Anda di halaman 1dari 11

Mikrozonasi Gempabumi Menggunakan Metode Mikroseismik di Desa

Medana dan Jenggala Kecamatan Tanjung Kabupaten Lombok Utara


Mikrozonation of Earthquake Used Microseismic Method in Medana and
Jenggala Village Tanjung Sub Disctrict Lombok Utara Regency

Rahmatul Fatimah*(1), Teguh Ardianto(1), Nurul Qomariyah(1)


(1)Program Studi Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Mataram, Jl. Majapahit 62 Mataram
83125
*Email:fatimfisika14@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini menggunakan metode mikroseismik di Desa Medana dan Jenggala, Kecamatan Tanjung,
Kabupaten Lombok Utara. Data mikrotremor dianalisis menggunakan metode HVSR (Horizontal to
Vertical Spectral Ratio) dengan menghitung perbandingan antara spektrum horizontal dan spektrum
vertikal dari setiap data observasi. Penelitian ini bertujuan mendapatkan peta mikrozonasi berdasarkan
nilai GSS (Ground Shear Strain) dan intensitas gempa dalam skala MMI (Modified Mercalli Intensity)
serta menentukan daerah manakah yang lebih rawan terhadap gempabumi. Data penelitian diperoleh dari
pengukuran sinyal mikrotremor di 30 titik pengamatan dengan jarak setiap titik pengukuran 300 m yang
terletak di Desa Medana dan Desa Jenggala. Dari pengolahan data HVSR didapatkan nilai frekuensi
dominan dan faktor amplifikasi di setiap titik pengukuran, dari nilai tersebut digunakan untuk
mendapatkan nilai indeks kerentanan seismik (Kg). Nilai periode dominan digunakan untuk mendapatkan
nilai percepatan getaran tanah maksimum menggunakan metode Kanai. GSS didapatkan dari perkalian
antara nilai indeks kerentanan seismik dan PGA. Intensitas gempa diperoleh menggunakan metode Wald
dengan input nilai percepatan getaran tanah maksimum. Berdasarkan hasil perhitungan, nilai GSS
didapatkan nilai yang bervariasi untuk setiap desa, Desa Medana memiliki nilai GSS (0,465 x 10 -4 – 9,06
x 10-4) dan Desa Jenggala (0,337 x 10-4 – 42,73 x 10-4). Dari hasil analisis nilai GSS yang diperoleh, Desa
Jenggala memiliki nilai GSS yang tinggi, ini menunjukkan bahwa Desa Jenggala memiliki tingkat
kerawanan lebih tinggi terhadap gempabumi dibandingkan dengan Desa Medana. Intensitas gempa pada
kedua desa tersebut berada pada skala III, IV, V, dan VI (MMI) yang termasuk dalam tingkat kerawanan
yang rendah hingga menengah.
Kata Kunci : GSS, intensitas gempa, mikrotremor, indeks kerentanan seismik

