Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Lansia dapat didefenisikan merupakan keadaan ditandai dengan kegagalan

seseorang untuk menyeimbangkan stres fisiologis dan menyeimbangkan tubuhnya

pada saat berjalan. Lansia sangat rentan dengan terjadinya pasien jatuh akibat

penurunan keseimbangan yang dialami tubuh, tubuh tidak lagi dapat menopang

beban sehingga yang ditakutkan adalah pasien terjatuh (Fendi, 2010). Kejadian

jatuh terjadi pada lansia yang berusia diatas 65 tahun, dilaporkan kekuatan otot

tubuh mengalami kelemahan dan ketidak seimbangan. Banyak faktor yang dapat

menyebabkan jatuh pada orang, termasuk penyakit diabetes, neuropati perifer,

kerusakan saraf, dan, yang lebih penting, otot ekstremitas bawah. Jatuhnya pasien

lansia merupakan suatu keadaan yang diketahui oleh pasien sebagai ancaman

yang berbahaya bagi tubuh pasien yang dapat menyebabkan cidera badan bahkan

kematian yang tidak diketahui kapan pasien dapat jatuh.

Menurut hasil survei, 27-38 persen lansia di atas 65 tahun pernah

mengalami jatuh dan luka berat, terutama di daerah kepala. Pasien lansia yang

mengalami jatuh akibat ketidak seimbangan kekuatan otot mengalami cedera yang

akan berdampak lebih parah seperti patah tulang di area pinggul dan benturan di

area kepala. Lansia yang telah mengalami usia 65 tahun ke atas merupakan pasien

yang harus didampingi oleh keluarga atau pengasuhnya untuk mencegah

ketakutan pasien mengalami jatuh yang sangat berat. Pendekatan yang dilakukan

pada pasien usia 65 tahun ke atas dalam penerapannya memerlukan manajemen

yang harus dilakukan pada pasien usia 65 tahun ke atas dalam penerapannya.

1
WHO (2012), berpendapat prevalensi di atas 33 persen ada pada usia 65

tahun ke atas, sekitar 32-42 persen pada usia 70 tahun ke atas, sekitar 32-42

persen pada usia 75 tahun. lebih dari sekitar 32-42 persen umur 65 tahun ke atas.

Menurunnya kekuatan otot kaki pada lansia untuk menopang beban dan tidak

dapat lagi melakukan kegiatan secara normal, meluruskan tubuhnya dan

mengerjakan kegiatan secara normal. Latihan kekuatan otot dapat membantu

lansia dapat menerapkan hidup sehat dan melatih untuk kemandirian lansia dalam

melakukan kegiatan sehari-hari dan memberikan edukasi dalam pencegahan

resiko jatuh pada pasien sehingga keadaan jasmani dan rohani menjadi sehat dan

beraktivitas secara biasanya. Tindakan keperawatan mandiri yang dapat dilakukan

oleh seorang perawat dalam merawat pasien lansia adalah dengan memberikan

Latihan keseimbangan dan edukasi kepada lansia sehingga diharapkan lansia

mengerti tentang resiko pasien jatuh.

Latihan stabilitas batang tubuh adalah salah satu latihan yang dapat

diberikan kepada lansia untuk membantu mereka meningkatkan fungsi otot.

Survey yang dilakukan di Negara Amerika dengan masalah gangguan

keseimbangan pada lansia, gangguan keseimbangan diperkirakan sekitar 35

persen. Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2012,

prevalensi gangguan keseimbangan tubuh di Indonesia adalah 63,8 persen-68,7

persen. Namun di Provinsi Sumatera Utara masalah keseimbangan paga lansia ada

sekitar 45 persen. Penurunan keseimbangan tubuh berpengaruh terhadap risiko

jatuh, dengan kejadian pasien jatuh yang dialami lansia sekitar 27 persen.

2
Masalah pasien jatuh pada lansia sebagai akibat dari benturan akibat jatuh,

nyeri pada kaki, sehingga terjadi keterbatasan dalam beraktivitas apa yang

diharapkan pada lansia dalam bekerja harus dengan pemantauan langsung dari

seorang perawat. Saat ini jumlah lansia yang ada di dunia ini adalah 705 juta

orang, dengan perkiraan di tahun 2045 banyaknya lansia menjadi menjadi 1,8 juta

orang (Depkes RI, 2008). Menurut RI tahun 2008, jumlah lansia di Indonesia

mencapai 19 juta jiwa pada tahun 2006, dan diperkirakan akan mencapai 28,8 juta

jiwa pada tahun 2020. Menurut Badan Pusat Statistik (2012), jumlah lansia di

provinsi tersebut mencapai 448.223 jiwa. Naiknya harapan hidup yang dimiliki

lansian dari tahun ke tahun sangat mempengaruhi lansia dari tahun ke tahun.

