Anda di halaman 1dari 8

KONSEP ETIKA BISNIS

Etika bisnis adalah suatu pengetahuan tentang tata cara ideal pengaturan dan pengelolaan
bisnis yang memperhatikan norma dan moralitas yang berlaku secara universal (Muslich,
2004:9). Etika bisnis merupakan aturan tidak tertulis mengenai cara menjalankan bisnis
secara adil, sesuai dengan hukum yang berlaku dan tidak tergantung pada kedudukan
individu atau-pun perusahaan di masyarakat.
Etika bisnis terkait dengan masalah penilaian terhadap kegiatan dan perilaku bisnis
yang mengacu pada kebenaran atau kejujuran berusaha (Sumarni, 1998:21). Etika bisnis
merupakan pengetahuan pedagang tentang tata cara pengaturan dan pengelolaan bisnis yang
memperhatikan norma dan moralitas melalui penciptaan barang dan jasa untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat dan memperoleh keuntungan melalui transaksi.
Etika bisnis menjadi standar nilai yang menjadi pedoman atau acuan manajer dan
segenap karyawan dalam pengambilan keputusan dan mengoperasikan bisnis yang etik. Etika
bisnis dalam lingkupnya tidak hanya menyangkut perilaku dan organisasi perusahaan secara
internal melainkan juga menyangkut perilaku bisnis secara eksternal. Etika bisnis berfungsi
untuk menggugah masyarakat untuk bertindak menuntut para pelaku bisnis untuk berbisnis
secara baik demi terjaminny hak dan kepentingan masyarakat tersebut.
Etika bisnis dalam perusahaan memiliki peran yang sangat penting, yaitu untuk
membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi serta
mempunyai kemampuan menciptakan nilai (value-creation) yang tinggi, diperlukan suatu
landasan yang kokoh. Biasanya dimulai dari perencanaan strategis, organisasi yang baik,
sistem prosedur yang transparan didukung oleh budaya perusahaan yang handal serta etika
perusahaan yang dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen (Muslich, 1998).

Prinsip-prinsip Etika Bisnis 

Etika bisnis memiliki prinsip-prinsip yang bertujuan memberikan acuan cara yang harus
ditempuh oleh perusahaan untuk mencapai tujuannya. Menurut Sonny Keraf (1998), terdapat
lima prinsip yang dijadikan titik tolak pedoman perilaku dalam menjalankan praktik bisnis,
yaitu (Agoes & Ardana, 2009:127-128):

a. Prinsip Otonomi

Prinsip otonomi menunjukkan sikap kemandirian, kebebasan, dan tanggung jawab. Orang
yang mandiri berarti orang yang dapat mengambil suatu keputusan dan melaksanakan
tindakan berdasarkan kemampuan sendiri sesuai dengan apa yang diyakininya, bebas dari
tekanan, hasutan, dan ketergantungan kepada pihak lain.

b. Prinsip Kejujuran 

Prinsip kejujuran menanamkan sikap bahwa apa yang dipikirkan adalah apa yang dikatakan,
dan apa yang dikatakan adalah yang dikerjakan. Prinsip ini juga menyiratkan kepatuhan
dalam melaksanakan berbagai komitmen, kontrak, dan perjanjian yang telah disepakati.
c. Prinsip Keadilan

Prinsip keadilan menanamkan sikap untuk memperlakukan semua pihak secara adil, yaitu
suatu sikap yang tidak membeda-bedakan dari berbagai aspek baik dari aspek ekonomi,
hukum, maupun aspek lainnya.

d. Prinsip saling Menguntungkan

Prinsip saling menguntungkan menanamkan kesadaran bahwa dalam berbisnis perlu


ditanamkan prinsip win-win solution, artinya dalam setiap keputusan dan tindakan bisnis
harus diusahakan agar semua pihak merasa diuntungkan.

e. Prinsip Integritas Moral

Prinsip integritas moral adalah prinsip untuk tidak merugikan orang lain dalam segala
keputusan dan tindakan bisnis yang diambil. Prinsip ini dilandasi oleh kesadaran bahwa
setiap orang harus dihormati harkat dan martabatnya.

