Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Kesehatan Tadulako Vol. 1 No.

2, Juli 2015 : 1- 78

EFEK ANTI BAKTERI DARI EKSTRAK LENGKUAS PUTIH (Alpinia galangal


[L] Swartz) TERHADAP Shigella dysenteriae

Elli Yane Bangkele1, Nursyamsi1, Silvia Greis 2


1
Dosen Akademik, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Tadulako
2
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas
Tadulako

ABSTRAK
Latar Belakang: Disentri basiler atau shigellosis merupakan suatu penyakit infeksi yang terjadi di kolon
yang disebabkan oleh bakteri genus shigella. Telah banyak dilaporkan bahwa bakteri Shigella dysenteriae
resisten terhadap berbagai macam antibiotik seperti ampicillin, tetracycline, streptomycin, dan
chloramphenicol. Lengkuas putih mengandung flavonoid dan beberapa senyawa lainnya seperti tanin
yang memiliki efek sebagai antibakteri
Tujuan: untuk mengetahui efek anti bakteri dari ekstrak lengkuas putih terhadap bakteri Shigella
dysenteriae
Metode: Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental laboratorium, post test only control
group design dengan metode dilusi. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Shigella
dysenteriae yang diperoleh dari Laboratorium Kesehatan Daerah Kota Palu, Sulawesi Tengah.
Konsentrasi ekstrak yang digunakan yaitu 6,25%, 12,5%, 25% dan 50% dengan empat kali pengulangan.
Shigella dysenteriae ditanam pada media yang sesuai kemudian diteteskan berbagai konsentrasi ekstrak
Alpinia galanga [L] Swartz dan diamati pertumbuhannya. Efek antibakteri diukur dari Kadar Hambat
Minimal (KHM/MIC) dan Kadar Bunuh Minimal (KBM/MBC).
Hasil: Nilai Kadar Hambat Minimal (KHM) dari ekstrak lengkuas putih (Alpinia galanga [L] Swartz)
adalah 25% dan Kadar Bunuh Minimal (KBM) adalah 50%. Kesimpulan. Ekstrak rimpang lengkuas putih
(Alpinia galanga [L] Swartz) memiliki efek antibakteri terhadap Shigella dysenteriae.
Kata Kunci : Shigella dysenteriae, rimpang lengkuas putih (Alpinia galanga [L] Swartz), antibakteri,
kadar hambat minimal, kadar bunuh minimal

ABSTRACT
Background: Bacillary dysentery or shigellosis is an infectious disease that occurs in the colon caused by
bacteria of the genus Shigella. It has been widely reported that the bacteria Shigella dysenteriae resistant
to many kinds of antibiotics such as ampicillin, tetracycline, streptomycin, and chloramphenicol. White
galangal rhizome contains flavonoid and other compounds such as tannin have antibacterial effects.
Method: This study is a kind of experimental laboratory study, post-test only control group design with a
dilution method. The sample used in this study were Shigella dysenteriae obtained from Regional Health
Laboratory in Palu, Central Sulawesi. Concentration of extracts used were 6.25%, 12.5%, 25% and 50%
with four repetitions. Shigella dysenteriae is planted in the appropriate media and then dripped Alpinia
galanga [L] Swartz extract various concentrations of and observed growth. The antibacterial effect is
measured by the minimal inhibitory concentration (KHM / MIC) and minimal bactericidal concentration
(KBM / MBC).
Results: Minimum Inhibitory concentration (MIC) value of the extract from white galangal rhizome
(Alpinia galanga [L] Swartz) was 25% and minimal bactericidal concentration (MBC) value was 50%.
Conclusion: White galangal rhizome extract (Alpinia galanga [L] Swartz) has an antibacterial effect
against Shigella dysenteriae.

