MUTIARA (421J0026)
2021-2022
BAB I
PENDAHULUAN
menganggu jalannya isi usus (Sylvia A, Price, 2012). Hal ini dapat terjadi
dikarenakan kelainan didalam lumen usus, dinding usus atau benda asing
diluar usus yang menekan, serta kelainan vaskularisasi pada suatu segmen
kematian yang disebabkan oleh penyakit saluran cerna didunia tahun 2004,
Setiap tahunnya, 1 dari 1000 penduduk dari segala usia didiagnosis ileus.
(Sjamsuhidayat, 2006)
klinis pada system gastroinstestinal. Tanda dan gejala yang biasa terjadi
serta penting untuk dikenali pada pasien ileus obstruksi diantaranya adalah
kematian.
preoperative gastroentestinal.
1.2 TUJUAN
1. Tujuan Umum
Indramyu.
2. Tujuan Khusus
1.3 MANFAAT
obstruktive.
2. Manfaaat bagi institusi
TINJAUAN TEORITIS
atau hambatan isi usus yang merupakan tanda adanya obstruksi usus
dibagi menjadi dua yaitu ileus obstruktif dan ileus paralitik. Ileus
obstruktif atau disebut juga ileus mekanik adalah keadaan dimana isi
lumen saluran cerna tidak bisa disalurkan ke distal atau anus karena
saluran isi usus. Sedangkan ileus paralitik adalah obstruksi usus akibat
usus).
b. Askariasis
perforasi.
c. Volvulus
d. Tumor
1) Mekanik sederhana
abdomen.
abdomen.
ringan.
adalah:
1) Persiapan
konservatif.
2) Operasi
dilakukan bila:
1. Strangulasi
2. Obstruksi lengkap
3. Hernia inkarserata
Nurarif, 2015)
3) Pasca Bedah
Nurarif, 2015).
2.5 Patofisiologi
dan patologis sistemik serta lokal. Obstruksi partial atau komplit yang
distal. Obstruksi total yang tidak teratasi mengakibatkan isi usus tidak
oklusi vena dan arteri. Epitel usus sangat rentan terhadap anoksia
mana adhesi pita ketat melewati usus, atau di mana batu empedu atau
isi usus tertahan di bagian usus yang tersumbat, muntah, atau keluar di
Selain itu dapat terjadi edema dinding usus dan kebocoran protein.
translokasi usus bakteri dan racun, serta hasil akhir perforasi (Kulayhat
MN, 2001).
halus. Pada kolon hampir tidak pernah terjadi strangulasi kecuali oleh
a) Pemeriksaan radiologia.
c. CT– Scan
penyebabdari obstruksi.
e. MRI
kronis
f. Angiografi
1. Pengkajian
sebagai berikut:
sistem pencernaannya
(SDKI, 2018)
3. Rencana Intervensi
Intervensi :
Observasi :
Teraupetik :
kepercayaan
kenyamanan
kecemasan
Edukasi :
ketegangan
tepat
Kolaborasi :
Observasi :
memperingan nyeri
Teraupetik :
rasa nyeri
Kolaborasi
Observasi :
informasi
sehat
Teraupetik :
kesehatan
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas klien
Nama : Ny. W
Umur : 47 tahun
Pekerjaan : Petani
b. Identitas Penanggungjawab
Nama : Ny. D
Umur : 27 tahun
1) Keluhan utama
2) Faktor pencetus
Tidak BAB sejak 5 hari SMRS, tidak kentut 4 hari SMRS, ketika
3) Lamanya keluhan
5 hari SMRS
4) Timbulnya Keluhan
Setelah diurut
Tidak terkaji
perawatannya
imunisasi
Tidak terkaji
urut
Olahraga)
Tidak terkaji
Asuransi/Jaminan kesehatan
4. Kebutuhan Dasar
- Nyeri abdomen
masuk RS
b) Oksigenisasi
NRM 10L
(+)
d) Eliminasi
Tidak Terkaji
h) Peran Seksual
Tidak Terkaji
i) Psikososial
5. Pemeriksaan Fisik
2) Kesadaran = Composmetis
R:30x/Menit S:365
Abdomen
Nyeri tekan
6. Pemeriksaan Penunjang
Jenis Nilai
No Tanggal Hasil Interpretasi
Pemeriksaan Normal
1 29-10-21 rontgen Diafragma
meninggi
(+) dan
hampir
menutupi
paru-paru
kanan
8. Diit : puasa
9.
B. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 DO: Nyeri abdomen Konstipasi
Distensi Abdomen (+)
DS Kebiasaan di urut
1. Pasien mengatakan
nyeri perut
2. Pasien mengatakan Flatus dan BAB (-)
memiliki kebiasaan
urut
3. Belum BAB sejak 5 Obstruksi pada usus
hari SMRS
4. Belum mengeluarkan
flatus sejak 4 hari Distensi abdomen
SMRS
konstipasi
2 DO: Tidak nafsu makan Nyeri akut bd
1. Distensi abdomen (+) distensi abdomen
2. Tampak meringis
3. Skala nyeri = 8 Asam lambung ↑
4. Nadi = 110x/menit
5. Mual (+)
6. Muntah (+) Nyeri perut
7. Gelisah (+)
8. Sulit tidur (+)
Kebiasaan di urut
DS
1. Belum BAB sejak 5
hari SMRS Penyumbatan Usus
2. Belum mengeluarkan
flatus sejak 4 hari
SMRS BAB (-) Flatus (-)
3. Pasien mengeluh
nyeri
4. Pasien mengatakan Distensi abdomen
perut begah
5. 6 hari SMSR di urut
ketika nyeri perut Mual (+) muntah (+)
Pasien mengatakan
kurang nafsu makan
Nyeri abdomen
Nyeri dipersepsikan
Nyeri
Nyeri akut
pasien terjaga
Kurang pengetahuan
C. Diagnosa Keperawatan
1. Konstipasi b/d kelemahan otot abdomen, penurunan mortilitas
2. Nyeri akut b/d distensi abodmen d/d mengeluh nyeri, skala nyeri 8, dan
sulit tidur
3. Pola nafas tidak efektif b/d hambatan upaya napas dikarenakan diafragmh
Nyeri akut b/d distensi Setelah dilakukan tindakan 1. Pengkajian nyeri 1. Mengetahui lokasi,
abdomen keperawatan diharapkan 2. Observasi skala nyeri karakteristik, durasi dan
masalah teratasi dengan kriteria 3. Kolaborasi pemberian frekuensi nyeri
hasil: analgetik 2. Mengetahui derajat nyeri
kriteria Saat Target 4. Berikan terapi non yang dirasakan pasien
ini farmakologis menggunakan skala nyeri
1. Nyeri 1 3 3. Membentu menurunkan
abdomen nyeri secara farmakologis
2. Meringis 1 3 4. Mengurangi nyeri secara
3. Mengeluh 1 3 non farmakologis
nyeri
Pola nafas tidak efektif b/d Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor pola nafas 1. Mengetahui pola napas
distensi abdomen keperawatan diharapkan 2. Monitor saturasi O2 pasien sebagai bahan
masalah teratasi dengan kriteria 3. Terapi oksigen evaluasi terapi yang
hasil: 4. Jelaskan tujuan dan diberikan.
kriteria Saa target prosedure pemantauan 2. Mengatahui kadar oksigen
t ini dalam darah
1. Penggunaan 2 4 3. Membantu tubuh mensuplai
otot bantu oksigen secara maksimal
napas untuk meningkatkan jumlah
2. Frekuensi 2 4 oksigen dalam darah dan
napas mengurangi sesak yang
dirasakan.
4. Memberi informasi pada
pasien dan keluarga manfaat
dan tujuan tindakan yang
diberikan
Gangguan pola tidur Setelah dilakukan tindakan 1. Memfasilitasi istirahat dan 1. Membantu pasien dalam
keperawatan diharapkan tidur memasuki waktu tidur
masalah teratasi dengan kriteria 2. Lakukan perawatan diri 2. Tubuh yang bersih dapat
hasil: 3. Memonitor kebersihan meningkatkan kenyamanan
kriteria Saat Target tubuh sehingga mudah dalam
ini 4. Kolaborasi terapi analgetik memasuki waktu tidur
1. Sulit 2 4 5. Identifikasi skala nyeri 3. Memantau keberihan tubuh
tidur pasien
2. Sering 2 4 4. Memantau penyebab
terjaga kesulitan tidur.
