Visi
Menjadi lembaga jaminan sosial tenaga kerja terpercaya yang unggul dalam
pelayanan dan memberikan manfaat optimal bagi seluruh peserta dan
keluarganya.
Misi
• Tenaga Kerja: Memberikan perlindungan yang layak bagi tenaga kerja dan
keluarga
• Pengusaha: Menjadi mitra terpercaya untuk memberikan perlindungan
kepada tenaga kerja dan meningkatkan produktivitas
• Negara: Berperan serta dalam pembangunan
FILOSOFI JAMSOSTEK
Motto Perusahaan:
NILAI-NILAI PERUSAHAAN
dan pembaharuan
Teladan : Berpandangan jauh kedepan, penghargaan dan pembimbingan
(reward &
encouragement), pemberdayaan
Sejarah
Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu tangung jawab
dan kewajiban Negara untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi kepada
masyarakat. Sesuai dengan kondisi kemampuan keuangan Negara, Indonesia
seperti halnya berbagai Negara berkembang lainnya, mengembangkan program
jaminan sosial berdasarkan funded social security, yaitu jaminan sosial yang
didanai oleh peserta dan masih terbatas pada masyarakat pekerja di sektor formal.
Struktur Organisasi
Struktur Organisasi PT. Jamsostek (Persero) sebagaimana tertuang dalam Surat
Keputusan Direksi Nomor: KEP/190/082007 bulan Agustus 2007 tentang Struktur
Organisasi dan Tata Kerja PT. Jamsostek (Persero), adalah sebagai berikut:
Dewan Komisaris
Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: KEP-
228/MBU/2008 tentang "Pemberhentian dan Pengangkatan Komisaris Utama
Perusahaan Perseroan (Persero) PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja" tanggal 14
November 2008 dan Keputusan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: KEP-
224/MBU/2008 tentang "Pemberhentian Anggota Komisaris Perusahaan Perseroan
(Persero) PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja" tanggal 13 November 2008, berikut profil
Dewan Komisaris PT Jamsostek (Persero):
Bambang Subianto
Komisaris Utama
Komisaris Utama PT Jamsostek sejak Desember 2008. Saat
ini adalah partner dari IndoConsult. Pada tahun 2000 -
20004 partner dari PT Ernst & Young Consulting. Pernah
menjadi dosen di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dan
menjabat sebagai Menteri Keuangan RI pada dalam periode
Mei 1998 - Oktober 1999.
Sjukur Sarto
Komisaris
Komisaris PT Jamsostek (Persero) sejak 2001. Saat ini
menjabat sebagai Ketua Dewan Pimpinan Pusat-Serikat
Pekerja Seluruh Indonesia (DPP SPSI), Ketua Umum
Pimpinan Pusat F. SP BPU - SPSI dan Sekretaris Tripartit
Nasional. Sejak tahun 2000 menjadi anggota Komite Pengarah
Nasional tentang Restrukturisasi dan Reformasi Jamsostek.
Rekson Silaban
Komisaris
Komisaris PT Jamsostek (Persero) sejak 2007. saat ini masih
menjabat sebagai anggota Lembaga Tripartit Nasional serta
menjabat sebagai Ketua Umum DPP KSBSI.