Abstract
This research used microseismic method in Medana and Jenggala Village, Tanjung Sub District, North
Lombok Regency. Microtremor data were analyzed by using HVSR (Horizontal to Vertical Spectral
Ratio) method by calculating the ratio of the horizontal spectrum and the vertical spectrum of each
observation data. The purpose of the research were to obtain microzonation map based on GSS (Ground
Shear Strain) values and earthquake intensity on the MMI (Modified Mercalli Intensity) scale and
determine the areas are more vulnerable to earthquakes. The data research was obtained from the
measurement of the microtremor signal in 30 observation points with the distance of each measurement
point is 300 m. From the HVSR data processing, the dominant frequency values and the amplification
factors at each point of measurement were used to obtain the seismic vulnerability index (Kg). The
dominant period value was used to obtain the peak ground acceleration. GSS was obtained from the
multiplication between the seismic vulnerability index and PGA. Earthquake intensity was obtained using
the Wald method with the peak ground accelaration input value. Based on the results of calculations, GSS
values obtained varied in value for each village. Medana Village has GSS point (0,465 x 10-4–9,06 x 10-4)
and Jenggala Village is (0,337 x 10-4 – 42,73 x 10-4). From the results of the analysis of GSS values,
Jenggala Village has the higher level of vulnerability to earthquakes compared to Medana Village. The
intensity of the earthquake in both villages is on scale III, IV, V, VI (MMI) which is included in the low
to medium level of vulnerability.
Keywords: GSS, intensity of earthquake, microtremor, seismic vulnerability index
1
I. PENDAHULUAN besarnya nilai intensitas gempa (tingkat
Daerah NTB merupakan salah satu daerah kerawanan) yang dialami tempat tersebut (Meita,
rawan gempa. Terdapat dua zona sumber 2016). Tingkat kerawanan yang terjadi akibat
gempabumi yang menyebabkan semakin tinggi gempabumi bergantung dari kekuatan dan
resiko akibat gempabumi, yang pertama adalah kualitas bangunan, kondisi geologi, serta
zona subduksi Indo-Australia di selatan Nusa percepatan tanah maksimum daerah lokasi
Tenggara Barat dan yang kedua adalah patahan terjadi gempabumi. Dalam penelitian ini,
naik busur belakang (back arc thrust) di utara kekuatan dan kualitas bangunan sebagai salah
Nusa Tenggara Barat. Berdasarkan hal inilah, satu parameter penentu tingkat kerusakan akibat
daerah NTB tidak jarang mengalami guncangan gempabumi sulit digunakan di daerah yang
dan menimbulkan kerusakan. peneliti jadikan lokasi penelitian, hal ini
Berdasarkan tatanan geologi Indonesia, disebabkan data mengenai kualitas dari
Pulau Lombok berada di depan jalur tumbukan konstruksi tiap bangunan di lokasi penelitian
aktif yang merupakan pusat gempa. Semakin sulit untuk didapatkan. Data mikrotremor
dekat suatu wilayah dengan pusat gempa, maka dianalisis menggunakan Metode HVSR
risiko gempa pada wilayah tersebut akan (Horizontal to Vertical Spectral Ratio) dengan
semakin besar. Selain itu, Pulau Lombok juga menghitung perbandingan antara spektrum
memiliki kondisi tanah yang bersifat lepas, tebal, horizontal (H) dan spectrum vertikal (V) dari
mempunyai akuifer, kondisi geologi struktur setiap data observasi. Dalam hal ini adalah
kekar dan sesar (Fitriyani, 2016). Dari kondisi resultan dari komponen horizontal dan
geologi ini, maka Pulau Lombok mempunyai komponen vertikal yang terjadi pada spektrum
potensi yang cukup besar terhadap gempabumi. getaran tanah.
Berdasarkan data sejarah kegempaan, Pulau Sehingga perlu dilakukan penelitian agar
Lombok pernah diguncang gempabumi yang diperoleh peta mikrozonasi pada lokasi
terjadi di Kabupaten Lombok Utara pada tanggal penelitian. Hasil penelitian tersebut yang berupa
22 juni 2013 dengan kekuatan gempa sebesar 5,4 peta mikrozonasi gempabumi diharapkan
SR di sekitar 14 km barat laut Lombok barat nantinya mampu memberikan informasi lebih
dengan koordinat 8,43 LS – 116,04 BT, pada baik mengenai daerah-daerah yang rawan
kedalaman 10 km. Berdasarkan data dari BPBD terhadap gempabumi pada 2 desa di Kecamatan
KLU (2013), gempabumi ini mengakibatkan Tanjung, yaitu Desa Medana dan Desa Jenggala,
kerusakan parah pada 3 Kecamatan di yang kemudian dapat dijadikan sebagai data
Kabupaten Lombok Utara yaitu Kecamatan dasar dalam perencanaan dan pengembangan
Pemenang, Kecamatan Tanjung, dan Kecamatan wilayah serta sebagai langkah awal untuk
Gangga. Khususnya pada Kecamatan Tanjung mengurangi resiko bencana alam khususnya
kerusakan parah terjadi di Desa Medana, Teniga, gempabumi.
Sokong, Tanjung, Tegal Maja, dan Jenggala.
Penentuan zona rawan gempabumi adalah II. TEORI
langkah awal untuk mengurangi resiko bencana A. Gempabumi
alam. Salah satu tahap dasar untuk Gempabumi merupakan salah satu hal yang
memperkirakan bahaya seismik yang mungkin dapat menimbulkan penjalaran gelombang
terjadi adalah mikrozonasi daerah setempat, seismik. Gempabumi merupakan gejala alam
yang memberikan analisa bahaya seismik dasars yang disebabkan oleh pelepasan energi regangan
dari daerah setempat. Dalam hal ini mikrozonasi elastis batuan yang disebabkan adanya deformasi
gempabumi berdasarkan nilai GSS (Ground batuan yang terjadi di litosfer. Deformasi batuan