Individu yang telah mengalami tiga tahapan siklus hidup yaitu anak-anak, dewasa,

dan orang tua akan mengalami proses fisiologis yang dikenal dengan istilah

penuaan atau degeneratif.

Survei komunitas di USA menyebutkan sekitar 30% lansia di atas usia

65 tahun jatuh per tahun. Kongres PERSI XII yang diadakan di Jakarta pada

tanggal 8 November 2012, mengungkapkan bahwa kejadian pasien jatuh di

Indonesia meningkat sebesar 14% dari Januari hingga September 2012.

Akibatnya, presentasi pasien masuk dalam lima besar insiden medis, selain

kesalahan medis (Komariah, 2012). Proses penuaan ditandai dengan hilangnya

kemampuan jaringan secara progresif untuk melakukan aktivitas sehari-hari untuk

memenuhi kebutuhan hidup (Priyoto, 2014). Pada populasi lansia terjadi proses

degeneratif, sehingga lansia mengalami gangguan fungsi jaringan, organ, dan

sistem tubuh, dimana pada sistem muskuloskeletal.

3
Banyaknya jumlah lansia di tahun 2018 adalah 606 juta orang, dengan

jumlah lansia lansia yang turus melonjak menjadi 1,8 juta orang (Depkes RI,

2008). Menurut RI tahun 2008, jumlah lansia di Indonesia mencapai 19 juta jiwa

pada tahun 2006, dan diperkirakan akan mencapai 28,8 juta jiwa pada tahun 2020.

Menurut statistic yang dilakukan di Sumatera utara tahun 2018, jumlah lansia di

provinsi tersebut berjumlah sekitar 457.547 jiwa. Peningkatan usia harapan hidup

lansia dari tahun ke tahun sangat mempengaruhi lansia dari tahun ke tahun.

Individu yang telah mengalami tiga tahapan siklus hidup yaitu anak-anak, dewasa,

dan orang tua akan mengalami proses fisiologis yang dikenal dengan istilah

penuaan.

Data yang didapat dari USA menyebutkan sekitar 30% lansia di atas usia

65 tahun mengalami pasien jatuh per tahun. Akibatnya, presentasi menjadi

perhatian khusus dalam penanganan resiko pasien jatuh dan merupakan salah satu

insiden medis, selain kesalahan medis (Mariah, 2014). Proses penuaan ditandai

dengan hilangnya kemampuan jaringan secara progresif untuk melakukan

aktivitas sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan hidup (Priyoto, 2014). Pada

populasi lansia terjadi proses degeneratif, sehingga lansia mengalami gangguan

fungsi jaringan, organ, dan sistem tubuh, dimana pada sistem muskuloskeletal.

Penurunan kelenturan, kekuatan otot dan sendi, penurunan fungsi tulang rawan,

penurunan kepadatan tulang yang menurunkan kemampuan aktivitas fisik lansia

pada sistem muskuloskeletal (Pudjiastuti dan Budi, 2005 dalam Purnama, 2019).

Sebagian besar penduduk lanjut usia hanya memiliki aktivitas yang rendah dalam

keseharian mereka sehari-hari sehari-hari sehari-hari.

4
Usia yang tinggi akan membuat aktivitas fisik menurun atau bahkan

memburuk. Penurunan aktivitas pada lansia berhubungan dengan seringnya jatuh.

Jika kemampuan lansia tidak dapat mengatasi keseimbangan, maka akan

menimbulkan masalah yang berbeda atau baru pada kualitas hidup lansia. Sebagai

contoh, pertimbangkan perasaan kesadaran diri ketika terlibat dalam aktivitas

berintensitas tinggi. Dengan menganalisis faktor risiko gangguan keseimbangan,

jatuh sebagai dampak langsung dari gangguan keseimbangan tersebut dapat

diminimalisir. Faktor lainnya antara lain aktivitas fisik, gangguan psikis,

konsumsi suplemen makanan, dan penyakit pembuluh darah jantung (Syah, 2017).

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara aktivitas fisik yang

rendah dengan keseimbangan lansia dari uraian di atas.