Dewan Direksi
Berdasarkan Keputusan Menteri Negara BUMN Nomor: KEP-249/MBU/122008
tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Anggota-Anggota Direksi Perusahaan
Perseroan (Persero) PT Jamsostek, tanggal 19 Desember 2008, berikut adalah
profil Dewan Direksi PT Jamsostek (Persero):
H. Hotbonar Sinaga
(Direktur Utama)
Lahir: Cipanas, 20 Mei 1949
H.D Suyono
(Direktur Perencanaan, Pengembangan dan
Informasi)
Lahir: Sragen, 10 Desember 1953
Ahmad Ansyori
(Direktur Operasi dan Pelayanan)
Lahir: Kota Negara, Juli 1963
Elvyn G. Masassya
(Direktur Investasi)
Lahir: Medan, 18 Juni 1967
Karsanto
(Direktur Kepatuhan dan Manajemen Risiko)
Posisi Nama
Kepala Biro Humas M. Sarjan Lubis
Kepala Biro Sekretariat Perusahaan M. Nasrun Baso
Kepala Biro Pengawasan Internal Suwardi Dullah
Kepala Divisi Pelayanan JPK Mas'oed Muhammad
Kepala Divisi Teknis & Pelayanan Nur'aina
Kepala Biro Akuntansi Trisiwi Hidayati
Kepala Biro Keuangan Paryudhianto Akt
Kepala Biro Pengendalian Keuangan Robby Arsamanggala
Kepala Biro Teknologi & Informasi Hardi Yuliwan
Kepala Biro Renbang Agus Supriyadi
Kepala Biro Diklat Koes Antarto
Kepala Biro Manajemen Risiko Teguh Purwanto
Kepala Divisi Operasi Tjipto Rahadi
Kepala Biro Pengadaan Diddi Siswadi
Pjs. Kepala Biro Kepatuhan & Hukum Salkoni
Pjs. Kepala Biro SDM Nurhadiah
Kepala Biro Sarana & Prasarana Dedi Pramiadi
Kepala Biro PKP & KBL Ahmad Riadi
Pjs. Kepala Divisi Investasi Langsung Amri Yusuf
Kepala Divisi Pasar Uang & Pasar Modal Jeffry Haryadi PM
Kepala Divisi Analisa Portofolio
Daerah
Posisi Nama
Kepala Kantor Wilayah I Herry Herland S
Wakil Kepala Kanwil I Banjar Aseli DS
Kepala Kantor Wilayah II F. Soetrisno
Wakil Kepala Kanwil II Partono
Kepala Kantor Wilayah III Herdi Trisanto
Wakil Kepala Kanwil III Mulyani RAR
Kepala Kantor Wilayah IV E. Ilyas Lubis
Wakil Kepala Kanwil IV Herwin Mahendra
Kepala Kantor Wilayah V Ferry Atorid
Wakil Kepala Kanwil V Titiek Sukanthi
Kepala Kantor Wilayah VI M. Junaedi
Wakil Kepala Kanwil VI Trisno Kistomo
Kepala Kantor Wilayah VII Diddi Slamet Riyadi
Wakil Kepala Kanwil VII M. Syatir BSW
Kepala Kantor Wilayah VIII Basuki Siswanto
Wakil Kepala Kanwil VIII Yoto Susiswo
Sumber: Biro Sekretariat Perusahaan, Feb 2010
Risiko sosial ekonomi yang ditanggulangi oleh program tersebut terbatas saat terjadi
peristiwa kecelakaan, sakit, hamil, bersalin, cacat, hari tua dan meninggal dunia, yang
mengakibatkan berkurangnya atau terputusnya penghasilan tenaga kerja dan/atau
membutuhkan perawatan medis Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial ini
menggunakan mekanisme Asuransi Sosial.
Definisi
Program Jaminan Hari Tua ditujukan sebagai pengganti terputusnya penghasilan tenaga
kerja karena meninggal, cacat, atau hari tua dan diselenggarakan dengan sistem
tabungan hari tua. Program Jaminan Hari Tua memberikan kepastian penerimaan
penghasilan yang dibayarkan pada saat tenaga kerja mencapai usia 55 tahun atau telah
memenuhi persyaratan tertentu.
Kemanfaatan Jaminan Hari Tua adalah sebesar akumulasi iuran ditambah hasil
pengembangannya.
Jaminan Hari Tua akan dikembalikan/dibayarkan sebesar iuran yang terkumpul ditambah
dengan hasil pengembangannya, apabila tenaga kerja:
• Mencapai umur 55 tahun atau meninggal dunia, atau cacat total tetap
• Mengalami PHK setelah menjadi peserta sekurang-kurangnya 5 tahun dengan
masa tunggu 1 bulan
• Pergi keluar negeri tidak kembali lagi, atau menjadi PNS/POLRI/ABRI
Manfaat JPK bagi perusahaan yakni perusahaan dapat memiliki tenaga kerja yang sehat,
dapat konsentrasi dalam bekerja sehingga lebih produktif.
