Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN PENYAKIT

HUMAN PAPILOMA VIRUS (HPV)

ADHIM MUBARAK
095STYC19

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM MATARAM
PRODI SI KEPERAWATAN
ALIH JENJANG 2020
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN PENYAKIT

HUMAN PAPILOMA VIRUS (HPV)

I. Landasan Teori HPV


A. Pengertian
Human Papilloma Virus (HPV) merupakan virus yang
menyebabkan keganasan kanker serviks. Virus ini
bersifatonkogenik yang berpotensi menyebabkan kanker serviks.
Angka prevalensi di dunia mengenai karsinoma servik adalah
99,7% (Sukaca, 2009).
B. Ciri-ciri HPV
Adapun ciri-ciri Human Papilloma Virus adalah:
1. Berdiameter 55 ym
2. Birus ini mempunyai kapsul isohedral
3. Telanjang dengan 72 kapsomer
4. Mengandung DNA sirkuler dengan untaian ganda
5. Berat molekulnya 5 x 106 dalton.
Saat ini telah diindentifikasikan sekitar 100 tipe HPV. Masing
masing tipe mempunyai sifat tertentu pada kerusakan epitel dan
perubahan morfologi yang ditimbulkan. Kurang lebih 23 tipe HPV
dapat menimbulkan infeksi pada alat kelamin wanita dan laki – laki
yaitu HPV tipe 6, 11, 16, 18, 30, 31, 33, 34, 35, 39, 40, 42, 45, 52,
dan 58 ( Sukaca, 2009).
C. Keterlibatan virus HPV pada kanker dipengaruhi beberapa
faktor, yaitu
1. Timbulnya keganasan yang diinduksi dengan virus papilloma
2. Terlihat adanya perkembangan menjadi karsinoma pada kondiloma akuminata
3. Pada penelitian epidemiologi infeksi HPV ditemukan angka kejadian kanker
serviks yang meningkat.
4. DNA HPV sering ditemukan pada LIS (Lesi Intrapitel Serviks) (Sukaca, 2009).
D. Klasifikasi HPV
Berdasarkan tingkat resiko HPV dibagi menjadi 3 yaitu:
1. HPV risiko rendah yaitu HPV tipe 6, 11, dan 46 jarang ditemukan pada karsinoma
invasive.
2. HPV risiko sedang yaitu HPV 33, 35, 40, 43, 51, 56, dan 58
3. HPV risiko tinggi yaitu HPV tipe 16, 18, 31 (Sukaca, 2009).
E. Cara Penularan Virus HPV ( Human Papilloma Virus )
Menurut Sukaca (2009) Cara penularan virus HPV dengan
berbagai jalur yaitu:
1. Melalui seksual
Wanita yang telah berhubungan intim berisiko terinveksi HPV, apalagi yang
sering berganti pasangan dan kehidupan seksual tidak bersih, maka lebih dar 75%
pernah terinveksi HPV.
2. Melalui jalur non seksual
Penularan jalur non seksual adalah dengan cara penularan langsung. Misalnya
yaitu dari ibu kebayinya pada saat persalinan. Tentu saja ini pada ibu yang telah
tertular virus HPV.
3. Tidak melalui kelamin
Penularan tidak melalui kelamin misalnya pakaian dalam, alat-alat kedokteran
yang tidak steril.
F. Perkembangan dari HPV menuju kanker serviks
Menurut Sukaca (2009) ada tiga pola utama pada pra kanker yaitu:
1. Tahap I yaitu Cervical Intraepithelial Neoplasia I (CIN I) atau Low Grade Squamous
Intraepithelial Lesions (LSILs). Dimulai dengan infeksi pada sel serta perkembangan
sel-sel abnormal. Tahapan ini terjadi perubahan yaitu sel yang terinfeksi HPV
onkogenik akan membuat partikel-partikel virus baru.
2. Tahap II yaitu Cervical Intraepithelial Neoplasia II (CIN II) atau High Grade
Squamous Intraepithelial Lesions (HSILs). Berlanjut menjadi Intrapithelial
Neoplasia. Dalam tahap ini sel-sel semakin menunjukan abnormal pra kanker.
3. Tahap III yaitu Cervical Intraepithelial Neoplasia III (CIN III). Dalam tahap ini
lapisan permukaan serviks dipenuhi dengan sel - sel abnormal dan semakin menjadi
abnormal. Infeksi parsisten dengan HPV onkogenik dapat berkembang menjadi atau
menunjukkan kehadiran lesi pra kanker seperti CNI I, II dan II dan Carcinoma In Situ
(CIS). Kanker serviks yang semakin invatif yang berkembang dari CIN III, akhirnya
menjadi kanker serviks.
G. Diagnosis HPV
Diagnosis infeksi HPV dapat dilihat melalui munculnya kutil pada kulit. Namun, seperti
telah dikatakan, kutil bisa saja tidak tumbuh dan celakanya infeksi HPV pada kelamin
wanita berisiko menimbulkan kanker serviks. Untuk melihat adanya infeksi HPV yang
berisiko mengakibatkan kanker serviks, dokter dapat melakukan pemeriksaan:
a. Tes IVA
Prosedur ini dilakukan dengan meneteskan cairan khusus asam asetat pada area kelamin
atau genital. Jika mengalami infeksi HPV, warna kulit akan berubah menjadi putih.