Shear Strain) dan nilai intensitas gempa. Nilai terjadi akibat adanya tekanan (stress) dan tarikan
GSS dapat menggambarkan kemampuan (strain) pada lapisan bumi. Tekanan atau tarikan
material lapisan tanah untuk saling meregang yang terus menerus menyebabkan daya dukung
atau bergeser saat terjadi gempabumi. Daerah pada batuan akan mencapai batas maksimum dan
yang memiliki nilai GSS tinggi dapat dikatakan mulai terjadi pergeseran dan akhirnya terjadi
sebagai daerah rawan terhadap gempabumi. patahan secara tiba-tiba. Energi stress yang
Nilai percepatan getaran tanah maksimum yang tersimpan akan dilepaskan dalam bentuk getaran
diperoleh dapat digunakan untuk menentukan
2
yang dikenal dengan sebutan gempabumi (Fulki, Dalam kajian teknik kegempaan, litologi yang
2011). lebih lunak mempunyai resiko yang lebih tinggi
Gempabumi dapat disebabkan oleh beberapa bila digoncang gelombang gempabumi, karena
hal, antara lain: tectonic force yang berkaitan akan mengalami penguatan (amplifikasi)
erat dengan pembentukan patahan (fault), gelombang yang lebih besar dibandingkan
interaksi antar lempeng pembentuk kulit bumi, dengan batuan yang lebih kompak. Gempabumi
gempa vulkanik yang berkaitan dengan aktivitas dan tremor dapat dibedakan dengan mudah bila
gunung api, jatuhan atau runtuhan massa dilihat pada rekaman seismograf. Getaran tremor
batuan/tanah yang berukuran besar dan ledakan berupa getaran yang terus menerus, tidak dapat
konvensional dan nuklir serta dampak ditentukan dimana awal getarannya secara jelas.
tumbukan meteorit. Getaran gempabumi berupa getaran yang besar
dan secara tiba-tiba, seperti pada gambar 1.
B. Gelombang Seismik
Pada dasarnya ada dua jenis gelombang ini
yang dilepas pada saat terjadi gempa.
Gelombang seismik ada yang merambat melalui
interior bumi disebut sebagai body wave, dan ada
juga yang merambat melaui permukaan bumi
yang disebut surface wave. Sumber gelombang
seismik ada dua yaitu alami dan buatan. Sumber
alami terjadi karena adanya gempa tektonik,
gempa vulkanik dan runtuhan atau longsoran,
sedangkan buatan menggunakan gangguan yang
sengaja (Susilawati, 2008).
Gambar 1 Perbedaan sinyal tremor dan
C. Mikrotremor gempabumi (Ibrahim dan
Mikrotremor merupakan getaran tanah yang subardjo, 2004)
sangat kecil dan terus menerus yang bersumber
dari berbagai macam getaran seperti, lalu lintas, D. Mikrozonasi
angin, aktivitas, manusia dan lain-lain (Kanai, Mikrozonasi mikrotremor adalah suatu proses
1983). Mikrotremor dapat juga diartikan sebagai pembagian area berdasarkan parameter tertentu
getaran harmonik alami tanah yang terjadi secara memiliki karakteristik yang dipertimbangkan
terus menerus, terjebak dilapisan sedimen antara lain adalah periode dominan, indeks
permukaan, terpantulkan oleh adanya bidang kerentanan seismik, percepatan getaran tanah
batas lapisan dengan frekuensi yang tetap, maksimum (PGA), GSS (Ground Shear Strain),
disebabkan oleh getaran mikro di bawah dan intensitas gempa. Secara umum,
permukaan tanah dan kegiatan alam lainnya. mikrozonasi mikrotremor dapat dikatakan
Penelitian mikrotremor dapat digunakan untuk sebagai proses untuk memperkirakan respon dan
mengetahui karakteristik lapisan tanah tingkah laku dari lapisan tanah atau sedimen
berdasarkan parameter frekuensi dominannya terhadap adanya gempabumi (Arifin, dkk.,
dan faktor penguatan gelombangnya 2014).
(amplifikasi).
Pada frekuensi rendah yaitu dibawah 1 Hz,
E. HVSR (Horizontal to Vertical Spectral
sumber mikrotremor adalah alam. Gelombang
Ratio)
laut menimbulkan ambient vibration dengan
HVSR adalah metode yang didasarkan pada
frekuensi sekitar 0,2 Hz sedangkan frekuensi
asumsi bahwa rasio spektrum horizontal dan
sekitar 0,5 Hz dihasilkan oleh interaksi antara
vertikal dari getaran permukaan merupakan
gelombang laut dan pantai. Pada frekuensi di
fungsi perpindahan. Hal itu juga menunjukkan
bawah 0,1 Hz, mikrotremor diasosiasikan
bahwa karakteristik dinamis lapisan permukaan
dengan aktivitas di atmosfer. Frekuensi tinggi,
secara kasar bisa dipahami pada titik yang
lebih dari 1 Hz, sumber utamanya adalah
diobservasi, jika pengamatan bentuk gelombang
aktifitas manusia seperti lalu lintas kendaraan,
seismic tremor dilakukan pada tiga komponen,
mesin dan lainnya (Takai dan Tanaka, 1961).
yaitu dua komponen horizontal dan satu
3
komponen vertikal (Nakamura, 1989). Faktor A = Amplifikasi
amplifikasi atau amplitudo dari gerakan fg = Frekuensi dominan (Hz)
horizontal dan vertikal pada permukaan tanah
sedimen berdasarkan pada gerakan seismik di H. Percepatan Getaran Tanah Maksimum
permukaan tanah yang bersentuhan langsung (PGA)
dengan batuan dasar di area cekungan Percepatan adalah parameter yang
dilambangkan dengan 𝑇𝐻 dan 𝑇𝑉 (Nakamura, menyatakan perubahan kecepatan mulai dari
2000) keadaan diam sampai kecepatan tertentu.
Percepatan getaran tanah maksimum atau PGA
(Peak Ground Acceleration) adalah nilai
percepatan getaran oleh gelombang gempabumi.
Nilai percepatan getaran tanah maksimum
dihitung berdasarkan magnitudo dan jarak
sumber gempa yang pernah terjadi terhadap titik
perhitungan, serta nilai periode predominan
tanah daerah tersebut.
Dengan demikian semakin besar
percepatan getaran tanah maksimum maka
gempabumi yang bersangkutan dianggap
semakin kuat, energi besar dan dianggap
Gambar 2 Model Cekungan yang Berisi
semakin banyak membuat kerusakan. Dalam
