Anda di halaman 1dari 9

MENGENAL SELUK-BELUK TANAH TIMOR

Asal-usul nama T I M O R (Sebuah Studi Sistematis P. EMANUEL LELO TALOK, Perwakilan


Budayawan  Timor pada  Acara Temu Alumni FTW Kentungan USD Yogyakarta, Mei 2017)

PENGANTAR

Kata Timor, telah melekat pada tanah, laut, suku, bangsa, orang dan budaya Pulau Timor.
Namun arti kata itu sendiri, masih terus berada dalam masa pencarian. Ada baiknya kita
menyimak bersama beberapa catatan berikut ini, kiranya dapat membantu kita guna
memperdalam pemahaman kita tentang arti Timor.

1. NAMA TIMOR DARI PIHAK LUAR DI NUSANTARA DAN ASIA BERDASARKAN


“LETAK GEOGRAFIS”

Pulau Timor, terletak di ujung timur kepulauan Sunda Kecil atau Kepulauan Bali-Nusa
Tenggara. Konon karena letaknya yang di timur, Tanah Timor diberi julukan Timur dalam
Bahasa Melayu. Jadi kata Timur, itulah yang mengasalkan nama bagi Timor. Artinya Timor itu
berarti Timur. Timor yang berarti Timur, sebenarnya cukup masuk akal karena Timor memang
terletak di bagian Timur Sunda Kecil. Lalu, kenapa sampai Timur berubah menjadi Timor?
Apakah karena logat atau dialek lokal yang mengubah kata Timur menjadi Timor? Ya, kadang
logat Kupang-Timor bisa membuktikan hal ini. Kata Saudara, diubah menjadi Sodara. Kurban
diubah menjadi Korban, Dulu menjadi Dolo. Timur menjadi Timor. Kira-kira demikian. Oh ya,
bukan hanya di Kupang, huruf u berubah menjadi o. Kata Timur pun sering mengalami
perubahan menjadi Timor ketika disebutkan oleh orang Larantuka dan Ambon. Angin Timur
sering disebut Angi Timo di Larantuka, Flores Timur. Bisa dilihat dalam lagu Nagi, Bale Pasa
Waiwadang yang dinyanyikan oleh Bobby Tunya. Demikian juga di Maluku. Sering huruf u
diubah menjadi o. Angin Timur sering menjadi Anging Timor. Hal ini dituturkan oleh Tokoh
Masyarakat Maluku di Dili, Maxmilian Laimeheriwa. Dalam pengkategorian Bahasa Indonesia,
ada logat Ambon-Timor, yang membuat hadirnya Bahasa Melayu versi Ambon, Larantuka dan
Kupang. Di abad ke-13 pun, Timor sudah masuk dalam cacatan para Saudagar China, yakni
dalam Buku Cu-Fan Shih, karangan Cao Yu Kua (1225), disebutlah Timor dengan kata Tiwu,
atau Timu. Tentu pelafalan ini sesuai dengan lidah mereka.

6. NUSA CENDANA

Timor pun karena keharuman cendananya menjadi incaran bangsa-bangsa lain. Timor dan
sekitarnya, termasuk Sumba, terkenal sebagai kawasan bertumbuh suburnya pohon cendana.
Sampai Universitas Negeri di Kupang, Timor Barat diberi nama Nusa Cendana. Istana Presiden
di Jakarta pun diberi nama Cendana. Dan untuk melengkapi Cendana di istana, mobil presiden
pun dinamakan Mobil Timor. Di Timor sendiri, memang ditemukan banyak tumbuhan cendana.
Orang Dawan menyebutnya Haumeni. Orang Tetun menyebutnya Kamelin, kameli, kmelin,
kmeli atau meli saja. Salah satu nama acuan cendana di Timor dalam bahasa Tetun adalah
Natarmeli Bauho, pusat Kerajaan Fehalaran di Belu. Natarmeli sedikit tidaknya menggambarkan
bahwa Timor merupakan daerah yang (sempat) rimbun dengan tanaman cendana. Haumeni
malah lebih heboh. Tercatat tiga desa di Pulau Timor diberi nama Haumeni. Dua di Kecamatan
Bikomi Utara, TTU, dan satu di Kecamatan Nunkolo, TTS. TTS juga dijuluki Sonaf Haumeni
artinya Istana Cendana.

