Anda di halaman 1dari 9

ek

SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

STUDI PENGARUH DAN HUBUNGAN VARIABEL BENTUK DAS


TERHADAP PARAMETER HIDROGRAF SATUAN SINTETIK
(Studi Kasus: Sungai Salugan, Taopa dan Batui di Sulawesi Tengah)
I Wayan Sutapa*

Abstract
Unit Hydrograph can be used as one of method to calculate the design flood which is alighted
from rainfall data and discharge measurement from catchment area. Unit Hydrograph only valid
for the pertinent catchment area and at point where discharge measurement is conducted. The
limitation of data and limitation go into effect Unit Hydrograph peep out the idea to develop the
Synthetic Unit Hydrograph (SUH). In this research is made model of Synthetic Unit Hydrograph like
peak discharge (Qp), time peak (Tp) and time base (Tb) with the characteristic of physical of
form factor catchment area as single variable in model. The model of Synthetic Unit Hydrograph
parameter use the statistically regression methods, where parameter SUH ( Qp, Tp and Tb) as
variable is not free and form factor catchment area ( FD) as free variable. As can be seen, the
result of this research is form factor of Catchment area have the strong linear relation. This matter
is shown by value of coefficient correlation to Synthetic Unit Hydrograph parameter (Qp, Tp and
Tb). Chosen Model for the Qp of = 0,375,1 FD -2,7457 by coefficient of determination, R2 = 0,9986, Tp
= 30,0621FD - 2,9864 by coefficient of determination, R2 = 0,7496 and Tb = 35,4835 FD + 14,6429
by coefficient of determination, R2 = 0,9862.
Keywords: Rainfall, catchment area and discharge measurement

Abstrak
Hidrograf Satuan dapat digunakan sebagai salah satu metode untuk menghitung debit banjir
rancangan yang diturunkan dari data hujan dan pengukuran debit dari suatu Daerah Aliran
Sungai (DAS). Hidrograf Satuan hanya berlaku untuk DAS yang bersangkutan dan hanya pada
titik dimana pengukuran debit dilakukan. Keterbatasan data dan keterbatasan berlakunya
Hidrograf Satuan memunculkan gagasan untuk mengembangkan Hidrograf Satuan Sintetik (HSS).
Dalam penelitian ini dibuat model parameter Hidrograf Satuan Sintetik (HSS) seperti debit
puncak(Qp), waktu puncak (Tp) dan waktu dasar (Tb) dengan karakteristik fisik faktor bentuk
DAS, sebagai variabel tunggal dalam pemodelan. Pemodelan parameter Hidrograf Satuan
Sintetik (HSS) menggunakan metode statistik regresi, dimana parameter HSS (Qp, Tp dan Tb)
sebagai variabel tidak bebas dan faktor bentuk DAS (FD) sebagai variabel bebas. Hasil penelitian
ini adalah faktor bentuk DAS mempunyai hubungan linier yang kuat. Hal ini ditunjukkan oleh nilai
koefisien korelasi terhadap parameter Hidrograf Satuan Sintetik (Qp, Tp dan Tb). Model terpilih
untuk Qp = 0,3751 FD-2,7457 dengan koefesien determinasi, R2 = 0,9986, Tp = 30,0621FD- 2,9864
dengan koefisien determinasi, R2 = 0,7496 dan Tb = 35,4835 FD +14,6429 dengan koefesien
determinasi, R2 = 0,9862.
Kata kunci: Hujan, DAS, debit pengukuran

1. Pendahuluan Hidrograf khas untuk suatu DAS tertentu,


Pada suatu Daerah Aliran Sungai akibat hujan efektif satu satuan dengan
(DAS) terdapat sifat respon terhadap intensitas merata di seluruh DAS dalam
masukan tertentu yang dikenal sebagai waktu yang ditetapkan. Konsep
Hidrograf Satuan (HS) yaitu tipikal hidrograf satuan ini pertama kali

* Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tadulako, Palu
Studi Pengaruh dan Hubungan Variabel Bentuk DAS Terhadap
Parameter Hidrograf Satuan Sintetik
(I Wayan Sutapa)

mengemuka sebagai upaya untuk yang kemudian disebut Faktor Bentuk


mendapatkan perkiraan banjir yang DAS (FD). Penelitian ini dilakukan di
terjadi akibat berbagai intensitas hujan Sungai Taopa, Salugan dan Sungai Batui
dan hujan jam-jaman rata-rata. Akan di Sulawesi Tengah)
tetapi disadari pula, karena Tujuan penelitian ini adalah untuk
menggunakan perkiraan-perkiraan mendapatkan model Hidrograf Satuan
sehingga hidrograf aliran yang Sintetik (HSS) yang dirumuskan
sebenarnya terjadi selalu berbeda untuk berdasarkan data karakteristik fisik DAS
setiap masukan yang terjadi pada saat dan pengaruh faktor bentuk DAS (FD)
yang berbeda pula. Oleh karena itu, terhadap parameter HSS serta
untuk memperoleh hidrograf yang hubungan (model) antara variabel FD
dapat dianggap sebagai hidrograf khas terhadap parameter HSS (Qp, Tp dan
dan mewakili DAS diperlukan perata- Tb).
rataan hidrograf satuan yang diperoleh
dari beberapa kasus banjir. Untuk 2. Studi Pustaka
mendapatkan suatu hidrograf satuan 2.1 Bentuk Daerah Aliran Sungai (DAS)
diperlukan tersedianya data yang Bentuk DAS mempunyai arti
akurat yaitu data pengukuran debit penting dalam hubungannya dengan
langsung dari pencatatan otomatis aliran sungai yaitu berpengaruh
(AWLR, Automatic Water Level Record) terhadap kecepatan terpusatnya aliran.
dan data hujan. Yang menjadi masalah Ada 4 (empat) bentuk DAS yang
adalah apabila tidak tersedianya data diketahui, sebagai berikut (Sumarto,
tersebut di atas, maka dikembangkan 1995) :
suatu cara untuk memperoleh hidrograf a. Memanjang
satuan dengan memanfaatkan Biasanya induk sungai memanjang
parameter DAS untuk memperoleh dengan anak-anak sungai langsung
Hidrograf Satuan Sintetik (HSS). Dalam masuk kedalam induk sungai. Bentuk
usaha menambah model HSS yang ini (Gambar 1) menyebabkan debit
dikembangkan berdasarkan data banjirnya relatif kecil karena
karakteristik fisik DAS, maka dilakukan perjalanan banjir dari anak sungai
penelitian untuk membuat HSS berbeda-beda waktunya tetapi
berdasarkan faktor bentuk DAS dan banjirnya berlangsung agak lama.
karakteristik fisik DAS berupa
perbandingan luas DAS dan Keliling DAS

Q Qp

DAS Memanjang (Bulu burung Hidrograf DAS Memanjang (Bulu burung)

Gambar 1. Bentuk DAS memanjang (Bulu Burung) dan Hidrograf yang dihasilkan

225
Jurnal SMARTek, Vol. 4, No. 4, Nopember 2006: 224 - 232

T
DAS Radial (Kipas) Hidrograf DAS Radial (Kipas)

Gambar 2. Bentuk DAS Radial (kipas) dan Hidrograf banjir yang dihasilkan

C2
C1

C
DAS Radial (Kipas)

C1 C

C2

Hidrograf banjir DAS Paralel

Gambar 3. Bentuk DAS Paralel dan Hidrograf banjir yang dihasilkan

b. Radial lingkaran. Akibatnya waktu yang


Bentuk ini (Gambar 2) terjadi karena diperlukan aliran yang datang dari
arah alur sungai seolah-olah segala penjuru arah alur sungai
memusat pada suatu titik sehingga memerlukan waktu yang hampir
menggambarkan adanya bentuk bersamaan. Apabila terjadi hujan
radial. Kadang-kadang gambaran yang sifatnya merata di seluruh DAS
tersebut berbentuk kipas atau maka akan terjadi banjir besar.

