Anda di halaman 1dari 18

IMPLEMENTASI KURIKULUM PESANTREN BERBASIS IKTISYAF

DALAM MENINGKATKAN POTENSI BACA KITAB KUNING DI


PONDOK PESANTREN PUNCAK DARUSSALAM POTOAN DAYA
PALENGAAN PAMEKASAN

Amrollah dan Zainuddin Syarif


Mahasiswa Prodi Manajemen Pendidikan Islam, Dosen IAIN Madura
Institut Agama Islam Negari (IAIN) Madura
e-mail: Amrollah187@gmail.com

Abstrak:
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: pertama, Perencanaan Implementasi
Kurikulum Pesantren Berbasis Iktisyaf dilakukan pada saat rapat yang di hadiri
pengasuh/kiai dan semua pengurus pondok pesantren. Dalam proses perencanaan
ini memfokuskan pada perumusan tujuan metode Iktisyaf, perumusan isi
kurikulum, perumusan tenaga pendidik dan peserta didik, dan perumusan training
of training untuk tenaga pendidik. Kedua, pelaksanaannya terdiri dari placement
test, terintegrasi pada proses pembeljaran, interview sekligus penguatan
pemahaman setiap bulan sekali, dan program tahunan yang di adakan lomba-
lomba sekaligus wisuda Iktisyaf. Ketiga, faktor dalam kurikulum pesantren
berbasis iktisyaf ini ada dua faktor yaitu faktor pendukung seperti adanya tenaga
pendidik yang profesional, adanya dukungan dari masyarakat yang kuat. Dan juga
faktor penghambat seprti kemalasan santri, tenaga pendidik yang tidak
profesional.
Kata Kunci: Pendidikan, Kurikulum, Iktisyaf

Abstract
The results showed that: first, the Planning for Implementation of the
Islamic Boarding School Curriculum Based on Iktisyaf was carried out at a
meeting attended by the caregivers/kiai and all boarding school administrators.
The planning process focuses on formulating the objectives of the Iktisyaf method,
formulating curriculum content, formulating educators and students, and
formulating training of training for educators. Second, the implementation
consists of a placement test, integrated into the learning process, interviews as
well as strengthening understanding once a month, and an annual program that
holds competitions as well as Iktisyaf graduation. Third, there are two factors in
the iktisyaf-based pesantren curriculum, namely supporting factors such as the
presence of professional educators, and strong community support. And also
inhibiting factors such as the laziness of students, unprofessional educators.

Keywords: Education, Curriculum, Iktisyaf


PENDAHULUAN
Upaya perbaikan pendidikan di pesantren merupakan bagian dari

manajemen kurikulum yang di sesuaikan dan tuntutan perkembangan zaman. 1

Maka kurikulum sebagai salah satu bagian terpenting dalam pendidikan

dipesantren, harus dipersiapkan dan dilaksanakan dengan baik, sehingga akan

mencapai hasil yang memuaskan sesuai dengan harapan semua pihak.

Kurikulum disini tidak dimaksudkan dalam pengertian sempit, yaitu kumpulan

data pelajaran atau bahan ajar yang harus dipelajari oleh siswa/santri. Akan

tetapi kurikulum dalam artian yang luas, yaitu pengalaman belajar yang

direncanakan untuk mencapai tujuan pendidikan.2

Di setiap instansi-instansi menggunakan kurikulum bukan sesuatu

yang bisa sekali jadi, maka kurikulum harus bersifat fleksibel, dinamis, dan

dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi pesantren, karakteristik santri,

kondisi social budaya masyarakat, dan dengan memperhatikan kearifan lokal.

Karena itu, tidak ada kurikulum baku, yang ada adalah kurikulum yang selalu

dikembangkan secara terus-menerus dan kontekstual, Kurikulum merupakan

sekumpulan acuan dan perencanaan yang tersusun rapih dalam menjalankan

program pembelajaran berdasarkan kebutuhan guna mencapai tujuan.3

Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang

harus ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Kurikulum

Pendidikan klasik lebih menekankan isi pendidikan, yang diambil dari

disiplin-disiplin ilmu, disusun oleh para ahli secara logis, sistematis, dan

1
Abdurrahman, “Implementasi Managemen Kurikulum Pesantren Berbasis Pendidikan
Karakter”, At-Turas, 2 (Desember 2017), hlm .,280.
2
ElfaTsuroyya, “Manajemen Kurikulum Pesantren Berbasis Madrasah Di MAN 3 Sleman
Yogyakarta”, Jurnal Manajemen pendidikan Islam, 2 (November 2017) hlm., 382.
3
Kholis Tohir, “Kurikulum dan Sistem Pembelajaran Pondok Pesantren Salafi Di Kec. Kresek
Kab. Tangerang Provensi Banten” Analytica Islamica, 1 (Januari-juni 2017) hlm., 14.
berstruktur, berpusat pada segi intelektual. Guru mempunyai peranan yang