Material Sedimen Halus (Slob, 2007)
Douglas (2011), persamaan Kanai merupakan
salah satu persamaan empiris yang digunakan
F. Analisis Periode Dominan
dalam perhitungan percepatan tanah. Persamaan
Periode dominan memiliki keterkaitan yang
ini diterapkan di California dan Jepang, dengan
sangat dekat dengan kedalaman lapisan sedimen
bentuk persamaan sebagai berikut :
lunak (Nakamura, 1989). Periode yang tinggi
menunjukkan sedimen lunak yang tebal dan (2)
sebaliknya periode yang rendah menunjukkan Keterangan :
sedimen lunak yang tipis. Daerah yang memiliki α = Percepatan tanah (cm/s2)
periode dominan tinggi umumnya memiliki Tg = Periode dominan (s)
kerentanan untuk mengalami kerusakan wilayah M = Magnitudo (SR)
yang cukup tinggi jika terlanda gempabumi. Hal R = Jarak Hiposenter (km)
ini dikarenakan periode dominan berbanding Dengan p = (1,66 + 3,6R)
lurus dengan nilai penguatan goncangan /
amplifikasi. I. GSS (Ground Shear Strain)
G. Indeks Kerentanan Seismik Menurut Nakamura (2000) dan Nakamura
Indeks kerentanan seismik merupakan (2008), GSS merupakan kemampuan suatu
parameter yang dapat digunakan untuk material lapisan tanah untuk meregang dan
menentukan tingkat kerawanan suatu daerah bergeser saat terjadi gempabumi. Daerah-daerah
terhadap ancaman resiko gempabumi. Indeks yang memiliki nilai GSS tinggi memiliki resiko
kerentanan seismik dengan tingkat resiko tinggi terhadap gerakan tanah akibat
gempabumi terhadap kerusakan akibat gempabumi, seperti penurunan tanah, getaran
gempabumi menunjukan hubungan yang linear. tanah, dan peregangan tanah. Untuk menghitung
Untuk setiap titik ukur, nilai indeks kerentanan GSS lapisan tanah permukaan di suatu tepat saat
seismik diperoleh dengan mengkuadratkan nilai terajdi gempabumi, Nakamura (2000) dan
amplifikasi (A) kemudian dibagi dengan nilai Nakamura (2008) mengalikan antara indeks
frekuensi dominan (fg) yang didapatkan pada kerentanan seismik berdasarkan mikrotremor
spektrum HVSR sebagaimana yang ditunjukkan dengan percepatan tanah maksimum yang
pada persamaan: dirumuskan sebagai berikut :
(1) (3)
Keterangan : Keterangan :
Kg = Indeks Kerentanan Seismik (s2/cm) γ = GSS
4
Kg = Indeks Kerentanan Seismik (s2/cm) Medana memiliki luas wilayah sebesar 3,20
α = Percepatan Getaran Tanah Maksimum km2 dan Desa Jenggala memiliki luas wilayah
(cm/s2) sebesar 50,65 km2 . Penelitian dilakukan pada
bulan April sampai dengan Juli 2018. Lokasi
J. Intensitas Gempa penelitian terlihat pada Gambar (3).
Intensitas gempa pada suatu tempat
diklasifikasikan berdasarkan efek yang terlihat
akibat gempa yang terjadi. Intensitas gempabumi
digunakan untuk mengukur tingkat getaran tanah
berdasarkan kerusakan yang ditimbulkan oleh
gempa. Gempa besar yang terjadi dapat
menyebabkan perubahan pada susunan alami
permukaan bumi atau kerusakan berat pada
struktur buatan manusia seperti bangunan,
jembatan, dan bendungan. Gempa kecil pun
dapat menyebabkan ketidakseimbangan bahkan
kerusakan pada bangunan, jika konstruksi atau
penggunaan material pada bangunan tersebut
buruk.
Intensitas gempa dinyatakan dalam bentuk
skala Mercally yang biasa disebut MMI
(Modified Mercally Intensity). Skala ini Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian
diusulkan oleh G. Mercalli pada tahun 1902
yang berisi 12 tingkatan dari akibat yang C. Alat dan Bahan Penelitian
ditimbulkan gempabumi, dimulai dari yang Adapun alat dan bahan yang digunakan
lemah sampai yang kuat (Tabel 3.4). Terdapat dalam penelitian ini, yaitu :
hubungan secara empiris dari nilai percepatan a. Satu set alat Seismograph tipe TDS –
tanah maksimum dengan skala intensitas dalam 303S.
MMI, seperti diberikan oleh persamaan Wald b. Satu buah GPSMAP tipe 60CSx sebagai
(1999) berikut ini: penentu koordinat.
(4) c. Satu buah kompas sebagai penentu arah
Keterangan : mata angin.
IMM = Intensitas Gempa d. Satu buah laptop dilengkapi dengan
α = Percepatan getaran tanah maksimum beberap software yang digunakan antara
(cm/s2) lain :
a) Perangkat lunak DataPro.
III. METODE PENELITIAN b) Perangkat lunak Google Earth Pro
A. Jenis Penelitian untuk membuat titik pengukuran.
Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah c) Perangkat lunak geopsy untuk
penelitian deskriptif kuantitatif, yaitu dengan analisis HVSR.
melakukan pengambilan data berupa pengukuran d) Perangkat lunak Microsoft Excel
mikrotremor dalam bentuk transient sinyal untuk menghitung data.
seismik berdomain waktu, yang bertujuan untuk e) Perangkat lunak Surfer 10 untuk
mengetahui nilai indeks kerentanan seismik, pemetaan.
percepatan getaran tanah maksimum, GSS D. Teknik Pengumpulan Data
(Ground Shear Starin), dan intensitas gempa 1. Data Primer
guna mengidentifikasi kerawanan gempabumi di a. Membuat peta beserta titik lokasi
Desa Medana dan Desa Jenggala, Kecamatan pengukuran yang telah direncanakan
Tanjung, Kabupaten Lombok Utara. dengan menentukan jarak tiap titik
B. Waktu dan Tempat Penelitian pengukuran yaitu 300 m sebanyak 15
Adapun penelitian ini akan dilaksanakan di titik pada Desa Medana dan 15 titik lagi
Desa Medana dan Desa Jenggala, Kecamatan di Desa Jenggala.
Tanjung, Kabupaten Lombok Utara. Desa
5
spektrum mikrotremor (A) di lokasi
pengukuran. Dari nilai frekuensi dominan
dan amplifikasi, maka dapat dketahui
nilai indeks kerentanan seismik dengan
persamaan (5).