226
Studi Pengaruh dan Hubungan Variabel Bentuk DAS Terhadap
Parameter Hidrograf Satuan Sintetik
(I Wayan Sutapa)

c. Paralel d. Data hujan otomatik.


DAS ini (Gambar 3) dibentuk oleh 2 Cara perhitungan hidrograf satuan
jalur Sub DAS yang bersatu di bagian adalah :
hilirnya. Banjir biasanya terjadi di a. Aliran dasar
daerah hilir setelah titik pertemuan Untuk menganalisa hidrograf satuan
antara kedua alur sungai sub DAS diperlukan hubungan antara hujan
tersebut. efektif dengan limpasan langsung,
d. Kompleks sehingga aliran dasar (Base flow)
Bentuk DAS ini terjadi akibat harus dipisahkan dari hidrografnya.
gabungan dua atau lebih DAS. Untuk memperoleh hidrograf
Dalam keadaan hujan yang sama limpasan langsungnya, Sri Harto,
daerah aliran sungai radial, 1993, memberikan tiga metode yang
hidrografnya lebih tajam serta dapat dilakukan yaitu:
periode kejadian banjirnya lebih  Straight line Method
pendek dibandingkan dengan  Fixed base lenght method
bentuk DAS bulu burung.  Variabel Slope method.
b. Hidrograf limpasan langsung
2.2 Koefisien reduksihujan Hidrograf limpasan langsung
Dalam suatu analisis hujan, jika merupakan besarnya debit aliran
hanya ada satu stasiun pengukur hujan dikurangi dengan besarnya aliran
perlu dikalikan dengan suatu koefisien dasar pada jam tersebut, dapat
reduksi seperti berikut: dirumuskan sebagai berikut :

t = 0,1. L0,8. I-0,3 ….……………….….(1) HLL = Q – AD ..................................(5)


c. Indeks Phi (φ)
1  
 t  3,7 x 10 0,4t   F 0,75  ….(2) Indeks φ adalah hujan rata-rata
1    x  
B  
t 2 15    12  minimum yang mengakibatkan
volume aliran seimbang dengan
(H1  H 0 ) ……………………………(3) volume seimbang. Indeks φ
I dirumuskan sebagai berikut :
L
φ = Ptot  Pnet .........................(6)
2.3 Distribusi hujan t
Jika data hujan jam-jaman tidak
d. Hujan efektif
tersedia, maka diperlukan suatu model
Hujan efektif dalam penelitian ini
untuk pengalihragaman hujan harian
diartikan sebagai hujan yang dapat
penyebab banjir ke waktu yang lebih
mengakibatkan terjadinya limpasan
pendek, yaitu hujan jam-jaman. Untuk
langsung, yaitu hujan total setelah
pendekatan digunakan rumus yang
dikurangi dengan kehilangan-
dikembangkan oleh Ishiguro tahun 1953
kehilangan. Dalam hal ini yang
di Jepang, yang dikenal dengan rumus
dapat dihitung adalah infiltrasi. Hujan
Mononobe (Suyono, 1999) seperti
efektif dapat dirumuskan sebagai
berikut:
berikut :
2
 R   24  3
…………………(4) HE = CH – Indeks φ ......................(7)
It   24   
 24   t  e. Volume limpasan langsung
Volume limpasan langsung
2.4 Hidragraf satuan merupakan volume hujan yang
Untuk memperoleh hidrograf menyebabkan terjadinya limpasan
satuan dari suatu kasus banjir, diperlukan langsung dalam satuan meter kubik
data: (m3). Volume limpasan langsung
a. Rekaman AWLR dapat dirumuskan sebagai berikut :
b. Pengukuran debit yang cukup
c. Data hujan manual VLL = HLL x 3600 ........................(8)

