Penulis:
Faried F. Saenong, Saifuddin Zuhri, Hamka
Hasan, Mas’ud Halimin, Moelyono Lodji, A. Muid
Nawawi, Zainal Abidin, Amiruddin Kuba,
Syahrullah Iskandar, Naif Adnan, Rosita Tandos,
Cucu Nurhayati, Hasanuddin
Pe nulis:
Faried F. Saenong, Saifuddin Zuhri,
Hamka Hasan, Mas’ud Halimin, Moelyono Lodji,
A. Muid Nawawi, Zainal Abidin, Amiruddin Kuba,
Syahrullah Iskandar, Naif Adnan, RositaTandos,
Cucu Nurhayati, Hasanuddin
Editor:
Syahrullah Iskandar
Layout dan Desain Sampul:
T im NUO Publishing
Cetakan I, April 2020
I S BN 978- 602- 14770- 2- 1
Diterbitkan oleh:
NUO PUBLISHING
Jl. Gaharu 1 N. 33 Cipete Selatan, Cilandak
Jakarta Selatan
KATA PENGANTAR
Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA.
(Imam Besar Masjid Istiqlal dan Founder
NUO)
_i
vivi
berilmu seperti ulama kelihatan tenang
dan tidak terlihat panik sama sekali ketika
ada himbauan untuk tidak melaksanakan
shalat Jumat, Rawat ib, Tarawih dan Id
secara berjamaah di masjid atau lapangan.
Mereka paham fleksibilitas hukum Islam;
mereka menyelami sejarah Tasyri’
(legislasi Islam); mereka mengkaji
penerapan dalil-dalil naqli dan ‘aqli dalam
suasana tertentu.
F ikih Pandemi yang ditawarkan dalam
buku ini menjelaskan guidelines beribadah
di masa pandemik. Buku ini meng-cover
beragam isu ibadah mahdhah dan ghayru
mahdhah,ritual agama dan sosial, yang
melibatkan banyak orang yang ditengarai
akan menjadi media singgah dan
penyebaran Covid-19. Kita tentu berharap,
buku ini dapat dikembangkan menjadi
buku akademik yang lebih serius, dengan
menunjukkan perdebatan diskursif dan
perbedaan pendapat di kalangan ulama
tentang ibadah di masa wabah. Jika ini
_
vvv
dilakukan, masyarakat atau akademisi
akan
_v
ivivi
melihat dinamika Fikih yang sangat intens
dan progresif.
Semoga buku ini bermanfaat bagi
masyarakat Muslim. Kritik, catatan kritis,
atau apa pun namanya, akan lebih baik jika
dikembangkan dalam diskusi yang
konstruktif dan produktif.
_ vv
_
DAFTAR ISI
BAB I
FLEKSIBILITAS HUKUM ISLAM 1
A. Pengantar 1
B. Tujuan Beragama 4
C. Meretas F ikih Pandemi 6
D. Me mp ri or it as ka n Ke se la ma t
an
Bersama 10
BAB II
BERIBADAH DI MASA PANDEMI
COVID-19 15
A. Shalat Jumat 15
1. Mengganti 15
2. Meninggalkan Shalat Jumat
17
_ vivi
_
B. Shalat di Masjid 19
1. A z a n S h a l a t R a w a t i b
dari
Masjid ___ 19
2. Shalat Berjamaah di Masjid
22
3. Menutup Masjid 24
4. Qunut Nazilah 25
5. Mengenakan Masker dalam
Shalat 27
6. Menggunakan Hand
Sanitizer 29
C. Ramadhan 31
1. Syiar Ramadhan 31
2. Buka Puasa Bersama 33
3. Tarawih/Witir Berjamaah 36
4. Iktikaf 40
5. Zakat Fitrah dan Zakat Mal
42
D. Idul F itri 53
1. Shalat Idul Fitri di Rumah 53
_ vii _
2. Tradisi Bermaafan 55
_ vii _
BAB III
MEMPERL AKUKAN JENAZAH MUSLIM
TERPAPAR COVID-19 55
A. Memandikan 55
B. Mengafani 57
C. Menshalatkan 58
D. Menguburkan 59
E. Takziyah 61
F. Kremasi Jenazah Covid-19 63
BAB IV
POLA INTERAKSI SOSIAL DI
M A S A PANDEMI _ 67
A. Menaati Pemerintah dan Ulama
67
B. Tet ap Produkt if dengan Work