Keywords : Shigella dysenteriae, white galangal rhizome (Alpinia galanga [L] Swartz), antibacterial,
minimal inhibitory concentration, minimal bactericidal concentration

Healthy Tadulako Journal (Elli Yane B, Nursyamsi, Silvia Greis: 52-60) 52


Jurnal Kesehatan Tadulako Vol. 1 No. 2, Juli 2015 : 1- 78

PENDAHULUAN berat contohnya seperti daya antibakteri


Disentri basiler atau shigellosis dari tanaman obat.
merupakan suatu penyakit infeksi
yang terjadi di kolon yang disebabkan Lengkuas putih merupakan salah satu
oleh bakteri genus shigella. Gejala tanaman yang tergolong dalam rempah-
klinis shigellosis ditandai dengan diare rempah atau bumbu dapur yang sering
cair akut (tinja bercampur darah, lendir, digunakan. [5] Rimpang lengkuas putih
dan nanah), pada umumnya disertai sering digunakan untuk mengatasi
demam, nyeri perut, dan tenesmus. [1] gangguan lambung, menambah nafsu
Laporan epidemiologi menunjukkan makan,sebagai antitoksik, analgetik),
terdapat 600.000 dari 140 juta pasien diuretik, mengobati diare, disentri,
shigellosis meninggal setiap tahun di demam, kejang karena demam, sakit
seluruh dunia. Data di Indonesia tenggorokan, sariawan, batuk berdahak,
memperlihatkan 29% kematian diare radang paru-paru, pembesaran limpa,
terjadi pada umur 1 sampai 4 tahun dan untuk menghilangkan bau mulut. [6]
disebabkan oleh disentri basiler. [2]
Rimpang lengkuas putih memiliki
Telah banyak dilaporkan bahwa bakteri kandungan 1% minyak atsiri,
Shigella dysenteriae resisten terhadap galanolakton, 16-dial, 12-labdiena-15.
berbagai macam antibiotik seperti Galanolakton, 16-dial, 12-labdiena-15
ampicillin, tetracycline, streptomycin, termasuk dalam golongan diterpen
dan chloramphenicol. Tahun 2004, yang merupakan senyawa terpenoid.
WHO menentukan ciprofloxacin Aktivitas antimikroba yang dimiliki
sebagai first-line dari pengobatan oleh lengkuas putih diduga berasal dari
shigellosis walaupun sekarang telah unsur-unsur yang terkandung
dilaporkan adanya resistensi terhadap didalamnya, antara lain golongan
antibiotik tersebut. [3] Suatu penelitian senyawa flavonoid dan tanin. [9]
yang dilakukan di Calcuta, India tentang Berdasarkan uraian diatas,
multidrug-resistant Shigella dysenteriae kemungkinan rimpang lengkuas putih
pada antibiotik golongan flurokuinolon memiliki efek antibakteri terhadap
didapatkan hasil kadar hambat minimal Shigella dysenteriae melalui Kadar
ciprofloxacin, norfloxacin dan ofloxacin Hambat Minimal (KHM) dan Kadar
berturut-turut 4 mm, 12 mm, dan 12 Bunuh Minimal (KBM) terhadap
mm. Hasil ini menunjukkan bahwa telah bakteri Shigella dysenteriae.
terjadi resistensi antibiotik pada obat-
obatan tersebut, dimana nilai kadar
hambat minimal yang efektif diatas 20
mm. [4] Hal ini membuktikan perlunya
penggunaan antibakteri baru yang dapat
mengatasi infeksi tetapi tidak
memberikan efek resistensi yang lebih