Gambar 4. 30 titk pengukuran pada dua desa


2. Pengukuran mikrotremor ini dilakukan untuk
mendapatkan nilai indeks kerentanan
seismik.
3. Setiap titik pengukuran dilakukan
pengukuran selama 40 menit dengan
frekuensi sampling 100 Hz. Teknik survey
Gambar 5. Grafik HVSR keluaran
mikrotremor yang dilakukan mengacu
software geopsy
kepada standar SESAME European Research
5. Untuk menghitung nilai PGA
Project 2004.
didapatkan dari katalog gempa yang
4. Melakukan pengecekan data, apabila ada data
didownload pada website BMKG.
yang dianggap tidak bagus di suatu titik,
Sebelum menghitung nilai ini,
maka akan dilakukan pengukuran ulang.
diperlukan pula nilai periode
b. Data Sekunder
dominan yang diperoleh dari
Untuk pengambilan data Katalog gempabumi
pengukuran mikrotremor
yang terdiri dari : koordinat episenter, waktu
sebelumnya yang mengahsilkan nilai
kejadian gempabumi, kedalaman, dan
frekuensi dominan. Setelah
magnitudo. Data Katalog ini ini bersumber
mendapatkan nilai periode dominan,
dari Badan Meteorologi Klimatologi dan
maka nilai PGA dapat dihitung
Geofisika (BMKG) www.repogempa.go.id
dengan menggunakan persamaan
empiris Metode Kanai.
E. Teknik Pengolahan Data
6. Setelah diperoleh nilai indeks
a. Mikrozonasi
kerentanan seismik dan nilai PGA,
1. Data seismik yang diperoleh dari
maka didapatkan nilai GSS.
lapangan yang berupa sinyal seismik
7. Setelah ini peta kontur tersebut
yang di pindahkan ke komputer dalam
diubah menjadi peta mikrozonasi
bentuk data numerik, kemudian diolah
GSS sebagai peta mikrozonasi
dengan beberapa software sehingga
gempa bumi dengan menggunakan
menghasilkan nilai frekuensi dan
software Surfer 10.
amplitudo.
8. Untuk menghitung Intensitas Gempa
2. Data ini kemudian dikonversi ke format
didapatkan dengan menggunakan
.dat agar bisa diolah dengan proses
persamaan 4
HVSR.
9. Setelah itu didaptkan peta kontur
3. Data ini harus diubah ke format SAF
untuk menvisualisasikan
dengan menggunakan software datapro
(mikrozonasi) intensitas gempa
agar dapat diolah dengan software
dengan menggunakan software
geopsy.
Surfer 10.
4. Hasil keluaran software geopsy berupa
F. Teknik Interpretasi Data
rata-rata spektrum mikrotremor seperti
Setelah dilakukan analisis data maka dilakukan
yang ditunjukkan gambar 4.6. Dari
tahap interpretasi untuk mengetahui persebaran
spektrum ini dapat diketahui nilai
data dengan melihat hubungan antara hasil
frekuensi dominan (fg) dan puncak
6
pengolahan data lapangan, seperti nilai frekuensi Dari hasil pengolahan data dan peta kontur
dominan, periode dominan, indeks kerentanan pada Gambar 5.1, periode dominan di lokasi
seismik, PGA, nilai GSS, dan intensitas gempa penelitian memiliki nilai minimum 0,07 sekon
dengan kondisi geologi dan geomorfologi, dan nilai maksimum 1,59 sekon yang tersebar di
dimana semua parameter tersebut dapat 30 titik pengamatan, bersesuaian dengan
digunakan untuk pemetaan mikrozonasi frekuensi dominan yang memiliki nilai 0,627 Hz
gempabumi pada dua desa di Kecamatan hingga 14,04 Hz. Berdasarkan Gambar 6, lokasi
Tanjung, Kabupaten Lombok Utara. penelitian dengan nilai periode dominan
tertinggi berada pada Desa Jenggala, sedangkan
G. Diagram Alir Penelitian lokasi penelitian dengan periode dominan rendah
berada pada Desa Medana. Pada peta kontur
terlihat bahwa Desa Medana didominasi nilai
periode rendah, sedangakan pada Desa Jenggala
didominasi nilai periode tinggi. Periode
dominan dengan nilai tertinggi terdapat 13 titik
pada Desa Jenggala dan 5 titik pada Desa
Medana. Periode dominan diartikan sebagai
waktu yang dibutuhkan gelombang mikrotremor
untuk merambat melewati lapisan endapan
sedimen permukaan atau mengalami satu kali
pemantulan terhadap bidang pantulnya ke
permukaan, dimana bidang pantul tersebut
merupakan batas antara lapisan sedimen dengan
batuan dasar.