sangat besar dan lebih dominan dalam pembelajaran, ia menentukan isi,

metode, dan evaluasi.4

Mengingat penyelenggaraan pendidikan memerlukan kurikulum, maka

nilai-nilai multikultural tersebut harus dijadikan besar dalam perencanaan,

implementasi, dan evaluasi kurikulum suatu lembaga pendidikan baik dalam

bentuk sekolah, madrasah, maupun pesantren.5

Sebagai lembaga pendidikan Islam yang tumbuh dan diakui oleh

masyarakat dengan sistem kepesantrenan atau pondokan hingga santri-

santrinya menerima pendidikan agama islam melalui sistem ajaran-ajaran

klasik (pengajian) atau madrasah yang sepenuhnya dibawah kedaulatan dan

kepemimpinan seorang atau beberapa seorang Kiai dengan ciri khas yang

bersifat karismatik serta independen dalam segala hal, pondok pesantren

tumbuh subur ditanah Indonesia jauh hari dari sebelum Indonesia merdeka.

Pesantren dapat dikatakan sebagai lembaga non formal Islam, karena

keberadaan dalam jalur pendidikan kemasyarakatan memiliki program

pendidikan yang disusun sendiri, dan pada umumnya bebas dari ketentuan

formal.6

Menurut Nurcholis Madjid mengatakan pesantren/pondokan adalah

lembaga yang merupakan wujud proses perkembangan system pendidikan

4
Herry Widyastono, Pengembangan Kurikulum Di Era Otonomi Daerah, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2015), hlm. 13-14.
5
Abdullah Aly, Pendidikan Islam Multikultural Di Pesantren. (Yokyakarta: Pustaka Pelajar,
2011), hlm. 5-6.
6
Ahmad Saifudin, “ Eksistensi Kurikulum Pesantren Dan KebijakanPendidikan”,
JurnalPendidikan Agama Islam, 01 (Mei 2013) hlm., 209.
nasional. Dari segistoris pesantren tidak hanya identik dengan makna

keislaman, tapi juga mengandung makna keaslian Indonesia (indigenous)7

Usaha untuk mengidentifikasi pesantren dilakukan juga oleh Kafrawi.

