keluar negeri tidak kembali lagi, atau menjadi PNS/POLRI/ABRI

Tata Cara Pengajuan Jaminan


1. Setiap permintaan JHT, tenaga kerja harus mengisi dan menyampaikan formulir 5
Jamsostek kepada kantor Jamsostek setempat dengan melampirkan:
a. Kartu peserta Jamsostek (KPJ) asli
b. Kartu Identitas diri KTP/SIM (fotokopi)
c. Surat keterangan pemberhentian bekerja dari perusahaan atau Penetapan
Pengadilan Hubungan Industrial
d. Surat pernyataan belum bekerja di atas materai secukupnya
e. Kartu Keluarga (KK)
2. Permintaan pembayaran JHT bagi tenaga kerja yang mengalami cacat total dilampiri
dengan Surat Keterangan Dokter
3. Permintaan pembayaran JHT bagi tenaga kerja yang meninggalkan wilayah Republik
Indonesia dilampiri dengan:
a. Pernyataan tidak bekerja lagi di Indonesia
b. Photocopy Paspor
c. Photocopy VISA
4. Permintaan pembayaran JHT bagi tenaga kerja yang meninggal dunia sebelum usia
55 thn dilampiri:
a. Surat keterangan kematian dari Rumah Sakit/Kepolisian/Kelurahan
b. Photocopy Kartu keluarga
5. Permintaan pembayaran JHT bagi tenaga kerja yang berhenti bekerja dari
perusahaan sebelum usia 55 thn telah memenuhi masa kepesertaan 5 tahun telah
melewati masa tunggu 1 (satu) bulan terhitung sejak tenaga kerja yang bersangkutan
berhenti bekerja, dilampiri dengan:
a. Photocopy surat keterangan berhenti bekerja dari perusahaan
b. Surat pernyataan belum bekerja lagi
c. Permintaan pembayaran JHT bagi tenaga kerja yang menjadi Pegawai Negeri
Sipil/POLRI/ABRI

Selambat-lambatnya 30 hari setelah pengajuan tersebut PT Jamsostek (Persero)


melakukan pembayaran JHT

Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan


Pemeliharaan kesehatan adalah hak tenaga kerja. JPK adalah salah satu program
Jamsostek yang membantu tenaga kerja dan keluarganya mengatasi masalah
kesehatan. Mulai dari pencegahan, pelayanan di klinik kesehatan, rumah sakit,
kebutuhan alat bantu peningkatan fungsi organ tubuh, dan pengobatan, secara efektif
dan efisien. Setiap tenaga kerja yang telah mengikuti program JPK akan diberikan KPK
(Kartu Pemeliharaan Kesehatan) sebagai bukti diri untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan.

Manfaat JPK bagi perusahaan yakni perusahaan dapat memiliki tenaga kerja yang sehat,
dapat konsentrasi dalam bekerja sehingga lebih produktif.

Jumlah iuran yang harus dibayarkan:

Iuran JPK dibayar oleh perusahaan dengan perhitungan sebagai berikut:


• Tiga persen (3%) dari upah tenaga kerja (maks Rp 1 juta ) untuk
tenaga kerja lajang
• Enam persen (6%) dari upah tenaga kerja (maks Rp 1 juta ) untuk
tenaga kerja berkeluarga
• Dasar perhitungan persentase iuran dari upah setinggi-tingginya Rp
1.000.000,-
Cakupan Program
Program JPK memberikan manfaat paripurna meliputi seluruh kebutuhan medis yang
diselenggarakan di setiap jenjang PPK dengan rincian cakupan pelayanan sebagai
berikut:
1. Pelayanan Rawat Jalan Tingkat Pertama, adalah pelayanan kesehatan
yang dilakukan oleh dokter umum atau dokter gigi di Puskesmas,
Klinik, Balai Pengobatan atau Dokter praktek solo
2. Pelayanan Rawat Jalan tingkat II (lanjutan), adalah pemeriksaan dan
pengobatan yang dilakukan oleh dokter spesialis atas dasar
rujukan dari dokter PPK I sesuai dengan indikasi medis
3. Pelayanan Rawat Inap di Rumah Sakit, adalah pelayanan kesehatan
yang diberikan kepada peserta yang memerlukan perawatan di
ruang rawat inap Rumah Sakit
4. Pelayanan Persalinan, adalah pertolongan persalinan yang diberikan
kepada tenaga kerja wanita berkeluarga atau istri tenaga kerja
peserta program JPK maksimum sampai dengan persalinan ke 3
(tiga).
5. Pelayanan Khusus, adalah pelayanan rehabilitasi, atau manfaat yang
diberikan untuk mengembalikan fungsi tubuh
6. Emergensi, Merupakan suatu keadaan dimana peserta
membutuhkan pertolongan segera, yang bila tidak dilakukan dapat
membahayakan jiwa.
Prosedur Pelayanan Pemeriksaan Penunjang
Prosedur Pelayanan Farmasi
Prosedur Pelayanan Klaim Perorangan

Hak-hak Peserta Program JPK:


1. Memperoleh kesempatan yang sama untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan yang optimal dan menyeluruh, sesuai
kebutuhan dengan standar pelayanan yang ditetapkan, kecuali
pelayanan khusus seperti kacamata, gigi palsu, mata palsu, alat
bantu dengar, alat Bantu gerak tangan dan kaki hanya diberikan
kepada tenaga kerja dan tidak diberikan kepada anggota
keluarganya
2. Bagi Tenaga Kerja berkeluarga peserta tanggungan yang diikutkan
terdiri dari suami/istri beserta 3 orang anak dengan usia maksimum
21 tahun dan belum menikah
3. Memilih fasilitas kesehatan diutamakan dalam wilayah yang sesuai
atau mendekati dengan tempat tinggal
4. Dalam keadaan Emergensi peserta dapat langsung meminta
pertolongan pada Pelaksana Pelayanan Kesehatan (PPK) yang
ditunjuk oleh PT Jamsostek (Persero) ataupun tidak.
5. Peserta berhak mengganti fasilitas kesehatan rawat jalan Tingkat I
bila dalam Kartu Pemeliharaan Kesehatan pilihan fasilitas
kesehatan tidak sesuai lagi dan hanya diizinkan setelah 6 (enam)
bulan memilih fasilitas kesehatan rawat jalan Tingkat I, kecuali
pindah domisili.
6. Peserta berhak menuliskan atau melaporkan keluhan bila tidak
puas terhadap penyelenggaraan JPK dengan memakai formulir
JPK yang disediakan diperusahaan tempat tenaga kerja bekerja,
atau PT. JAMSOSTEK (Persero) setempat.
7. Tenaga kerja/istri tenaga kerja berhak atas pertolongan persalinan
kesatu, kedua dan ketiga.
8. Tenaga kerja yang sudah mempunyai 3 orang anak sebelum
menjadi peserta program JPK, tidak berhak lagi untuk
mendapatkan pertolongan persalinan.
Kewajiban Peserta Program JPK