From
Home (WFH) 70
C. Ketika Mudik Tidak Dianjurkan
72
D. Kedermawanan 76
E. Kas Masjid untuk Penanggulangan
_viii _
Covid-19 79
_viii _
F. Menimbun sebagai Kejahatan
Agama dan Sosial 83
G. Bahaya Hoaks 87
H. Akad Nikah 90
I. Suplemen dan Obat 92
BAB V
PENUTUP 97
DAFTAR PUSTAKA 99
BIODATA PENULIS 100
FLEKSIBILITAS HUKUM ISLAM: Meretas Fikih Pandemi
BAB I
FLEKSIBILITAS HUKUM
ISLAM
A. Pengantar
Pandemi Covid-19 adalah realitas
global yang menerjang tatanan kehidupan
umat manusia dari level internasional,
hingga rumah tangga. Kemunculannya
menyerang siapa saja yang dapat
terjangkiti, tanpa memandang negara,
agama, suku, ataupun st rata sosial
lainnya. Ia menjadi musuh bersama
yang harus dilawan dengan cara, s a l a h s
a t u n y a , m em u t u s m a t a r a n t a i
penyebarannya. T idak elok jika masih ada
yang selalu merespons penanganan Covid-
19 ini dengan “kecurigaan politis”. T idak
la y a k j u g a j i k a a d a y a n g m e n
_ 11
_
cobamengeruk keuntungan da
l a m s i t u a s i pandemi seperti ini.
_ 22
_
FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa Wabah
C ov id -1 9 in i ad al ah m us ib ah y
an g me ng gl ob al . Ia t id ak a ka n
me mi li h sasarannya berdasarkan pert
imbangan k ea ga ma an a t a up un a li
ra n. S ia pa pu n be rp ot en si t er pa pa
r ji ka d ay a t a ha n tubuhnya tidak
kuat, tidak menerapkan pola hidup sehat,
ataupun tidak menerapkan phy sica l di
stan cing . Co vi d- 19 b uk an la h “t en t a
ra A ll ah S WT ” ya ng t id ak a ka n
menargetkan hamba-Nya yang
menjalankan kesalehan spiritual
normatif. Kesalehan b uk an j am in an
t er hi nd ar d ar i vi ru s mematikan ini.
Allah SWT. memperingatkan siapapun
dalam QS. al-Anfal [8]: 25, “Dan peliharalah
dirimu dari siksa yang sekali-kali tidak hanya
menimpa secara khusus orang- or ang yang
zal im d i an tara kam u. D an ketahuilah
bahwa Allah SWT sangat keras
pembalasan-Nya”.
Me maha mi k arak t er viru s in i ya
ng menyebar sangat mudah di keramaian
_ 33
_
dan media singgahnya. Umat Islam dan
masjid
_ 44
_
FLEKSIBILITAS HUKUM ISLAM: Meretas Fikih Pandemi
_ 66
_
FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa Wabah
_ 88
_
FLEKSIBILITAS HUKUM ISLAM: Meretas Fikih Pandemi
d ih in da ri t er le bi h da hu lu m el
eb ih i kepentingan ibadah. Karena itu
pula, ulama menyajikan sebuah pakem
“menghindari bahaya selalu lebih
dipriorit askan dari mencari maslahat.”
Dalam kont eks ini, me ma ka n ya ng
h ar am s ek al ip un , dibolehkan,
bahkan diperintahkan untuk
menyelamatkan hidup manusia.
Maq ashi d al - Sya ri‘ a h b ah ka n t e
la h m em un cu lk an d in am ik a be rf ik
ih y an g sangat produktif untuk segala
situasi. F ikih ke mu di an m en ja di s an
ga t le nt ur j ik a berhadapan dengan
situasi yang berbeda, t anpa mengurangi
pahala dan kualit as ibadah sedikitpun.
Dengan pemahaman F i ki h ya ng b ai k,
s es eo ra ng b ol eh j ad i mendapatkan
pahala tambahan karena telah
menggunakan pengetahuannya.