Ia mencoba membagi pola pesantren menjadi empat pola, yaitu: Pesantren

pola pertama ialah pesantren yang memiliki unit kegiatan dan elemen berupa

masjid dan rumah kiai. Pesantren ini masih sederhana; kiai mengggunakan

masjid atau rumahnya untuk tempat mengaji, biasanya santri dating dari

daerah sekitarnya, namun pengajian telah diselenggarakan secara kontinyu dan

sistematik. Pesantren pola kedua ini sama dengan pola satu ditambah adanya

pondokan bagi santri. Pesantren pola ketiga sama dengan pola kedua tetapi

ditambah adanya madrasah. Jadi dipesantren pola ketiga ini telah ada

pengajian system klassikal. Sedangkan pesantren keempat ialah pesantren pola

ketiga ditambah adanya unit keterampilan seperti peternakan, kerajinan,

koperasi, sawah, lading, dan lain-lain.8

Pesantren muncul sebagai institusi pendidikan Islam dengan system

berasrama adalah lembaga pendidikan yang mempunyai posisi strategi pada

masyarakat tradisional, khususnya kalangan santri. Posisi tersebut

memungkinkan pesantren menjadi wahana pemberdayaan yang efektif bagi

masyarakat dengan tetap perpijak pada nilai-nilai kurtural yang melandasinya.9

Saat ini pesantren telah mengalami perkembangan luar biasa dengan

variasi yang sangat beragam. Bahkan beberapa pesantren telah muncul sebuah

“kampus mercusuar” yang memiliki berbagai kelengkapan fasilitas untuk


7
Muhammad Fathurrahmandkk, Implementasi manajemen peningkatan mutu pendidikan islam,
(Yogyakarta: Teras, 2012), hlm, 235.
8
Ahmad Tafsir, Ilmu pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT RemajaRosdakarya,
2014), hlm, 193.
9
Husmiaty Hasyim, ”Tranformasi Pendidikan Islam (Kontek Pendidikan Pondok Pesantren)”
Jurnal Pendidikan Agama Islam Ta’lim, 1 (2015) hlm., 58
membangun potensi-potensi santri, tidak hanya segi akhlak, nilai, intelek, dan

spirirituslitas, tetapi juga atribut-atribut fisik dan material. Meskipun tetap

mempertahankan ciri khas dan keaslian isi (curriculum content) yang sudah

ada, misalnya sorogan dan bandongan, kebanyakan pesantren mengadopsi

sistem persekolahan yang klasikal-formal.10

METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis observasi terstruktur
untuk mengamati dan memperoleh data secara langsung kurikului.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan interview bebas

terpimpin, yakni peneliti hanya menyiapkan pedoman wawancara yang

memuat garis besarnya saja. Selanjutnya, untuk mengetahui lebih jelas

tentang informasi, peneliti mengembangkan sendiri pertanyaan ketika

melaksanakan wawancara. Dalam hal ini yang perlu diwawancarai adalah

Pengasuh/kiai, ketua pengurus pondok, pengurus bidang iktisyaf, dan santri.

analisis data dalam penelitian ini menggunakan tiga tahap diatas,

Yang Pertama Reduksi Data yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

menfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Demikin

data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan

mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan

mencarinya bila diperlukan. Yang Kedua Display Data/Penyajian Data

artinya menindak lanjuti dari reduksi data atau mendisplaykan data yang

bisa dilakukan bentuk bagan, uraian singkat, tabel dan sejenisnya, yang

10
Sulthon Masyhud, dkk, Manajemen Pondok Pesantren, (Jakarta: Diva Pustaka, 2003), hlm, iv
paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif

adalah dengan teks yang bersifat naratif. Yang Ketiga Verikasi Data yaitu

penarikan dan verifikasi kesimpulan. Dari permulaan pengumpulan data,

peneliti kualitatif mulai memutuskan apakah “Makna” Sesuatu, mencatat

keterampilan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi yang mungkin, alur kausal

dan proposisi-proposisi. Dengan tiga tahap analisis data di atas peneliti bisa

memperoleh data yang valid.

Dalam proses triangulasi, peneliti menggunakan triangulasi sumber

dan metode. Dalam triangulasi sumber, peneliti membuktikan data yang

valid dengan menyesuaikan antara informasi yang diperoleh dari berbagai

sumber. Sedangkan dalam proses triangulasi metode, peneliti menggunakan

metode wawancara, kemudian dibuktikan dengan metode observasi dan

dokumentasi.

1. Kecukupan Referensial

Referensi digunakan agar penelitian yang dilaksanakan terarah,

sehingga memudahkan peneliti dalam menggali informasi atau data

dilapangan. Seluruh referensi yang digunakan oleh peneliti dicantumkan

pada daftar pustaka.11

Dalam penelitian ini dari segi kecukupan referensi bisa dikatakan

85% lengkap dengan ini peneliti berharap dengan kecukupan referensial

peneliti dapat terarah dan lancar ketika ada dilapangan.

Tahap ini peneliti melakukan pengecekan,

pengorganisasian, serta memaparkan dengan mendeskripsikan

hasil temuannya. Analisis data secara sederhana adalah proses


11
Ibid., hlm. 332.
mengatur urutan data, mengorganisasikannya dalam suatu pola,

kategori, dan satuan uraian dasar.12

PEMBAHASAN
Perencanaan Kurikulum Pesantren Berbasis Iktisyaf Dalam Menigkatkan
Potensi Baca Kitab Kuning Di Pondok Pesantren Puncak Darussalam Poton
Daya Palengan Pamekasan
Kurikulum Pondok Pesantren Puncak Darussallam Potoan Daya

Palengaan Pamekasan benar-benar direncankan dengan matang, hal ini

dikarenakan kurikulum memiliki kedudukan sentral dalam seluruh proses

pendidikan. Selain memiliki kedudukan yang sentral, kurikulum juga bisa

dikatakan sebagai otak dari berjalannya sebuah lembaga pendidikan atau

pesanten. Baik tidaknya sebuah lembaga pendidikan atau pesantren salah

satunya ditentukan oleh kurikulumnya.