Manfaat Etika Bisnis 

Perilaku Etis penting diperlukan untuk sukses jangka panjang dalam sebuah bisnis. Oleh
karena itu, bisnis seringkali menetapkan pilihan strategis berdasarkan nilai dimana pilihan
tersebut didasarkan atas keuntungan dan kelangsungan hidup perusahaan. Manfaat etika
bisnis dalam kelangsungan perusahaan adalah sebagai berikut (Muslich, 2004:60-61):
1. Tugas utama etika bisnis dipusatkan pada upaya mencari cara untuk menyelaraskan
kepentingan strategis suatu bisnis dengan tuntunan moralitas. 
2. Etika bisnis bertugas melakukan perubahan kesadaran masyarakat tentang bisnis
dengan memberikan suatu pemahaman yaitu bisnis tidak dapat dipisahkan dari etika.

KONSEP CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)


CSR (Corporate Social Responsibility) adalah suatu konsep atau tindakan yang dilakukan
oleh perusahaan sebagai rasa tanggung jawab perusahaan terhadap social maupun lingkungan
sekitar dimana perusahaan itu berada, seperti melakukan suatu kegiatan yang dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar dan menjaga lingkungan, memberikan
beasiswa untuk anak tidak mampu di daerah tersebut, dana untuk pemeliharaan fasilitas
umum, sumbangan untuk membangun desa/fasilitas masyarakat yang bersifat sosial dan
berguna untuk masyarakat banyak, khususnya masyarakat yang berada di sekitar perusahaan
tersebut berada. 
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan sebuah fenomena dan strategi yang
digunakan perusahaan untuk mengakomodasi kebutuhan dan kepentingan stakeholder-nya.
CSR dimulai sejak era dimana kesadaran akan sustainability perusahaan jangka panjang
adalah lebih penting daripada sekedar profitability perusahaan.

Kegiatan CSR akan menjamin keberlanjutan bisnis yang dilakukan. Hal ini disebabkan
karena : 
1. Menurunnya gangguan social yang sering terjadi akibat pencemaran lingkungan,
bahkan dapat menumbuh kembangkan dukungan atau pembelaan masyarakat
setempat. 
2. Terjaminnya pasokan bahan baku secara berkelanjutan untuk jangka panjang. 

3. Tambahan keuntungan dari unit bisnis baru, yang semula merupakan kegiatan CSR
yang dirancang oleh korporat.

Berikut ini adalah manfaat CSR bagi perusahaan:

1.      Meningkatkan citra perusahaan.


2.      Mengembangkan kerja sama dengan perusahaan lain.
3.      Memperkuat brand merk perusahaan dimata masyarakat.
4.      Membedakan perusahan tersebut dengan para pesaingnya.
5.      Memberikan inovasi bagi perusahaan

CONTOH KASUS:
Contoh perusahaan yang menerapkan CSR adalah PT PLN (Persero).

PLN telah “berkomitmen menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan
kualitas kehidupan masyarakat, mengupayakan tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan
ekonomi dan menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan”, PLN bertekad
menyelaraskan pengembangan ketiga aspek dalam  penyediaan listrik, yaitu ekonomi, sosial 
dan lingkungan. 

Untuk itu, PLN mengembangkan Program Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai
wujud nyata dari Tanggungjawab Sosial Perusahaan Wewenang dan tanggung jawab
Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
(CSR) PT PLN (Persero), mencakup di antaranya:

 Menyusun dan melaksanakan kebijakan pemberdayaan masyarakat di lingkungan


perusahaan sebagai bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan dan CSR dengan
lingkup kegiatan Community relation, Community Services, Community
Empowering dan Pelestarian alam.
 Menyusun dan melaksanakan program kepedulian sosial perusahaan.

 Menyusun dan melaksanakan program kemitraan sosial dan bina UKM dan
peningkatan citra perusahaan.