7. PULAU BUAYA

Bentuk luar Pulau Timor mirip seekor Buaya sedang tidur. Orang Tetun menyebut Lafaek
dengan sebutan “Leluhur” atau Kakek, atau Avo, atau Na’i Bei. Memang tidak serba kebetulan.
Karena nyatanya Lafaek atau Buaya memang sangat dihargai oleh Orang Timor. Karena
dipercaya, Pulau Timor adalah jelmaan seeokor buaya raksana. Kepalanya di Lospalos dan
ekornya di Kupang. Dan ketika kita mendengar kata Lafaekfera, sebuah kampung di Atambua,
bisakah kita menyebutkan kisah sedih terpisahnya Pulau Timor atas dua negara? Lafaekfera
artinya Buaya membelah. Apakah Atambua merupakan tempat Sang Buaya membelah Timor
menjadi dua? Tentu ini perlu diteliti lebih lanjut.

8. SUMATERA TERBALIK

Bentuk Pulau Timor juga nyaris mirip Pulau Sumatera. Hanya posisinya terbalik. Ekor Buaya
Timor di Kupang, sedangkan ekor buaya Sumatera di Lampung? Walau tampilan kedua pulau ini
mirip, toh Timor lebih kecil, dan Sumatera sangat besar. Kenapa dua pulau ini mirip seperti ibu
dan anak? Perlu penelitian lebih lanjut.

PENUTUP

Dari studi sistematis terhadap arti Nama TIMOR, rupanya lebih berkaitan dengan sebutan dari
orang lain di Nusantara ini, karena mereka memandang Timor yang memang terletak di arah
matahari terbit, yakni di arah timur. Namun yang kuat juga adalah Timur dalam Bahasa Tetun
sendiri yang diartikan sebagai asali, pribumi, ketika dihadapkan dengan yang baru datang atau
Malae. Toh, segala kemungkinan lain bisa tetap terbuka.
Intinya Orang Timor, dari kedalaman hatinya, dan itu disetujui oleh banyak orang, nah itulah arti
Timor yang sesungguhnya. Marilah kita semua menjadikan Tanah Ini Milik Orang Raioan Timor
seluruhnya, siapa pun dia, yang kini dan di sini, mengabdikan dirinya untuk kemajuan Nusa dan
Bangsa Timor.

Pulau Timor dengan luas sekitar 30.777 km² ini, terletak dibagian selatan nusantara. Dalam
sejarah politik pulau ini dipartisi menjadi dua bagian selama berabad-abad akibat penjajahan.
Melalui perjanjian Lisboa pada tahun 1859, Belanda dan Portugis menjalin kesepakatan bahwa
Belanda menguasai bagian barat pulau Timor dan Portugis menguasai bagian timurnya. Sekarang
Timor Barat atau dahulu dikenal sebagai Timor Belanda sampai 1949, telah menjadi bagian
Provinsi Nusa Tenggara Timur - Indonesia, sedangkan Timor Timur atau dahulu dikenal sebagai
Timor Portugis, sebuah koloni Portugis sampai tahun 1975 dan sempat menjadi bagian dari
Indonesia hingga tahun 1999, dan pada tahun 2002 telah menjadi negara merdeka Republik
Demokratik Timor Leste. Walau demikian menurut legenda masyarakat di Pulau Timor baik di
bagian barat maupun timur sebagai akar sejarah budaya yang sama sebelum kedatangan
imprealisme, bahwa Pulau Timor berasal dari buaya (Crocodylidae) yang menjelma menjadi
sebuah pulau.

Deskripsi pertama tentang bentuk Pulau Timor yang memanjang dan beberapa hal lainnya seperti
keberadaan penduduk, pola perdagangan dan kedudukan raja-raja dilakukan oleh seorang kadet
kapal Victoria yang bernama Antonio Pigaffeta, saat menyusuri pantai utara Pulau Timor dari
timur ke barat di tahun 1522, yang merupakan satu-satunya kapal yang tersisa dari lima kapal
armada Magelhaens yang berlayar dari Sevilla Spanyol, dengan tujuan maluku dan berhasil
kembali ke Spanyol. Hal inilah yang membuat Pulau Timor mulai di kenal dalam sejarah
perdagangan masa lalu, yang kemudian menjadi ajang rebutan antara Belanda dan Portugis,
untuk menguasai komoditas utama pulau ini, cendana.