Sebagaimana dikemukakan oleh Nana Syaodih Sukmadinata,

kurikulum merupakan suatu rencana pendidikan, memberikan pedoman dan

pegangan tentang jenis, lingkup dan urutan isi, serta proses pendidikan.

Disamping dua fungsi itu kurikulum juga merupakan suatu bidang studi,

yang ditekuni oleh para ahli atau spesialis kurikulum, yang menjadi sumber

konsep-konsep atau memberikan landasan-landasan teoritis bagi

pengembangan berbgai institusi pendidikan.13

Perencanaan kurikulum pesantren berbasis iktisyaf dalam

meningkatakan potensi baca kitab kuning di Pondok Pesantren Puncak

Darussalam Potoan Daya Palengaan Pamekasan, dilakukan dengan

12
Ibid, hlm. 288.
13
Nana Syaodih Sukadinata, Pengembangan Kurikulum, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
2016), hlm. 174.
mengadakan rapat bersama yang dihadiri oleh seluruh pengurus pondok

pesantren puncak Darussalam. Ada beberapah hal yang dibahas dalam

proses perencanaan kurikulum pesantren berbasis iktisyaf, antara lain

sebagai berikut:

a. Perumusan tujuan metode pembelajaran iktisyaf

Tujuan ini tidak lain untuk lebih memudahkan para santri yang

ingin belajar kitab kuning dengan cepat sebagaimana untuk belajar

kitab kuning tidaklah mudah hingga butuh waktu yang lama untuk

bisa memhami dan baca kitab kuning, namun dengan adanya metode

pembelajaran IKtiyaf maka santri akan lebih cepat dan mudah untuk

bisa memahami membaca kitab kuning. Tujuan merupakn aspek

penting yang harus ada dan dirumuskan secara jells dlam sebuah

pondok pesantren. Sebagaiaman tujuan pembelajaran metode iktisyaf

dalam meningkatkan potensi baca kitab kuning yaitu:

1).Untuk meneruskan perjuangan kiai, santri harus meneruskan

perjuangannya dalam rangka mempertahankan dan

memperjuangkan nilai-nilai islam disetiap ranah kehidupan.

2). Mewariskan ilmu para ulama yang terdapat didalam kitab

kuning.

b. Perumusan isi kurikulum

Dalam perumusan isi kurikulum membahas tentang materi dan

metode iktisyaf, dalam hal ini pihak pesantren merancang kitab

khusus yang diberi namakitab iktisyaf. Kitab ini merupakan

ringkasan dari tiga kitab yaitu Fathul Qorib, NahwuSorrof, Dan


Imriti. Dengan kitab iktisyaf ini santri lebih mudah dan lebih cepat

dalam membaca dan memahami kitab klasik atau kitab kuning.

Karena kitab ini didesain dengan penuh kesederhanaan (ringkas).

c. Perumusan tenaga pendidik dan peserta didik yang layak masuk

dalam kegiatan iktisyaf.

Dalam rapat yang diselenggerakan juga membahas

tentang pemilihan tenaga pendidik yang memiliki kompetensi yang

memadai untuk mengajar iktisyaf, hal ini dilakukan agar penerapan

kurikulum berbasis iktisyaf berjalan dengan lancar dan optimal

sehingga para santri bisa mudah dan cepat dalam membaca dan

memahami kitab kuning.

kepribadian, kompetensi keprofesional dan kompetensi

sosial.14

Pelaksanaan Kurikulum Pesantren Berbasis Iktisyaf Dalam Meningkatkan


Potensi Baca Kitab Kuning di Pondok Pesantren Puncak Darussalam
Potoan Daya Palengaan Pamekasan
Placement test

Placemen test ini merupakan programt penyeleksian bagi

santri untuk mengikuti program iktisyaf. Karena tidak semua santri

berhak mengikuti program tersebut, hanya santri yang memenuhi

kriteria yang bisa mengikuti program tersebut, adapun kriteria itu

santri yang bisa membaca AlQuran dengan Fasih.