Healthy Tadulako Journal (Elli Yane B, Nursyamsi, Silvia Greis: 52-60) 53


Jurnal Kesehatan Tadulako Vol. 1 No. 2, Juli 2015 : 1- 78

BAHAN DAN CARA untuk uji potensi antibakteri


membutuhkan ekstrak kental Alpinia
Penelitian ini merupakan jenis galanga, Ciprofloxacin, Salmonella-
penelitian eksperimental laboratorium Shigella agar, Brain Heart Infusion
dengan menggunakan rancangan (BHI) cair, DMSO 1%, aquadest dan
penelitian post test only control group biakan Shigella dysenteriae.
design.
Pembuatan ekstrak rimpang lengkuas
sampel dalam penelitian ini adalah putih
biakan Shigella dysenteriae dari Balai
Laboratorium Kesehatan Kota Palu. Metode ekstraksi yang digunakan
Pada penelitian ini menggunakan 4 adalah maserasi dengan pelarut etanol
kelompok perlakuan dengan 2 96%. Pembuatan ekstrak dilakukan
kelompok kontrol posotif dan negatif, dengan merendam simplisia rimpang
yaitu: lengkuas putih selama 72 jam dengan
komposisi 1000 gram simplisia dalam 3
a. Kelompok 1 : Ekstrak rimpang liter etanol 96%. Setelah itu, dilakukan
lengkuas putih 6,25 % proses evaporasi menggunakan rotary
b. Kelompok 2 : Ekstrak rimpang evaporator dengan suhu 600C-700C.
lengkuas putih 12,5%
c. Kelompok 3 : Ekstrak rimpang Uji fitokimia
lengkuas putih 25 %
d. Kelompok 4 : Ekstrak rimpang a. Uji flavonoid
lengkuas putih 50% Sebanyak 2 ml ekstrak sampel
e. Ciprofloxacin sebagai kontrol lalu ditambahkan 10 ml aquadest
dan dipanaskan di atas penangas
positif
f. Aquadest sebagai kontrol negatif air ± 5 menit kemudian disaring,
lalu dilarutkan dalam 1 ml
Alat yang digunakan untuk ekstraksi etanol 96% dan ditambahkan 0,1
antara lain perangkat alat rotary gram serbuk magnesium, setelah
evaporator, erlenmeyer, timbangan itu dilarutkan dalam 10 ml asam
analitik, batang pengaduk, gelas ukur, klorida pekat. Jika terjadi warna
pinset, pipet tetes, corong pisah, blender merah jingga sampai warna
dan cawan porselin. Alat yang merah ungu, menunjukkan
digunakan untuk uji potensi bakteri adanya flavonoid.
antara lain cawan petri, inkubator, b. Uji tanin
lemari pendingin, autoklaf, jarum ose, Sebanyak 2 ml ekstrak kental
bunsen, mikropipet, tabung reaksi, rak dimasukkan ke dalam cawan
tabung reaksi, kaca pembesar, dan porselin, ditambah dengan 10 ml
spidol. aquadest lalu dipanaskan di atas
penangas air ± 5 menit dan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ditambahkan larutan NaCl 10%
ini adalah rimpang lengkuas yang sebanyak 3 tetes dan direaksikan
diekstrak dengan etanol. Sedangkan

Healthy Tadulako Journal (Elli Yane B, Nursyamsi, Silvia Greis: 52-60) 54


Jurnal Kesehatan Tadulako Vol. 1 No. 2, Juli 2015 : 1- 78

dengan larutan FeCl3. Bila masing-masing konsentrasi ekstrak


terbentuk warna biru sampai etanol, diambil 1 ml lalu dimasukkan ke
hitam berarti positif adanya dalam tabung reaksi yang telah berisi
tanin. media BHI cair, kemudian ditambahkan
1 ml suspensi bakteri dengan
menggunakan mikropipet ke dalam
masing-masing tabung bahan coba.
Uji pendahuluan
Tabung bahan coba serta tabung kontrol
Uji tahap awal ini menggunakan metode kemudian dikocok, lalu diinkubasi pada
yang sama dengan yang akan dilakukan suhu 370C selama 24 jam. Tabung
dalam penelitian yaitu metode dilusi. dengan kekeruhan yang mulai tampak
Ekstrak etanol rimpang lengkuas putih jernih merupakan MIC bahan uji.
yang digunakan adalah konsentrasi Penentuan MBC/KBM
100% kemudian diujikan pada media
BHI cair yang telah berisi bakteri Dari hasil prosedur penentuan nilai MIC
Shigella dysenteriae lalu diinkubasi dilanjutkan penentuan MBC. Untuk
selama 24 jam dan diamati kontrol negatif digunakan aquadests,
kekeruhannya dan dilanjutkan dengan kontrol positif digunakan suspensi
menumbuhkan pada media SS agar. bakteri ditambah dengan media dan
Setelah 24 jam, dilakukan pengamatan ciprofloxacin. Setelah diinkubasi pada
koloni bakteri untuk menandakan prosedur penentuan MIC, diambil
adanya efek antibakteri sehingga dapat dengan menggunakan ose untuk tiap
dilakukan pengujian lebih lanjut. konsentrasi lalu digoreskan ke dalam
Salmonella-Shigella agar, diamkan
Pembagian konsentrasi selama 15-20 menit. Setelah mengering,
Setelah didapatkan hasil yang positif diinkubasi dalam inkubator dengan suhu
pada uji pendahuluan dengan 370C selama 24 jam. Kemudian
konsentrasi eksrak 100%, maka mengamati pertumbuhan koloni bakteri
dilakukan pengenceran pada ekstrak pada tiap-tiap media padat untuk
konsentrasi 100% menggunakan menentukan nilai MBC.
aquadest dan DMSO 1% untuk HASIL
didapatkan pengenceran 50%, 25%,
12,5% dan 6,25 %. Ekstrak lengkuas putih diperoleh dari
2000 gram rimpang lengkuas putih yang
Penentuan MIC/KHM telah menurun beratnya menjadi 1000
Pada penelitian ini menggunakan 4 gram dalam bentuk serbuk kering,
konsentrasi yakni 50%, 25%, 12,5% dan kemudian dilakukan proses ekstraksi
6,25%. Untuk kontrol negatif digunakan dengan metode maserasi menggunakan
aquadest, kontrol positif digunakan pelarut etanol 96%. Didapatkan ekstrak
suspensi bakteri ditambah dengan media rimpang lengkuas putih sebanyak 8
BHI cair dan ciprofloxacin. Dari gram. Hasil ekstrak berwarna kuning-