Hal-hal yang tidak menjadi tanggung jawab badan penyelenggara (PT Jamsostek
(Persero))
1. Peserta
• Dalam hal tidak mentaati ketentuan yang berlaku yang telah ditetapkan oleh
Badan Penyelenggara
• Akibat langsung bencana alam, peperangan dan lain-lain
• Cidera yang diakibatkan oleh perbuatan sendiri, misalnya percobaan bunuh diri,
tindakan melawan hukum
• Olah raga tertentu yang membahayakan seperti: terbang layang, menyelam,
balap mobil/motor, mendaki gunung, tinju, panjat tebing, arum jeram
• Tenaga kerja yang pada permulaan kepesertaannya sudah mempunyai 3 (tiga)
anak atau lebih, tidak berhak mendapatkan pertolongan persalinan
2. Pelayanan Kesehatan
3. Obat-obatan:
4. Pembiayaan:
Kecelakaan kerja termasuk penyakit akibat kerja merupakan risiko yang harus dihadapi
oleh tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya. Untuk menanggulangi hilangnya
sebagian atau seluruh penghasilan yang diakibatkan oleh adanya risiko-risiko sosial
seperti kematian atau cacat karena kecelakaan kerja baik fisik maupun mental, maka
diperlukan adanya jaminan kecelakaan kerja. Kesehatan dan keselamatan tenaga kerja
merupakan tanggung jawab pengusaha sehingga pengusaha memiliki kewajiban untuk
membayar iuran jaminan kecelakaan kerja yang berkisar antara 0,24% - 1,74% sesuai
kelompok jenis usaha.
Manfaat
Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) memberikan kompensasi dan rehabilitasi bagi tenaga
kerja yang mengalami kecelakaan pada saat dimulai berangkat bekerja sampai tiba
kembali dirumah atau menderita penyakit akibat hubungan kerja. Iuran untuk program
JKK ini sepenuhnya dibayarkan oleh perusahaan. Perincian besarnya iuran berdasarkan
kelompok jenis usaha sebagaimana tercantum pada iuran.
3. Biaya Pengobatan/Perawatan
Rp 12.000.000,- (maksimum)*
4. Santunan Cacat
− Sebagian-tetap: % tabel x 80 bulan upah
− Total-tetap
− Sekaligus: 70 % x 80 bulan upah
− Berkala (2 tahun) Rp 200.000,- per bulan*
− Kurang fungsi: % kurang fungsi x % tabel x 80 bulan upah
5. Santunan Kematian
− Sekaligus 60 % x 80 bulan upah
− Berkala (2 tahun) Rp. 200.000,- per bulan*
− Biaya pemakaman Rp 2.000.000,-*
7. Penyakit akibat kerja, tiga puluh satu jenis penyakit selama hubungan kerja dan 3
tahun setelah putus hubungan kerja.
Iuran
Sektor Informal
Pengertian
Tenaga Kerja yang melakukan pekerjaan di Luar Hubungan Kerja (LHK) adalah orang
yang berusaha sendiri yang pada umumnya bekerja pada usaha-usaha ekonomi
informal.
Tujuan
• Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), terdiri dari biaya pengangkutan tenaga kerja
yang mengalami kecelakaan kerja, biaya perawatan medis, biaya rehabilitasi,
penggantian upah Sementara Tidak Mampu Bekerja (STMB), santunan cacat
tetap sebagian, santunan cacat total tetap, santunan kematian (sesuai label),
biaya pemakaman, santunan berkala bagi yang meninggal dunia dan cacat total
tetap
• Jaminan Kematian (JK), terdiri dari biaya pemakaman dan santunan berkala
• Jaminan Hari Tua (JHT), terdiri dari keseluruhan iuran yang telah disetor, beserta
hasil pengembangannya
• Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK), terdiri dari rawat jalan tingkat pertama
meliputi: pemeriksaan dan pengobatan dokter umum dan dokter gigi,
pemeriksaan diberikan dalam bentuk tindakan medis sederhana; rawat inap;
pertolongan persalinan; penunjang diagnostic berupa pemeriksaan laboratorium,
radiologi, EEG dsb; pelayanan khusus berupa penggantian biaya prothese,
orthose dan kacamata; dan pelayanan gawat darurat
Kepesertaan
• Sukarela
• Usia maksimal 55 tahun
• Dapat mengikuti program Jamsostek secara bertahap dengan memilih program
sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan peserta
• Dapat mendaftar sendiri langsung ke PT Jamsostek (Persero) atau mendaftar
melalui wadah/kelompok yang telah melakukan Ikatan Kerjasama (IKS) dengan
PT Jamsostek (Persero)
Iuran
Iuran TK LHK ditetapkan berdasarkan nilai nominal tertentu berdasarkan upah sekurang-
kurangnya setara dengan Upah Minimum Provinsi/Kabupaten/Kota
Besaran Iuran
No Program Persentase
1. Jaminan Kecelakaan Kerja 1%
2. Jaminan Hari Tua 2% (Minimal)
3. Jaminan Kematian 0.3%
6%
Jaminan Pemeliharaan (Keluarga)
4.