Lansia adalah sekelompok orang yang sedang mengalami proses

perubahan penuaan secara bertahap dalam kurun waktu puluhan tahun dan

merupakan proses akhir tingkatan perkembangan manusia (Notoatmodjo, 2011,

h.281). Penelitian yang dilakukan Irawan (2015), menunjukkan bahwa jumlah

lansia yang memiliki risiko jatuh berdasarkan karakteristik usia pada rentang usia

60 hingga 65 tahun adalah sepuluh persen, usia 66 hingga 70 tahun adalah dua

puluh. Risiko jatuh dapat dikurangi dengan melakukan aktivitas fisik seperti

pekerjaan rumah tangga dan berkebun, berjalan kaki, jalan cepat, berenang,

bersepeda, dan senam (Maryam et al.). Proverawati, dkk (2017) mengatakan

Latihan Kesehatan senam pada lansia dapat memberikan kesehatan pada lansia.

Hasil penelitian menemukan bahwa lansia yang mengalami gangguan

keseimbangan berjalan pada lansia dapat ditingkatkan dengan penguatan otot yang

5
mulai melemah, seperti latihan jalan tandem. Untuk gerakan latihan, metode

tandem walking dapat meningkatkan otot pada area otot quadriceps, dimana

quadriceps musculo merupakan salah satu badan yang bertugas untuk meluruskan

lutut dan menekuk pinggul (hips). Namun, dalam penelitian ini, lansia yang

menderita penyakit progresif seperti diabetes, hipertensi, rheumatoid arthritis, dan

osteoartritis tidak dimasukkan. Penelitian yang dilakukan tentang pengaruh jalan

tandem terhadap keseimbangan tubuh lansia. Penurunan fisiologis pada sistem

muskuloskeletal yaitu penurunan jumlah dan ukuran serabut otot (Pudjiastuti &

Utomo, 2003), mengakibatkan penurunan kekuatan otot ekstremitas bawah, daya

tahan, koordinasi, dan (Miller, 2004). Madureira et al (2006) menyatakan bahwa

latihan keseimbangan efektif dalam menurunkan frekuensi jatuh pada wanita

lanjut usia dengan osteoporosis.

Latihan Keseimbangan 3 kali seminggu selama 3 minggu secara

signifikan dapat meningkatkan stabilitas postural (Kusnanto et al, 2007).

Pemerintah sangat berfokus pada penanganan pencegahan masalah Kesehatan

baik dari segi manusia, lingkungan dan kebijakan yang dikeluarkan oleh

pemerintah. Pemerintah mengharapkan seluruh masyarakat Indonesia dalam

keadaan sehat dan dalam melakukan pekerjaannya menjadi SDM yang produktif

sehingga angka penderita penyakit dapat diturunkan. Jumlah orang yang

mengunjungi situs web kami terus meningkat, dan kami bekerja keras untuk

mempertahankannya. Peningkatan jumlah lansia berdampak pada jumlah populasi

lansia yang besar.

Masalah yang terjadi akibat bertambahnya jumlah penduduk lanjut usia,

seperti kemunduran fisik, psikis, dan sosial. Sistem muskuloskeletal, atau

6
pengurangan massa otot, adalah kondisi fisik paling umum yang terjadi. Akibat

penurunan fisik ini, lansia ditemukan memiliki masalah fisik sehari-hari, yaitu

kemungkinan pasien mengalami jatuh. Pasien lansia yang mengalami jatuh

banyak dialami akibat otot kaki dalam menopang tubuh tidak cukup kuat lagi

sehingga pasien akan mengalami jatuh. Yang dimaksud dengan jatuh adalah suatu

kejadian yang dilaporkan oleh pasien atau saksi mata yang melihat kejadian

tersebut, yang mengakibatkan seseorang tiba-tiba berbaring/duduk di lantai yang

mengakibatkan cidera atau kecacatan sehingga dapat memperparah kondisi pasien

bahkan dapat meninggal dunia, hiharapkan kepada keluarga dan perawat jangan

sampai pasien terjatuh. Jatuhnya pasien lansia merupakan masalah yang sering

diderita lansia, banyak kasus lansia yang terjatuh.