Healthy Tadulako Journal (Elli Yane B, Nursyamsi, Silvia Greis: 52-60) 55


Jurnal Kesehatan Tadulako Vol. 1 No. 2, Juli 2015 : 1- 78

kemerahan pekat seperti warna teh, bahwa ekstrak etanol rimpang lengkuas
bersifat kental dan mudah larut dalam konsentrasi 100% memiliki efek
air. antibakteri Pada media BHI cair tidak
terjadi kekeruhan yang dibandingkan
dengan kontrol positif dan media BHI
cair yang tidak diberikan perlakuan. Ini
berarti ekstrak etanol rimpang lengkuas
konsentrasi 100% menghambat
pertumbuhan bakteri Shigella
dysenteriae. Pada media SS agar, tidak
terlihat pertumbuhan bakteri Shigella
dysenteriae yang berarti ekstrak etanol
rimpang lengkuas putih konsentrasi
Gambar 1. Ekstrak Alpinia galanga [L] Swartz 100% memiliki efek membunuh bakteri
Shigella dysenteriae. Berdasarkan hasil
Uji fitokimia uji ini maka peneliti dapat melanjutkan
penelitian efek antibakteri ekstrak
Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa etanol rimpang lengkuas.
sampel ekstrak kental Alpinia galanga
[L] Swartz mengandung flavonoid dan Menentukan Kadar Hambat Minimal
tanin. Flavonoid ditandai dengan warna (KHM) pada Shigella dysenteriae
merah dan tanin berwarna biru
Nilai KHM diketahui dengan melihat
kehitaman.
ada tidaknya kekeruhan pada tabung
setelah diinkubasikan selama 18-24
jam. Dari pengamatan nilai KHM
didapatkan bahwa pada konsentrasi
25% sudah tidak terjadi kekeruhan
dibandingkan dengan konsentrasi 12,5%
dan 6,25%. Hal ini berarti nilai KHM
ekstrak Alpinia galangal [L] Swartz
pada konsentrasi 25%.
Gambar 2. Hasil uji fitokimia pada ekstrak
Alpini galanga [L] Swartz

Uji pendahuluan aktivitas antibakteri

Uji pendahuluan dilakukan untuk


mengetahui apakah ektrak yang akan
digunakan memiliki efek antibakteri Gambar 3. Perbandingan tingkat
sebelum dilakukan pengujian di tahap kekeruhan dengan berbagai
berikutnya. Dari hasil uji ini diketahui tingkat konsentrasi

