YAKKUM DI LAMPUNG
NOMOR : 800/3218/RSMW/XII/2017
Tentang
KEBIJAKAN PELAYANAN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HUMAN
IMMUNODEFICIENCY VIRUS AND ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY
SYNDROME ( HIV & AIDS )
DI RUMAH SAKIT MARDI WALUYO METRO
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Pertama : Kebijakan direktur rumah sakit Mardi Waluyo Yakkum Di Metro
tentang pelayanan pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS .
Kedua : Kebijakan pelayanan di Rumah Sakit sebagaimana tercantum dalam
Lampiran Keputusan ini.
Ketiga : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pelayanan HIV/AIDS di
Rumah Sakit dilaksanakan oleh Direktur Rumah Sakit Mardi Waluyo
Metro,Dinas Kesehatan Kota Metro,Dinas Kesehatan Provinsi Lampung.
Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila di
kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di Metro
Pada tanggal ,14 Desember 2017
DIREKTUR RS.MARDI WALUYO
YAKKUM DI LAMPUNG
Drg. BUDIONO.MARS
A. KEBIJAKAN UMUM
1. Rumah sakit pelayanan pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS sesuai dengan
peraturan perundang – undangan.
2. Rumah sakit melakukan skrining HIV/AIDS untuk seluruh ibu hamil.
3. Rumah Sakit melaksanakan skirining HIV/AIDS untuk pasien TB.
4. Rumah Sakit meningkatkan ketersediaan dan pemeriksaan HIV/AIDS serta
menjamin keamanan, kemanfaatan dan mutu bahan atau alat yang diperlukan
dalam penanggulangan HIV/AIDS.
5. Rumah Sakit melaksanakan konseling dan atau informed consent sebelum atau
sesudah dilakukan pemeriksaan.
6. Rumah sakit melaksanakan pelayanan konseling dan tes sukarela (KTS) dan Tes
HIV atas Inisiatif Pemberi Pelayanan Kesehatan dan Konseling (TIPK).
7. Rumah Sakit melaksanakan sistem rujukan bagi pasien yang membutuhkan
penanganan lebih lanjut.
B. KEBIJAKAN KUSUS
1. KEBIJAKAN PELAYANAN KONSELING DAN TES SUKARELA
(KTS) RUMAH SAKIT MARDI WALUYO
a. Meningkatkan ketersediaan dan, pemeriksaan HIV/AIDS serta
menjamin keamanan, kemanfaatan, dan mutu bahan/alat yang
diperlukan dalam penanggulangan HIV/AIDS.
b. Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standar prosedur
operasional yang berlaku, etika profesi, menjaga kerahasiaan dan
menghormati hak pasien.
c. Pelayanan KTS dilaksanakan setiap hari kerja jam 08.00 – 13.00 WIB.
d. Pelayanan KTS dilakukan diruang konsultasi.
e. Konseling pretes dan postes dilakukan oleh konselor.
f. Jika petugas konselor tidak ada ditempat karna satu dan lain hal maka
konseling dapat dilakukan oleh Dokter Penanggung Jawab Pasien
(DPJP) atau Dokter umum jaga ruang yang saat itu sedang berdinas.
g. Menadatangani surat pernyataan persetujuan.
h. Dilakukan pemeriksaan HIV dengan 1 reagen, jika hasil positif maka
dilanjutkan dengan reagen ke2, jika hasilnya juga positif maka akan
dilakukan pemeriksaan dengan reagen ke 3.
i. Pasien menerima hasil pemeriksaan yang telah dilakukan dan
mendapat saran atau tindak lanjut dari hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan.
2. KEBIJAKAN TES HIV ATAS INISIATIF PEMBERI PELAYANAN
KESEHATAN DAN KONSELING (TIPK)
a. Meningkatkan ketersediaan dan, pemeriksaan HIV/AIDS serta
menjamin keamanan, kemanfaatan, dan mutu bahan/alat yang
diperlukan dalam penanggulangan HIV/AIDS.
b. Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standar prosedur
operasional yang berlaku, etika profesi, menjaga kerahasiaan dan
menghormati hak pasien.
c. Pelayanan TIPK dilaksanakan setiap hari.
d. Pemeriksaan HIV dilakukan dengan 1 reagen, jika hasil positif maka
dilanjutkan dengan reagen ke2, jika hasilnya juga positif maka akan
dilakukan pemeriksaan dengan reagen ke 3.
e. Pemberian informasi dan informed consent pretes pada TIPK
dilakukan oleh Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) atau dokter
umum jaga ruangan atau perawat penanggung jawab shift yang saat itu
sedang berdinas, Apabila DPJP menginstruksikan untuk tidak
dilakukan infomed consent pre tes, maka petugas yang mendampingi
visite menuliskan di CPPT bahwa pasie tidak perlu dilakukan infom
consen pre tes dan konseling post tes jika hasil reaktif dilakukan oleh
konselor.
f. Jika petugas konselor tidak ada ditempat karena satu dan lain hal maka
informed consent atau konseling dapat dilakukan oleh Dokter
Penanggung Jawab Pasien (DPJP) atau Dokter umum jaga ruang yang
saat itu sedang berdinas.
g. Jika pasien yang akan dilakukan pemeriksaan HIV/AIDS masih
berusia kurang dari 20 th maka informed consent atau konseling
diberikan kepada orang tua pasien dan menanda tangani surat infomed
consent.
h. Jika pasien yang akan dilakukan pemeriksaan HIV/AIDS dalam
kondisi tidak sadar, maka informed consent atau konseling dapat
diberikan kepada keluarga inti atau terdekat yang bertanggung jawab.
i. Untuk pelepasan informasi terkait HIV/AIDS pasien kepada pihak
asuransi atau pihak terkait, diberikan oleh DPJP berdasarkan surat
pernyataan pelepasan informasi dari pasien.
j. Rumah Sakit tidak melakukan diskriminasi kepada pasien yang
terinfeksi HIV, pasien berhak mendapatkan layanan seperti pasien
pada umumnya dan bilamana menjalani rawat inap menempati kamar
sesuai dengan kemampuan pasien.
k. Rumah Sakit tidak menyediakan pelayanan pengobatan anti retroviral
virus (ARV), dan faktor resiko injecting drug user (IDU).
l. Untuk pasien yang membutuhkan pelayanan lebih lanjut, seperti
persalinan ibu dengan HIV dan pasien dengan rencana pembedahan,
maka akan dirujuk ke RS Rujukan.
Ditetapkan di Metro
Pada tanggal, 14 Desember 2017
DIREKTUR RS.MARDI WALUYO
YAKKUM DI LAMPUNG