Kita dapat belajar dari beberapa
contoh di ma sa Nab i. Rasu lul lah S A
W p ern ah menegur salah seorang
_ 99
_
sahabat karena me mb iar ka n o nt any a
t id ak t e rt a mb at
_1
010 _
FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa Wabah
_1
212 _
FLEKSIBILITAS HUKUM ISLAM: Meretas Fikih Pandemi
_1
414 _
FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa Wabah
_1
616 _
FLEKSIBILITAS HUKUM ISLAM: Meretas Fikih Pandemi
_1
818 _
FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa
Wabah
_2
020 _
FLEKSIBILITAS HUKUM ISLAM: Meretas Fikih Pandemi
_2
222 _
FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa
Wabah
m em be ri p er h at ia n da n p er li nd un
ga n secara mental kepada keluarga yang
ada a n g g o t a k e l u a r g an y a b e r s t
a t u s P D P ataupun ODP. Betapa banyak
yang anggota keluarga terkucilkan secara
sosial karena a d a a n g g o t a k e l ua r g
a n y a y a n g P D P ataupun ODP.
Bahkan, orang yang sembuh t ot al pun t
erkadang mengalami isolasi secara
sosial karena ketidakpahaman akan Co vi
d-1 9. M eng uc ilk an me re ka ad al ah
tindakan tidak berprikemanusiaan. Mereka
yang merasa punya gejala semisal flu,
batuk, bersin, dan semisalnya, dapat
mengisolasi diri di rumah dan menjaga
jarak f isik dengan an gg ot a ke lu ar ga d
an a t a up un o ra ng t e r d e k a t n y a .
Te rk h u s u s o r a n g y a n g mengalami
gejala terpapar Covid-19, maka dengan
kesadaran diri melaporkan diri kepada
pihak terkait untuk memperoleh
pananganan secepatnya.
_2
323 _
Kebersamaan dalam menan
gani
C o v i d -1 9 i n i s e m og a m e n j a d i pe
rekat
_2
424 _
FLEKSIBILITAS HUKUM ISLAM: Meretas Fikih Pandemi
_2
525 _
FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa Wabah
_ 14 _
BERIBADAH DI MASA PANDEMI COVID-19
BAB II
BERIBADAH DI MASA PANDEMI COVID-
19
A. SHALAT JUMAT
a. Argumen Mengganti Jumatan dengan
Shalat Dhuhur di Rumah
Melaksanakan shalat Jumat bagi umat
Is- lam yang berjenis kelamin laki-laki,
baligh, berakal, sehat (tidak sakit atau
tidak terhalang uzur), muqim (bukan
dalam perjalanan) hukumnya fardhu ‘ain.
Ketika ada uzur seperti sakit, hujan lebat,
ataupun pandemi maka kewajiban shalat
Jumat gugur. Terkait merebaknya Covid-
19, diharamkan bagi yang terpapar Covid-
19 menghadiri shalat Jumat (termasuk
shalat jamaah) dengan dalil hadits, “Jangan
yang sakit bercampur-baur dengan yang
sehat” (HR. al-Bukhari & Muslim). Hadits
_1
515 _
lain, “Jika kalian mendengar kabar tentang
merebaknya wabah Tha’un di sebuah
wilayah,
_1
616 _
FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa
Wabah
_1
818 _
BERIBADAH DI MASA PANDEMI COVID-
19
_2
020 _
FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa
Wabah
_2
222 _
BERIBADAH DI MASA PANDEMI COVID-
19
_2
424 _
FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa
Wabah
_2
121 _
BERIBADAH DI MASA PANDEMI COVID-
19
_2
323 _
FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa
Wabah
_2
525 _
BERIBADAH DI MASA PANDEMI COVID-
19
_2
727 _
FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa
Wabah
c. Menutup Masjid
Di sejum lah negara, pe merint
ah setempat atas masukan ulama
mengimbau menut up masjid unt uk
men ghindari penyebaran Covid-19. Tentu
saja, kebijakan tersebut tidak bermaksud
merendahkan wibawa masjid sebagai
rumah Allah SWT dan tempat ibadah umat
Islam, apalagi menstigma masjid sebagai
tempat penyebaran virus, karena
jamaahnya berwudhu sebelum
memasukinya, kebersihannya terjaga, dan
selainnya. Poinnya bukanlah melarang
shalat at aupun beribadah di masjid,
t et api mencegah berkumpulnya banyak
orang ataupun menghindari kontak f isik
di masa merebaknya pandemik Covid-19 ini.
Ini sejalan dengan h adit s “Janganlah
yang sakit dicampurbaurkan dengan yang
_2
828 _
FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa
sehat”Wabah
(HR.
_2
929 _
BERIBADAH DI MASA PANDEMI COVID-
19
_3
131 _
FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa
Wabah
_3
333 _
BERIBADAH DI MASA PANDEMI COVID-
19
_3
535 _
FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa
Wabah
_3
737 _
BERIBADAH DI MASA PANDEMI COVID-
19
_3
939 _
FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa
Wabah
_3
131 _
BERIBADAH DI MASA PANDEMI COVID-
19
C. RAMADHAN
a. Syiar Ramadhan
Ramadhan adalah bulan yang paling
meriah dan paling ditunggu-tunggu oleh
umat Islam. Beberapa keistimewaan bulan
Ramadhan sebagaimana termaktub dalam
al-Qur’an dan al-Sunnah adalah penghulu
segala bulan (sayyid al-syuhur), bulan al-
Qur’an (syahr al-Qur’an), bulan rahmat,
ampunan, dan pembebasan dari neraka
(ra hmah , m agfi rah , ‘ i tqu n mi n a n-
na r ) , t er bu ka ny a pi nt u- pi nt u su
rg a da n t ert ut u pnya pint u-p int u
neraka, set an terbelenggu, kesempatan
mendapatkan tiket pintu surga untuk yang
berpuasa (Bab al- Rayyan), ganjaran
pahala yang tidak terbatas), pahala
ibadah fardhu berlipat mini- mal 10 kali
dan ibadah sunnah berpahala se pe rt i f
ar dh u, se rt a h al y ang m ub ah
mendapatkan pahala sunnah, dan terdapat
Lailatul Qadar yang kemuliaannya melebihi
_3
232 _
BERIBADAH DI MASA PANDEMI COVID-
19
1000 bulan.
_3
333 _
FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa
Wabah
_3
535 _
BERIBADAH DI MASA PANDEMI COVID-
19
_3
737 _
FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa
Wabah
_3
939 _
BERIBADAH DI MASA PANDEMI COVID-
19
_4
141 _
FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa
Wabah
c. Ta r w i h / W i t i r B e r j a m a a h
Ibadah shalat tarwih berjamaah di
masjid merupakan salah satu ibadah
unggulan di bulan suci Ramadhan.
Umumnya, para pengurus masjid (DKM)
telah menyiapkan imam dan penceramah
pilihan. Masyarakat atau jamaah dapat
mengikuti shalat tarwih dengan mudah,
khusyu, dan mendapatkan nasihat atau
pencerahan dari para ustad ataupun kiai
yang memberikan ceramah dengan topik-
topik yang menarik.
Pada sit uasi pandemik Covid-19 ini,
k eg ia t a n sh al at t ar wi h be rj am
aa h kemungkinan ditiadakan. Karena itu,
umat Islam dianjurkan unt uk shalat t
arwih di rumah masing-masing, meski
tidak semua umat Islam terbiasa
melakukan shalat tarwih secara mandiri di
rumah, baik individu ma up un b er ja ma
ah d en ga n ke lu ar ga . Berikut ini
beberapa tuntunan shalat tarwih:
1. Di la ku ka n se ca ra b er ja ma ah j
_4
242 _
FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa
ikWabah
a memungkinkan. Imam oleh laki-
laki
_4
343 _
BERIBADAH DI MASA PANDEMI COVID-
19
_4
444 _
BERIBADAH DI MASA PANDEMI COVID-
19
atau witir sekaligus 3 rakaat. Ini tidak
masalah karena masing-masing ada
dalil yang mendasarinya.
5. Jika ada di antara anggota keluarga
yang
dapat memberikan nasihat (tausiyah),
maka itu lebih baik. Kegiatan tarwih
di
_4
545 _
FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa
Wabah
_4
747 _
BERIBADAH DI MASA PANDEMI COVID-
19
_4
949 _
FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa
Wabah
_4
040 _
FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa
Wabah
memfokuskan diri untuk beribadah.
Waktu untuk beriktikaf tidak
_4
141 _
BERIBADAH DI MASA PANDEMI COVID-
19
_4
343 _
FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa
Wabah
_4
545 _
BERIBADAH DI MASA PANDEMI COVID-
19
_4
747 _
FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa
Wabah
_4
949 _
BERIBADAH DI MASA PANDEMI COVID-
19
_5
050 _
BERIBADAH DI MASA PANDEMI COVID-
19
Perbedaan zakat f itrah dengan zakat
mal adalah pada penentuan waktunya.
Zakat
_5
151 _
FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa
Wabah
_5
353 _
BERIBADAH DI MASA PANDEMI COVID-
19
_5
555 _
FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa
Wabah
_5
757 _
BERIBADAH DI MASA PANDEMI COVID-
19
_5
959 _
FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa
Wabah
_5
151 _
BERIBADAH DI MASA PANDEMI COVID-
19
_5
353 _
FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa
Wabah
_5
555 _
BERIBADAH DI MASA PANDEMI COVID-
19
_5
656 _
FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa Wabah
_ 54 _
MEMPERLAKUKAN JENAZAH MUSLIM TERPAPAR COVID-
19
A. Memandikan
Secara umum, memandikan jenazah
yang terpapar Covid-19 adalah
memandikan jenazah tanpa membuka
pakaian jenazah. Ji ka t id ak m em un gk
in ka n, m ak a ya ng di la ku ka n ad al
ah m en ay am um ka n (tay ammu m) .
Ji ka h a l t e rs e bu t t i da k
memungkinkan lagi, maka jenazah tidak
dimandikan atau ditayammumkan.
Petugas yang memandikan wajib berjenis
kelamin yang sama dengan jenazah. Akan
tetapi, jika tidak ada petugas yang
berjenis kelamin sa ma , ma ka p et ug as
y an g ad a t e t a p memandikan dengan
syarat jenazah tetap memakai pakaian.
Kalau tidak, maka jenazah
_5
555 _
ditayammumkan.
_5
656 _
FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa Wabah
_5
656 _
MEMPERLAKUKAN JENAZAH MUSLIM TERPAPAR COVID-
19
B. Mengafani
Kewajiban lain yang harus
dilaksanakan bagi orang yang meninggal
dunia adalah mengafani jenazah. Tahap
mengafani ini dilakukan setelah jenazah
telah dimandikan sesuai tuntunan syariat.
Meskipun terlihat sederhana, namun
belum tentu setiap orang dapat
melaksanakannya. Menurut Dr. Musthafa
Sa’id al-Khin dalam kitabnya al-Fiqhul
Manhaji a’la Madzahib al-Imam Asy-Syafi’i
menjelaskan bahwa mengafani jenazah
mini- mal membungkusnya dengan kain
putih yang dapat menutupi seluruh
anggota badan dan menutup kepala, jika
jenazah bukan orang yang sedang ihram.
Rasulullah SAW bersabda, “Pakailah
pakaianmu yang berwarna putih, karena
itu sebaik-baik pakaian kalian, dan kafani
jenazah kalian dengannya”. (HR. al-
Turmudzi dari sahabat Ibnu Abbas)
Secara umum, tata cara mengafani
_5
757 _
jenazah yang terpapar Covid-19 dapat
dilakukan sebagai berikut: Setelah jenazah
dimandikan
_5
858 _
FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa Wabah
_5
959 _
MEMPERLAKUKAN JENAZAH MUSLIM TERPAPAR
COVID-19
D. Menguburkan
Tata cara menguburkan jenazah
terpapar
_5
959 _
Covid-19 sudah diatur dalam Fatwa MUI
Nomor
18 Tahun 2020 dan edaran Direktorat
Jenderal
Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian
_6
060 _
FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa
Wabah
_6
161 _
MEMPERLAKUKAN JENAZAH MUSLIM TERPAPAR
COVID-19
_6
161 _
perintah saling tolong dalam urusan yang
hukumnya sunnah.
_6
262 _
FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa Wabah
_6
262 _
pandemi. Kegiatan takziah juga berisi doa
memohon kasih sayang dan
_6
363 _
MEMPERLAKUKAN JENAZAH MUSLIM TERPAPAR
COVID-19
_6
464 _
FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa Wabah
_6
565 _
MEMPERLAKUKAN JENAZAH MUSLIM TERPAPAR
COVID-19
Kr em as i ad al ah p en ga bu an a
t a u pembakaran jenazah, biasanya
dilakukan di k re ma t o ri um . Be be ra pa
n eg ar a t e la h m el ak uk an ny a da n
di ja di ka n se ba ga i al t e rn at if c ar a
pe ng ub ur an k ar en a keterbatasan
lokasi pemakaman. Dalam tinjauan Islam,
penguburan di tanah menjadi ca ra yan g
d iat ur dala m s yar iat , s ela in
pengubura n di laut bagi jen azah yang
m en in gg al d i la ut . Un t u k me ng
at as i keterbatasan lahan pemakaman
dilakukan dengan cara “tumpang”, yait
u jenazah diletakkan di atas jenazah lain
dalam lubang kubur yang sama. Kremasi
jenazah dilarang dalam Islam dengan dalil
kecaman Rasulullah S AW t er ha da p or
an g ya ng m en gg al i kuburan
kemudian mengeluarkan tulang
j en az ah d an m em at ah ka nn ya d en
ga n ungkapan, “Mematahkan tulang orang
yang telah mati sama dengan
_6
565 _
mematahkannya pada waktu hidup” (HR.
Malik, Abu Dawud, dan Ibn Majah).[]
_6
666 _
FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa Wabah
_ 66 _
POLA INTERAKSI SOSIAL DI MASA PANDEMI COVID-19
BAB IV
POLA INTERAKSI SOSIAL DI
MASA PANDEMI COVID-19
_6
868 _
FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa Wabah
_6
969 _
POLA INTERAKSI SOSIAL DI MASA PANDEMI COVID-19
_6
969 _
adalah persoalan kemanusiaan.
Bersama kit a melawan Covid-19.[]
_7
070 _
FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa
Wabah
_7
171 _
POLA INTERAKSI SOSIAL DI MASA PANDEMI COVID-19
_7
272 _
FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa
Wabah
_7
373 _
POLA INTERAKSI SOSIAL DI MASA PANDEMI COVID-19
_7
474 _
FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa Wabah
_7
575 _
POLA INTERAKSI SOSIAL DI MASA PANDEMI COVID-19
_7
676 _
FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa Wabah
_7
777 _
POLA INTERAKSI SOSIAL DI MASA PANDEMI COVID-19
_7
878 _
FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa Wabah
_7
979 _
POLA INTERAKSI SOSIAL DI MASA PANDEMI COVID-19
_8
080 _
FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa Wabah
_8
181 _
POLA INTERAKSI SOSIAL DI MASA PANDEMI COVID-19
_8
282 _
FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa Wabah
_8
383 _
POLA INTERAKSI SOSIAL DI MASA PANDEMI COVID-19
_8
484 _
FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa
Wabah
_8
585 _
POLA INTERAKSI SOSIAL DI MASA PANDEMI COVID-19
_8
787 _
POLA INTERAKSI SOSIAL DI MASA PANDEMI COVID-19
G. Bahaya Hoaks
Hoax (hoaks) atau berita bohong atau
palsu beredar begitu masif di t engah
masyarakat seiring meningkatnya
penggunaan teknologi dewasa ini. Ia dapat
menyebar dalam bentuk teks tertulis,
meme, foto, ataupun video. Sebuah studi
mengungkapkan bahwa berita hoaks
berdampak terhadap kesehatan mental
orang yang terpapar olehnya seperti post-
traumatic stress syndrome (PTS D),
menimbulkan kecemasan, hingga
melakukan tindakan kekerasan. Oleh
karena itu, belajar menilai informasi yang
diterima, misalnya mencerna apakah info
itu masuk akal, menjadi cara tepat dalam
mempersiapkan diri dalam menangkal
berita hoaks.
Dalam kaitan perilaku bermediasosial
yang baik, seseorang haruslah
memerhatikan teori AISAS (Attention,
Interest, Search, Action, dan Sharing).
_8
787 _
Sebuah berita atau informasi yang diterima
seharusnya disaring terlebih dahulu
dengan mencari kebenaran berita
tersebut
_8
888 _
FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa Wabah
_8
989 _
POLA INTERAKSI SOSIAL DI MASA PANDEMI COVID-19
_9
090 _
FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa Wabah
_9
191 _
POLA INTERAKSI SOSIAL DI MASA PANDEMI COVID-19
_9
191 _
FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa
Wabah
_9
393 _
POLA INTERAKSI SOSIAL DI MASA PANDEMI COVID-19
_9
494 _
FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa
Wabah
_9
595 _
POLA INTERAKSI SOSIAL DI MASA PANDEMI COVID-19
_9
696 _
FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa Wabah
_9
696 _
PENUTUP
BAB V
PENUTUP
_9
898 _
PENUTUP
_9
999 _
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
al-‘Asqalani, Ibn Hajar, Fath Al-Bari bi Syarh
Shahih Al-Bukhari
al-Daruquthni, Sunan al-Daruquthni
Ibn Rusyd, Bidayah al-Mujtahid
al-Nawawi, al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab
_, Syarh Shahih Muslim
al-Qurthubi, al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an
Shabri, Mas’ud, Fatawa al-‘Ulama’ hawla
Firus Kuruna
al-Shan’ani, Subul al-Salam
al-Syawkani, Nayl al-Awthar Syarh Muntaqa
al-Akhbar
al-Turmudzi, Sunan al-Turmudzi
al -Zu hai li, W ahb ah, al - Fi qh al - Isl am
wa
Adillatuh
Fatwa MUI No. 14 Tahun 2020
Surat Edaran Menteri Agama RI Nomor 6
Tahun 2020
_9
999 _
PENUTUP
BIODATA PENULIS
Faried F. Saenong, PhD. Peneliti di University of
New South Wales (UNSW) Canberra.
Dr. Saifuddin Zuhri, MA. Dosen di Institut PTIQ
Jakarta.
Dr. Ha mka Hasa n, LC., MA. Dose n Se kola
h
Pascasarjana UIN Jakarta.
Mas’ud Halimin, MA. Peneliti NUO.
Moelyono Lodji, M.Si. Peneliti NUO.
Dr. A. Muid Nawawi, MA. Dosen di Institut
PTIQ Jakarta.
Zainal Abidin, MA. Dosen di Institut PTIQ
Jakarta.
Amiruddin Kuba, MA. Dosen Fakultas Syari’ah,
UIN Surabaya.
Sy a hru l la h I s ka nda r, MA. Dos e n F a k u
l ta s
Ushuluddin UIN Jakarta.
Naif Adnan, MA. Peneliti Balqis Foundation.
RositaTandos, PhD. Dosen Fakultas Dakwan dan
Komunikasi UIN Jakarta.
Dr. Cuc u Nurhay ati, M.Si. Dose n FISIP U
IN JAKARTA.
_ 10
01001
Hasanuddin, MA. Peneliti NUO.
_ 10
11011
N
asaruddin Umar Office dengan singkatan "NUO" yang
diresmikan pada awal tahun 2018 di Jakarta. NUO
didirikan untuk untuk merealisasikan visi keagamaan,
kebangsaaan dan kemanusiaan dari Prof. Dr. KH. Nasaruddin
Umar, MA dalam memajukan dan mengembangkan moderasi
beragama, membangun toleransi dan keberagamaan,
memperkuat rasa kebangsaan dan nasionalisme, serta
meningkatkan keberdayaan umat untuk mewujudkan
perdamaian di tingkat lokal, regional dan global berdasarkan
Sebagai civil society organization, NUO didirikan untuk
merespons persoalan masyarakat global yang sedang
menghadapi berbagai tantangan seperti intoleransi, radikalisme,
politik identitas, konflik kekerasan, kemiskinan dan kondisi sosial
lainnya yang secara laten mengancam kehidupan damai umat
man usia.
ISBN 978-602-14770-2-1