B. Indeks Kerentanan Seismik


IV. HASIL DAN DISKUSI
A. Periode Dominan

Gambar 7.Peta Kontur Indeks Kerentanan


Gambar 6. Peta Kontur Periode Dominan
Seismik
7
Pada peta kontur terlihat bahwa Desa Pada peta kontur terlihat bahwa Desa
Medana didominasi nilai indeks kerentanan Medana didominasi oleh nilai PGA tinggi,
seismik rendah, sedangakan pada Desa sedangkan pada Desa Jenggala didominasi oleh
Jeanggala didominasi oleh nilai indeks nilai PGA rendah. Analisis percepatan getaran
kerentanan seismik yang tinggi. Dari hasil tanah menggunakan metode Kanai menghasilkan
perhitungan indeks kerentanan seismik nilai PGA akibat gempa Lombok 22 Juni 2013
menggunakan metode HVSR pada Lampiran 1, sebesar 23,79 – 114,06 cm/s2 yang tersebar di 30
menghasilkan nilai indeks kerentanan (Kg) yang titik pengamatan seperti yang tertera pada peta
bervariasi antara (0,3x10-6 – 173,033x10-6) kontur PGA pada Gambar 5.3 dan hasil
s2/cm. Desa Medana memiliki nilai indeks perhitungan bisa dilihat pada Lampiran 1.
kerentanan seismik yang rendah yaitu Distribusi spasial nilai PGA tertinggi terletak
sebesar(0,6x10-6 – 22,15x10-6) s2/cm; Desa pada wilayah Desa Medana dengan nilai PGA
Jenggala memiliki nilai indeks kerentanan yaitu sebesar 114,063 cm/s2, sementara nilai
seismik tinggi yaitu sebesar (0,3x10-6 – PGA terendah terletak pada wilayah Desa
173,03x10-6) s2/cm. Nilai indeks kerentanan Jenggala dengan nilai PGA sebesar 23,788
seismik yang bervariasi ini berkaitan dengan cm/s2. Dilihat pada peta kontur bahwa nilai PGA
kondisi geomorfologis dan geologi daerah di bawah 30 cm/s2 ditunjukkan oleh warna biru
penelitian. Nilai indeks kerentanan seismik yang tua yang menunjukkan bahwa nilai PGA rendah.
tinggi akan mengindikasikan daerah tersebut Sedangkan nilai PGA diatas 105 cm/s2
akan mengalami kerusakan besar akibat ditunjukkan oleh warna merah yang
guncangan gempabumi. Sedangkan untuk nilai menunjukkan bahwa nilai PGA tinggi.
indeks kerentanan seismik yang rendah
mengindikasikan daerah tersebut jarang D. GSS (Ground Shear Strain)
mengalami kerusakan.