1. Menyelesaikan Prosedur administrasi, antara lain mengisi formulir


Daftar Susunan Keluarga (Formulir Jamsostek 1a)
2. Menandatangani Kartu Pemeliharaan Kesehatan (KPK)
3. Memiliki Kartu Pemeliharaan Kesehatan (KPK) sebagai bukti diri
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
4. Mengikuti prosedur pelayanan kesehatan yang telah ditetapkan
5. Segera melaporkan kepada PT JAMSOSTEK (Persero) bilamana
terjadi perubahan anggota keluarga misalnya: status lajang menjadi
kawin, penambahan anak, anak sudah menikah dan atau anak
berusia 21 tahun. Begitu pula sebaliknya apabila status dari
berkeluarga menjadi lajang
6. Segera melaporkan kepada Kantor PT JAMSOSTEK (Persero)
apabila Kartu Pemeliharaan Kesehatan (KPK) milik peserta
hilang/rusak untuk mendapatkan penggantian dengan membawa
surat keterangan dari perusahaan atau bilamana masa berlaku
kartu sudah habis
7. Bila tidak menjadi peserta lagi maka KPK dikembalikan ke
perusahaan

Hal-hal yang tidak menjadi tanggung jawab badan penyelenggara (PT Jamsostek
(Persero))

1. Peserta

• Dalam hal tidak mentaati ketentuan yang berlaku yang telah ditetapkan oleh
Badan Penyelenggara
• Akibat langsung bencana alam, peperangan dan lain-lain
• Cidera yang diakibatkan oleh perbuatan sendiri, misalnya percobaan bunuh diri,
tindakan melawan hukum
• Olah raga tertentu yang membahayakan seperti: terbang layang, menyelam,
balap mobil/motor, mendaki gunung, tinju, panjat tebing, arum jeram
• Tenaga kerja yang pada permulaan kepesertaannya sudah mempunyai 3 (tiga)
anak atau lebih, tidak berhak mendapatkan pertolongan persalinan

2. Pelayanan Kesehatan

• Pelayanan kesehatan diluar fasilitas yang ditunjuk oleh Badan Penyelenggara


JPK, kecuali kasus emergensi dan bila harus rawat inap, ditanggung maksimal 7
hari perawatan sesuai standar rawat inap yang telah ditetapkan
• Imunisasi kecuali Imunisasi dasar pada bayi
• General Check Up/Check Up/Regular Check Up (termasuk papsmear)
• Pemeriksaan, pengobatan, perawatan di luar negeri
• Penyakit yang disebabkan oleh penggunaan alkohol/narkotik
• Penyakit Kanker (terhitung sejak tegaknya diagnosa)
• Penyakit atau cidera yang timbul dari atau berhubungan dengan tugas pekerjaan
(Occupational diseases/accident)
• Sexual transmited diseases termasuk AIDS RELATED COMPLEX
• Pengguguran kandungan tanpa indikasi medis termasuk kesengajaan
• Kelainan congential/herediter/bawaan yang memerlukan pengobatan seumur
hidup, seperti: debil, embesil, mongoloid, cretinism, thalasemia, haemophilia,
retardasi mental, autis
• Pelayanan untuk Persalinan ke 4 (empat) dan seterusnya termasuk segala
sesuatu yang berhubungan dengan proses kehamilan pada persalinan tersebut
• Pelayanan khusus (Kacamata, gigi palsu, prothesa mata, alat bantu dengar,
prothesa anggota gerak) hilang/rusak sebelum waktunya tidak diganti
• Khusus akibat kecelakaan kerja tidak menjadi tanggung jawab Penyelenggara
JPK
• Haemodialisa termasuk tindakan penyambungan pembuluh darah untuk
hemodialisa
• Operasi jantung berserta tindakan-tindakan termasuk pemasangan dan
pengadaan alat pacu jantung, kateterisasi jantung termasuk obat-obatan
• Katerisasi jantung sebagai tindakan Therapeutik (pengobatan)
• Transpalantasi organ tubuh misalnya transplantasi sumsum tulang
• Pemeriksaan-pemeriksaan dengan menggunakan peralatan canggih/baru yang
belum termasuk dalam daftar JPK, antara lain: MRI (Magnetic Resonance
Immaging), DSA (Digital Substraction Arteriography), TORCH (Toxoplasma,
Rubella, CMV, Herpes)
• Pemeriksaan dan tindakan untuk mendapatkan kesuburan termasuk bayi tabung

3. Obat-obatan:

• Semua obat/vitamin yang tidak ada kaitannya dengan penyakit


• Obat-obatan kosmetik untuk kecantikan termasuk operasi keloid yang bukan atas
indikasi medis
• Obat-obatan berupa makanan seperti susu untuk bayi dan sebagainya
• Obat-obatan gosok sepeti kayu putih dan sejenisnya
• Obat-obatan lain seperti: verban, plester, gause stril
• Pengobatan untuk mendapatkan kesuburan termasuk bayi tabung dan obat-
obatan kanker

4. Pembiayaan:

• Biaya perjalanan dari dan ke tempat berobat


• Biaya perjalanan untuk mengurus kelengkapan administrasi kepesertaan,
jaminan rawat dan klaim
• Biaya perjalanan untuk memperoleh perawatan/pengobatan di Rumah sakit yang
ditunjuk.
• Biaya perawatan emergensi lebih dari 7 (hari) diluar fasilitas yang sudah ditunjuk
oleh Badan Penyelenggara JPK
• Biaya Perawatan dan obat untuk penyakit lebih dari 60 hari/kasus/tahun sudah
termasuk perawatan khusus (ICU, ICCU, HCU, HCB, ICU, PICU) pada penyakit
tertentu sehingga memerlukan perawatan khusus lebih dari 20 hari/kasus/tahun
• Biaya tindakan medik super spesialistik
• Batas waktu pengajuan klaim paling lama 3 (tiga) bulan setelah perusahaan
melunasi tunggakan iuran, selebihnya akan ditolak

Pelayanan Pemeriksaan Penunjang


Prosedur Pelayanan Pemeriksaan Penunjang

1. Pasien yang memerlukan pemeriksaan penunjang diagnostik,


membawa perintah pemeriksaan dari PPK I atau dokter spesialis
disertai dengan fotocopy KPK ke bagian penunjang diagnostik tujuan.
2. Pembuatan jaminan persetujuan pemeriksaan penunjang diagnostik
diperlukan untuk beberapa penunjang diagnostik tertentu, antara lain
untuk pemeriksaan penunjang diagnostik CT Scan, echocardiografi,
endoscopy, radiologi disertai zat kontras, treadmill, USG.
3. Poli penunjang diagnostik tujuan melakukan pemeriksaan sesuai
permintaan dokter spesialis.
4. Pasien akan menandatangani formulir Bukti Pemeriksaan dan Tindakan
setelah selesai pemeriksaan.
5. Hasil pemeriksaan penunjang disampaikan kembali ke PPK I atau ke
dokter spesialis.