Defisit pengetahuan Setelah dilakukan tindakan 1. Ajarkan perilaku hidup 1. Membantu pasien
keperawatan diharapkan bersih dan sehat menentukan perilaku hidup
masalah teratasi dengan kriteria 2. Jelaskan strategi bersih dan sehat. (tidak
hasil: management nyeri menajadikan kebiasaan urut
kriteria Saat Target sebagai intervensi ketika
ini nyeri perut atau maag
1. Persepsi 1 3 kambuh)
yang 2. Management nyeri yang
keliru dikarenakan maag bukan
terhadap dengan urut tetapi lakukan
masalah dengan terapi lain yang
tepat dan sesuai
2 1. mengkajian nyeri 1. mengeluh nyeri (+) 1. mengeluh nyeri (+) 1. mengeluh nyeri (+) Operasi
2. melakukan observasi meringis (+) nyeri meringis (+) nyeri meringis (+) nyeri Laparatomi
skala nyeri diseluruh abdomen diseluruh abdomen dengan, diseluruh abdomen Eksplorasi
3. melakukan dengan, nyeri nyeri dirasakan terus dengan, nyeri Gastroentestinal
kolaborasi pemberian dirasakan terus menerus dirasakan terus
analgetik menerus N: 104x/menit menerus
4. memberikan terapi N: 110x/menit 2. skala nyeri 6 N: 98x/menit
non farmakologis 2. skala nyeri 8 3. adv dokter: 2. skala nyeri: 4
3. adv dokter: keterolac IV 3x1 3. adv dokter:
keterolac IV 3x1 4. Kompres air hangat keterolac IV 3x1
4. Kompres air hangat 4. Kompres air hangat
3 1. Memonitor pola 1. Dypsnea R: 30x/menit 1. Dypsnea R: 28x/menit 1. Dypsnea R: 31 Operasi
nafas 2. SPO2 89% 2. SPO2 98% x/menit Laparatomi
2. Memonitor saturasi 3. Oksigenasi NRM 10L 3. Oksigenasi NRM 10L 2. SPO2 98% Eksplorasi
O2 4. Mengatahui tujuan 3. Oksigenasi NRM Gastroentestinal
3. Memberikan erapi menggunakan oksigen 10L
oksigen
4. Menelaskan tujuan
dan prosedure
pemantauan
4 1. memfasilitasi 1. mengatur suhu
1. mengatur suhu ruangan 1. mengatur suhu Operasi
istirahat dan tidur ruangan sesuai
sesuai kenyamanan pasien ruangan sesuai Laparatomi
2. melakukan kenyamanan pasien 2. melibatkan keluarga pasien kenyamanan pasien Eksplorasi
perawatan diri 2. melibatkan keluarga untuk melakukan lap basah 2. melibatkan keluarga Gastroentestinal
3. memonitor pasien untukpada tubuh pasien pasien untuk
kebersihan tubuh melakukan lap basah3. adv dokter : melakukan lap
4. melakukan pada tubuh pasien keterolac Iv 3x1 basah pada tubuh
kolaborasi terapi 3. adv dokter : 4. pasien tampak bersih dan pasien
analgetik keterolac Iv 3x1 tidak berbau 3. adv dokter :
5. mengidentifikasi 4. pasien tampak
5. Skala Nyeri: 6 keterolac Iv 3x1
skala nyeri berkeringat dan badan 4. pasien tampak
berbau bersih dan tidak
5. Skala Nyeri: 8 berbau
5. Skala Nyeri: 4
5 1. mengajarkan 1. keluarga pasien Intervensi dihentikan Intervensi dihentikan Intervensi
perilaku hidup bersih mengerti management dihentikan
dan sehat nyeri yang tepat
2. menjelaskan strategi 2. keluarga pasien sudah
management nyeri dijelaskan resiko urut
bagian perut
3. pasien sudah
dijelaskan asupan
nutrisi harus seimbang
F. Evaluasi
O: O: O: O:
Dypsnea Dypsnea Dypsnea Dypsnea
R: 30x/menit R: 28x/menit R: 31x/menit NRM 10L
NRM 10L NRM 10L NRM 10L Otot bantu nafas (+)
SPO2 : 89% SPO2 : 98% SPO2 : 97%
Otot bantu nafas (+) Otot bantu nafas (+) Otot bantu nafas (+) A: pola nafas tidak efektif
A: pola nafas tidak efektif A: pola nafas tidak efektif A: pola nafas tidak efektif P: masalah belum teratasi,
intervensi dilanjutkan, operasi
P: masalah belum teratasi, P: masalah belum teratasi, P: masalah belum teratasi, laparatomi gastroentestinal.