Pulau Timor dan mitologi Pulau Buaya, setidaknya telah muncul dalam buku seri pendidikan
budaya berjudul “Cerita Rakyat dari Timor Timur”, Karya Nyoman Suarjana, terbitan PT.
Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo), Jakarta tahun 1993. Terdapat sebuah cerita tentang
“Legenda Terjadinya Pulau Timor”, cerita tersebut berkisah tentang seorang anak lelaki di
Makassar yang menemukan seekor anak buaya sedang tersesat dari sarangnya dan mengalami
kepanasan karena teriknya matahari musim kemarau saat itu. Anak buaya itu telah sekarat,
karena iba iapun ditolong oleh anak lelaki tersebut. Dibawanya anak buaya itu hingga ke tepi
danau, akhirnya anak buaya itu selamat. Lalu berkatalah sang anak buaya "mulai saat ini kita
berjanji menjadi sahabat karib. Sembarang buaya tidak boleh mengganggumu. Bila kamu ingin
bermain di air atau di laut, panggil saja 'hai sahabat, anak buaya, balaslah budi', saya akan
segera membawamu di punggung dan pergi ke mana saja sesukamu. Seandainya kamu mau kita
berangkat sekarang juga!" ajak anak buaya tersebut. Maka anak lelaki itupun dibawa berenang
ke sana ke mari, bahkan hingga menyelam ke dasar laut melihat keindahan bawah laut. Hal itu
dilakukan terus menerus, hingga suatu saat anak buaya itu merasa kelelahan dan jenuh karena
punggungnya selalu dinaiki anak lelaki itu, maka muncul niat untuk memangsa anak lelaki itu.
Sebelum ia melakukannya, ia meminta beberapa pendapat dari penghuni laut lainnya seperti
ikan, hingga binatang darat seperti kera, semuanya tidak membenarkan apa yang akan dilakukan
buaya, karena kebaikan tidak boleh di balas dengan niat jahat. Buaya tersebut akhirnya merasa
menyesal karena punya niat mencelakakan sahabatnya. 

Ketika anak buaya dan sahabatnya tengah berenang di perairan Laut Timor saat ini, anak buaya
itu berkata “sahabatku yang budiman, budi baik yang telah kamu perbuat kepadaku tak mampu
kubalas. Aku sangat malu karena berniat membunuhmu. Sekarang ajalku sudah dekat, jasadku
akan menjadi tanah. Tanah itu akan menjadi daerah yang sangat luas, Semoga kamu, anakmu,
cucumu dan semua keturunanmu dapat menikmati kekayaanku yang melimpah sebagai balas
budi yang telah kaulakukan terhadap diriku”. Setelah itu, anak buaya itu mati, lalu jasadnya
berubah sedikit demi sedikit menjadi daratan. Punggung buaya yang runcing berubah menjadi
deretan pegunungan yang membujur dari ujung barat sampat ujung timur. 

Kepercayaan dan agama


Kepercayaan tradisional orang Timor sebelum datangnya agama Kristen adalah kepercayaan
kepada dewa dan makhluk halus. Dewa tertinggi bernama Uis Neno (tuan langit), yang
menciptakan alam dan memeliharanya.[2] Selain itu, terdapat pula dewi bumi bernama Uis Afu,
yang merupakan dewi kesuburan bagi tanah pertanian. Tempat-tempat tertentu seperti di
hutan, mata air, sungai, atau pohon dipercayai dapat dihuni oleh makhluk halus. [2] Upacara dan
sesaji dilakukan dengan pimpinan adat yang dinamakan tobe. Benda-benda keramat disebut
dengan nama nono.[2] Pengobatan atau penolak malapetaka biasanya dikerjakan oleh para
dukun, yang dipercayai mampu mengusir makhluk halus atau serangan sihir dari dukun lainnya.
[2]
Semua praktik kepercayaan tradisional orang Timor, biasanya harus ditinggalkan apabila
mereka memeluk agama Kristen.[2] Benda-benda nono juga harus dihancurkan, dan siklus
kehidupan mereka dihubungkan dengan upacara dalam Kekristenan.[2] Namun, nama Uis Neno
tetap dipakai sebagai penerjemahan kata Tuhan dalam Alkitab. Gereja Protestan
menyelenggarakan perkawinan resmi dihadapan pendeta dan pegawai catatan sipil untuk
masyarakat; namun tetap mengakui perkawinan yang dilangsungkan secara adat. [2]