Program Jaminan Kecelakaan Kerja


Pengertian

Kecelakaan kerja termasuk penyakit akibat kerja merupakan risiko yang harus dihadapi
oleh tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya. Untuk menanggulangi hilangnya
sebagian atau seluruh penghasilan yang diakibatkan oleh adanya risiko-risiko sosial
seperti kematian atau cacat karena kecelakaan kerja baik fisik maupun mental, maka
diperlukan adanya jaminan kecelakaan kerja. Kesehatan dan keselamatan tenaga kerja
merupakan tanggung jawab pengusaha sehingga pengusaha memiliki kewajiban untuk
membayar iuran jaminan kecelakaan kerja yang berkisar antara 0,24% - 1,74% sesuai
kelompok jenis usaha.

Manfaat

Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) memberikan kompensasi dan rehabilitasi bagi tenaga
kerja yang mengalami kecelakaan pada saat dimulai berangkat bekerja sampai tiba
kembali dirumah atau menderita penyakit akibat hubungan kerja. Iuran untuk program
JKK ini sepenuhnya dibayarkan oleh perusahaan. Perincian besarnya iuran berdasarkan
kelompok jenis usaha sebagaimana tercantum pada iuran.

1. Biaya Transport (Maksimum)


− Darat Rp 400.000,-
− Laut Rp 750.000,-
− Udara Rp 1.500.000,-

2. Sementara tidak mampu bekerja


− Empat (4) bulan pertama, 100% upah
− Empat (4) bulan kedua, 75% upah
− Selanjutnya 50% upah

3. Biaya Pengobatan/Perawatan
Rp 12.000.000,- (maksimum)*

4. Santunan Cacat
− Sebagian-tetap: % tabel x 80 bulan upah
− Total-tetap
− Sekaligus: 70 % x 80 bulan upah
− Berkala (2 tahun) Rp 200.000,- per bulan*
− Kurang fungsi: % kurang fungsi x % tabel x 80 bulan upah

5. Santunan Kematian
− Sekaligus 60 % x 80 bulan upah
− Berkala (2 tahun) Rp. 200.000,- per bulan*
− Biaya pemakaman Rp 2.000.000,-*

6. Biaya Rehabilitasi: Patokan harga RS DR. Suharso, Surakarta ,ditambah 40 %


− Prothese anggota badan
− Alat bantu (kursi roda)

7. Penyakit akibat kerja, tiga puluh satu jenis penyakit selama hubungan kerja dan 3
tahun setelah putus hubungan kerja.

Iuran

1. Kelompok I: 0.24 % dari upah sebulan;


2. Kelompok II: 0.54 % dari upah sebulan;
3. Kelompok III: 0.89 % dari upah sebulan;
4. Kelompok IV: 1.27 % dari upah sebulan;
5. Kelompok V: 1.74 % dari upah sebulan;

*) sesuai dengan PP Nomor 76 tahun 2007

Tata Cara Pengajuan Jaminan

1. Apabila terjadi kecelakaan kerja pengusaha wajib mengisi form jamsostek 3


(laporan kecelakaan tahap I) dan mengirimkan kepada PT Jamsostek (Persero)
tidak lebih dari 2 x 24 Jam terhitung sejak terjadinya kecelakaan
2. Setelah tenaga kerja dinyatakan sembuh/meninggal dunia oleh dokter yang
merawat, pengusaha wajib mengisi form 3a (laporan kecelakaan tahap II) dan
dikirim kepada PT Jamsostek (persero) tidak lebih dari 2 x 24 jam sejak tenaga
kerja dinyatakan sembuh/meninggal. Selanjutnya PT Jamsostek (Persero) akan
menghitung dan membayar santunan dan ganti rugi kecelakaan kerja yang
menjadi hak tenaga kerja/ahli waris.
3. Form Jamsostek 3a berfungsi sebagai pengajuan permintaan pembayaran
jaminan disertai bukti-bukti:
1. Fotokopi kartu peserta (KPJ)
2. Surat keterangan dokter yang merawat dalam bentuk form
Jamsostek 3b atau 3c
3. Kuitansi biaya pengobatan dan perawatan serta kwitansi pengangkutan

Program Jaminan Kematian


Definisi
Jaminan Kematian diperuntukkan bagi ahli waris dari peserta program Jamsostek
yang meninggal bukan karena kecelakaan kerja. Jaminan Kematian diperlukan
sebagai upaya meringankan beban keluarga baik dalam bentuk biaya pemakaman
maupun santunan berupa uang. Pengusaha wajib menanggung iuran Program
Jaminan Kematian sebesar 0,3% dengan jaminan kematian yang diberikan adalah
Rp 12 Juta terdiri dari Rp 10 juta santunan kematian dan Rp 2 juta biaya
pemakaman* dan santunan berkala.

Manfaat Program JK*


Program ini memberikan manfaat kepada keluarga tenaga kerja seperti:

1. Santunan Kematian: Rp 10.000.000,-


2. Biaya Pemakaman: Rp 2.000.000,-
3. Santunan Berkala: Rp 200.000,-/ bulan (selama 24 bulan)

*) sesuai dengan PP Nomor 76 Tahun 2007


Tata Cara Pengajuan Jaminan Kematian
Pengusaha/keluarga dari tenaga kerja yang meninggal dunia mengisi dan
mengirim form 4 kepada PT Jamsostek (Persero) disertai bukti-bukti:

1. Kartu peserta Jamsostek (KPJ) Asli tenaga Kerja yang Bersangkutan


2. Surat keterangan kematian dari Rumah sakit/Kepolisian/Kelurahan
3. Salinan/Copy KTP/SIM dan Kartu Keluarga Tenaga Kerja bersangkutan
yang masih berlaku
4. Identitas ahli waris (photo copy KTP/SIM dan Kartu Keluarga)
5. Surat Keterangan Ahli Waris dari Lurah/Kepala Desa setempat
6. Surat Kuasa bermeterai dan copy KTP yang diberi kuasa (apabila
pengambilan JKM ini dikuasakan)

PT Jamsostek (Persero) hanya akan membayar jaminan kepada yang berhak

Sektor Informal
Pengertian
Tenaga Kerja yang melakukan pekerjaan di Luar Hubungan Kerja (LHK) adalah orang
yang berusaha sendiri yang pada umumnya bekerja pada usaha-usaha ekonomi
informal.

