CBR Pancasila New
CBR Pancasila New
Sama halnya dengan bidang – bidang studi lain, PPS juga mengacu pada prinsip – prinsip
evaluasi umum. Namun terdapat beberapa prinsip khusus yang sejalan dengan karakteristik
PPS sebagai pendidikan afektif.
1. Prinsip Umum
a. Kejelasan
Apa yang hendak diukur harulah jeals. Hal ini penting mengingat bahwa PPS juga
meliputi ketiiga domain, yaitu domain kognitif, afektif dan psikomotor. Sesuai dengan
sifatnya, PPS lebih menekankan pada domain afektif. Namun tidak mengabaikan
domain – domain lainnnya. Oleh sebab itu demi kelancaran dan keberhasilan evaluasi
PPS, prinsip aspek yang akan diukur adalah penting.
b. Objektif
Prinsip berikutnya adalah objektif, bahwa penilaian harus diberikan secara jujur dan
objektif, dimana penilaian tidak didasarkan pada rasa cinta, benci atau membedakan.
Namun harus diberikan seperti apa adanya.
c. Terbuka
Prinsip ini menakankan perlunya guru menyampaikan kepada peserta tes ttentang skor
maksimum yang mungkin dicapai, bobot untuk masing – masing soal dan cara
penilaiannya.
d. Representif
Bahan – bahan yang diujikan haruslah mewakili materi pelajaran yang telah diberikan,
terutama yang menyangkut ruang llingkup dan kedalaman materi. Dengan kata lain,
materi evaluassi haruslah mennggambarkan keseluruhan materi pekerjaan yang telah
diajarakan.
e. Keseksamaan
2. Tujuan Khusus
a. Evaluasi PPS lebih menekankan pada kepentingan siswa daripada kepentingan
guru.
b. Hasil evaaluasi PPS sebagai penunjuk gejala atau kecenderungan dan bukannya
suaatu yang final.
c. Evaluasi afektif yang baik adalah evaluasi yang direncanakan terlebih dahulu
melakukan pengukuran/penilaian indikator – iindikator afektif siswa.
d. Target nilai, keaadaan, serta latar belakang sosial budaya siswa dapat memberi
dalam menentukan jenis dan hasilnya dapat dipercaya.
e. Bahwa metode CVT dan permainan dapat juga menjadi alat evaluasi dengan
penyesuaian dan kejelasan cara pelaksanaannya.
2. Tujuan Evaluasi
Dalam PPS dengan sifatnya yang menekankan pada kawasan/ranah efektif dengan tidak
mengabaikan kawasan/ranah lainnya berfungsi sebagai berikut:
a. Dalam pengajaran PPS hasil yang diperoleh siswa adalah berfungsi sebagai tolak ukur
dalam arti bahwa hasil belajar siswa merupakan tolak ukur bagi pengetahuan meraih
dan sekaligus menunjukkan kecenderungan yang kuat bagi sikap dan tindakannya.
b. Media Klarifikasi
Evaluasi PPS dapat berfungsi sebagai media bagi siswa untuk mengungkapkan diri
dalam upaya mengenaal kekuatan – kekuatan dan kelemahan – kelemahan –
kelemahan.
c. Media Reduksi
Evaluasi PPS dapat pula berfungsi sebagai media reduksi, teruttama baik yang
menyangkut proses maupun hasil.
Untuk evaluasi yang berbentuk tes dapat digunakan semua bentuk tes objektif dan esei.
Jenis tes oobjektif yang dimaksud antara lain adalah:
a. Pilihan Berganda;
b. Benar-Salah
c. Hubungan Antarhal;
d. Menjodohkan;
e. Melengkapi Isian;
f. Tinjauan Kasus;
g. Mengenal atau bereaksi terhadap situasi krisis dan problematic.
Untuk menilai ranah efektif digunakan tes maupun nontes yang meliputi metode VCT,
Permainan, Observasi dan Inkuiri; Sedangkan untuk psikomotor lebih tepat digunakan
observasi ataupun tes – tes perbuatan. Tes perbuatan ini sama pentingnya dengan tes objektif
kalau tidak dapat dikatakan lebih penting, terutama dalam PPS sebagai bentuk Pendidikan
moral yang tidak hanya menekankan pada pengetahuan dan sikap, tetaapi juga pengenalannya.
Tes perbuatan dapat diberikan dalam situasi buatan ataupun situasi yang sebenarnya.