C. PGA (Peak Ground Accelaration)

Gambar 8. Peta Kontur PGA Gambar 9. Peta Kontur GSS

8
Pada peta kontur terlihat bahwa Desa Pada peta kontur terlihat bahwa Desa
Medana didominasi oleh nilai GSS rendah, Medana didominasi oleh nilai intensitas gempa
sedangkan pada Desa Jenggala didominasi oleh tinggi, sedangkan pada Desa Jenggala
nilai GSS tinggi. Distribusi spasial nilai GSS didominasi oleh nilai intensitas gempa rendah.
pada 2 desa bervariasi, yaitu (0,37–42,37)x10-4 . Nilai intensitas gempa dipengaruhi oleh nilai
Tingkat kerawanan gempabumi apabila dilihat percepatan getaran tanah maksimum(PGA),
dari distribusi spasial nilai GSS terletak pada semakin tinggi nilai PGA maka nilai intensitas
daerah pengukuran ditandai oleh warna kuning gempa semakin tinggi pula, begitupun
hingga merah yang merupakan Kawasan dengan sebaliknya. Apabila hasil ini dibandingkan
nilai GSS sedang hingga tinggi. Karena Desa dengan tingkat kerusakan gempa yang pernah
Jenggala memiliki nilai indeks kerentanan terjadi pada lokasi penelitian pada tanggal 22
seismik tinggi, maka nilai GSS pada Desa Juni 2013 yang menyebabkan banyak kerusakan,
Jenggala juga tinggi, dengan nilai GSS terlihat bahwa nilai GSS rendah hingga sedang
maksimum sebesar 42,37 x 10-4 ; pada Desa inilah yang mengalami kerusakan parah yaitu
Medana nilai GSS berkisar antara (0,465 – 9,06) pada Desa Medana. Sementara daerah dengan
x 10-4 yang memiliki nilai GSS yang rendah. nilai GSS tinggi yang terletak pada Desa
Jenggala hanya sedikit mengalami kerusakan
E. Intensitas Gempa akibat gempabumi. Untuk nilai intensitas
gempabumi, Desa Medana dan Desa Jenggala
memiliki nilai intensitas gempabumi yang yang
rendah hingga menengah. Nilai intensitas
gempabumi dipengaruhi oleh percepatan getaran
tanah maksimum pada lokasi penelitian. Hal ini
menunjukkan bahwa kerusakan bangunan akibat
gempabumi tidak hanya ditunjukkan oleh
kondisi geologi dan geomorfologi daerah
tersebut, namun juga ditentukan oleh struktur
bangunan serta interaksi antara kondisi geologi
dan geomorfologi dengan struktur bangunan.