Tujuan

• Memberikan perlindungan jaminan sosial bagi tenaga kerja yang melakukan


pekerjaan di luar hubungan kerja pada saat tenaga kerja tersebut kehilangan
sebagian atau seluruh penghasilannya sebagai akibat terjadinya risiko-risiko
antara lain kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua dan meninggal dunia.
• Memperluas cakupan kepesertaan program jaminan sosial tenaga kerja

Jenis Program & Manfaat (sesuai PP 14/1993):

• Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), terdiri dari biaya pengangkutan tenaga kerja
yang mengalami kecelakaan kerja, biaya perawatan medis, biaya rehabilitasi,
penggantian upah Sementara Tidak Mampu Bekerja (STMB), santunan cacat
tetap sebagian, santunan cacat total tetap, santunan kematian (sesuai label),
biaya pemakaman, santunan berkala bagi yang meninggal dunia dan cacat total
tetap
• Jaminan Kematian (JK), terdiri dari biaya pemakaman dan santunan berkala
• Jaminan Hari Tua (JHT), terdiri dari keseluruhan iuran yang telah disetor, beserta
hasil pengembangannya
• Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK), terdiri dari rawat jalan tingkat pertama
meliputi: pemeriksaan dan pengobatan dokter umum dan dokter gigi,
pemeriksaan diberikan dalam bentuk tindakan medis sederhana; rawat inap;
pertolongan persalinan; penunjang diagnostic berupa pemeriksaan laboratorium,
radiologi, EEG dsb; pelayanan khusus berupa penggantian biaya prothese,
orthose dan kacamata; dan pelayanan gawat darurat
Kepesertaan

• Sukarela
• Usia maksimal 55 tahun
• Dapat mengikuti program Jamsostek secara bertahap dengan memilih program
sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan peserta
• Dapat mendaftar sendiri langsung ke PT Jamsostek (Persero) atau mendaftar
melalui wadah/kelompok yang telah melakukan Ikatan Kerjasama (IKS) dengan
PT Jamsostek (Persero)

Iuran
Iuran TK LHK ditetapkan berdasarkan nilai nominal tertentu berdasarkan upah sekurang-
kurangnya setara dengan Upah Minimum Provinsi/Kabupaten/Kota

Besaran Iuran
No Program Persentase
1. Jaminan Kecelakaan Kerja 1%
2. Jaminan Hari Tua 2% (Minimal)
3. Jaminan Kematian 0.3%
6%
Jaminan Pemeliharaan (Keluarga)
4.
Kesehatan
3% (Lajang)
Ket: Iuran ditanggung sepenuhnya oleh peserta

Cara Pembayaran

• Setiap bulan atau setiap tiga bulan dibayar di depan


• Dibayarkan langsung oleh peserta sendiri atau melalui Penanggung Jawab
Wadah/Kelompok secara lunas
• Pembayaran iuran melalui Wadah/Kelompok dibayarkan pada tanggal 10 bulan
berjalan disetorkan ke Wadah/Kelompok, dan tanggal 13 bulan berjalan
Wadah/Kelompok setor ke PT Jamsostek (Pesero)
• Pembayaran iuran secara langsung oleh Peserta baik secara bulanan maupun
secara tiga bulanan dan disetor paling lambat tanggal 15 bulan berjalan
• Dalam hal peserta menunggak iuran, masih diberikan grace periode selama 1
(satu) bulan untuk mendapatkan hak jaminan program yang diikuti
• Peserta yang telah kehilangan hak jaminan dapat memperoleh haknya kembali
jika peserta kembali membayar iuran termasuk satu bulan iuran yang tertunggak
dalam masa grace periode

Sektor Konstruksi
Adalah Program Jaminan Sosial bagi Tenaga Kerja Harian Lepas, Borongan dan
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu pada Sektor Jasa Konstruksi yang diatur melalui
Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: KEP-196/MEN/1999 Tanggal 29 September
1999

Tahap Kepesertaan
Setiap Kontraktor Induk maupun Sub Kontraktor yang melaksanakan proyek Jasa
Konstruksi dan pekerjaan borongan lainnya wajib mempertanggungkan semua tenaga
kerja (borongan/harian lepas dan musiman) yang bekerja pada proyek tersebut kedalam
Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JKM)

Adapun proyek - proyek tersebut meliputi :

• Proyek-proyek APBD
• Proyek-proyek atas Dana Internasional
• Proyek-proyek APBN
• Proyek-proyek swasta, dll

Cara Menjadi Peserta

• Pemborong bangunan (kontraktor) mengisi Formulir pendaftaran kepesertaan


Jasa Konstruksi yang bisa diambil pada kantor Jamsostek setempat sekurang -
kurangnya 1 (satu) minggu sebelum memulai pekerjaan
• Formulir-formulir tersebut harus dilampiri dengan Surat Perintah Kerja (SPK) atau
Surat Perjanjian Pemborong (SPP)

Iuran Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian ditanggung sepenuhnya oleh
kontraktor dan besarannya ditetapkan sebagai berikut:

1. Pekerjaan Konstruksi sampai dengan Rp.100.000.000,- (seratus juta rupiah)


sebesar 0,24% dari nilai kontrak kerja konstruksi
2. Pekerjaan Konstruksi diatas Rp 100.000.000,- (seratus juta rupiah) sampai
dengan Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) sebesar penetapan angka
1 ditambah 0,19% dari selisih nilai, yakni dari nilai Kontrak Kerja Konstruksi
dikurangi Rp 100.000.000,- (seratus juta rupiah)
3. Pekerjaan Konstruksi diatas Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) sampai
dengan Rp 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) sebesar penetapan angka
2 ditambah 0,15% dari selisih nilai, yakni dari nilai Kontrak Kerja Konstruksi
dikurangi Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah)
4. Pekerjaan Konstruksi diatas Rp 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) sampai
dengan Rp 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah) sebesar penetapan angka
3 ditambah 0,12% dari selisih nilai, yakni dari nilai Kontrak Kerja Konstruksi
dikurangi Rp 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah)
5. Pekerjaan Konstruksi diatas Rp 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah) sebesar
penetapan huruf d ditambah 0,10% dari selisih nilai, yakni dari nilai Kontrak Kerja
Konstruksi dikurangi Rp 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah)

Nilai Kontrak Kerja Konstruksi yang dipergunakan sebagai dasar perhitungan iuran tidak
termasuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 10%.

Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP-150/MEN/1999 tentang Penyelenggaraan


Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja bagi Tenaga Kerja Harian Lepas, Borongan dan
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, mengatur kepesertaan maupun upah sebagai dasar
penetapan iuran, sbb:

1. Bagi tenaga kerja harian lepas, borongan dan perjanjian kerja waktu tertentu
yang bekerja kurang dari 3 (tiga) bulan wajib diikutsertakan dalam program
jaminan kecelakaan kerja dan jaminan kematian, lebih dari 3 (tiga) bulan wajib
diikutsertakan untuk seluruh program jaminan sosial tenaga kerja
2. Untuk tenaga kerja harian lepas dalam menetapkan upah sebulan adalah upah
sehari dikalikan jumlah hari kerja dalam 1 (satu) bulan kalender. Apabila upah
dibayar secara bulanan untuk menghitung upah sehari bagi yang bekerja 6
(enam) hari dalam 1 (satu) minggu adalah upah sebulan dibagi 25 (dua puluh
lima) , sedangkan yang bekerja 5 (lima) hari dalam 1 (satu) minggu adalah upah
sebulan dibagi 21 (dua puluh satu)
3. Untuk tenaga kerja borongan yang bekerja kurang dari 3 (tiga) bulan penetapan
upah sebulan adalah 1 (satu) hari dikalikan jumlah hari kerja dalam 1 (satu) bulan
kalender. Bagi yang bekerja lebih dari 3 (tiga) bulan, upah sebulan dihitung dari
upah rata - rata 3 (tiga) bulan terakhir. Jika pekerjaan tergantung cuaca upah
sebulan dihitung dari upah rata - rata 12 (dua) belas bulan terakhir
4. Untuk tenaga kerja yang bekerja berdasarkan perjanjian kerja waktu tertentu,
penetapan upah sebulan adalah sebesar upah sebulan yang tercantum dalam
perjanjian kerja

Peraturan Pemerintah
Berikut beberapa Peraturan Pemerintah yang mengatur tentang pengelolaan dana dan
program Jaminan Sosial:
• Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2004 tentang "Pengelolaan dan Investasi
Dana Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja"
PP No. 22 Tahun 2004 dengan pilihan portofolio investasi yang selain didasarkan pada
prinsip likuiditas, rendah resiko juga berdasarkan prinsip keamanan dan optimalisasi
hasil.
Instrumen yang Batasan Setiap Batasan Setiap Pihak *)
diperbolehkan Instrumen *)
Deposito 100% Maksimal 20 % per Bank Umum
Surat Utang Negara 100% -
Surat Utang Korporasi 50% Maksimal 5 % per penerbit
Saham 50% Maksimal 5 % per emiten
Penyertaan Langsung 5% Maksimal 1 % per pihak
Properti 10% -
Reksadana 50% Maksimal 5 % per penerbit
Repo 10% Maksimal 2 % per counterpart
Instrumen yang dilarang: Derivatives, investasi di luar negeri, komoditi, instrumen
perdagangan berjangka, perusahaan milik Direksi, Komisaris & Pemegang Saham
*) Dari total portofolio
• Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2007 tentang "Perubahan Kelima atas
Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program
Jaminan Sosial Tenaga Kerja".
• Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 84 tahun 2010 tentang
"Perubahan Ketujuh atas Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 Tentang
Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja".

Kebijakan Internal
BUNGA
Sesuai dengan Surat Keputusan Direksi PT Jamsostek (Persero) Nomor:
KEP/330/122010 tentang "Penetapan Pemberian Hasil Pengembangan
Dana Untuk Saldo Jaminan Hari Tua (JHT) Tahun 2010 dan Penetapan
Pembayaran Saldo Jaminan Hari Tua (JHT) Tahun 2011", Direksi
menetapkan besarnya pemberian hasil pengembangan dana untuk
perhitungan saldo Jaminan Hari Tua tahun 2010 adalah:
• Saldo awal JHT tahun 2010 diberikan sebesar 10,60% (sepuluh
koma enam puluh persen) per tahun.
• Iuran JHT tahun 2010 diberikan sebesar 10,60% (sepuluh koma
enam puluh persen) per tahun.
• Besarnya pemberian hasil pengembangan dana untuk perhitungan
saldo JHT tahun 2011 ditetapkan saldo awal JHT tahun 2011 dan
iuran JHT tahun 2011 sebesar 7% (tujuh persen) per tahun.
• Besarnya pemberian hasil pengembangan dana untuk pembayaran
saldo JHT tahun 2011 ditetapkan saldo awal JHT tahun 2011 dan
iuran JHT tahun 2011 setara dengan 7% (tujuh persen) per tahun.

KLAIM JHT
Surat Edaran Direktur Jendral Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor
B.337/DJPPK/IX/05 memberlakukan kembali aturan pengambilan Jaminan
Hari Tua sebelum usia 55 tahun, apabila tenaga kerja tersebut mengalami
pemutusan hubungan kerja dan telah mempunyai masa kepesertaan
serendah-rendahnya 5 (lima) tahun dan telah melewati masa tunggu 6
(enam) bulan terhitung sejak tenaga kerja yang bersangkutan berhenti
bekerja.

PELAKSANAAN PROGRAM TRAUMA CENTER


Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada peserta Jamsostek
khususnya Jaminan Kecelakaan Kerja, perlu diatur Petunjuk Teknis
Pelaksanaan Program Trauma Center. Terlampir adalah Surat Keputusan
Direksi PT Jamsostek (Persero) yang berisi petunjuk teknis Pelaksanaan
Program Trauma Center.

PENYELESAIAN JAMINAN KECELAKAAN KERJA, JAMINAN HARI


TUA DAN JAMINAN KEMATIAN
Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada peserta Jamsostek, maka
dikeluarkanlah peraturan mengenai Petunjuk Teknis Penyelesaian
Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua dan Jaminan Kematian.
Terlampir adalah Surat Keputusan Direksi PT Jamsostek (Persero)
yang berisi petunjuk teknis Penyelesaian Jaminan Kecelakaan Kerja,
Jaminan Hari Tua dan Jaminan Kematian.