 Memastikan tersedianya dan terlaksananya program pelestarian alam termasuk


penghijauan dan upaya pengembangan citra perusahaan sesuai dengan prinsip Good
Corporate Governance.

Pelaksanaan Program Tanggung Jawab Sosial Perusahan (CSR) :

a) Community Relation

Kegiatan ini menyangkut pengembangan kesepahaman melalui komunikasi dan informasi


kepada para pihak yang terkait. Beberapa kegiatan yang dilakukan PLN antara
lain: melaksanakan sosialisasi instalasi listrik, contohnya melalui penerangan kepada
pelajar SMA di Jawa Barat tentang SUTT/SUTET, dan melaksanakan sosialisasi bahaya
layang-layang di daerah Sumenep, Pulau Madura, Jawa Timur

b) Community Services

Program bantuan dalam kegiatan ini berkaitan dengan pelayanan masyarakat atau
kepentingan umum. Kegiatan yang dilakukan selama tahun 2011, antara lain memberikan :

 Bantuan bencana alam.


 Bantuan peningkatan kesehatan di sekitar instalasi PLN, antara lain di Kelurahan
Asemrowo, Surabaya yang berada di sekitar SUTT 150kV Sawahan-Waru.

 Bantuan sarana umum pemasangan turap untuk warga pedesaan di Kecamatan Rumpin –
Kabupaten Bogor, Jawa Barat serta bantuan pengaspalan jalan umum di Bogor –
Buleleng, Bali.

 Bantuan perbaikan sarana ibadah.

 Operasi Katarak gratis di Aceh, Pekanbaru, Jawa Barat, dan kota lainnya di Indoenesia

 Bantuan Sarana air bersih,

c) Community Empowering

Kegiatan ini terdiri dari program-program yang memberikan akses yang lebih luas kepada
masyarakat untuk menunjang kemandiriannya. Kegiatan yang dilakukan  antara lain:

 Bantuan produksi dan pengembangan pakan ikan alternatif di sekitar SUTET, bekerja sama
dengan Fakultas Pertanian UGM.
 Bantuan alat pertanian kepada kelompok tani Ngaran Jaya Kabupaten Kulonprogo, Jawa
Tengah.

 Bantuan pengembangan budi daya pertanian pepaya organik untuk komunitas di sekitar
Gunung Merapi Yogyakarta yang bekerja sama dengan Fakultas Pertanian UGM.

 Bantuan pengembangan pola tanam padi SRI produktivitas tinggi

 Bantuan pelatihan pengembangan budi daya tanaman organik di sekitar instalasi PLN

 Pemberdayaan anggota PKK Asemrowo, Surabaya.

 Program budi daya jamur tiram masyarakat Desa Umbul Metro, Lampung.