Sistem Budaya
Masyarakat Suku Timor mendirikan bangunan pada tempat yang sulit dijangkau oleh orang-
orang tertentu, hal ini disebabkan sebagai pelindungan diri bagi masyarakat Suku Timor dalam
mengantisipasi datanganya serangan tanpa diduga oleh para musuh. Adapun wilayah yang dipilih
yaitu pada daerah tinggi seperti diatas gunung karang yang sekelilingnya memiliki semak berduri
atau dinding dari batu. Rumah adat Suku Timor ini dirancang menyerupai sarang lebah dengan
nuansa pedesaan, bentuk atap nyaris hingga tanah. Rumah tersebut sebagai tempat untuk ruang
makan, ruang tidur, melakukan pekerjaan dan ruang tamu. Rumah tersebut juga sebagai Tempat
mencuci, dapur dan penyimpanan hasil panen. Tak hanya itu rumah juga menjadi papan dalam
melakukan upacara agama yang murni sesuai dengan ikatan klan mereka.[2]

Sistem Sosial
Masyarakat Suku Timor menganut hubungan keturunan melalui garis kerabat dari ayah atau
patrilineal bagi beberapa klan tertentu. Dalam satu desa di wilayah Suku Timor pada umumnya
terdiri dari beberapa klan, meskipun dalam satu klan terdiri dari klan-klan dari desa yang
lainnya. Tak hanya itu beberapa wilayah Suku Timor juga menganut matrilineal yaitu garis
keturunan dari ibu. Adapun masyarakat Suku Timor yang menganut matrilineal yakni pada
daerah Wehalim Suai dan di Belu mencakup wilayah selatan.

Jika keluarga menganut garis keturunan sesuai adat patrilineal, maka anak akan memiliki suatu
hak dan kewajiban dalam menjalankan kehidupan sehari-hari sesuai ketentuan dari klan
tersebut. Seperti halnya dalam suatu klan dalam Suku Timor pada umumnya memiliki benda
pusaka warisan yang mereka yakini suci dan terhubung oleh asal muasal dari suatu klan
tersebut. Maka kewajiban suatu klan tersebut melakukan rangkaian upacara suci yang terkait
benda pusaka warisan itu.

Dalam menganut patrilineal seorang istri memiliki hak atas pengakuan dari klan suami,
walaupun ia masih memiliki beberapa hak dan kewajiban tertentu atas klan asal. Jika seorang
istri memiliki hubungan terputus dengan klan asal, maka dalam hal tersebut jika suaminya telah
meninggal, maka ia diharuskan melakukan pernikahan secara levirat. Jika seseorang
mendapatkan klan yang menganut matrilineal atau garis keturunan menganut klan ibunya
seperti secara adopsi sebagian besar klan asal yang menganut garis keturunan dari ayah akan
menganggap lebih rendah klan garis keturunan secara matrilineal daripada para saudaranya
yang menganut klan garis keturunan dari ayah, Ia disebut feto (wanita), adapun saudara lainnya
dijuluki mone (laki-laki). Dalam perayaan pesta pernikahan, klan yang memiliki ikatan dengan
klan yang menyelenggarakan pesta tersebut akan menjadi seseorang tamu kehormatan. Namun
undangan yang tidak memiliki ikatan antara penyelenggara pesta akan menjadi tamu biasa atau
sebagai orang luar.

Suku Turunan
Suku Timor ini mempunyai beberapa suku turunan yaitu:

 Sub suku dari orang Rote,


 Sub suku dari Helon,
 Sub suku dari Belu,
 Sub suku dari Helon,
 Sub suku dari Atoni,
 Sub suku dari Kemak,
 Sub suku dari Buna’,
 Sub suku dari Marae dan
 Sub suku dari Kupang

Subsuku tersebut memiliki ciri beberapa bahasa yang khas.[2]

Sistem Organisasi
Wilayah timur pulau Timor merupakan daerah kekuasaan bangsa Eropa lebih tepatnya bangsa
Portugis ketikah zaman penjajahan. Namun daerah barat pulau Timor merupakan jajahan
bangsa Belanda.

Pada zaman penjajahan itu sistem organisasi Suku Timor dibagi dalam beberapa bagian
kesatuan yaitu Kerajaan lokal disebut sebagai vorstendom atau kerajaan. Adapun Kerajaan lokal
atau bisa disebut lokal pemerintahan itu terdiri atas wilayah Kupang, daerah Timor Tengah
pada wilayah Selatan, Timor Tengah wilayah Utara dan Belu.