227
Jurnal SMARTek, Vol. 4, No. 4, Nopember 2006: 224 - 232

f. Ordinat Hidragraf satuan 2.6 Model regresi


Salah satu cara menghitung ordinat Untuk menunjukkan hubungan
hidrograf satuan yaitu dengan cara antara parameter hidrograf satuan
membagi hidrograf limpasan dengan parameter faktor bentuk DAS
langsung dengan tinggi hujan (FD) digunakan analisis regresi, yaitu
efektifnya. Ordinat hidrograf satuan analisis yang membahas hubungan
dapat dirumuskan, sebagai berikut : antara dua variabel atau lebih. Variabel
yang dimaksud dalam analisis regresi ini,
OHS = HLL / ΣHE .............................(9) yaitu variabel bebas (VB) dan variabel
tidak bebas (VTB). Variabel bebas
g. Hidragraf satuan terukur rata-rata
adalah variabel yang telah diketahui
Dari data kasus banjir yang terjadi
nilainya (parameter faktor bentuk DAS),
diperoleh sifat pokok hidrograf satuan
sedangkan variabel tidak bebas adalah
terukur. Sifat pokok hidrograf satuan
variabel yang akan dicari nilainya
terukur (Qp dan Tp) dirata-ratakan
(parameter debit puncak Qp dan waktu
sehingga diperoleh sifat pokok
puncak Tp).
hidrograf satuan terukur. Dari sifat
Apabila dalam analisis regresi
pokok hidrograf ini kemudian dicari
telah ditentukan model persamaan
ordinat-ordinat hidrograf satuan
matematik yang cocok, masalah
terukur rata-rata dengan cara trial
berikutnya adalah menentukan
and error. Sebagai kontrol volume
seberapa kuat hubungan antara
hidrograf satuan terukur dibagi luas
variabel-variabel tersebut, atau dengan
DAS sama dengan 1 mm.
kata lain harus ditentukan derajat
hubungan atau derajat asosiasi antara
2.5 Hidragraf satuan sintetik variabel hidrologi yang digunakan
Dalam mengembangkan dalam analisis regresi.
persamaan hidrograf satuan sintetik di Langkah pertama dalam analisis
Indonesia pada tahun 1985, Sri Harto regresi dan korelasi adalah menentukan
memasukkan parameter luas DAS dan data fenomena hidrologi {(X i, Yi); i =
panjang sungai utama sebagai faktor 1,2,3,....n} yang dipilih sebagai variabel
yang penting. Dalam Sri Harto, 1985, bebas (VB) dan variabel tidak bebas
diberikan beberapa kriteria dalam (VTB), langkah selanjutnya adalah
memasukkan parameter-parameter (Soewarno, 1995) :
untuk menurunkan persamaan yang  Menentukan bentuk kurva dan
dikemukakan oleh Horton (1932), yaitu : persamaan yang cocok dengan
 Faktor tersebut harus dapat diterima sebaran data (Xi, Yi)
secara umum.  Melakukan interpolasi nilai VTB
 Dapat ditentukan secara mudah berdasarkan nilai VB yang telah
dengan data yang tersedia. diketahui.
 Mempunyai nilai yang panggah,  Bila diperlukan melakukan
berarti mempunyai nilai yang sama ekstrapolasi nilai VTB berdasarkan nilai
bila ditetapkan oleh orang yang VB yang telah diketahui.
berbeda.
Dalam penelitian ini digunakan Dalam penelitian ini digunakan
karakteristik fisik bentuk DAS yaitu faktor analisa regresi linier sederhana dan
bentuk DAS (FD) sebagai variabel regresi berpangkat untuk membuat
hidrograf satuan sintetik. Faktor bentuk hubungan pasangan data
DAS (FD) adalah nilai banding antara pengamatan {(Xi, Yi); i = 1,2,...n}, sebagai
keliling batas DAS (km) terhadap luas berikut :
DAS (km2), dalam bentuk persamaan  Model sederhana (garis lurus):
dapat ditulis : Y = b1 + a1 X ....................................(11)

FD = P/A ......................................(10) Y = b1 + a1 (1/X) .............................(12)