Pelaksanaan kurikulum berbasis iktisyaf Terintegrasi pada proses

pembelajaran

14
Siswantari, “kompetensi pendidik dan tenaga kependididikan pada pendidikan nasional.” Jurnal
pendidikan dan kebudayaan, 17 (September 2011) hlm.542.
Pelaksanaan Kurikulum Pesantren Berbasis Iktisyaf Dalam

Meningkatkan Potensi Baca Kitab Kuning Di Pondok Pesantren

Puncak Darussalam Potoan Daya Palengaan Pamekasan pada

dasarnya terintegrasi pada proses pembelajaran.

Sebagaimana di kemukakan oleh Din Wahyudin, pelaksanaan

kurikulum dibagi menjadi dua tingkatan, yaitu pelaksanaan

kurikulum tingkat sekolah dan pelaksanaan kurikulum tingkat kelas.

Adalah tingkat sekolah yang berperan adalah kepala sekolah dan

pada tingkat kelas adalah guru. Pelaksanaan kurikulum adalah proses

menerapkan kurikulum (program) dalam bentuk pembelajaran

melibatkan siswa.15

Adapun langkah-langkah dalam membaca kitab kuning

menggunakan metode iktisyaf dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

1). Maharotul Qiroah dimana pada saat Qiroah ini santri diajak

untuk mengulas dan membaca secara bersama-sama materi

yang akan di ajarkan sampai fasih.

2). Pemaknaan. Dimana dalam langkah ini guru atau tutor

memberi pemaknaan pada setiap kata dan kalimat satu persatu

dan santri menulisnya pada setiap kata yang tidak dapat

dimengerti secara pemaknaan.

3). Langkah ketiga ialah pemahaman Nahwu dan Sorrof.

Dalam pemahaman Nahwu dan Sorrof ini guru atau ustad

15
Din Wahyudin, Manajemen Kurikulum, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2014), hlm. 105.
dalam hal ini menerangkan dan mejelaskan table sesuai dalam

kitab.

Interview sekaligus penguatan pemahaman pada santri

Interview ini merupakan proses pengamatan secara

langsung tentang hasil penerepan kurikulum pesantren berbasis

iktisyaf. Dengan interview ini pihak pesantren juga bisa

memberikan penguatan pemahaman kepada santri sehingga para

santri bisa cepat memahami kitab kuning serta fasih dalam

membacannya. Selain itu interview juga digunakan sebagai ajang

seleksi santri untuk naik ketingkkat selanjutnya.

Interview pada dasarnya sama persis dengan evaluasi.

Sebagaimana di kemukakan oleh Din Wahyudin bahwa Evaluasi

adalah suatu proses interaksi deskripsi dan pertimbangan

(judgment)untuk menemukan hakikat dan nilai dari suatu hal yang

di evaluasi, dalam hal ini kurikulum. Evaluasi kurikulum

sebenarnya dimaksudkan untuk memperbaiki substansi

kurikulum, prosedur implementasi, metode intruksional, serta

pengaruhnya pada belajar dan prilaku siswa.16

Menurut peneliti disini bahwa interview sangat mungkin

diterapkan karena dapat melihat santri yang mengalami

peningkatan dalam kelas maka dari itu tehnik yang dilakukan

dalam interview menumbuhkan sebuah target dalam lembaga

pendidikan.17

16
Din Wahyudin, Manajemen Kurikulum, hlm. 148.
17
Observasi, (20 Oktober 2020)
Faktor Pendukung Dan Penghambat Implementasi Kurikulum Pesantren
Berbasis Iktisyaf Dalam Meningkatkan Potensi Baca Kitab Kuning Di
Pondok Pesantren Puncak Darussalam Potoan Daya Palengaan Pamekasan.

Dalam Implementasi Kurikulum Pesantren Berbasis Iktisyaf

Dalam Meningkatkan Potensi Baca Kitab Kuning Di Pondok Pesantren

Puncak Darussalam Potoan Daya Palengaan Pamekasan, tentunya tidak

lepas dari factor pendukung dan faktor penghambat. Sebab dari dua

faktor ini sangat mempengaruhi terhadap implementasi/pelaksanaan

kurikulum pesantren berbasis iktisyaf ini.