Data tahun 2019 di Provinsi Sumatera Utara yang bekerja di pelayanan

keperawatan komunitas ada sekitar 25 persen lansia pasti akan mengalami pasien

jatuh. Diharapkan perawat dan keluarga agar tetap senantiasa menjaga dan

merawat lansia agar terhindar dari pasien jatuh yang menyebabkan kelumpuhan

bahkan meninggal dunia. Melatih kemampuan tubuh untuk tetap menjaga

keseimbangan tubuh adalah salah satu cara yang dapat dilakukan perawat atau

keluarga untuk memperoleh lagi kebugarab dan membiasakan tubuh untuk tetap

bergerak guna melatih kemandirian dibutuhkan waktu dan cara yang tepat agar

cara melatih fisik dapat secara optimal dapat dilakukan . Melatih fisik, tetap aman

yangtujuannya meningkatkan kemampuan yang dimiliki otot, mengatur

keseimbangan, dan melakukan pergerakan sehari-hari.

Latihan ini tidak secara maksimal mengurangi risiko jatuh pada lansia,

dan beberapa dari latihan ini tidak spesifik untuk lansia. Bentuk Latihan yang

7
akan diterapkan pada lansia adalah Latihan keseimbangan atau (blancing

encercise). Latihan keseimbangan bertujuan untuk meningkatkan keseimbangan

tubuh dan mengurangi risiko jatuh merupakan salah satu kegiatan olahraga bagi

lansia. Latihan lansia 30-45 menit durasi 3 kali seminggu selama 8 minggu.

Senam lansia merupakan olahraga ringan untuk membantu lansia bergerak dan

mempertahankan keseimbangan otot terutama otot yang ada di kaki sebagai alat

untuk berjalan.

Dari hasil survey yang dilakukan oleh penulis penelitian yang dilakukan

di UPTD Puskesmas Namohalu Esiwa Kabupaten Nias Utara ditemukan 1).

Banyaknya lansia yang mengalami pasien jatuh terbukti dari data yang ada di poli

lansia yaitu sebanyak 23 orang, 2). Belum pernah dilakukan penelitian yang

sejenis tentang penelitian ini, 3). Adanya ketertarikan peneliti untuk meneliti

penelitian ini yang menjadi data penting bagi peneliti dan puskesmas, 4). Sebagai

bahan pembelajaran untuk meningkatkan Pendidikan dan pengetahuan di dunia

keperawatan.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam

penelitian ini adalah apakah yang menjadi Pengaruh keseimbangan dan kekuatan

otot lansia dengan resiko jatuh di UPTD Puskesmas Namohalu Esiwa Kabupaten

Nias Utara Tahun 2021 ?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

8
Untuk mengetahui apakah yang menjadi Pengaruh keseimbangan dan

kekuatan otot lansia dengan resiko jatuh di UPTD Puskesmas Namohalu Esiwa

Kabupaten Nias Utara Tahun 2021.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Unutuk mengidentifikasi keseimbangan otot lansia di UPTD Puskesmas

Namohalu Esiwa Kabupaten Nias Utara.

2. Untuk mengidentifikasi kekuatan otot lansia di UPTD Puskesmas Namohalu

Esiwa Kabupaten Nias Utara.

3. Untuk mengidentifikasi resiko jatuh di UPTD Puskesmas Namohalu Esiwa

Kabupaten Nias Utara.

4. Untuk mengidentifikasi Pengaruh keseimbangan dan kekuatan otot lansia

dengan resiko jatuh di UPTD Puskesmas Namohalu Esiwa Kabupaten Nias

Utara

1.4. Hipotesis

Hipotesis yang dapat ditarik dalam penelitian ini adalah ada atau tidaknya

pengaruh keseimbangan dan kekuatan otot lansia dengan resiko jatuh di UPTD

Puskesmas Namohalu Esiwa Kabupaten Nias Utara Tahun 2021.

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermafaat sebagai :

9
1.5.1. Manfaat Bagi Puskesmas

1.5.1.1. Pihak Manajemen

Sebagai bahan masukan dalam melengkapi data tentang pasien jatuh yang

ada Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Namohalu Esiwa Kabupaten Nias Utara

Tahun 2021.

1.5.2. Manfaat Bagi Pendidikan Keperawatan

Sebagai bahan menambah wawasan bagi dunia keperawatan khususnya

keperawatan komunitas karena berhubungan pada lansia dan resiko pasien jatuh.

1.5.3 Bagi Tim Kesehatan Lain

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam mengumpulkan data

pasien yang beresiko jatuh pada lansia Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas

Namohalu Esiwa Kabupaten Nias Utara.

10

Anda mungkin juga menyukai