 Bantuan Pelatihan budidaya rumput lain di Kalimantan Timur

 Bantuan Pelatihan kelompok tani tambak ikan tawar Danau Sentani, Papua

 Pelatihan manajemen UKM dan Kiat-kiat pengembangan UKM di Papua

 Pelatihan manajemen pemasaran dan keuangan bagi pengrajin souvenir khas Papua

 Penyuluhan pertanian untuk petani di Genyem, Papua

 Pemberian bibit coklat masyrakat dibawah ROW P3B Sumatera 

Peraturan Hukum Terkait CSR


Terdapat 4 (empat) peraturan yang mewajibkan perusahaan tertentu untuk menjalankan
program tanggungjawab sosial perusahaan atau CSR dan satu acuan (Guidance) ISO 26000
sebagai referensi dalam menjalankan CSR, sebagaimana diuraikan Rahmatullah (2011,
hal.14)
1.      Keputusan Menteri BUMN Tentang Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL).
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara BUMN, Per-05/MBU/2007 Pasal 1 ayat (6)
dijelaskan bahwa Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil, yang selanjutnya disebut
Program Kemitraan, adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar
menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. Sedangkan
pada pasal 1 ayat (7) dijelaskan bahwa Program Bina Lingkungan, yang selanjutnya disebut
Program BL, adalah program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh BUMN melalui
pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN.
Adapun ruang lingkup bantuan Program BL BUMN, berdasarkan Permeneg BUMN, Per-
05/MBU/2007 Pasal 11 ayat (2) huruf e adalah:
1)         Bantuan korban bencana alam;
2)         Bantuan pendidikan dan/atau pelatihan;
3)         Bantuan peningkatan kesehatan;
4)         Bantuan pengembangan prasarana dan/atau sarana umum;
5)         Bantuan sarana ibadah;
6)         Bantuan pelestarian alam.
2.       Undang – Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007.
Selain BUMN, Saat ini Persereoan Terbatas (PT) yang mengelola atau operasionalnya terkait
dengan Sumber Daya Alam (SDA) diwajibkan malaksanakan program CSR, karena telah diatur dalam
Undang – Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007.

Dalam Pasal 74 menjelaskan bahwa:

1)      Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber
daya alam, wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan,

2)      Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud ayat (1) merupakan
kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang
pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran,
3)      Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai
sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,
4)      Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
3.      Undang-Undang Penanaman Modal Nomor 25 Tahun 2007
Peraturan lain yang mewajibkan CSR adalah Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007,
tentang Penanaman Modal, baik penanaman modal dalam negeri, maupun penenaman modal
asing. Dalam Pasal 15 (b) dinyatakan bahwa setiap penanam modal berkewajiban
melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.
Sanksi-sanksi terhadap badan usaha atau perseorangan yang melanggar peraturan, diatur
dalam Pasal 34, yaitu berupa sanksi administratif dan sanksi lainnya, diantaranya: (a)
Peringatan tertulis; (b) pembatasan kegiatan usaha; (c) pembekuan kegiatan usaha dan/atau
fasilitas penanaman modal; atau (d) pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman
modal.
4.      Undang-Undang Minyak dan Gas Bumi Nomor 22 Tahun 2001
Khusus bagi perusahaan yang operasionalnya mengelola Sumber Daya Alam (SDA) dalam
hal ini minyak dan gas bumi, terikat oleh Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001, tentang
Minyak dan Gas Bumi, disebutkan pada Pasal 13 ayat 3 (p),:
Kontrak Kerja Sama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib memuat paling sedikit
ketentuan-ketentuan pokok yaitu: (p) pengembangan masyarakat sekitarnya dan jaminan hak-
hak masyarakat adat.
Berdasarkan Undang-undang tersebut, perusahaan yang operasionalnya terkait Minyak dan
Gas Bumi baik pengelola eksplorasi maupun distribusi, wajib melaksanakan kegiatan
pengembangan masyarakat dan menjamin hak-hak masyarakat adat yang berada di sekitar
perusahaan.
5.      Guidance ISO 26000
Berbeda dari bentuk ISO yang lain, seperti ISO 9001: 2000 dan 14001: 2004. ISO 26000
hanya sekedar standar dan panduan, tidak menggunakan mekanisme sertifikasi. Terminologi
Should didalam batang tubuh standar berarti shall dan tidak menggunakan kata must maupun
have to. Sehingga Fungsi ISO 26000  hanya sebagai guidance.
Selain itu dengan menggunakan istilah Guidance Standard on Social Responsibility,
menunjukkan bahwa ISO 26000 tidak hanya diperuntukkan bagi Corporate (perusahaan)
melainkan juga untuk semua sektor publik dan privat. Tanggung jawab sosial dapat dilakukan
oleh institusi pemerintah, Non governmental Organisation (NGO) dan tentunya sektor bisnis,
hal itu dikarenakan setiap organisasi dapat memberikan akibat bagi lingkungan sosial
maupun alam. Sehingga adanya ISO 26000 ini membantu organisasi dalam pelaksanaan
Social Responsibility, dengan cara memberikan pedoman praktis, serta memperluas
pemahaman publik terhadap Social Responsibility.
ISO 26000 mencakup beberapa aspek berikut:
        ISO 26000 menyediakan panduan mengenai tanggung jawab sosial kepada semua bentuk
organisasi tanpa memperhatikan ukuran dan lokasi untuk:
a.       Mengindentifikasi prinsip dan isu
b.      Menyatukan, melaksanakan dan memajukan praktek tanggung jawab sosial
c.       Mengindetifikasi dan pendekatan/pelibatan dengan para pemangku kepentinga
d.      Mengkomunikasikan komitmen dan performa serta kontribusi terhadap pembangunan
berkelanjutan.
         ISO26000 mendorong organisasi untuk melaksanakan aktivitas lebih sekedar dari apa yang
diwajibkan.
        ISO 26000 menyempurnakan/melengkapi Instrumen dan inisiatif lain yang berhubungan
dengan tanggung jawab sosial
Mempromosikan  terminologi umum dalam lingkupan tanggung jawab sosial dan semakin
        