Kesehatan
3% (Lajang)
Ket: Iuran ditanggung sepenuhnya oleh peserta
Cara Pembayaran
Sektor Konstruksi
Adalah Program Jaminan Sosial bagi Tenaga Kerja Harian Lepas, Borongan dan
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu pada Sektor Jasa Konstruksi yang diatur melalui
Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: KEP-196/MEN/1999 Tanggal 29 September
1999
Tahap Kepesertaan
Setiap Kontraktor Induk maupun Sub Kontraktor yang melaksanakan proyek Jasa
Konstruksi dan pekerjaan borongan lainnya wajib mempertanggungkan semua tenaga
kerja (borongan/harian lepas dan musiman) yang bekerja pada proyek tersebut kedalam
Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JKM)
• Proyek-proyek APBD
• Proyek-proyek atas Dana Internasional
• Proyek-proyek APBN
• Proyek-proyek swasta, dll
Iuran Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian ditanggung sepenuhnya oleh
kontraktor dan besarannya ditetapkan sebagai berikut:
Nilai Kontrak Kerja Konstruksi yang dipergunakan sebagai dasar perhitungan iuran tidak
termasuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 10%.
1. Bagi tenaga kerja harian lepas, borongan dan perjanjian kerja waktu tertentu
yang bekerja kurang dari 3 (tiga) bulan wajib diikutsertakan dalam program
jaminan kecelakaan kerja dan jaminan kematian, lebih dari 3 (tiga) bulan wajib
diikutsertakan untuk seluruh program jaminan sosial tenaga kerja
2. Untuk tenaga kerja harian lepas dalam menetapkan upah sebulan adalah upah
sehari dikalikan jumlah hari kerja dalam 1 (satu) bulan kalender. Apabila upah
dibayar secara bulanan untuk menghitung upah sehari bagi yang bekerja 6
(enam) hari dalam 1 (satu) minggu adalah upah sebulan dibagi 25 (dua puluh
lima) , sedangkan yang bekerja 5 (lima) hari dalam 1 (satu) minggu adalah upah
sebulan dibagi 21 (dua puluh satu)
3. Untuk tenaga kerja borongan yang bekerja kurang dari 3 (tiga) bulan penetapan
upah sebulan adalah 1 (satu) hari dikalikan jumlah hari kerja dalam 1 (satu) bulan
kalender. Bagi yang bekerja lebih dari 3 (tiga) bulan, upah sebulan dihitung dari
upah rata - rata 3 (tiga) bulan terakhir. Jika pekerjaan tergantung cuaca upah
sebulan dihitung dari upah rata - rata 12 (dua) belas bulan terakhir
4. Untuk tenaga kerja yang bekerja berdasarkan perjanjian kerja waktu tertentu,
penetapan upah sebulan adalah sebesar upah sebulan yang tercantum dalam
perjanjian kerja
Peraturan Pemerintah
Berikut beberapa Peraturan Pemerintah yang mengatur tentang pengelolaan dana dan
program Jaminan Sosial:
• Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2004 tentang "Pengelolaan dan Investasi
Dana Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja"
PP No. 22 Tahun 2004 dengan pilihan portofolio investasi yang selain didasarkan pada
prinsip likuiditas, rendah resiko juga berdasarkan prinsip keamanan dan optimalisasi
hasil.