Adapun faktor pendukung proses implementasi kurikulum

pesantren berbasis iktisyaf dalam meningkatkan potensi baca kitab

kuning di pondok pesantren puncak Darussalam potoan daya palengaan

pamekasan sebagai berikut:

a. Adanya tenaga pendidik/ustadz yang professional.

Karena tenaga pendidik yang professional akan memberi yang

lebih mudah dan cepat dalam memahami materi bagi santri

dan akan mengoptimalkan suatu proses pembelajaran dengan

baik sehingga sesuai dengan tujuan yang di harapkannya.

b. Dukungan dari masyarakat

Karena adanyaImplementasi Kurikulum Pesantren Berbasis

Iktisyaf Dalam Meningkatkan Potensi Baca Kitab Kuning ini

telah menajdi seluruh keinginan masyarakat yang ada

disekitarnya serta menjadi perhatian masyarakat sekitar

maupun yang jauh sehingga putra-putranya banyak di ikutkan

dalam kegiatan metode iktisyaf.


KESIMPULAN
Dari beberapa penjelasan yang telah diuraikan pada bab-bab

sebelumnya, maka pada bab ini peneliti dapat mengambil beberapa point

penting sebagai rangkuman dari hasil temuan penelitian yang secara lebih

luas telah diuraikan sebelumnya. Dari temuan penelitian yang peneliti

peroleh ada beberapa hal sebagai berikut:

1. Perencanaan Kurikulum Pesantren Berbasis Iktisyaf Dalam Menigkatkan

Potensi Baca Kitab Kuning di Pondok Pesantren Puncak Darussalam

Poton Daya Palengan Pamekasan peneliti dapat menemukan tiga poin

diantarnya sebagai berikut: Pertama Mengadakan rapat bersama dengan

seluruh pengurus pondok pesantren. Kedua Perumusan isi kurikulum dan,

Ketiga Pemilihan tenaga pendidik sekaligus di adakan pelatihan untuk

pembinaan pada tenaga pendidik Iktisyaf dan peserta didik yang layak

masuk dalam kegiatan iktisyaf.

2. Pelaksanaan Kurikulum Pesantren Berbasis Iktisyaf Dalam Meningkatkan

Potensi Baca Kitab Kuning di Pondok Pesantren Puncak Darussalam

Potoan Daya Palengaan Pamekasan peneliti menemukan tiga langkah

diantara sebagai berikut:

Pertam melakukan placemen test Kedua Terintegrasi pada proses

pembelajaran, Ketiga Interview sekaligus penguatan pemahaman,

Keempat Program tahunan yang diadakan lomba-lomba sekaligus wisuda

Iktisyaf.

3. Faktor Pendukung Implementasi Kurikulum Pesantren Berbasis Iktisyaf

Dalam Meningkatkan Potensi Baca Kitab Kuning Di Pondok Pesantren

Puncak Darussalam Potoan Daya Palengaan Pamekasan Pertama adanya


tenaga pendidik yang profesionl. Yang kedua adanya dukungan

masyarakat sekitar yang sangat kuat. Sedangkan Faktor Penghambat

Implementasi Kurikulum Pesantren Berbasis Iktisyaf Dalam

Meningkatkan Potensi Baca Kitab Kuning Di Pondok Pesantren Puncak

Darussalam Potoan Daya Palengaan Pamekasan yang pertama adanya

faktor tak terduga dan, yang Kedua adalah kemalasan santri.

DAFTAR RUJUKAN
Abdurrahman, “Implementasi managemen kurikulum pesantren berbasis

pendidikan karakter”, At-Turas, 2, Desember 2017.

Aly, Abdullah. Pendidikan Islam Multikultural Di Pesantren. Yokyakarta:

Pustaka Pelajar, 2011.

Anam, Khoirul. Alumni Santri Pondok Pesantren Puncak Darussalam,

Wawancara langsung. 03 Maret 2020.

Arikunto, Suharsimi.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010.

Basrowi, dan Suwandi. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka

Cipta, 2008.

Buna’i, Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Rintisan Sekolah

Bertaraf Internasional. Pamekasan: Stain Pamekasan Press, 2010

Emzir. Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta: Rajawali

Pers, 2014.

Fathurrahman, Muhammad. Dan Sulistyorini. Implementasi manajemen

peningkatan mutu pendidikan islam. Yogyakarta: Teras, 2012.