228
Studi Pengaruh dan Hubungan Variabel Bentuk DAS Terhadap
Parameter Hidrograf Satuan Sintetik
(I Wayan Sutapa)

 Model berpangkat σ 
Y  Y  R  Y (X  X) ................(21)
Y = b1 Xa1 ..........................................(13)  σX 
Y = b1 Xa1 + c ..................................(14) Nilai kesalahan standar dari nilai (SEY)
dapat dicari dengan persamaan
Nilai a1 dan b1 dapat dihitung sebagai berikut :
dengan persamaan sebagai berikut :
1
n _ _
 n 2 ............(22)
 (Xi  X)(Yi  Y) .........(15)   (Yi  Y)
SEY   i 1
2


a1  i 1
n _  n 1 
 (X
i 1
i  X) 2 
 

b1  Y  a1 (X) .............................(16) Dengan melihat nilai R2 dan SEY,


maka dari beberapa model yang
Deviasi standar dari nilai residu dapat digunakan dapat dipilih salah satu
dihitung dengan persamaan sebagai model regresi yang tepat. Dalam
berikut : membandingkan model regresi
1 tersebut dicari nilai koefisisen
 n 2 determinasi terbesar atau mendekati
  (X i  X )  ................(17)
2

1 yang berarti mempunyai hubungan


σ x   i 1 
 (n  1)  positif yang sempurna dan nilai

 
 kesalahan standar terkecil.
Koefesien korelasi antara (X i, Yi)
menunjukkan hubungan linier antara
1
 n 2
  (Yi  Y ) variabel Xi dan Yi. Oleh karena itu
2
 ................(18)
σ y   i 1  untuk nilai R = 0, berarti tidak adanya
 (n  1) 
 
hubungan linier, mungkin hubungan
  kuadratik. Dengan demikian nilai R =
0, mungkin menunjukkan adanya
Untuk memilih model regresi yang hubungan tak linier yang sempurna
tepat, maka dari persamaan antara kedua variabel.
tersebut dicari nilai kesalahan Selanjutnya bagaimana menguji nilai
standar dari perkiraan (SEY = koefesien korelasi (R) berada jauh
standard error of estimate), dan dari nol atau R ≠ 0. Pengujian dapat
koefisien penentu atau koefisien dilakukan dengan rumus berikut :
determinasi (R2). Persamaan untuk
1
mencari koefesien korelasi (R) adalah R(n  2) 2 ...............................(23)
sebagai berikut (Soewarno,1995) : t 1
(1  R 2 ) 2

...(19)
n

 (X i  X)(Yi  Y)
Apabila nilai t hitungan lebih kecil
R i 1

dari nilai t tabel, untuk derajat


1
 n 2 
n
2 
2

 (X i  X)  (Yi  Y)  kebebasan n – 2, maka hipotesis


 i 1  i 1 
yang menyatakan bahwa nilai R ≠ 0
Koefesien regresi dihitung dapat diterima.
berdasarkan persamaan sebagai
berikut :
3. Metode Penelitian
 σ Y  ...............................(20) 3.1 Rancangan penelitian
a1  R σ  
 X  Penelitian ini merupakan
penelitian deskriptip berupa analisa
Sehingga, persamaan garis regresi Y, hubungan antara karakteristik fisik DAS
yaitu persamaan untuk meramal dengan hidrograf aliran langsung akibat
debit puncak banjir suatu DAS jika hujan satu satuan (Hidrograf satuan).
Faktor bentuk DAS diketahui adalah : Sebagai variabel penelitian adalah
229
Jurnal SMARTek, Vol. 4, No. 4, Nopember 2006: 224 - 232