Instrumen yang Batasan Setiap Batasan Setiap Pihak *)
diperbolehkan Instrumen *)
Deposito 100% Maksimal 20 % per Bank Umum
Surat Utang Negara 100% -
Surat Utang Korporasi 50% Maksimal 5 % per penerbit
Saham 50% Maksimal 5 % per emiten
Penyertaan Langsung 5% Maksimal 1 % per pihak
Properti 10% -
Reksadana 50% Maksimal 5 % per penerbit
Repo 10% Maksimal 2 % per counterpart
Instrumen yang dilarang: Derivatives, investasi di luar negeri, komoditi, instrumen
perdagangan berjangka, perusahaan milik Direksi, Komisaris & Pemegang Saham
*) Dari total portofolio
• Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2007 tentang "Perubahan Kelima atas
Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program
Jaminan Sosial Tenaga Kerja".
• Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 84 tahun 2010 tentang
"Perubahan Ketujuh atas Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 Tentang
Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja".
Kebijakan Internal
BUNGA
Sesuai dengan Surat Keputusan Direksi PT Jamsostek (Persero) Nomor:
KEP/330/122010 tentang "Penetapan Pemberian Hasil Pengembangan
Dana Untuk Saldo Jaminan Hari Tua (JHT) Tahun 2010 dan Penetapan
Pembayaran Saldo Jaminan Hari Tua (JHT) Tahun 2011", Direksi
menetapkan besarnya pemberian hasil pengembangan dana untuk
perhitungan saldo Jaminan Hari Tua tahun 2010 adalah:
• Saldo awal JHT tahun 2010 diberikan sebesar 10,60% (sepuluh
koma enam puluh persen) per tahun.
• Iuran JHT tahun 2010 diberikan sebesar 10,60% (sepuluh koma
enam puluh persen) per tahun.
• Besarnya pemberian hasil pengembangan dana untuk perhitungan
saldo JHT tahun 2011 ditetapkan saldo awal JHT tahun 2011 dan
iuran JHT tahun 2011 sebesar 7% (tujuh persen) per tahun.
• Besarnya pemberian hasil pengembangan dana untuk pembayaran
saldo JHT tahun 2011 ditetapkan saldo awal JHT tahun 2011 dan
iuran JHT tahun 2011 setara dengan 7% (tujuh persen) per tahun.
KLAIM JHT
Surat Edaran Direktur Jendral Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor
B.337/DJPPK/IX/05 memberlakukan kembali aturan pengambilan Jaminan
Hari Tua sebelum usia 55 tahun, apabila tenaga kerja tersebut mengalami
pemutusan hubungan kerja dan telah mempunyai masa kepesertaan
serendah-rendahnya 5 (lima) tahun dan telah melewati masa tunggu 6
(enam) bulan terhitung sejak tenaga kerja yang bersangkutan berhenti
bekerja.
Undang-Undang
PENYAKIT YANG TIMBUL KARENA HUBUNGAN KERJA
Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993 Tanggal 27 Pebruari 1993
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Menimbang:
Bahwa untuk lebih meningkatkan perlindungan terhadap tenaga kerja, Undang-undang
Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja menetapkan perlunya
pengaturan mengenai penyakit yang timbul karena hubungan kerja dengan Keputusan
Presiden.
Mengingat:
1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945;
2. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program
Jaminan
Sosial Tenaga Kerja (Lembaran Negara Tahun 1993 Nomor 20, Tambahan Lembaran
Negara
Nomor 3520);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan:
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENYAKIT YANG
TIMBUL KARENA HUBUNGAN KERJA.
Pasal 1
Penyakit yang timbul karena hubungan kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan atau lingkungan kerja.
Pasal 2
Setiap tenaga kerja yang menderita penyakit yang timbul karena hubungan kerja berhak
mendapat jaminan Kecelakaan Kerja baik pada saat masih dalam hubungan kerja
maupun setelah hubungan kerja berakhir.
Pasal 3
1. Hak atas Jaminan Kecelakaan Kerja bagi tenaga kerja yang hubungan kerjanya telah
berakhir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 diberikan, apabila menurut hasil
diagnosis dokter yang merawat penyakit tersebut diakibatkan oleh pekerjaan selama
tenaga kerja yang bersangkutan masih dalam hubungan kerja.