Lokal pemerintahan ini taip-tiapnya terdiri atas bagian-bagian secara administratif terbagi atas
turunan yang lebih sempit lagi yang disebut sebagai kefettoran dipimpin oleh seorang fettor.
Wilayah kedudukan tersebut pada umumnya bisa disebut dengan distrik. Dalam wilayah yang
lebih kecil lagi terdapat desa atau disebut dengan ketemukungan yang dipimpin oleh temukung
atau kepala desa.

Secara administratif saat ini wilayah-wilayah tersebut belum mengalami perubahan, namun
secara istilah-istilah telah berkembang menjadi kabupaten untuk istilah Vorstendum, distrik
untuk istilah swapraja dan kefettoran sama dengan kecamatan. Ketemukungan sekarang
menjadi desa induk yang memiliki beberapa anak desa. Saat ini tugas seorang temukung atau
kepala desa yaitu mengumpulkan pajak, pembagian tanah untuk berladang, menjaga tata-tertib
dan melakukan suatu utusan pemerintahan mulai dari fettor dan Raja.
Stratifikasi Sosial
Secara Stratifikasi Sosiial terdapat: (1) Usif yaitu golongan bangsawan; (2) Tob atau orang biasa;
dan (3) Ate sebagai budak, yang sekarang sudah tidak ada[2]

Tradisi
Tradisi yang berkembang oleh Suku Timor yaitu:

1. gotong royong,
2. Makan sirih dalam penghormatan terhadap tamu,
3. Sifon, merupakan tradisi ketika seorang laki-laki perjaka yang dikhitan lalu berhubungan badan
dengan seorang wanita, Tidak jarang hal tersebut meninggalkan penyakit seperti HIV pada
wanita tersebut, dan wanita yang telah dijadikan obyek sifon seumur hidupnya tidak dapat
kawin.

Sistem Pengetahuan
Suku Timor memiliki sistem penamaan hari dan aturan adanya perkawinan terlarang.

Adapun smetode dalam penamaan hari, yaitu sebagai berikut:

 Lodo Anni: Senin.


 Lodo Due: Selasa.
 Lodo Talhu: Rabu.
 Lodo Appa: Kamis.
 Lodo Lamni: Jumat.
 Lodo Anna: Sabtu.
 Lodo Pidu: Minggu.
 Hari ini: Lodone.
 Hari yang akan datang: Lodo de.
 Besok: Barri rai.
 Satu bulan: Waru.
 Satu tahun: Tou.

Adapun ilmu tentang adanya aturan perkawinan terlarang atau disebut sebagai Incest seperti:

 Perkawinan terlarang antara ayah dengan anak perempuannya.


 Perkawinan terlarang antara ibu dan anak laki-lakinya.
 Perkawinan terlarang antara kakak dan adiknya. [2]

Sistem Teknologi
Suku Timor telah menerapkan dalam pembuatan kain tenun dari berabad-abad yang lalu dengan
memanfaatkan bahan alam dalam pewarnaanya.[2]
Sistem Ekonomi
Beternak merupakan usaha yang telah dilakukan oleh Suku Timor sejak zaman dahulu, adanya
padang sabana yang luas dan tanah datar yang luas masyarakat Suku Timor melepaskan
binatang ternaknya di padang rumput tersebut dan ternak tidak dikandangkan. Adapun metode
dalam mengenali ternak pada masing-masing orang yaitu memberlakukan tanda pada masing-
masing hewan ternak dengan cara melubangi telinga hewan ternak tersebut. Jika pemilik A
melubangi telinga hewan ternaknya dengan tanda lingkaran, maka pemilik B melubangi telinga
hewan ternaknya dengan bentuk segitiga. Tiap-tiap pemilik hewan ternak memiliki metode juga
dalam memanggil hewan ternak mereka, yaitu dengan cara mengalunkan lagu atau nada
dengan seruling terbuat dari daun nipah. Pemanggilan hewan ternah tersebut dilakukan jika
pemiliki memerlukan seperti untuk dijual, sebagai upacara adat dan lain sebagainya.