Habibi, Walid dan Mat Behri. “Program Akselerasi Baca Kitab Kuning Di

majelis Musyawarah Kutubuddiyah (M2KD) PP .MembaulUlum

Bata-Bata Ds. PanaanKec. Palengaan Kab. Pamekasan”, Jurnal

Pendidikan Dan Manajemen Islam, 2, Desember 2017.

Hasanah, St. Mau’izatul. “Manajemen Kurikulum Pondok Pesantren

Salafiyah Penyelenggara Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9

Tahun Di Kabupaten Barito Kuala”. Tesis Ma, Institut Agama

Islam Negeri, Antasari, 2012.

Hasyim, Husmiaty. ”Tranformasin Pendidikan Islam (Kontek Pendidikan

Pondok Pesantren)” Jurnal Pendidikan Agama Islam Ta’lim, 1,

2015.

Junaidi, Kholid. ”Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Di indonesia”,

Jurnal Pendidikan Islam, 01, Juli-Desesmber 2016.

Ghony, Djunaidi, M, dan Fauzan Almanshur. Metode Penelitian

Kualitatif. Jogjakarta, Ar-Ruzz Media, 2014.

Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik. Jakarta:

Bumi Aksara, 2014.

Kasiram, Moh. Metodelogi Penelitian Kualitatif- Kuantitatif. Malang: UIN

Maliki Press, 2010.

Lukman dan fatihkul Amin, “ perkembangan pondok pesantren puncak

darussalam tahun 2005-2013” , Jurnal Program Studi Sejarah

STKIP PGRI Sidoarjo, 02, september 2014.

Masyhud, Sulthon. Dan Moh Khusnurdilo. Manajemen Pondok Pesantren.

Jakarta: Diva Pustaka. 2003.


Moleong, Lexy. J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2007.

Muhtifah, Lailial. “Pola Pengembangan Kurikulum Pesantren”, np, 2,

2012.

Muin M, Abd. “Kitab Kuning Dan Madrasah: Studi Pada Pondok

Pesantren Lombok Barat”, Edukasi, 1, Januari-April 2014.

M.QAgus P.W, Dhevin “Manajemen Pondok pesantren Dalam

mengintegrasikan Kurikulum Pesantren Dengan Pendidikan

Formal”, Edu-Islamika, 2, September 2013.

Prastowo,Andi.Metodelogi Penelitian Kualitatif dalam Perspektif

Rancangan Penelitian. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2014.

Saifudin, Ahmad. “Eksistensi Kurikulum Pesantren Dan Kebijakan

Pendidikan”, Jurnal Pendidikan Agama Islam, 01, Mei 2013.

Suharsaputra, Uhar. Metode Penelitian Kuantiatif Kualitatif dan Tindakan.

Bandung: PT Refika Aditama, 2012.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuanitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta, 2011.

Tafsir, Ahmad. Ilmu pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: PT

RemajaRosdakarya, 2014.

Taruna, Mulyana Mudis. “Standardisasi Penguasaan Kitab kuning

Dipondok Pesantren Nurul Hakim Nusa Tenggara Barat”,

Analisa, 1, Januari-Juni 2012.


Tasi’ulJabbar, Moh. Dan Wahidul Anam, Anis Humaidi. “Upaya Kiyai

Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Kitab Kuning”,

Edudeena, 1, Februari 2017.

Tohir, Kholis “Kurikulum dan Sistem Pembelajaran Pondok Pesantren

Salafi Di Kec. Kresek Kab. Tangerang Provensi Banten”

Analytica Islamica, 1, Januari-juni 2017.

Tsuroyya, Elfa. “ manajemen Kurikulum Pesantren Berbasis Madrasah Di

MAN 3 Sleman Yogyakarta”, Jurnal Manajemen pendidikan

Islam, 2 , November 2017.

Wahed, “Efektifitas Cara Memahami Kitab Kuning Melalui Metode

Iktisyaf Di SMP Puncak Darussalam Potoan Daya Palengaan

Pamekasan”. Skripsi Ma, Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI),

Al-Khairat, 2014.

Widyastono, Herry. Pengembangan Kurikulum Di Era Otonomi Daerah.

Jakarta: PT Bumi Aksara, 2015.

Anda mungkin juga menyukai