Dalam hal evaluasi hasil belajar kognitif siswa, PPS tidak berbeda dengan bidang studi
lainnya. Tidak berbeda karena yang dievaluasi adalah pengetahuan yang didasarkan pada
jenjang – jnjang kemampuan (Taksonomi) dalam ranah kognitif
Penyususnan butir soal kognitif harus memperhatikan kaidah penyusunan butir – butir soal
tes objektif.
3.1 Metode Observasi Mengamati Perilaku Siswa adalah teknik yang Umum digunakan
Tujuannya adalah untuk menilai hasil – hasil belajar siswa secara luas, karena banyak di
antaranya yang tidak dapat diukur melalui tes objektif. Teknik memberikan gambaran tentang
keterpaduan fungsi siswa tidak mengganggu kegiatan normal dan dapat memberi hasil – hasil
yang dapat dipercaya, terutama bila dibandingkan dengan data yang diperoleh dan kondisi
artifisial seperti tes tertulis dan tes perbuatan.
a. Daftar Kecocokan atau Cek-Lis (Check-List)
Daftar cek lis menunjukkan ada atau tidaknya sifat karakter atau nilai yang dievaluasi.
Alat ini dapat digunakan untuk perorangan, kelas atau guru.
b. Skala Bertingkat
Skala menggambarkan suatu nilai dalam bentuk angka, karena nilai dalam bentuk
angka berada dalam satu rentangan yang dapat menunjukkan posisi seseorang.
c. Catatan Singkat (Anecdotal Records)
Catatan: anekdot biasanya digunakan terbatas pada penyesuaian sosial melalui
observasi langsung. Ynag menjadi persoalan adalah bukan apa yang akan dievaluasikan,
tetapi apa yang seharusnya dievaluasi dengan mentode ini.
d. “Tebak Siapa” dan Sosiometri
Selain penilaian yang dilakukan oleh guru melalui pengamatan beberapa alat yang
secara luas digunakan untuk menilai belajar dan perkembangan yang dilakukan oleh
teman atau diri sendiri adalah teknik “tebak siapa” daan Sosiometri.
e. Karangan atau Semboyan
Dengan karangan dapat diharapkan baha melalui karangan siswa dapat mencurahkan
berbagai pikiran dan perasaan serta pengalaman daan cita – citanya. Kesemuanya ini
merupakan bagian dari afektif siswa.
f. Evaluasi Diri (Self Report Techiniques/Inventories)
Secara umum ada dua bentuk informasi yang dapat diperoleh yang secara
menguntungkan dapat diperoleh dari teknik evaluasi diri. Yang pertama adalah informasi
mengenai perilaku masa lalu siswa; buku yang telah dibaca, hobbi dan pengalamannya
dalam bidang – bidang tertentu.
BAB IX
DESAIN INTUKSIONAL PENGAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA KELAS I
SD
A. PENDAHULUAN
Melalui Pendidikan Pancasila , seluruh tatanan Konsep Nilai-Moral dan Norma
Pancasila akan mempribadi (personalized) sebagai sistem nilai dan kenyakinan mereka.
Dan dibina pula pembekalan dan kemampuan mereka untuk menjadi warga negara
Indonesia yang melek hukum dan konstitusi, melek pembangunan serta melek masalah.
Upaya mencapai seluruh target harapan di atas, disamping melalui upaya penyusunan
Bahan Materi Pelajaran (BMP) yang memang memenuhi kualifikasi harapan tadi, terutama
sekali adalah melalui upaya didaktik,metodologis para guru. Pendidikan Pancasila yang
secara keseluruhan tujuan kurikulernya memilki bobot utama pada dimensi afektif,
diharapkan mampu dikelola melalui pola pengajaran yang sesuai dengan asas prinsip
Pendidikan Afektif/Nilai/Moral.
B. PETUNJUK CARA MENGKAJI BUKU AJAR PPS II
1. Miliki dan kajilah GBPP PMP TK/SD yang akan menjadi bidang tugas mengajar
Anda kelak.
2. Untuk pembekalan keilmuan, pengetahuan dan kemampuan professional Anda,
Perhatikan kaji dan kuasailah dahulu literature babon/utama mata kuliah PPS II ini.
3. Kemahiran professional guru PPS/Pendidikan Pancasila adalah kulminasi ini:
3.1 Penguasaan perbekalan materi yang diliputi PPS yakni: Politik-Kenegaraan,
Hukum, Ekopbang (Ekonomi Koperasi dan Pembangunan) serta Sosiologi –
Budaya. Maka pendalaman dalam bidang studi ini akan banyak membantu
penguasaan dan keleluasaan Anda saat pengembangan Rancangan Program
Pengajaran (RPP).