2. Hak jaminan kecelakaan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diberikan,
apabila penyakit tersebut timbul dalam waktu paling lama 3 (tiga) tahun terhitung
sejak hubungan kerja tersebut berakhir.
Pasal 4
Penyakit yang timbul karena hubungan kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1,
sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan Presiden ini.
Pasal 5
Keputusan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 27 Pebruari 1993
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
ttd.
SOEHARTO
Salinan sesuai dengan aslinya
SEKRETARIAT KABINET RI
Kepala Biro Hukum
dan perundang-undangan
ttd.
Bambang Kesowo, S.H., LL.M.
LEMBARAN LEPAS SEKRETARIAT NEGARATAHUN 1993
Peraturan Menteri
POKOK-POKOK SUBSTANSI PERMEN NOMOR
PER-12/MEN/VI/2007
A. Kepesertaan
1. Kepesertaan perusahaan dan tenaga kerja untuk pertama kali dilakukan oleh
perusahaan dan tenaga kerja dengan mengisi dan menyerahkan kepada PT
Jamsostek (Persero) :
B. Pembayaran Iuran
1. Iuran lanjutan wajib dibayar perusahaan setiap bulan paling lambat tanggal
15 (lima belas) bulan berikutnya, dengan melampirkan :
• Formulir Jamsostek 2 bila tidak terjadi perubahan upah dan jumlah tenaga kerja
maupun tertanggung peserta JPK.
• Formulir Jamsostek 2 dan Formulir Jamsostek 2a serta Formulir Jamsostek
pendukung lainnya bila terjadi perubahan upah, tenaga kerja maupun tertanggung
peserta JPK.
5. Iuran Jaminan Hari Tua dan hasil pengembangannya baru dapat dirinci dan
dihitung serta dimasukkan dalam akun individu masing-masing peserta
setelah iuran yang dibayarkan jumlahnya/ besarnya sama dengan rincian
iuran tenaga kerja (Formulir Jamsostek 2a).
6. Iuran dan atau kekurangan iuran yang belum dibayarkan oleh perusahaan
dikenakan denda sesuai ketentuan yang berlaku dan merupakan piutang PT
Jamsostek (Persero) kepada perusahaan yang bersangkutan.
B. Jaminan Kematian
Peserta program Jamsostek yang ikut dalam program jaminan kematian, tetap
berhak mendapat perlindungan jaminan kematian selama 6 (enam) bulan sejak
tenaga kerja yang bersangkutan berhenti bekerja.
1. Besarnya JHT yang menjadi hak tenaga kerja adalah keseluruhan iuran
JHT yang telah disetor oleh pengusaha dan telah dibukukan dalam akun
individu peserta ditambah dengan hasil pengembangannya.
2. Iuran JHT yang disetor oleh pengusaha baru dapat dibukukan dalam
akun individu peserta, setelah iuran JHT yang disetor sama jumlahnya
dengan data iuran JHT masing-masing individu peserta.
3. Hasil pengembangan JHT mulai dihitung setelah iuran JHT dibukukan
dalam akun individu masing-masing peserta.
4. Apabila pengusaha menunggak atau kurang membayar iuran, PT
Jamsostek (Persero) akan membayar JHT sebesar iuran JHT yang telah
dibukukan dalam akun individu beserta hasil pengembangannya.
Kekurangan JHT yang menjadi hak tenaga kerja, akan dibayar oleh PT
Jamsostek (Persero) setelah pengusaha melunasi iuran tertunggak
maupun kekurangan iuran tersebut.
5. Terdapat peningkatan manfaat JPK untuk :
• Biaya persalinan normal menjadi Rp. 500.000,- (lima ratus ribu rupiah)
• Biaya penggantian kacamata menjadi Rp. 200.000,- (dua ratus ribu
rupiah)
• Biaya penggantian pembuatan gigi palsu (prothese) menjadi Rp.
408.000,- (empat ratus delapan ribu rupiah)
Ketentuan Lain
Ketentuan Peralihan
Effektif berlakunya Peraturan Menteri yang baru adalah tanggal 1 Januari 2008,
dengan pertimbangan :