intervensi dilanjutkan intervensi dilanjutkan intervensi dilanjutkan
4 S: S: S: S:
Pasien mengatakan sulit Pasien mengatakan sulit tidur Pasien mengatakan sulit tidur Pasien mengatakan sulit tidur
tidur dikarenakan nyeri dikarenakan nyeri perut dikarenakan nyeri perut dikarenakan nyeri perut
perut dan suhu ruangan
terasa panas
O: O: O: O:
Pasien tampak berkeringat Pasien tampak terjaga Pasien tampak terjaga Pasien tampak terjaga
A: Gangguan pola tidur A: Gangguan pola tidur A: Gangguan pola tidur A: Gangguan pola tidur
P: masalah belum teratasi, P: masalah belum teratasi, P: masalah belum teratasi, P: masalah belum teratasi,
lanjutkan intervensi lanjutkan intervensi lanjutkan intervensi lanjutkan intervensi, operasi
laparatomi gastroentestinal.
5 S: Intervensi dihentikan Intervensi dihentikan Intervensi dihentikan
Pasien mengatakan tidak
mengetahui efek samping
kebiasaan urut
O: tampak bingung
A: Defisit pengetahuan
PEMBAHASAN
Teori Kasus
1. Menurut pendapat Indrayani (2013), 1. Pada pasien Ny. W bising usus tidak
tanda gejala yang muncul pada pasien terdengar.
illeus obstruktif salah satunya adalah
bising usus meningkat.
2. Menurut pandapat Indriyani (2013), 2. Pada pasien Ny. W penyabab illeus
etiologi peyebab terjadinya illeus obstruktif yaitu kebiasaan ketika
obstruktif pada usus halus mayoritas maag kambuh dilakukan pijat
riwayat hernia. abdomen.
B. Isi Jurnal
Obsstruksi usus adalah segala sesuatu yang menyumbat, menghambat, atau
mengubah perkembangan makanan padat dan cair. Terjadinya obstruksi usus di
amerika serikat setara dengan temuan internasional. Sekitar 20%dari semua pasien
yang dirawat dirumah sakit dengan perut akut disebabkan oleh obstruksi usus.
Obstruksi usus adalah sumber 12% dari semua rawat inap di amerika serikat.
Awalnya dirawat melalui ruang gawat darurat, 10% hingga 20% adalah perawatan
bedah kritis. Intervensi segera sangat penting. Delapan puluh persen dari penerimaan
ini terkait dengan obstruksi usus kecil.hasil klinis dari obstruksi usus bergantung pada
diagnose yang tepat waktu dan akurat, sehingga tingkat mortalitas dan morbiditas
bervariasi. Obstruksi tercekik yang tidak diobati selalu mengakibatkan kematian
pasien. Perawatan bedah dalam waktu 36 jam mengurangi angka kematian hingga
8%. Lebih dari 36 jam, angka kematian dapat meningkat hingga 25%. Obstruksi usus
besar sangat penting dan memerlukan diagnosis dan pengobatan dini. Sangat penting
untukmembedakan antara obstruksi dan pseudo obstruksi sehingga penyedia layanan
kesehatan dapat memberikan perawatan yang tepat.