BANTUAN KEUANGAN BAGI TENAGA KERJA PESERTA PROGRAM


JAMSOSTEK YANG MENGALAMI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA

Dalam rangka meningkatkan manfaat dan jangkauan pelayanan


pemberian bantuan keuangan bagi peserta jaminan sosial tenaga kerja
yang mengalami pemutusan hubungan kerja telah ditetapkan peraturan
Menteri tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indoanesia Nomor:
PER.05/MEN/III/2010 tentang bantuan Keuangan Bagi tenaga Kerja
Peserta Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja Yang Mengalami
Pemutusan Hubungan Kerja.
Informasi selangkapnya dapat dilihat pada lampiran di bawah ini.

Undang-Undang
PENYAKIT YANG TIMBUL KARENA HUBUNGAN KERJA
Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993 Tanggal 27 Pebruari 1993
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang:
Bahwa untuk lebih meningkatkan perlindungan terhadap tenaga kerja, Undang-undang
Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja menetapkan perlunya
pengaturan mengenai penyakit yang timbul karena hubungan kerja dengan Keputusan
Presiden.

Mengingat:
1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945;
2. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program
Jaminan
Sosial Tenaga Kerja (Lembaran Negara Tahun 1993 Nomor 20, Tambahan Lembaran
Negara
Nomor 3520);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan:
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENYAKIT YANG
TIMBUL KARENA HUBUNGAN KERJA.

Pasal 1
Penyakit yang timbul karena hubungan kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan atau lingkungan kerja.

Pasal 2
Setiap tenaga kerja yang menderita penyakit yang timbul karena hubungan kerja berhak
mendapat jaminan Kecelakaan Kerja baik pada saat masih dalam hubungan kerja
maupun setelah hubungan kerja berakhir.

Pasal 3
1. Hak atas Jaminan Kecelakaan Kerja bagi tenaga kerja yang hubungan kerjanya telah
berakhir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 diberikan, apabila menurut hasil
diagnosis dokter yang merawat penyakit tersebut diakibatkan oleh pekerjaan selama
tenaga kerja yang bersangkutan masih dalam hubungan kerja.
2. Hak jaminan kecelakaan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diberikan,
apabila penyakit tersebut timbul dalam waktu paling lama 3 (tiga) tahun terhitung
sejak hubungan kerja tersebut berakhir.

Pasal 4
Penyakit yang timbul karena hubungan kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1,
sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan Presiden ini.

Pasal 5
Keputusan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 27 Pebruari 1993
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
ttd.
SOEHARTO
Salinan sesuai dengan aslinya
SEKRETARIAT KABINET RI
Kepala Biro Hukum
dan perundang-undangan
ttd.
Bambang Kesowo, S.H., LL.M.
LEMBARAN LEPAS SEKRETARIAT NEGARATAHUN 1993

Peraturan Menteri
POKOK-POKOK SUBSTANSI PERMEN NOMOR
PER-12/MEN/VI/2007

Maksud dan Tujuan

• Menciptakan tertib administrasi kepesertaan dan iuran,


• Menjamin kepastian diterimanya hak peserta secara berkeadilan,
• Meningkatkan kualitas pelayanan PT Jamsostek (Persero) kepada peserta.

Tertib Administrasi Kepesertaan dan Iuran

A. Kepesertaan

1. Kepesertaan perusahaan dan tenaga kerja untuk pertama kali dilakukan oleh
perusahaan dan tenaga kerja dengan mengisi dan menyerahkan kepada PT

Jamsostek (Persero) :

• Formulir Pendaftaran Perusahaan (Form Jamsostek 1)


• Formulir Pendaftaran Tenaga Kerja (Form Jamsostek 1a)
• Formulir Rincian Iuran Tenaga Kerja (Form Jamsostek 2a)
Kepesertaan dimulai sejak tanggal 1 (satu) pada bulan sebagaimana dinyatakan
pada formulir Jamsostek 1 dan iuran telah dibayar secara lunas.

2. PT Jamsostek (Persero) menerbitkan Sertifikat Kepesertaan Perusahaan, Kartu


Peserta dan Kartu Pemeliharaan Kesehatan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah
iuran dibayar lunas.

3. Dalam waktu 7 (tujuh) hari perusahaan wajib melaporkan kepada PT Jamsostek


(Persero) bila terjadi perubahan sebagai berikut :

• Penambahan tenaga kerja dan identitas tenaga kerja dan susunan


keluarga tenaga kerja dengan mengisi formulir Jamsostek 1a.
• Pengurangan tenaga kerja dengan mengisi formulir Jamsostek 1b

B. Pembayaran Iuran

1. Iuran lanjutan wajib dibayar perusahaan setiap bulan paling lambat tanggal
15 (lima belas) bulan berikutnya, dengan melampirkan :

• Formulir Jamsostek 2 bila tidak terjadi perubahan upah dan jumlah tenaga kerja
maupun tertanggung peserta JPK.
• Formulir Jamsostek 2 dan Formulir Jamsostek 2a serta Formulir Jamsostek
pendukung lainnya bila terjadi perubahan upah, tenaga kerja maupun tertanggung
peserta JPK.

2. PT Jamsostek (Persero) wajib memberitahukan atau mengingatkan


perusahaan secara tertulis, paling lambat 7 (tujuh) hari setelah :

o Batas akhir pembayaran iuran bagi perusahaan belum memenuhi


kewajibannya.
o Perusahaan membayar iuran, tetapi terdapat kekurangan atau kelebihan
iuran.

3. Pengusaha wajib menyelesaikan kekurangan atau kelebihan iuran dalam


waktu 7 (tujuh) hari setelah diterimanya pemberitahuan dari PT Jamsostek
(Persero), selambat-lambatnya bersamaan dengan pembayaran iuran bulan
berikutnya.

4. Pengusaha wajib membayar iuran setiap bulan secara berurutan, apabila


tidak berurutan PT Jamsostek (Persero) dapat memperhitungkan sebagian
atau seluruh iuran pada bulan berikutnya untuk melunasi iuran yang belum
dibayarkan atau kekurangan iuran bulan sebelumnya.

5. Iuran Jaminan Hari Tua dan hasil pengembangannya baru dapat dirinci dan
dihitung serta dimasukkan dalam akun individu masing-masing peserta
setelah iuran yang dibayarkan jumlahnya/ besarnya sama dengan rincian
iuran tenaga kerja (Formulir Jamsostek 2a).

6. Iuran dan atau kekurangan iuran yang belum dibayarkan oleh perusahaan
dikenakan denda sesuai ketentuan yang berlaku dan merupakan piutang PT
Jamsostek (Persero) kepada perusahaan yang bersangkutan.

Dalam hal pengusaha menunggak iuran 1 (satu) bulan maka :

1. Pengusaha wajib membayar terlebih dahulu jaminan kecelakaan kerja dan


jaminan kematian yang menjadi hak tenaga kerja.