Selain itu Suku Timor juga melakukan usaha ternak lebah madu. Hasil madu dari wilayah pulau
Timor sangat populer, dengan jenis-jenis warnanya. Warna ini tergantung sesuai dari jenis-jenis
bunga yang dapat memproduksi sari untuk lebah yang menghasilkan warna madu tersebut.
Menjelang panen madu, Suku Timor melakukan upacara adat penghormatan terhadap Dewi
Lebah yaitu dengan cara memberi asap dari bawah yang di mana atasnya terdapat sarang lebah
tersebut. Cara itu sebagai metode juga dalam mengambil madu terlindung dari sengatan lebah.
Madu juga diambil dalam musim tertentu degan melihat waktu yang cocok dan melihat di mana
madu cukup banyak.

Sistem Religi
Religi asli dari Suku Timor yaitu berinti pada keyakinan terhadap Dewa Langit yang disebut
sebagai Uis Neno. Dewa ini dipercaya sebagai dewa yang telah menciptakan alam dan
pendidikan kehidupan di dunia. Adapun adat istiadat upacara permohonan terhadap Uis Neno
yaitu memohon turunnya hujan, memohon munculnya sinar matahari, memohon keturunan,
kesehatan dan kesejahteraan.[4] Selain itu juga terdapat kepercayaan terhadap Dewi Bumi yang
disebut sebagai Uis Afu.[4] Uis Afu ini sebagai pendamping Dewa Langit atau Uis Neno. Adapun
adat upacara terhadap Uis Afu yaitu memohon akan kesuburan tanah. Suku Timor juga
mempercayai adanya makhluk halus menempati suatu tempat tertentu seperti menempati hutan,
mata air, sungai, dan phon-pohon tertentu. Suku Timor juga melakukan upacara ketika saat-saat
tertentu, yang khususnya ketika awal mula menggarap tanah. Saat ini agama Kristen telah resmi
dan berkembang pada sebagian besar masyarakat Suku Timor, meskipun demikian warga Suku
Timor masih meyakini dewa-dewa terdahulu, makhluk gaib, dan juga ada yang percaya terhadap
dukun. Hal ini disebabkan para pendeta maupun guru agama dianggap tidak dapat memberikan
pertolongan secara langsung dalam kegiatan keseharian serta dalam menolak malapetaka yang
dikarenakan oleh makhluk gaib maupun sihir.[2]

Kesenian
Rumah Adat

Rumah tradisional suku Timor memiliki desain seperti suatu sarang lebah yang memiliki atap
yang hampir menyentuh dengan tanah. Rumah adat ini ditinggali satu keluarga dalam satu,
dalam rumah tersebut terdapat ruang makan, ruang tidur, tempat untuk melakukan pekerjaan dan
terdapat ruang tamu. Rumah tradisional masyarakat ini, mereka sebut dengan "Lopo". [5]

Tarian Adat

Tarian adat Suku Timor memiliki keanekaragaman, hal ini dikarenakan adanya berbagai jumlah
sub suku pada wilayah tersebut. Adapun jenis tarian tersebut yaitu:

 Tari Hopong sebagai tarian dimulainya panen


 Tari Manekat sebagai tarian yang melambangkan sapaan dengan pemberian sirih pinang
 Tari Peminangan yaitu tarian yang melambangkan ungkapan cinta yang tulus dan lain
sebagainya.[2]

Kain Tenun

Kain tenun ini dikembangkan sejak zaman dahulu. Kerjaninan menenun dari Suku Timor
dilestarikan secara turun-temurun. Seni ini ditularkan kepada anak cucu demi kelestarian
kerjaninan ini. Kain tenun pada zaman dahulu sebagai mas kawin masyarakat tradisional Timor,
dikembangkan menjadi kain yang bisa dibuat pakaian biasa, seperti pakaian safari, jas, dan rok
yang bisa dipakai oleh siapa saja, juga dikembangkan sebagai pajangan atau hiasan rumah
tangga.[6]

Topi Ti’ilangga

Topi Ti’ilangga ini digunakan terutama ketika memainkan Sasando.[2]

Senjata Tradisional

Suku Timor memiliki senjata tradisional yang mereka sebut dengan Subdu atau Sudu yang
memiliki bentuk seperti keris.[2]

Alat musik

Alat musik Suku Timor yang populer yaitu Sasando.[2]

Makanan Khas
Makanan khas Suku Timor yaitu Jagung Bose, Tumis bunga dan daun pepaya.[2]

Anda mungkin juga menyukai