memperluas pengetahuan mengenai tanggung jawab sosial.
        Konsisten dan tidak berkonflik dengan traktat internasional dan standarisasi ISO lainnya
serta tidak bermaksud mengurangi otoritas pemerintah dalam menjalankan tanggung jawab
sosial oleh suatu organisasi.
        Prinsip ketaatan pada hukum/ legal compliance, prinsip penghormatan terhadap instrumen
internasional, prinsip akuntabilitas, prinsip transparasi, prinsip pembangunan keberlanjutan,
prinsip ethical conduct, prinsip penghormatan hak asasi manusia, prinsip pendekatan dengan
pencegahan dan prinsip penghormatan terhadap keanekaragaman

Bentuk – Bentuk Tanggung Jawab Sosial Suatu Bisnis

Penjabaran dari kepedulian sosial dari suatu bisnis berbentuk pelaksanaan tanggung jawab
sosial bisnis. Itu dapat dilihat bahwa semakin tinggi tingkat kepedulian sosial suatu bisnis
maka semakin meningkat pula pelaksanaan praktek bisnis etik dalam masyarakat. Beberapa
bentuk pelaksanaan tanggung jawab sosial yang dapat kita temui di indonesia adalah sebagai
berikut :
a. Pelaksanaan Hubungan Industrialis Pancasila (HIP)

Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) merupakan bentuk pelaksanaan yang telah


banyak dijalankan pengusaha dengan karyawannya dan dituangkan dalam buku. Dimana
diatur kewajiban dan hak masing-masing pihak. Beberpa contoh hak karyawan adalah
seperti cuti, tunjangan hari raya, dan pakaian kerja.

b. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

Penanganan limbah industri sebagai bagian dari produksi sebagai bentuk partisipasi menjaga
lingkungan.

c. Penerapan Prinsip Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (k3)

Penekanan pada faktor keselamatan pekerja dengan mempergunakan alat-alat yang berfungsi


menjaga keselamatan, seperti topi pengaman, masker pelindung maupun yang lainnya.

d. Perkebunan Inti Rakyat (PIR)

Sistem perkebunan yang melibatkan perkebunan besar milik negara dan kecil
milik masyarakat. Perkebunan besar berfungsi sebagai inti dan motor penggerak
perkebunan dimana semua bahan bakunya diambil dari perkebunan kecil disekitarnya
yang berfungsi sebagai plasma.

e. Sistem Bapak Angkat-Anak Angkat

Sistem ini melibatkan pengusaha besar yang mengangkat pengusaha kecil/menengah sebagai


mitra kerja yang harus mereka bina. terkadang hal ini menyebabkan masalah kepada
pengusaha besar, oleh karena itu dibutuhkan kesadaran tinggi dalam pelaksanaannya.

https://ranggaputra14ekonomi.wordpress.com/2014/01/29/tanggung-jawab-sosial-suatu-bisnis/

http://www.rahmatullah.net/2012/01/konsep-dasar-csr.html

https://www.kajianpustaka.com/2016/10/pengertian-prinsip-dan-manfaat-etika-bisnis.html

Anda mungkin juga menyukai