2. Pengusaha wajib memberikan terlebih dahulu pelayanan pemeliharaan


kesehatan kepada tenaga kerja.

3. Badan Penyelenggara akan mengganti jaminan yang menjadi hak tenaga


kerja kepada pengusaha sesuai dengan ketentuan yang berlaku setelah
pengusaha membayar seluruh tunggakan iuran beserta dendanya.

4. Permintaan penggantian jaminan yang menjadi hak tenaga kerja oleh


pengusaha kepada Badan Penyelenggara sebagaimana dimaksud pada
angka 1 (satu), tidak boleh melebihi jangka waktu 3 (tiga) bulan.

5. Badan Penyelenggara wajib membayar penggantian jaminan sebagaimana


dimaksud pada angka 4 (empat) paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak
dokumen pendukung dinyatakan lengkap.
Pembayaran Jaminan

A. Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)

1. Apabila terjadi perbedaan pendapat antara pengusaha dengan PT Jamsostek


(Persero) atas penetapan pegawai pengawas ketenagakerjaan terhadap
suatu kasus kecelakaan yang menimpa tenaga kerja apakah termasuk kasus
kecelakaan kerja atau bukan kecelakaan kerja, maka :

Salah satu pihak dapat mengajukan kepada Menteri untuk mendapatkan


penetapan.

Sambil menunggu penetapan Menteri, pengusaha wajib membayar terlebih


dahulu biaya pengangkutan, pengobatan dan perawatan kepada tenaga
kerja yang bersangkutan dan PT Jamsostek (Persero) wajib membayar
jaminan kecelakaan kerja apabila Menteri menetapkan sebagai
kecelakaan kerja. Apabila Menteri menetapkan kasus tersebut bukan
kecelakaan kerja, bagi tenaga kerja yang menjadi peserta program
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan biaya pengobatan dan perawatan
dibebankan pada program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

2. Apabila terjadi perbedaan pendapat tentang prosentase cacat antara PT


Jamsostek (Persero) dengan Pengusaha dan atau tenaga kerja, maka :

o Dimintakan pendapat pegawai pengawas ketenagakerjaan dengan


pertimbangan dari dokter penasehat.
o Apabila penetapan pegawai pengawas ketenagakerjaan tersebut tidak
dapat diterima oleh salah satu atau dua belah pihak dimintakan
penetapan oleh Menteri sebagai dasar pembayaran tunjangan cacat.
o Sambil menunggu penetapan Menteri, PT Jamsostek (Persero)
membayar biaya pengangkutan, pengobatan, perawatan dan STMB
pada pengusaha

3. Apabila terjadi perbedaan besarnya santunan yang diterima tenaga kerja


yang disebabkan adanya pelaporan upah yang tidak benar oleh pengusaha
kepada PT Jamsostek (Persero), maka :
o Pegawai pengawas menghitung kembali besarnya santunan
berdasarkan pada upah satu bulan terakhir sebelum terjadinya
kecelakaan.
o Apabila perhitungan pegawai pengawas lebih besar dari santunan yang
telah dibayarkan oleh PT Jamsostek (Persero) maka pengusaha wajib
membayar kekurangannya.
o Apabila perhitungan pegawai pengawas tersebut tidak dapat diterima
oleh pengusaha atau tenaga kerja/ keluarganya diajukan kepada Menteri
untuk mendapatkan penetapan dan wajib dilaksanakan oleh pihak-pihak
yang terkait.

B. Jaminan Kematian

Peserta program Jamsostek yang ikut dalam program jaminan kematian, tetap
berhak mendapat perlindungan jaminan kematian selama 6 (enam) bulan sejak
tenaga kerja yang bersangkutan berhenti bekerja.

C. Jaminan Hari Tua

1. Besarnya JHT yang menjadi hak tenaga kerja adalah keseluruhan iuran
JHT yang telah disetor oleh pengusaha dan telah dibukukan dalam akun
individu peserta ditambah dengan hasil pengembangannya.
2. Iuran JHT yang disetor oleh pengusaha baru dapat dibukukan dalam
akun individu peserta, setelah iuran JHT yang disetor sama jumlahnya
dengan data iuran JHT masing-masing individu peserta.
3. Hasil pengembangan JHT mulai dihitung setelah iuran JHT dibukukan
dalam akun individu masing-masing peserta.
4. Apabila pengusaha menunggak atau kurang membayar iuran, PT
Jamsostek (Persero) akan membayar JHT sebesar iuran JHT yang telah
dibukukan dalam akun individu beserta hasil pengembangannya.
Kekurangan JHT yang menjadi hak tenaga kerja, akan dibayar oleh PT
Jamsostek (Persero) setelah pengusaha melunasi iuran tertunggak
maupun kekurangan iuran tersebut.
5. Terdapat peningkatan manfaat JPK untuk :

• Biaya persalinan normal menjadi Rp. 500.000,- (lima ratus ribu rupiah)
• Biaya penggantian kacamata menjadi Rp. 200.000,- (dua ratus ribu
rupiah)
• Biaya penggantian pembuatan gigi palsu (prothese) menjadi Rp.
408.000,- (empat ratus delapan ribu rupiah)
Ketentuan Lain

1. PT Jamsostek (Persero) wajib memberitahukan setiap perhitungan jaminan


sosial tenaga kerja yang menjadi hak pengusaha, tenaga kerja atau ahli
waris secara tertulis sebanyak 3 (tiga) kali dalam jangka waktu 70 (tujuh
puluh) hari.

2. Apabila sampai dengan pemberitahuan ketiga jaminan tidak diambil oleh


yang berhak maka perhitungan jaminan tersebut dibatalkan dan akan
dihitung lagi oleh PT Jamsostek (Persero) pada saat pengusaha, tenaga
kerja atau ahli waris yang berhak mengajukan permintaan pembayaran
jaminan lagi.

Ketentuan Peralihan

1. Ketentuan yang diatur dalam Peraturan Menteri Nomor: Per-05/MEN/1993


tetap berlaku sampai tanggal 31 Desember 2007.

2. Registrasi ulang tenaga kerja peserta Jamsostek dilakukan dengan mengisi


Formulir Jamsostek 1a.