D. Manfaat Jurnal
Manfaat dari jurnal ini adalah untuk mengetahui indikasi dan kontraindikasi
nutrisi enteral. Penelitian ini bisa menjadi tantangan untuk mendiagnosis obstruksi
usus. Kunci keberhasilan manajemen adalah mengindentifikasi tanda dan gejala
yang mungkin muncul dengan sangat halus pada awalnya, diikuti dengan komitmen
untuk membantu pasien sebelum kondisinya menjadi lebih parah. Apapun
perawatannya partisipasi perawat dalam perawatan dan perawatan pasca operasi
sangat penting. Tetap terkini dengan temuan dan metode baru adalah jalan terbaik.
Mendorong pasien untuk mengambil pendekatan yang cermat terhadap
perawatannya sendiri, rencana medis, dan gejalanya akan sangat berharga bagi
pasien dan pemberi perawatan.
Ileus obstruktif dikategorikan menjadi 2 yaitu sebagian dan total. Tanda gejla
yang ditunjukan yaitu sensasi penuh pada perut, perut tampak buncit, mual,
regurgitasi ringan, kontraksi perut, tidak adanya bising usus, konstipasi. Perbedaan
gejala yang muncul pada obstruksi usus sebagian yaitu kram pada perut, nyeri
secara intermiten dibagian perut tengah ke atas, sedangkan obstruksi usus total yaitu
perut buncit sensasi kembung, bising usus mengecil.
Obstruksi usus dapat terjadi akibat perlengketan usus, hernia, batu empedu,
volvulus, intussusepsi, tumor, atau penyakit lain yang dapat menurunkan mortilitas
usus.
Setelah didiagnosa obstruksi ileus dapat diberikan intervensi bedah dan non
bedah. Intervensi sebelum pembedahan dliakukan pengosongan lambung dengan
menggunakan tabung nasogastrik (NGT) dengan tujuan mengendalikan mual,
meredakan distensi, dan pengosongan lambung. Ileus obstruktif pada intervensi
bedah sangat diperlukan.
4.4 Proyek Inovasi
3. Pelaksanaan
a. Pelaksanaan dilakukan tanggal 30 November 2021.
b. kegiatan
pelaksanaan dilakukan di Ruang Rajungan RSUD Pantura Sentot Patrol
Indramayu pukul 10.00 – 10.15 WIB.
c. melakukan sharing jurnal terkait kasus kelola dengan perawat ruangan.
4. Evaluasi
a. Proses
Sharing jurnal kasus kelolaan.
b. Hasil
Setelah dilakukan sharing jurnal bersama perawat Ruangan Rajungan RSUD
Pantura M.A Sentot Patrol Indramayu didapatkan hasil yaitu terdapat persamaan
persepi mengenai intervensi pada pasien dengan ileus obstruktif pre-operative
baik pada jurnal maupun implementasi pada lapangan.
5. Penutup
a. Kesimpulan
b. Rekomendasi
Daftar Pustaka
Treating a Patient with an Intestinal Obstruction. Vicky P. Kent RN, PhD, CNE.
Supported by an educational grant from Dale Medical Products Inc. Volume 8,
No. 1.
Standart Perioperative Management in Gastrointestinal Surgery. Marian Grade.
Michael Quintel. B. Michael Ghadimi. Langenbecks Arch Surg (2011)
396:591–606 DOI 10.1007/s00423-011-0782-y Received: 20 January 2011
/Accepted: 8 March 2011 / Published online: 30 March 2011 The Author(s)
2011.
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan kasus diatas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Asuhan keperawatan pada pasien ileus obstruktif pre-operatif dilakukan
prosedure persiapaan yaitu dengan dilakukan pemasangan dekompresi
lambung, enema, dan perbaikan kesadaran umum pasien
2. Pemantauan dekompresi lambung pada kasus di atas pada hari pertama
menghasilkan cairan yang di hasilkan berwarna coklat kehitaman sebanyak
500CC dan hari kedua sebannyak 1000CC
5.2 Saran
1. Selama operasi baik pada tahap preoperasi, intraoperasi, maupun postoperasi
harus tetap memegang prinsip steril agar tidak terjadi komplikasi akibat
tindakan pembedahan.
2. Selalu memonitor kebutuhan cairan selama tindakan operasi, dengan
menghitung balance cairan sehingga dengan kebutuhan cairan yang adekuat
dapat mencegah syok hipovolemik karena pada tindakan bedah banyak cairan
aktif yang hilang.