Healthy Tadulako Journal (Elli Yane B, Nursyamsi, Silvia Greis: 52-60) 56


Jurnal Kesehatan Tadulako Vol. 1 No. 2, Juli 2015 : 1- 78

perbedaan yang bermakna atau


signifikan pada jumlah koloni bakteri
Menentukan Kadar Bunuh Minimal (p=0,000). Hasil ini menunjukkan
(KBM) pada Shigella dysenteriae bahwa terdapat perbedaan yang
Dari hasil penghitungan dengan signifikan pada ekstrak rimpang
menggunakan kaca pembesar dan lengkuas putih terhadap jumlah koloni
spidol, didapatkan bahwa pada bakteri Shigella dysenteriae yang
konsentrasi 50% sudah tidak terdapat tumbuh pada media SS agar.
pertumbuhan koloni. Ini berarti nilai Pada uji Mann-Whitney kelompok yang
KBM terdapat pada konsentrasi 50% dibandingkan yaitu kelompok perlakuan
karena memenuhi syarat KBM yaitu dengan kontrol positif. Hasil uji Mann-
tidak terdapat pertumbuhan koloni atau Whitney antara kelompok kontrol
pertumbuhan koloninya kurang dari 0,1 positif dengan kelompok perlakuan
dari jumlah koloni inokulum awal konsentrasi 6,25%, 12,5%, 25% dan
(Original Inoculum / OI). kontrol negatif didapatkan nilai p
Tabel 1. Hasil perhitungan koloni sebesar 0,014 yang berarti terdapat
bakteri Shigella dysenteriae perbedaan yang signifikan pertumbuhan
pada media SS agar koloni antara kontrol positif dengan
kelompok perlakuan karena nilai p <
0,05. Sedangkan hasil uji Mann-
Whitney antara kelompok kontrol
positif dengan kelompok perlakuan
konsentrasi 50% didapatkan nilai p
sebesar 1 yang berarti tidak terdapat
perbedaan pertumbuhan koloni antara
kontrol positif dengan kelompok
perlakuan konsentrasi 50%.
Analisis Data
Uji korelasi Spearman dilakukan untuk
Data penelitian ini adalah distribusi data mengetahui apakah terdapat hubungan
tidak normal meskipun telah dilakukan antara peningkatan konsentrasi dengan
transformasi. Dengan demikian syarat jumlah koloni yang tumbuh. Dari uji
uji parametrik tidak terpenuhi dan korelasi Spearman didapatkan nilai
analisis dilanjutkan dengan uji non- signifikansi 0.000 yang berarti terdapat
parametrik Kruskal-Wallis. Uji Kruskal- hubungan antara pemberian ekstrak
Wallis digunakan untuk mengetahui lengkuas putih (Alpinia galanga [L]
apakah terdapat perbedaan jumlah Swartz ) terhadap pertumbuhan Shigella
koloni rerata bakteri setelah terpapar dysenteriae. Nilai Spearman Correlation
oleh ekstrak dengan berbagai menunjukkan. Nilai negatif yang
konsentrasi. Dari uji Kruskal Wallis didapatkan tersebut menunjukkan arah
yang telah dilakukan, terdapat hubungan berkebalikan antar variabel

Healthy Tadulako Journal (Elli Yane B, Nursyamsi, Silvia Greis: 52-60) 57


Jurnal Kesehatan Tadulako Vol. 1 No. 2, Juli 2015 : 1- 78

yaitu semakin tinggi konsentrasi ekstrak Flavonoid menghambat sintesis asam


maka semakin sedikit jumlah koloni nukleat adalah cincin A dan B yang
yang tumbuh. memegang peran penting dalam proses
interkelasi atau ikatan hidrogen dengan
PEMBAHASAN menumpuk basa asam nukleat yang
Penelitian ini bertujuan untuk menghambat pembentukan DNA dan
mengetahui efek antibakteri ekstrak RNA. [10] Flavonoid menghambat fungsi
rimpang lengkuas putih (Alpinia membran sel dengan membentuk
galanga [L] Swartz) terhadap Shigella senyawa kompleks dengan protein
dysenteriae. Untuk melihat efek ekstraseluler dan terlarut sehingga dapat
antibakteri rimpang lengkuas putih merusak membran sel bakteri dan
peneliti menggunakan Kadar Hambat diikuti dengan keluarnya senyawa.
Minimal (KHM) dan Kadar Bunuh Flavonoid dapat menghambat
Minimal (KBM) dengan metode dilusi metabolisme energi dengan cara
tabung yang dilanjutkan dengan menghambat penggunaan oksigen oleh
penanaman pada media agar. bakteri dengan cara menghambat pada
sitokrom C reduktase sehingga
Dari hasil pengamatan terhadap tingkat pembentukan metabolisme terhambat
kekeruhan tabung didapatkan bahwa akibatnya tidak terjadi biosintesis
pada konsentrasi 25% sudah tidak makromolekul. [11] Efek antibakteri
terlihat kekeruhan dan larutan tampak tanin melalui reaksi dengan membran
jernih. Ini berarti nilai KHM ekstrak sel, inaktivasi enzim dan inaktivasi
rimpang lengkuas putih (Alpinia fungsi materi genetik. Mekanisme kerja
galanga [L] Swartz) yaitu pada tanin sebagai antibakteri adalah
konsentrasi 25%. Kadar Bunuh Minimal menghambat enzim reverse
(KBM) ditentukan dengan streaking transkriptase dan DNA topoisomerase
masing-masing konsentrasi pada media sehingga sel bakteri tidak dapat
agar yang kemudian diinkubasikan terbentuk. Tanin memiliki aktivitas
selama 18-24 jam pada suhu 370C. Dari antibakteri yang berhubungan dengan
hasil penghitungan koloni yang tumbuh kemampuannya untuk menginaktifkan
didapatkan bahwa pada konsentrasi adhesin sel mikroba, menginaktifkan
50% tidak terdapat pertumbuhan koloni. enzim, dan mengganggu transport
Ini berarti nilai KBM ekstrak rimpang protein pada lapisan dalam sel. [12]
lengkuas putih (Alpinia galanga [L]
Swartz) adalah pada konsentrasi 50%. Ciprofloxacin yang digunakan sebagai
kontrol positif pada penelitian ini,
Efek antibakteri disebabkan adanya merupakan golongan fluorokuinolon
flavonoid dengan mekanisme kerja yang bersifat bakterisid, terutama aktif
dapat dibagi menjadi 3 yaitu terhadap bakteri gram negatif dan
menghambat sintesis asam nukleat, merupakan first line dari shigellosis,
menghambat fungsi membran sel dan penyakit yang disebabkan oleh Shigella
menghambat metabolisme energi. dysenteriae. Mekanisme kerja

