Anda di halaman 1dari 3

1.

A dan B
a. Sebelum membahas mengenai hukum adat dan hukum berat langkah baiknya
untuk mengetahui apa hukum adat dan hukum barat tersendiri. Jika dalam
pembahasan ini hukum adat dikaitkan dengan gotong-royong maka dapat kita
artikan hukum adat ini merupakan salah satu budaya yang terdapat di
indonesia yang kaitannya sudah melekat dengan norma atau aturan dalam
masyarakat itu sendiri. Maka dari itu seperti yang ada dalam pembahasan
hukum adat sendiri tidak memiliki bukti secara tertulis atau peraturan secara
tulis melainkan berlangsung secara turun temurun dari generasi ke generasi.
Hukum adat ini sifatnya melekat dan tidak mudah untuk merubahnya secara
langsung. Hukum adat sendiri berbeda-beda di setiap tempatnya karena
memiliki sangkut paut dengan budaya masyarakat di daerah tersebut. Jika
membahas mengenai hukum adat sudah pasti akan terkait dengan budaya
indonesia dan secara langsung menggambarkan suasana indonesia yang
beranekaragam. Berbeda dengan hukum adat hukum barat sendiri di adopsi
dari hukum masyarakat luar daerah dalam skala besar hukum barat tersebut
berasal dari masyarakat di dunia bagian barat yang sekarang ini dijadikan
kiblat hampir di seluruh dunia. Hukum barat sendiri cenderung bersifat
individualis dan tidak terdapat unsur kebersamaan secara garis besar.
Dari pengertian yang telah dipaparkan sudah jelas akan diketahui bahwa
konsep gotong royong ini menunjukkan bukti bahwa ada perbedaan yang
sangat signofikan antara hukum adat dan hukum barat baik secara sistem
maupun penerapan. Hal ini dikarenakan dari segi sifatnya hukum adat
memberikan gambaran hidup guyup rukun antara masyarakat dengan
pembuktian adanya gotong royong sedangkan hukum barat menunjukkan rasa
individualis dengan mengutamakan kemajuan diri sendiri dengan
menomorduakan kebersamaan.
b. Hukum adat yang tidak mengenal kodifikasi atau pemetaan-pemetaan namun
memiliki legitimasi atau pengakuan-pengakuan yakni sebuah pengaruh-
pengaruh yang timbul salah satunya adalah norma sosial yang terkait dengan
memanusiakan manusia dengan kata lain norma sosial ini menjunjung tinggi
rasa toleransi dan saling menghargai serta menghormati sesama manusia, baik
di daerah satu maupun daerah lainnya dan di negara satu maupun negara
lainnya. Dasar atas adanya norma ini yang sejatinya sudah melekat pada setiap
insan manusia dibuktikan dengan adanya peraturan yang di naungi hukum
berupa adanya hak asasi manusia yang dalam implementasinya di terapkan di
kehidupan sehari-hari serta pelanggaran atas hukum tersebut akan dikenai
hukum pidana dan sanksi sosial dari masyarakat.
2. A dan B
a. RUU yang boleh dibahas melaui jalur kumulatif terbuka adalah RUU yang
tidak tercantum dalam program legislasi nasional sebelumnya. RUU jalur
kumulatif terbuka ini boleh di ajukan oleh DPR, Pemerintah serta DPD dengan
syarat memenuhi ketentuan-ketentuan yang ada barulah RUU tersebut
diperbolehkan dibahas melalui jalur kumulatif terbuka.
b. Contoh dari RUU yang tergolong dalam jalur kumulatif terbuka ini memiliki
banyak macam. Dalam hal ini akan disampaikan 3 RUU yang tergolong dalam
jalur kumulatif terbuka. Yang pertama adanya RUU tentang Daerah
Kepulauan yang di usulkan oleh DPD RI untuk masuk dalam daftar Prolegnas.
Kedua ada RUU tentang Badan Usaha Milik Desa yang masih akan dilakukan
pembahasan dan contoh terakhir ada RUU tentang perubahan atas UU No. 21
Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh yang diusulkan oleh
Komite III DPD RI.
3. 1 (ab) dan 2 (c)
a. Teori individualisir milik Birkmeyer ini menggambarakan suatu keadaan
tertentu yang paling mendorong untuk ternjadinya akibat. Dengan kata lain
teori ini mencari awal mula permasalahan timbul yang mengakibatkan suatu
kejadian yang merupakan akibat atau dampak dari tindakan awal. Jika
dikaitkan dengan teori ini, permasalahan yang timbul di atas dapat kita analisa
awal mula bersumber dari sopir angkutan yang kurang waspada dan kurang
mempertimbangkan resiko dalam berkendara yang pada akhirnya
menimbulkan akibat berupa kerugian dan munculnya korban jiwa.
b. Teori adequate oleh von kries ini menjelaskan bahwa perbuatan harus
memiliki keseimbangan dengan akibat yang sebelumnya dapat diketahui,
setidak-tidaknya dapat diramalkan dengan pasti oleh pembuat. Jika dikaitkan
dengan teori ini, pembuat yang dimaksud bisa kita simpulkan adalah sopir
angkot, dimana seharusnya sebagai seorang sopir harus bisa memprediksi
resiko-resiko yang dapat terjadi ketika sudah melihat kondisi yang rawan
dalam keadaan lalulintas.
c. Kelemahan teori conditio sine qua non adalah teori i i dianggap kurang
memperhatikan hala-hal yang sifatnya kebetulan terjadi. Dan jika dikaitkan
dengan kasus di atas sudah sangatlah jelas bahwa sebenarnya kejadian tersebut
merupakan ketidaksengajaan karena terjadi secara tiba-tiba sehingga hanya
bisa dikatakan sebagai sebuah kelalaian.

Anda mungkin juga menyukai