3.2 Penguasaan prinsip, teori, asas dan pendekatan Metodologi Khusus Pendidikan
Afektif/Nilai/Moral.
3.3 Kemahiran (yang dibentuk melalui pelatihan) dalam:
a. Pengembangan RPP (menurut format keharusan sekolah)
b. Melaksanakan sub (a) diatas.
Sub-Pokok Bahasan:
1. Manusia dan bangsa Indonesia yang agamis.
2. Cara mengagungkan kebesaran Allah.
BAB X
DESAIN INSTRUKSIONAL PENGAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA KELAS II
SD
Adapun pola mengajar yang sangat dianjurkan untuk diterapkan pada jenjang kelas II inni
antara lain:
1. Pendekatan kekeluargaan di mana guru memperlakukakn siswanya bagikan orang tua
yang penuh kasih sayang dan sabar.
2. Penggunaan variasi jenis metode:
a. Menyalin dan Dikte/Ilma;
b. Pencontohan yang diuraikan makna dan isi pesannya;
c. Kliping dan Pemantapan Keadaan.
BAB XI
DESAIN INSTRUKSIONAL PENGAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA
KELAS III SD
Dengan cara demikian Anda sudah menghimpun bahan mengajar yang lengkap dan
lebih memadai.
BAB XII
DESAIN INSTUKSIONAL PENGAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA
KELAS IV SD
Berbeda dengan kelas sebelumnya, maka siswa kelaas 4 pada umumnya sudah dianggap
mampu membaca dan menulis dengan baik, serta dengan lingkungan bermain yang lebih
luas dan mulai menampakkan kemandiriannya dalam berbagai hal. Bahkan pada anak di
pendesaan, usia kelas empat ini sudah mulai menjadi tenaga produktif. Maka angka outus
sekolah daan gangguan sekolah usia kelas empat ke atas lebih tinggi karena sering
terganggu ooleh kepentingan dan kkebutuhan sosial ekonomi keluarga, baik bekerja di
lading atau di rumah membantu orang tuanya.
Berdasarkan asumsi di atas, maka layak kiranya program Pendidikan PPS kelaas
empat ke atas memperhatikan hal – hal sebagai berikut:
1. Melakukan perluasan liputan lingkungan kehidupan dan lingkungan belajarnya.
2. Mempertinggi dosis “Pengetahuan” di saamping hal yang pragmatis, sebagai
persiapan bekal studi/belajar lanjutan.
3. Gatra sosial ekonomi dan budaya menjadi saalah satu fokus pengembangan program
Pangajaran, untuk persiapan kebutuhan hidup yang mendesak.
4. Pancasila pada sila Ke-2 (tentang harga diri dan potensi manusia), sila ke – 3 (asas
Bhineka Tunggal Ika) dan ke – 5 (kesejahteraan), hendaknyya mnedaapatkan tempat
lebih utama di samping sila – sila lainnya. Hal ini mempersiapkan berbagai
kemungkinan dan kepentingan peserta didik yang pada umumya (di pendesaan) sudah
mulai dimasyarakatkan oleh desakan sosial ekonomi dan budaya.
Seirama dengan pola pengembangan program di atas yang mengikuti kualifikasi dan
keadaan peserta didik kelas 4, maka pola KBS hendaknya juga diupayakan menuju
hal sebagai berikut:
1. Multi metode dan media, agar tercipta multi KBS yang mendorong:
a. Peningkatan kemaampuan membaca dan menulis;
b. Latihan dan peningkatan potensi serta kemampuan afektual seperti
spirituualisasi an menilai dengan mata hati (valuing) serta kepekaan cita rasa
kemauan;
c. Latihan dan peningkatan keterampilan sosial daan teknis seperti berbicara;
berkomunikasi berekspresi dan lain – lain.
2. Multi number
Mulai dari sumber yang berada di lingkungan rumah, sekolah dan kehidupan
sekitar serta dari berbagai media komunikasi (cetak, elektronik dan lain – lain).
Perluasan ini untuk menambah hias wawasan kehidupan serta peningkatan
berbagai keteraampilan dan perbekalan belajar lanjutan PPS menjadi program
pengajaran yang fungsional dan hidup.
BAB XIII
DESAIN INSTRUKSIONAL PENGAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA KELAS V
SD
Saat Andaa mengembangkan BMP (Butir Materi Pelajaran) hendaknya mengkaji pada
kelengkapan dari sumber yang kami terakan di atas.
Dengan cara demikian Anda sudah menghimpun bahan mengajar yang lengkap dan
lebih memadai.