Berlakunya Peraturan Menteri

Effektif berlakunya Peraturan Menteri yang baru adalah tanggal 1 Januari 2008,
dengan pertimbangan :

• Memberi kesempatan bagi PT Jamsostek (Persero) untuk :


• Mensosialisasikan kepada jajaran intern PT Jamsostek (Persero).
• Mensosialisasikan kepada perusahaan peserta.
• Menyiapkan sarana dan prasarana dalam pelaksanaannya.
• Pertanyaan Umum
T : Mengenai JKK di industri konstruksi, apakah premi yang dibayarkan kpd
jamsostek bergantung pada jenis risiko dan jumlah tenaga kerja yang
didaftarkan? jika iya, bagaimana cara perhitungan premi yang harus kami
bayar untuk 1 jenis risiko dengan 50 TK?
J : Perlindungan Jamsostek bagi tenaga kerja sektor jasa konstruksi meliputi
Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan jaminan Kematian (JK). Sesuai
Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : KEP-196 /MEN/ 1999, iurannya
berdasarkan nilai proyek, yaitu: a.Pekerjaan konstruksi dengan nilai sampai
dengan Rp 100.000.000,- sebesar 0.24% dari nilai kontrak. b.Pekerjaan
Konstruksi dengan nilai diatas Rp 100.000.000 sampai dengan Rp
500.000.000,- sebesar penetapan iuran huruf a ditambah 0,19% dari selisih
nilai, yakni dari nilai kontrak kerja konstruksi dikurangi Rp 100.000.000,-
c.Pekerjaan konstruksi di atas Rp 500.000.000,- sampai dengan Rp
1.000.000.000,-, sebesar penetapan iuran huruf b ditambah 0,15% dari selisih
nilai, yakni nilai kontrak kerja konstruksi dikurangi Rp 500.000.000,-
d.Pekerjaan konstruksi di atas Rp 1.000.000.000,- sampai dengan Rp
5.000.000.000,- sebesar penetapan iuran huruf c ditambah 0,12% dari selisih
nilai, yakni dari nilai kontrak kerja konstruksi dikurangi Rp 1.000.000.000,-
e.Pekerjaan konstruksi di atas Rp 5.000.000.000,- sebesar penetapan iuran
huruf d ditambah 0,10% dari selisih nilai, yakni dari nilai kontrak kerja
konstruksi dikurangi Rp 5.000.000.000,- Untuk perlindungan risiko
kecelakaan kerja besarnya benefit sebagaimana diatur dalam PP 76/122007
dan tidak berdasarkan besar atau kecilnya iuran, yaitu jika tenaga kerja
mengalami kecelakaan kerja biaya perawatan dan pengobatan maksimum Rp
12 juta, untuk: 1.Cacat fungsi perhitungannya adalah % berkurangnya fungsi
anggota badan X tabel cacat X 80 bulan upah. 2.Cacat anatomi
perhitungannya % cacat anatomi X 80 bulan upah. 3.Cacat total
perhitungannya 70% X 80 bulan upah. 4.Meninggal dunia 60% X 80 bulan
upah ditambah uang kubur Rp. 2 juta dan santunan berkala Rp 200.000 X 24
bulan. Meninggal bukan karena kecelakaan kerja santunannya Rp 10 juta
ditambah uang kubur Rp 2 juta dan santunan berkala Rp 200.000 X 24 bulan.
T : Bagaimana apabila nama yang tertera pada kartu Jamsostek tidak sama
dengan yang tertera di KTP?
J : Nama yang tertera pada Kartu Peserta Jamsostek (KPJ) harus sama dengan
nama pada KTP yang bersangkutan, agar tidak menimbulkan masalah pada
saat pengurusan klaim jaminan. Kami sarankan agar KPJ yang bersangkutan
segera dikoreksi. Pengurusannya dapat dilakukan oleh petugas kantor pusat
perusahaan di tempat tenaga kerja tersebut bekerja.
T : Apabila penginputan data dilakukan di kantor pusat perusahaan saya di
Jakarta, apakah saya bisa mengurus klaim di daerah tempat saya bekerja
(Kalimantan)?
J : Proses pengurusan klaim jaminan dapat dilakukan di seluruh Kantor Cabang
PT Jamsostek (Persero) terdekat.
T : Apakah ada program pinjaman lunak untuk usaha kecil bagi peserta
jamsostek tapi tidak dalam bentuk koperasi (usaha sendiri )kalau ada
bagaiman cara pengajuannya?
J : PT Jamsostek mempunyai program pinjaman lunak yang disebut dengan
program Kemitraan. Program ini ditujukan untuk bantuan modal usaha kecil/
mikro dengan bunga 6% flat or 12% efektif, dan masa kredit selama 3 tahun.
Kriteria usaha yang dapat mengajukan adalah usaha yang telah berjalan
selama 1 th, bukan merupakan anak atau cabang perusahaan yg berafiliasi
baik secara langsung maupun tidak langsung dengan usaha lain, asset yang
dimiliki maksimal adalah 200 juta (diluar tanah dan bangunan), dan omset
tahunan maksimum adalah 1 miliar. Untuk prosedur pengajuannya dapat
dilakukan dengan mengirimkan proposal permohonan pinjaman langsung ke
kantor cabang PT. Jamsostek (Persero) setempat, Cq. bagian program khusus
/ pemasaran.
T : Apabila saya pindah kerja, apakah nomor Kartu Peserta Jamsostek (KPJ)
saya yang lama masih bisa diteruskan tanpa harus membuat KPJ yang
baru?
J : Apabila Bapak/ Ibu ingin meneruskan kepesertaan Jamsostek dengan nomor
yang sama, Bapak/ Ibu harap memberitahukan/ melaporkan nomor KPJ
tersebut ke Bagian SDM/ HR di perusahaan yang baru tempat Bapak/ Ibu
bekerja.
T : bagaimana cara melakukan kerjasama antara pemilik klinik (PPK) dengan
jamsostek, karena saya masih bingung tentang hal ini.
J : Apabila Klinik Keluarga berniat ikut bekerjasama/partisipasi sebagai salah
satu provider/ fasilitas kesehatan JPK PT Jamsostek (Persero), dapat
mengajukan surat permohonan ke kantor cabang PT Jamsostek (Pesero)
sesuai didaerah dimana klinik keluarga berada, dengan melengkapi data-data
pendukung sebagai berikut: - Company profile klinik meliputi surat ijin
usaha/surat ijin klinik - Jumlah tenaga medis, non medis, dan pekerja -
Fasilitas cakupan layanan kesehatan - Waktu buka praktek - Surat ijin
praktek kompetensi tenaga medis/non medis - Penanggung jawab klinik
Kantor cabang PT. Jamsostek (Persero) akan mempelajari dan meneliti surat
permohonan saudara dan melakukan visitasi/kunjungan ke lokasi klinik
untuk melakukan penilaian. Selanjutnya akan dilakukan negosiasi pola
pembayaran dan penjelasan tentang sistem prosedur pelayanan dan lainnya.
Bila sesuai, maka kerja sama dapat dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai