Kajian Komprehensif
diajukan untuk memenuhi sebagian dari salah satu syarat kelulusan
mata kuliah Kajian Komprehensif
Oleh :
Shabyyla Nurularasta
NIM. 1705650
Menyetujui :
Dosen Pembimbing
Mengetahui :
KATA PENGANTAR
Penulis
i
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini dibahas mengenai latar belakang kajian, identifikasi masalah,
pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan kajian, manfaat serta strujtur
organisasi kajian.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Bagian ini menyajikan uraian-uraian dasar teori, studi literatur, pedoman
yang berkaitan dengan kajian yang dilakukan dan kerangka pemikiran pada kajian
ini.
BAB III DATA
Bagian ini menyajikan tentang teknik pengumpulan data, prosedur
pengumpulan data, data proyek dan rumus perhitungan sebagai perencanaan
struktur kolom.
BAB IV HASIL KAJIAN
Bagian ini menyajikan hasil temuan kajian dan pembahasan dari analisa
kolom.yang telah dilakukan serta diperoleh kesimpulan hasil kajian.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
Bagian ini berisi tentang simpulan dan saran-saran atau saran untuk
perbaikan dalam perencanaan proyek yang diambil dari kesimpulan.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
5
6
melalui fondasi. Beban dari balok dan pelat ini berupa beban aksial tekan serta
momen lentur (akibat kontinuitas konstruksi). Maka dari itu dapat didefinisakn
kolom ialah suatu struktur yang mendukung aksial dengan atau tanpa momen
lentur. (Asroni, Ali. 2010)
Sedangkan dalam (RSNI 2847:2019) Kolom (Column) merupakan
komponen struktur umumnya vertikal, digunakan untuk memikul beban tekan
aksial, tapi dapat juga memikul momen, geser atau torsi. Kolom yang digunakan
sebagai bagian sistem rangka pemikul gaya lateral menahan kombinasi beban
aksial, momen dan geser.
Pada struktur bangunan atas, kolom merupakan struktur yang paling
penting untuk diperhatikan, karena apabila kolom ini mengalami kegagalan, maka
dapat keruntuhan struktur bangunan atas secara keseluruhan.
Dalam buku struktur beton bertulang (Asroni, Ali. 2010) kolom dibedakan
menjadi beberapa jenis menurut bentuk dan susunan tilangan. Serta letak /posisi
beban aksial pada penampang kolom. Di samping itu juga dapat dibedakan
menurut ukuran panjang-pendek kolom dalam hubungannya dengan dimensi
lateral.
Jenis kolom berdasarkan bentuk dan susunan tberdasarkan bentuk dan
susunanan tulangannya kolom dibedakan menjadi sebagi berikut :
1) Kolom Segi Empat, baik berbentuk empat persegi panjang maupun bujur
sangkar, dengan tulangan memanjang dan Sengkang.
2) Kolom bulat dengan tulanagan memanjang dan Sengkang atau spiral
3) Kolom Komposit, yaitu kolom yang terdiri atas beton dan profil baja
structural yang berada di dalam beton.
7
4. Mengemat biaya.
a) Agregat halus untuk beton harus terdiri dari pasir kerjas dan harus disetujui
Pengawas Lapangan. Agregat halus harus memenuhi ketentuan sebagai
berikut :
Agregat kasar untuk konstruksi harus terdiri dari batu butiran, batu
pecah, terak dapur tinggi atau bahan lainnya yang disetujui yang memiliki
karakteristik serupa yang keras, tahan lama dan bebas dari bahan – bahan
yang tidak diinginkan. Agregat kasar harus bebas dari bahan – bahan yang
merusak dan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
11
2. Air
Air untuk campuran, perawatan atau aplikasi lainnya harus bersih dan
bebas dari unsur – unsur yang merusak seperti alkali, asam, garam dan bahan
anorganik lainnya. Air dari kualitas yang dikenal dan untuk konsumsi manusia
tidak perlu diuji. Bagaimanapun, bila hal ini terjadi, semua air kecuali yang telah
disebutkan di atas, harus diuji dan memenuhi ketentuan AASHTO T26 dan / atau
disetujui Pengawas Lapangan/MK.
a) Air yang digunakan pada campuran beton harus bersih dan bebas dari bahan-
bahan merusakn yang mengandung oli, asam, alkali, garam, bahan organik,
atau bahan-bahan lainya yang merugakan terhadap beton atau tulangan
b) Air yang tidak dapat diminum tidak boleh digunakan pada beton, kecuali
memenuhi ketentuan dalam pemilihan proporsi campuran beton harus
didasarkan pada campuran beton yang menggunakan air dari sumber yang
sama.
2. Baja Tulangan
a) Baja Tulangan Polos.
Semua baja tulangan lunak harus dalam keadaan baru, tidak berkarat atau
memiliki cacat lainnya serta harus memenuhi ketentuan dalam Spesifikasi Teknis
ini. Kecuali ditentukan lain, baja tulangan polos dengan ∅ < 13 mm harus dari
baja mutu BJTP – 24 dengan tegangan leleh minimal 2400 kg/cm2, dan
memenuhi ketentuan SNI 07-2052-2002. Diameter yang digunakan harus sesuai
ketentuan dalam Gambar Kerja.
Baja tulangan yang digunakan harus memenuhi ketentuan- ketentuan berikut ini.
dimana :
sebagai berikut :
13
berikut:
2. ASTM A 706M (Specification for Low_alloy Steel Deformed and Plain Bars
for Concrete Reinforcement) ductile, (elongation) ≥ 14 %; fu/fy < 1,35
(actual measurement).
4. Semen
Semua bahan beton harus diaduk secara seksama dan harus dituangkan
seluruhnya sebelum pencampuran disis kembali.
Bekisting harus menghasilkan struktur akhir yang memenuhi bentuk, garis, dan
dimensi komponen struktur seperti yang disyaratkan pada gambar rencana dan
spesifikasi
Bekisting harus kuat dan cukup rapat untuk mencegah kebocoran mortar
Bekisting harus diperkaku dan diikat dengan baik untuk mempertahankan posisi
dan bentuknya.
26.11 - Bekisting
c) Bekisting harus dipasang dengan rapat untuk mencegah bocornya pasta atau
mortar.
d) Bekisting harus disokong dan diikat untuk mempertahankan posisi dan bentuk.
yang telah terpasang sebelumnya.Bekisting untuk elemen struktur beton harus
dirancang dan dibuat sedemikian rupa hingga elemen struktur dapat bergerak
tanpa menimbulkan kerusakan pada saat gaya prategang di aplikasikan
17
i) Beban konstruksi yang melebihi kombinasi beban mati dan beban hidup
serta reduksinya tidak boleh ditempatkan di bagian struktur tanpa perancah,
kecuali hasil analisis menunjukkan bahwa struktur memiliki kekuatan
yang cukup untuk menahan beban tersebut tanpa mengurangi kemampuan layan.
18
Pelepasan bekisting –
a) Sistem struktur yang ada pada semua tahap konstruksi, serta beban
konstruksinya;
b) Kekuatan tekan beton yang cor di tempat, pada semua tahap konstruksi;
c) Pengaruh deformasi pada struktur dan sistem perancah dalam distribusi beban
mati dan beban konstruksi pada semua tahap konstruksi;
d) Kekuatan, jarak, dan metode perancah yang digunakan, serta bresing,
pelepasan dan pemasangan perancah, termasuk interval waktu minimum ketika
operasional;
dilakukan minimal 2-3 hari setelah pengecoran, dengan syarat bekisting tidak
menerima beban.
Analisis struktur dan data kekuatan beton yang dipakai dalam perencanaan dan
pembongkaran cetakan dan penopang dan pemasangan kembali penopang harus
diserahkan oleh kontraktor kepada pengawas lapangan apabila diminta
1. Perancah Kayu atau Bambu Umumnya diletakan dibagian atas gelagar balok
yang cukup panjang dan lebarnya, untuk mencegah bekisting melesak. Penyetelan
tinggi perancah dapat menggunakan bantuan dua biji kayu yang dapat digeser.
Perancah ini termasuk tipe penyangga tradisional
20
Perancah baja sekrup terdiri dari dua pipa baja yang disambung dengan
selubung sekrup atau mur penyetl. Penggunaan perancah baja bersekrup
membutuhkan pengawasan serta ketelitian dan pemasangannya. Penyetelan dari
perancah kayu atau perancah baja bersekrup (scaffolding) memerlukan
persyaratan seperti dibawah ini :
Perancah harus berdiri tegak lurus. Hal ini berguna untuk mencgah perubahan
bekisting akibat ari gaya-gaya horisontal. Penyetelan dalam arag tegak lurus arus
dengan waterpass.
Bila beberapa lantai bertingkat akan dicor berurutan, maka lendutan akibat dari
lantai yang telah mengeras harus dihindarkan dengan menempatkan perancah
diperpanjang sebaik mungkin.
Tempat dar perancah perlu dipilih sedemikian rupa sehingga bebaneban dapat
terbagi serta mungkin. Hal ini berguna untuk mencegah perubahan bentuk yang
berbeda-beda akibat dari perpendekan elastis perancah yang timbul karena
pembebanan dan berbedaan penurunan tanah. Langkah-langkah dalam
pemasangan perancah scaffolding menurut (Ari Wibowo, 2004) adalah sebagai
berikut :
a. Memasang Jack Base, yaitu bagian yang terdapat dibagian paling awah,
dilengkapi dengan ulir untuk mengatur ketinggian
b. Memasang main frame, yaitu portal besi yang dirangkai diatas jack base
c. Memasang cross brace, yaitu penghubungan dua main frame dipasang arah
melintang
d. Memasang U Head, yaitu bagian atas main frame dan leader yang
berfungsi untuk menyangga balok kayu pada bagian bekisting. Head Jack
kemudian di fungsikan menopang kayu yang nantinya akan menjadi dasar
sehingga dududkan bekisting balok.
21
Tulangan polos, yaitu batangan baja yang permukaan sisi luarnya rata, tidak
bersirip dan tidak berukir
Tulangan ulir, batangan baja yang permukaan sisi luarnya tidak rata, tetapi
bersirip atau berukir.
Tulangan spiral, tulangan yang dililitkan secara menerus membentuk suatu ulir
lingkar silindris
Sengkang, tulangan yang digunakan untuk menahan tegangan geser dan torsi
dalam suatu komponen struktur, terbuat dari batangan tulangan, kawat baja
persegi dan dipasang tegak lurus atau membentuk sudut terhadap tulangan
longitudinal, dipakai pada komponen struktur lentur balok.
- Untuk batang D-16 mm dan yang lebih kecil, bengkokan 90° ditambah
perpanjangan 6db pada ujung bebas kait.
22
- Untuk batang D-19 mm, D-22 mm, dan D-25 mm, bengkokan 90° ditambah
perpanjangan db pada ujung bebas kait
Keterangan : D = jarak dari serat tekan terluar terhadap titik berat tulangan tarik
db= diameter nominal batang tulangan
Diameter bengkokan yang diukur pada bagian dalam batang tulangan tidak
boleh kurang dari nilai dalam (Tabel 2.5), ketentuan ini tidak berlaku untuk
sengkang dan sengkang ikat dengan ukuran D-10 mm hingga D-16 mm.
Diameter dalam dari bengkokan untuk sendkang dan sengkang ikat tidak boleh
kurang dari 4db untuk batang D-16 mm dan yang lebih kecil.
Untuk batang yang lebih besar dari pada D-16 mm, diameter bengkokan harus
memenuhi (tabel 2.5) Tabel 2.5 Diameter bengkokan minimum Sengkang
3. Cara Pembengkokan
Toleransi letak tulangan longitudinal dari bengkokan dan ujung akhir tulangan
harus sebesar 50 mm kecuali pada ujung tidak menerus dari komponen struktur
dimana toleransinya harus sebesar 13 mm.
Tulangan yang sebagian sudah tertanam di dalam beton tidak boleh dibengkokan
di lapangan, kecuali seperti yang ditentukan pada gambar rencana, atau diizinkan
oleh pengawas lapangan.
4. Selimut Beton
Keterangan : d = Jarik dari serat tekan terluar terhadap titik berat tulangan tarik. 5.
Batasan Spasi Tulangan Batasan spasi tulangan harus memenuhi ketentuan,
dimana tulangan sejajar tersebut diletakkan dalam dua lapis atau lebih. Tulangan
pada lapis atas harus diletakkan tepat di atas tulangan di bawahnya dengan spasi
bersih antar lapisan tidak boleh kurang dari 25 mm.
24
Pada komponen struktur tekan yang deberi tulangan spiral atau sengkang
pengikat, jarak bersih antar tulangan longitudinal tidak boleh kurang dari 1,5db
(diameter tulangan)
6. Sengkang
Semua batang tulangan non prategang harus diikat dengan sengkang dan
sengkang ikat laterak, paling sedikit ukuran D-10 mm untuk tulangan longitudinal
lebih kecil dari D-32 mm, dan paling tidak D-13 mm untuk tulangan D-36 mm, D-
4 mm, dan D-56.
Sengkang ikat harus diatus sedemikian hingga setiap sudut dan tulangan
longitudinal yang berselang harus mempunyai dukungan lateral atau perkuatan
sisi yang didapat dari sudut sebuah sengkang
Jika terdapat balok atau konsol (satu ujungnua terpasang pada suatu penopang
tetap dan ujung lainnya bebas) pendek yang merangka pada keempat sisi suatu
tulangan kolom, sengkang dan sengkang ikat boleh dihentikan pada lokasi tidak
lebih dari 75 mm di bawah tulangan terbawah dari balok atau konsol pendek yang
paling kecil dimensi vertikalnya.
7. Pelindung Beton
Untuk Tulangan Beton bertulang dengan tebal selimut beton minimum harus
disediakan, dengan tulangan harus memenuhi ketentuan dalam persyaratan tebal
minimum selimut beton dalam tabel dibawah ini
25
adalah beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah luas tulangan yang tidak
kurang dari nilai minimum, dan direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua
material bekerja bersama-sama dalam menahan gaya yang bekerja. Ketentuan
pekerjaan beton dalam hal ini meliputi proses pemilihan dan pencampuran beton,
pengantaran, pengecoran, perawatan beton setelah pengecoran, sampai pada
evaluasi dan penerimaan beton.
Untuk setiap campuran beton yang berbeda, baik dari aspek material yang
digunakan ataupun proporsi campurannya harus dilakukan pengujian.
- Harus terdiri dari satu catatan hasil uji lapangan, beberapa catatan hasil uji kuat
tekan, atau hasil uji campuran percobaan.
alami batuan atau pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu dan
mempunyai ukuran butir sebesar 5mm, sementara agregat kasar adalah kerikil
sebagai hasil disintegrasi alami dari batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh
dari industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir 5 mm – 40 mm. Adukan
beton yang dicampur di lapangan harus memenuhi ketentuan yang diberlakukan
dalam (SNI 03-2847-2002), dalam hal ini :
Semua bahan beton harus diaduk secara seksama dan harus dituangkan
seluruhnya sebelum pencampur diisi kembali
Beton siap pakai harus dicampurdan diantarkan sesuai persyaratan (SNI 03-
4433-1997), untuk Spesifikasi Beton Siap Pakai.
- Mesi pencampur harus diputar dengan kecepatan yang disarankan oleh pabrik
pembuat.
3. Pengantaran
4. Pengecoran
Beton harus dicor sedekat mungkin pada posisi akhirnya untuk menghindari
terjadinya segregasi akibat penanganan kembali atau segregasi akibat
pengaliran
Beton harus dirawat pada suhu di atas 10̊C dan dalam kondisi lembab untuk
sekurang-kurangnya selama 7 hari setelah pengeoran.
Beton kuat awal tinggi harus dirawat pada suhu diatas 10̊C dan dalam kondisi
lembab untuk sekurang-kurangnya selama 3 hari pertama.
Bila diperlukan oleh pengawas lapangan, maka dapat dilakukan penambahan uji
kuat tekan beton sesuai dengan perawatan benda uji dilapangan untuk menjamin
bahwa proses perawatan yang dilakukan telah memenuhi persyaratan.
a. Pengujian Beton
Beton harus diuji dengan teknisi pengujian lapangan yang memenuhi kualifikasi
harus melakukan pengujian beton segar di lokasi konstruksi.
30
b. Frekuensi pengujian
Pengujian masing-masing mutu beton yang dicor setiap harinya haruslah dari
satu contoh uji per hari, atau tiadak kurang dari satu contoh uji untuk setiap 120
m3 beton.
Pada suatu pengerjaan pengecoran, jika volume total adalah sedemikian hingga
frekuensi pengujian yang disyaratkan oleh pengujian kekuatan masing-masing
mutu beton yang dicor setiap harinya hanya akan mengahsilkan jumlah uji
kekuatan beton kurang dari 5 unutk suatu mutu beton, maka contoh uji harus
diambil dari paling sedukit 5 adukan yang dipilih secara acak atau dari
masingmasing adukan bila mana jumlah adukan yang digunakan adlaha kurang
dari 5
Contoh untuk uji kuat tekan harus diambil menurut metode pengujian dan
pengambilan contoh untuk campuran beto segar (SNI 03-2458- 1991). Benda uji
silinder yang digunakan untuk uji kuat tekan harus dibentuk dan dirawat di
laboraturium menurut metode pembuatan dan perawatan benda uji di lapangan
(SNI 03-4810-1998), dan diuji menurut metode pengujian kuat tekan beto (SNI
03-1978-1990).
Jika volume total dari suatu mutu beton yang digunakan kurang dari 40 m3
maka pengujian kuat tekan tidak perlu dilakukan bila bukti terpenuhinya kuat
tekan diserahkan dan disetujui oleh pengawas lapangan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.2 Partisipan
Menurut (Siyoto, 2015) Paritsipan adalah orang-orang yang diajak
berwawancara, diobservasi, diminta memberikan data, pendapat, pemikiran,
persepsinya. Peneliti kualitatif mengkaji perspekti partisipan dengan berbagai
macam strategi yang bersifat interaktif sepert observasi langsung, observasi
partisipatif, wawancara mendalam, dokumen-dokumen, teknik-teknik pelengkap.
Dalam penelitian ini penulis melibatkan beberapa pastisipan yaitu :
1. Proyek CWP-01 pembangunan gedung Centre of Excellence Universitas
Pendidikan Indonesia PT. Adhi Karya. Kegiatan peninjauan memerlukan
22
23
Lokasi proyek
gedung COE UPI
3.4
25
2. Sample
Sampel dalam penelitian merupakan sebagian dari populasi. Seperti yang
telah dikemukakan oleh (Siyoto, 2015) sampel adalah sebagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut, ataupun bagian kecil dari
anggota populasi yang diambil menurut prosedur tertentu sehingga dapat
mewakili populasinya. Untuk sample yang diambil pada penelitian ini adalah
26
Mulai
Studi Pustaka
Pengumpulan Data
Selesai
22
23
Pekerjaan kolom yang ditinjau pada gedung akademik CoE UPI ialah
pekerjaan kolom struktur beton bertulang. Beton yang digunakan menggunakan
beton ready mix dengan mutu beton K-350. Dimensi kolom yang ditinjau
berbeda-beda sesuai perencanaan. Berikut tipe-tipe kolom yang ditinjau dalam
gambar shop drawing. Detail dan dimensi kolom terlampir pada lampiran 3.
Tahapan pekerjaan kolom meliputi pekerjaan tulangan, pekerjaan bekisting,
pekerjaan pengecoran dan pekerjaan pembongkaran bekisting.
b. Pembesian
c. Bekisting
d. Pengecoran Kolom
29
Peralatan Pengecoran :
7. Tenaga Kerja
Adapun tenaga kerja dalam pelaksanaan pekerjaan Kolom proyek
pembangunan gedung Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan adalah
sebagai berikut :
1. Tukang Besi
2. Teknisi Pengecoran
3. Mandor
4. Surveyor
3. Pekerja harus bisa lebih sering diingatkan agar mau memakai APD dan
berhati-hati. Perlunya pemantauan khusus oleh tim K3 proyek.
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
EVALUASI
22
23
5.2 Saran
25
DAFTAR PUSTAKA
Asroni, Ali. 2010. Kolom Fondasi dan Balok T Beton Bertulang, Yogyakarta :
Graha Ilmu
Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung Tahun 1983
Standar Nasional Indonesia 2847:2019. Persyaratan beton struktural untuk
bangunan gedung dan penjelasan (ACI 318M-14 dan ACI 318RM-14,
MOD). Jakarta 2019
Siyoto, Sandu. 2015. Dasar Metodologi Penelitian; Cetakan 1. Yogyakarta:
Literasi Media Publishing
Creswell, W. J. 2013. Research Design Pendektan Kualitatif, Kuantitatif, dan
Mixed. Edisi Ketiga. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
adhyaksa. 2019 Sep. Apa Itu Struktur Beton dalam Konstruksi Bangunan. PT
Adhyaksa Persada Indonesia. [diunduh 2021 Jan 16]. Tersedia pada:
https://www.adhyaksapersada.co.id/apa-itu-struktur-beton/