Bumi dan Air serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara, meliputi:
a. Potensi dan kekayaan alam Indonesia yang wajib kita bina/kelola serta lestarikan:
seperti: aneka kekayaan alam yang sudaah – sedang dan masih akan dikelola
untuk kesejahteraan seluruh rakyat; kewajiban dan cara membina dan
melestarikan potensi alam dan lingkkungan hidup (di desa dan kota) dan lain –
lain.
b. Pengertian dikuasai negara, antara lain: diawasi, dikelola dan dibina –
dikembangkan serta dilestarikan oleh seluruh masyarakat dan Pemerintah Negara
RI.
contohnya antara lain: Pengadaan dan pengawasan kawasan hutan dan hutan
lindung (cagar alam), izin membuka dan mengelola, persyaratan dan pengarahan
pengelolaan agar tidak merugikan umum da hari esok kita, bagi hasil, pengawasan
limbah industry ke sungai atau udara dan lain – lain.
c. Pengertian Negara dan Pemerintahan Negara; meliputi:
c.1 Unsur – unsur negara
c.2 Aparatur Negara, seperti: Lembaga dan penjabatnya.
c.3 Pemerintahan Negara RI, mulai tingkat RT-RW, Pemda dan pemerintahan
Pusat (Presiden dan Menteri)
c.4 Tugas Kewajiban:
C.4.1. Pemerintahan Negara
C.4.2. Aparatur Negara (RT/RW, Lurah – camat dan seterusnya, ABRI, KUA,
Pengadilan; Agraria dan Lain – lain)
C.4.3 Warga Negara, meliputi:
(a) WNI
(b) WNA
BAB XIV
DESAIN INSTRUKSIONAL SATUAN BAHASAN PENDIDIKAN
PANCASILA KELAS IV SD
Kelas enam adalah kelas puncak pendidikan dasar tingkatan SD. Setelah menyelesaikan
program kelas 6, peserta didik menghadapi 3 Pilihan utama, ialah:
1. Melanjutkan studi ke jalur umum (SMP) atau pendidikan dasar tahap dua.
2. Melanjutkan studi ke jalur sekolah kejuruan atau pendidikan kejuruan nonformal
(SKKP Kursus – kursus)
3. Tidak melanjutkan studi melainkan langsung memasyarakat.
Alternatif ketiga secara perkiraan lebih besar. Dasarnya ialah fakta nyata, bahwa SD
meyoritasnya banyak di pendesaan (83% penduduk) dan umumnya terpaksa tidak
melanjutkan studi karena desakan sosial ekonomi dan atau budaya, serta karena
keterbatasan daya tamping SLTP (10 SD bandinggg 1 SLTP)
Karena itu layaklah apabila pada kelaas puncak ini diupayakan pembulatan
dan pengutuhan kembali seluruh program khusus kelas enam.
Khusus program PPS, pada kelaas puncak ini sangat diharapkan terbinanya
pengetahuan dan kemampuan – kemamapuan dasar yang memadai dalam;
1. Bidang politik kenegaraan dan hukum sebagaimana termuat dalam program PPS
serta kebutuhan dasar masyarakat yang bersangkutan.
2. Pancasila secara utuh, bulat dan berkesinambungan.
3. PKN (Pendidikan Kewarganegaraan) dna PPBN (Pendidikan Pendahuluan Bela
Negara).
4. Kebutuhan kehidupan riil yang menyangkit kawasan program PPS, seperti:
Berkoperasi, perpajakan, bermasyarakat-bernegara, membina dan melestarikan
adat – budaaya baku yang baik dan lain – lain.
5. Perbekalan pengetahuan serta kemampuan studi lanjutan, yakniL\
a. Perbekalan pengetahuan untuk studi lanjutan.
b. Perbekalan keterampilan belajar sepanjang hayat, berupa:
b.1 Keterampilan kgnitif (berpikir nalar)
b.2 keteraampilan afektif (kepekaan cita rasa)
b.3 keterampilan psikomotor (Ketarmpilan sosial)
Sila ke – 3, 4 dan 5 kiranya layak menjadi fokus kelas enam di smaping sila lainnya.
Dan gatra politik, hukum, ekonomi daan budaya merupakan gatra esensial bagi kelaas puncak
ini.
Pola KBS yang harusnya dibina terutama KBS yang mendukung kemampuan dan pembakuan
sosialisasi diri dan inkuiri. Maka karena peningktan pola KBS dalam kelompok belajar serta
berbagai jenis inkuiri sangat diharapkan.
Saat anda mengembangkan BMP (Butir Materi pelajaran) hendaknya mengkaji pada
kelengkapan dari sumber yang kami teraakan di atas.