karakteristik fisik DAS dan parameter  Memisahkan hidrograf limpasan


hidrograf satuan. Karakteristik fisik DAS langsung masing-masing kasus banjir
berupa faktor bentuk DAS (FD) yaitu nilai dan aliran dasarnya
banding antara keliling batas DAS (Km)  Menentukan hujan penyebab banjir
terhadap luas DAS (Km2). Sedangkan pada tanggal yang sama dengan
parameter hidrograf satuan terdiri dari hidrograf yang dipilih.
debit puncak banjir (Qp) dan waktu  Menghitung hujan rerata harian DAS.
puncak banjir (Tp).  Analisa hujan jam-jaman dari hujan
rerata harian
3.2 Pengumpulan data
 Hujan efektif dihitung dengan
Bahan yang digunakan dalam
metode phi indeks.
penelitian ini berupa data sekunder
 Penurunan hidrograf satuan
yang didapat dari kantor Satuan Kerja
dengan cara membagi ordinat
Sementara Pengendalian Banjir dan
limpasan langsung dengan tinggi
Pengamanan Pantai Sulawesi Tengah
hujan efektif.
yang berupa:
 Karakteristik fisik DAS diukur dari peta
3.4 Pemodelan
topografi 1 : 50.000
Hasil penurunan hidrograf satuan
 Data debit hasil pencatatan AWLR
berdasarkan data yang telah diperoleh
 Data hujan .
dirata-ratakan untuk digunakan sebagai
3.3 Analisa data data penurunan model parameter HSS.
Berdasarkan data yang telah Pemodelan parameter HSS
dikumpulkan dilakukan pemilihan data menggunakan metode regresi dengan
untuk analisis selanjutnya, dari peta variabel tidak bebas adalah parameter
topografi dapat ditentukan parameter HSS (QP dan TP), sedangkan sebagai
DAS dengan langkah sebagai berikut : variabel bebas adalah faktor bentuk
 Menentukan batas-batas DAS DAS (FD). Penggunaan teknik regresi
dengan mengacu pada stasiun dengan pemodelan awal
hidrometri di titik kontroll setiap DAS menggunakan regresi linier sederhana
yang ditinjau. dan regresi berpangkat, apabila belum
 Pengukuran luas DAS (Km2) dan didapatkan hasil yang baik, dilanjutkan
panjang keliling DAS (Km) regresi yang lain sampai didapatkan
 Menghitung faktor bentuk DAS (FD) model yang baik dengan kriteria nilai
yaitu nilai banding antara keliling koefisien determinasi R2.
batas DAS (Km) terhadap luas DAS
(Km2). 4. Hasil dan Pembahasan
Untuk menurunkan hidrograf satuan 4.1 Hasil penelitian
terukur setiap DAS yang ditinjau Dengan mengunakan data yang
dilakukan langkah-langkah sebagai tersedia dan mengikuti langkah
berikut : penelitian di atas maka didapatkan hasil
 Menentukan hidrograf banjir atau hidrograf satuan terukur dan faktor
saat terjadi banjir. bentuk DAS seperti pada Tabel 1.
 Menentukan liku kalibrasi dari Selanjutnya dilakukan pemodelan
hidrograf yang dipilih. untuk masing-masing parameter HSS
(Qp, Tp dan Tb) yang hasilnya disajikan
pada tabel 2, tabel 3 dan tabel 4.

Tabel 1. Hidrograf Satuan Terukur dan Faktor Bentuk DAS


Nama Qp Tp Tb FD Bentuk
No
sungai (m3/det) (jam) (jam) (km/km2) DAS
1. S. Taopa 30,073 3,571 21,929 0,202
2. S. Salugan 8,442 7,333 26,167 0,320 Paralel
3. S. Batui 13,829 4,000 24,000 0,272

230
Studi Pengaruh dan Hubungan Variabel Bentuk DAS Terhadap
Parameter Hidrograf Satuan Sintetik
(I Wayan Sutapa)

Tabel 2. Hasil Pemodelan Debit Puncak (Qp)


No Pemodelan R2 R SEY
a. Qp = 67,9377 – 186,835FD 0,9689 -0,9843 1,6212
b. Qp = 0,3751 FD-2,7457 0,9986 -0,9993 1,0200

Tabel 3. Hasil Pemodelan Waktu Puncak Banjir (Tp)


No Pemodelan R2 R SEY
1. Tp = 30,0621 FD – 2,9864 0,7496 0,8658 0,8414
2. Tp = 31,9977 FD1,4215 0,7337 0,8566 1,1771

Tabel 4. Hasil Pemodelan Waktu Dasar Banjir (Tb)


No Pemodelan R2 R SEY

1. Tb = 35,4835 FD + 14,6429 0,9862 0,9931 0,2033

2. Tb = 39,7080 FD0,3746 0,9766 0,9882 1,0111

Tabel 6. Perbandingan waktu puncak HSS dengan nilai hasil pemodelan


Tp Pemodelan Penyimpangan
Nama sungai Tp HSS
Tp = 30,0621 FD – 2,9864 (%)
S. Taopa 3,571 3,086 13,582
S. Salugan 7,333 6,635 9,519
S. Batui 4,000 5,184 22,840