Healthy Tadulako Journal (Elli Yane B, Nursyamsi, Silvia Greis: 52-60) 58


Jurnal Kesehatan Tadulako Vol. 1 No. 2, Juli 2015 : 1- 78

ciprofloxacin adalah menghambat DNA sebagai pengobatan alternatif oleh


girase (topoisomerase) dari bakteri. [13] masyarakat luas.
Mekanisme kerja ciprofloxacin ini mirip
dengan cara kerja tanin sebagai DAFTAR PUSTAKA
antibakteri 1. Sya’roni, A., 2009. Disentri
Dengan melihat fakta hasil penelitian Basiler, Dalam: Buku Ajar Ilmu
yakni adanya perubahan kekeruhan Penyakit Dalam Jilid 3 Edisi 5.
larutan dan penurunan jumlah koloni Interna Publishing : Jakarta.
2. Nafianti, S., Atan S., 2005.
bakteri yang tumbuh seiring dengan
Resisten Trimetoprim –
peningkatan konsentrasi ekstrak
Sulfametoksazol Terhadap
membuktikan adanya efek
Shigellosis. Sari Pediatri Vol. 1,
penghambatan pertumbuhan dan daya
bunuh terhadap bakteri Shigella no 1: 39 – 44.
dysenteriae. 3. Dewi, I.K., Joharman, Lia, Y.B.,
2013. Perbandingan Daya
KESIMPULAN DAN SARAN Hambat Ekstrak Etanol Dengan
Sedian Sirup Herbal Buah
Dari hasil penelitian yang telah Belimbing Wuluh (Averrhoa
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa bilimbi L.) Terhadap
ekstrak rimpang lengkuas putih (Alpinia Pertumbuhan Shigella
galanga [L] Swartz) memiliki efek dysenteriae In Vitro. Jurnal
antibakteri terhadap bakteri Shigella Berkala Kedokteran Vol. 9, no
dysenteriae. Hal itu terlihat dari Kadar 2: 191-198.
Hambat Minimal ekstrak rimpang 4. Pazhani, G.P., Bhaswati S.,
lengkuas putih (Alpinia galanga [L] Thandavarayan R., Sujit K.B.,
Swartz) pada konsentrasi 25% dan Yoshifumi T., Swapan. K.N.,
Kadar Bunuh Minimal ekstrak rimpang 2004. Clonal Multidrug-
lengkuas putih (Alpinia galangal [L] Resistant Shigella dysenteriae
Swartz) Minimal pada konsentrasi 50%.
Type 1 Strains Associated with
Saran yang dapat diberikan untuk Epidemic and Sporadic
penelitian selanjutnya yaitu diharapkan Dysenteries in Eastern India.
adanya penelitian lebih lanjut tentang Journal of Medical
seberapa besar kandungan senyawa Microbiology Volume 48, no 2 :
flavonoid dan tanin dalam rimpang 681-684.
lengkuas putih (Alpinia galanga [L] 5. Jayanti, N., Maria D., Noer K.,
Swartz). Selain itu juga diharapkan Kholifatu R., 2012. Isolasi Dan
adanya penelitian lebih lanjut tentang Uji Toksisitas Senyawa Aktif
batasan dosis yang aman untuk ekstrak Dari Ekstrak Metilena Klorida
rimpang lengkuas putih sebagai (MTC) Lengkuas Putih (Alpinia
antibakteri terhadap Shigella galanga [L] Willd). Program
dysenteriae agar dapat digunakan Studi Kimia Fakultas

Healthy Tadulako Journal (Elli Yane B, Nursyamsi, Silvia Greis: 52-60) 59


Jurnal Kesehatan Tadulako Vol. 1 No. 2, Juli 2015 : 1- 78

Matematika Dan Ilmu Journal of Antimicrobial Agents


Pengetahuan Alam Universitas 26 ; 343-356.
Lambung Mangkurat : 12. Sari, F.P., Shofi, M.S., 2011.
Banjarbaru. Ekstraksi Zat Aktif Antimikroba
6. Hariana, A., 2008. Tumbuhan dari Tanaman Yodium (Jatropha
Obat Dan Khasiatnya Seri 2. multifida Linn) sebgai Bahan
Penebar Swadaya : Jakarta. Baku Alternatif Antibiotik
7. Sinaga, E., 2005. Alpinia Alami. Jurusan Teknik Kimia
galanga (L.) Willd. Jurusan Fakultas Teknik Universitas
Biologi Fakultas Matematika Diponegoro : Semarang.
Dan Ilmu Pengetahuan Alam 13. Setiabudy, R., 2011.
Universitas Nasional : Jakarta. Farmakologi Dan Terapi Edisi 5.
8. Darmawan, D.A., Sanarto S., Balai Penerbit FKUI : Jakarta.
Effendi, 2013. Efektivitas
Ekstrak Etanol Lengkuas Putih
(Alpinia galanga L.Willd)
Dalam Menghambat
Pertumbuhan Aspergillus sp
Secara In Vitro. Tugas Akhir
Program Studi Pendidikan
Dokter Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Brawijaya :
Malang.
9. Damaraasri, P.A., Sri W.,
Purwani T., 2011. Efektivitas
Ekstrak Etanol Rimpang
Lengkuas (Alpinia galanga L.
Willd) sebagai Antimikroba
Terhadap Bakteri Salmonella
typhi Secara In Vitro. Tugas
Akhir Program Studi Pendidikan
Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya : Malang.
10. Hernani, P., 2011
Pengembangan Biofarmaka
Sebagai Obat Herbal Untuk
Kesehatan. Buletin Teknologi
Pascapanen Pertanian Volume
7(1), pp 20-29.
11. Cushnie, T.P., Andrew J.L.,
2005. Antimikrobial Activity
of Flavonoids. International

Healthy Tadulako Journal (Elli Yane B, Nursyamsi, Silvia Greis: 52-60) 60

Anda mungkin juga menyukai