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah
dilaksanakan dapat disimpulkan :
1. Berdasarkan peta mikrozonasinya, nilai
GSS (Ground Shear Strain) pada Desa
Medana relatif rendah berkisar antara
0,47x10-4–9,06x10-4. Sedangkan pada
Desa Jenggala memiliki nilai GSS
(Ground Shear Strain) yang relatif tinggi
yaitu berkisar antara 0,34x10-4 –
42,73x10-4. Sedangkan untuk nilai
intensitas gempa pada Desa Medana
memiliki nilai intensitas rendah hingga
menengah yaitu pada skala IV-VI MMI.
Gambar 10. Peta Kontur Intensitas Gempa Pada Desa Jenggala memiliki nilai
intensitas gempa yang rendah hingga
menengah yaitu pada skala III-VI MMI.
Pada kondisi geologi, Desa Jenggala
memiliki jenis tanah lunak yang dapat
meningkatkan kerawanan terhadap
gempabumi.
9
2. Berdasarkan nilai GSS (Ground Shear DAFTAR PUSTAKA
Strain) dan intensitas gempa, dari 2 Desa
yang termasuk ke dalam daerah penelitian
memiliki titik-titik kerawanan yang rawan Ambarrini, Adinda Retno. 2014. Studi Kawasan
terhadap bencana gempabumi dan Desa Rawan Bencana Gempa Bumi di Kota
yang memiliki kerawanan yang lebih Jayapura dan Sekitarnya Berdasarkan
tinggi dibandingkan dengan Desa Medana Data Mikrotremor dengan Metode
adalah Desa Jenggala dengan nilai GSS GMPE Boore dan Atkinson 2008.
maksimum sebesar 42,73 x 10-4 dan nilai Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
intensitas gempa maksimum pada Skala Arifin, Satria Subkhi. 2013. Penentuan Zona
VI MMI. Rawan Guncangan Bencana Gempa
Bumi Berdasarkan Analisis Nilai
B. Saran Amplifikasi HVSR Mikrotremor dan
Pada penelitian selanjutnya, luas daerah Analisis Periode Dominan Daerah Liwa
penelitian di perluas dan mengkaji lebih dalam dan Sekitarnya. Universitas Lampung.
parameter lain yang mungkin lebih akurat dalam Bandar Lampung.
menentukan tingkat kerawanan daerah akibat Arruzzi, Khafif Rajib. 2008. Studi Mikrotremor
bencana gempabumi. Untuk Pemetaan Distribusi Frekuensi
Fundamental Tanah dan Korelasinya
dengan Tingkat Kerusakan Akibat
Gempa di Bantul. Yogyakarta :
Universitas Gajah Mada.
Castellaro, Silvia, Francesco Mulgaria, dan
Piermaria Luigi Rossi. 2008. vs30: Proxy
for Seismic Amplification? Seismol. Res.
Letters; 79: 4. 540-543.
Elnashai, Amr S dan Sarno, Luigi Di. 2008.
Fundamental of Earthquake Engineering.
Wiley. Hongkong
Febriana. 2007. Eksplorasi Seismik. Unpad.
Bandung
Fitriyani. 2016. Penentuan Zona Rawan
Guncangan Gempa Bumi Berdasarkan
Analisis Nilai GSS (Ground Shear Strain)
Di Tiga Kecamatan Kabupaten Lombok
Utara . Mataram : Universitas Mataram.
Fulki, Ahmad. 2011. Analisis Parameter Gempa,
b Value dan PGA di Daerah Papua.
Jakarta : Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah.
Gadallah, Mamdouh R. dan Fisher, Ray. 2009.
Exploration Geophysics. Springer. Berlin
Ibrahim, G. dan Subardjo. 2004. Seismologi.
Jakarta : BMKG.
Isihara, K., 1982, Evaluatian of Soil Properties
for Use in Earthquake Response
Analysis. Proc. Int. Symp. On Numerical
Model in Geomech, 237-259.
Kanai, Kei. 1983. Engineering Seismology.
Japan : Tokyo University.
Kurniawan, Riski, Marinda Noor Eva,
Marjiyono, dan Sismanto. (2017).
Pemetaan Daerah Rawan Resiko Gempa
10
Bumi Menggunakan Metode HVSR Di Engineering Geomorphologic
Kotamadya Denpasar dan Sekitarnya, Classification Database and its
Bali. Yogyakarta : Universitas Gadjah Application to Seismic Microzoning.
Mada. Buletin
Marjiyono. 2010. Estimasi Karakteristik Wald d. J., Quitoriano V., Heaton T. H., and
Dinamika Tanah Dari Data Mikrotremor Kanamori H. 1999. Relationships
Wilayah Bandung. Bandung : Institut between Peak Ground Acceleration, Peak
Teknologi Bandung. Ground Velocity, and Modified Mercalli
Mufida, Asmaul. 2013. Profiling Kecepatan Intensity in California. Earthquake
Gelombang Geser (vs) Surabaya Spectra, 15, No.3.
Berdasarkan Pengolahan Data Wangsadinata, Wiratman. 2006. Perencanaan
Mikrotremor. Surabaya : Institut Bangunan Tahan Gempa Berdasarkan
Teknologi Sepuluh November. SNI 1726-2002. Shortcourse HAKI
Nakamura, Yuuichi. 2000. Clear Indentification 2006. Jakarta.
of Fundamental Idea of Nakamura’s
Technique and Its Application. Japan :
Tokyo University.
Hardaningrum, Oxtavi, (2016). Zonasi Rawan
Bencana Gempa Bumi Kota Malang
Berdasarkan Analisis Horizontal Vertical
to Spectral Ratio (HVSR) .Bandung :
Universitas Padjadjaran.
Partono, Windu, Masyhur Irsyam, Sri
Prabandiyani R.W, dan Syamsul Maarif.
2013. Komparasi Nilai Faktor
Amplifikasi Tanah dengan Pendekatan
SSA dan HVSR pada Wilayah Kecamatan
Tembalang Kota Semarang. Vol. 34 No.3
Tahun 2013, ISSN 0852-1697
Sari, Meita Aulia. 2016. Pemetaan Percepatan
Getaran Tanah Maksimum dan Intensitas
Gempabumi Di Kawasan Jalur Sesar
Sungai Oyo Yogyakarta. Yogyakarta :
Universitas Negeri Yogyakarta.
Sari, Yeni Purnama. 2016. Studi Mitigasi
Bencana Gempabumi dengan Pemetaan
Mikrozonasi Daerah Makassar Sulawesi
Selatan Menggunakan Data Mikrotremor
Berdasarkan Analisis HVSR. Lampung :
Universitas Lampung
Susilawati. 2008. Penerapan Penjalaran
Gelombang Seismik Gempa pada
Penelaahan Struktur Bagian dalam
Bumi.Sumatera Utara : Universitas
Sumatera Utara.
Wafid, Muhammad, Sugiyanto, Tulus
Pramudyo, dan Sarwondo. 2016. Resume
Hasil Kegiatan Pemetaan Geologi Teknik
Pulau Lombok sekala 1:250.000.
Bandung : Pusat Sumber Air Tanah dan
Geologi Lingkungan.
Wakamatsu, Kousuke. dan Matsuoka, Masashi.
2006. Development of the 7,5-Arc-Second
11

Anda mungkin juga menyukai