Tabel 7. Perbandingan waktu dasar HSS dengan hasil pemodelan


Tb Pemodelan Penyimpangan
Nama sungai Tb HSS
Tb = 35,4835 FD + 14,6429 (%)
S. Taopa 21,929 21,711 0,994
S. Salugan 26,167 25,998 0,646
S. Batui 24,000 24,287 1,182

Model parameter Hidrograf koefesien korelasi (R) untuk Qp = 0,9993,


Satuan Sintetik (HSS) terbaik yang terpilih Tp = 0,8658 dan Tb = 0,9931. Hal ini
dengan kriteria koefesien determinasi membuktikan bahwa faktor bentuk DAS
(R2) tertinggi, diujikan terhadap data HSS (FD) secara individu mempunyai
dengan maksud untuk mengetahui hubungan atau pengaruh linier
tingkat keandalan model dalam terhadap parameter Hidrograf Satuan
memprediksi nilai-nilai parameter HSS. Sintetik (HSS). Dalam Pengujian model
Pengujian dapat ditunjukkan pada dengan menggunakan standar
tabel 5 , tabel 6 dan tabel 7. penyimpangan yaitu, nilai
penyimpangan kecil (0% - 9,99 %) dan
4.2 Pembahasan nilai penyimpangan besar, di atas 10 %
Model parameter HSS dengan dinilai sebagai penyimpangan yang
variabel tunggal yang terpilih dengan besar. Pengujian keandalan pada debit
kriteria koefesien determinasi, puncak (Qp) dan waktu dasar (Tb),
mempunyai sensivitas yang kuat atau terjadi penyimpangan yang kecil pada
231
Jurnal SMARTek, Vol. 4, No. 4, Nopember 2006: 224 - 232

ketiga sungai. Pada pengujian Soewarno, 1995, Hidrologi Aplikasi


keandalan waktu puncak (Tp) terjadi Metode Statistik Untuk Analisis
penyimpangan yang besar yaitu, Sungai Data (jilid I Dan II), Nova,
Taopa sebesar 13,582 % dan Sungai Bandung.
Batui sebesar 22,84 %. Hal ini disebabkan
Sri Harto BR, 1993, Analisis Hidrologi, PT.
karena jumlah data DAS yang masih
Gramedia Pustaka Utama,
kurang dengan bentuk DAS yang sama
Jakarta.
dari keseluruhan DAS yang digunakan
dalam penelitian ini. Sri Harto BR, 1985, Hidrograf Satuan
Sintetik GAMA I, Badan Penerbit
Departemen Pekerjaan Umum,
5. Kesimpulan Jakarta
Secara garis besar kesimpulan dari
penelitian ini adalah: Suyono Sosrodarsono dan Takeda, 1999,
 Faktor bentuk DAS (FD) mempunyai Hidrologi Untuk Pengairan,
hubungan linier yang cukup kuat Jakarta.
(sensitivitas tinggi) terhadap
parameter Hidrograf Satuan Sintetik
(HSS).
 Persamaan matematik hasil
pemodelan parameter HSS untuk
bentuk DAS paralel, adalah sebagai :
Qp = 0,3751 FD-2,7457
Tp = 30,0621 FD – 2,9864
Tb = 35,4835 FD + 14,6429

6. Daftar Pustaka
Asdak Chay, 1995, Hidrologi Dan
Pengelolaan Daerah Aliran
Sungai, Erlangga, Jakarta.
Imam Subarkah, 1987, Hidrologi Teknik,
Usaha Nasional, Jakarta.
Linsley Jr, Max A Kohler, Joseph L.
H.Paulus, 1996, Hidrologi Untuk
Insinyur, Erlangga, Jakarta.
Soemarto, 1995, Hidrologi Teknik,
Gramedia, Jakarta.

232

Anda mungkin juga menyukai