b. Pap smear
Pap smear bertujuan untuk mengetahui perubahan kondisi serviks yang mengarah pada
kanker akibat infeksi HPV. Pap smear dilakukan dengan mengambil sampel sel serviks
untuk selanjutnya diperiksa di laboratorium.
c. Tes HPV DNA
Tes HPV DNA dilakukan untuk mendeteksi adanya unsur genetik (DNA) dari virus HPV
yang berisiko tinggi menimbulkan kanker serviks.

H. Pengobatan Infeksi HPV


Sebagian besar kasus HPV dapat hilang dengan sendirinya tanpa diobati. Namun bagi
yang telah terdiagnosis mengalami infeksi HPV, terutama wanita yang mengalami kutil
kelamin, dokter kandungan akan menganjurkan penderita untuk melakukan tes kembali
dalam waktu 1 tahun.
Kunjungan ulang ke dokter ini bertujuan untuk mengetahui apakah penderita masih
terinfeksi HPV dan adakah perubahan sel pada serviks (leher rahim), yang berisiko
menimbulkan kanker serviks.
I. Komplikasi HPV
Meski demikian, upaya penanganan wajib dilakukan. Karena jika tidak ditangani dengan
baik, infeksi HPV dapat menyebabkan komplikasi berupa:
a. Luka pada mulut dan saluran pernapasan atas
Luka ini dapat timbul di lidah, tenggorokan, laring, atau hidung.
b. Kanker
Beberapa jenis kanker yang dapat timbul adalah kanker serviks, kanker anus, dan kanker
pada saluran pernapasan atas. Gejala kanker serviks pada stadium awal biasanya tidak
khas, bahkan bisa tidak bergejala sama sekali.
c. Gangguan kehamilan dan persalinan
Komplikasi ini bisa terjadi pada wanita hamil yang menderita infeksi HPV dengan kutil
kelamin. Perubahan hormon dapat membuat kutil kelamin menyebar dan menghalangi
jalan lahir. Pada beberapa kasus, kutil tersebut juga dapat mengalami perdarahan dan
menularkan infeksi HPV ke bayi saat dilahirkan.
II. Konsep Asuhan Keperawatan

ASUHAN KEPERAWATAN
EX KASUS : Seorang perempuan 24 tahun datang ke poli kandungan karena mengeluh
nyeri di kemaluannya sejak 2 hari yang lalu, skala nyeri 6. Nyeri sudah dirasakan pasien sejak 2
bulan yang lalu, karena ada kutil kecil di kemaluannya. Nyeri bertambah saat dipakai hubungan
seksual dengan suami. Dari pemeriksaan didapatkan TD 120/80 mmHg. Nadi 98x/menit RR
22x/menit suhu 37,8 C wajah tegang, pemeriksaan vagina terdapat benjolan seperti jengger ayam
di labia minora kanan, warna benjolan merah, laboratorium leukosit 14000 uL. Hasil anamnesa
didapatkan pasien menikah 2 kali, suami pertama pasien bekerja di kafe di bali dan cerai karena
ditinggal pergi suaminya. Suami kedua bekerja di pabrik rokok, pasien mengaku tahu kalau sakit
kelamin karena tertular suami pertamanya tapi dia tidak pernah bilang ke suami kedua karena
malu dan takut diceraikan. Selama 4 bulan menikah dengan suami yang kedua pasien selalu takut
jika diajak berhubungan seksual karena takut menularkan penyakitnya. Pasien menahan rasa
sakit di kemaluannya setiap berhubungan seksual karena takut suaminya tahu tentang
penyakitnya. Pasien akhirnya memeriksakan diri karena sudah tidak tahan dengan rasa sakit di
kemaluannya yang sekarang dipakai berjalanpun sudah terasa sakit dan mengganggu aktivitasnya
sebagai buruh pabrik roti.

PENGKAJIAN
A. Identitas Klien
Nama : Ny. X
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 24 tahun
B. Riwayat kesehatan saat ini
Keluhan utama : Klien mengatakan mengeluh nyeri di kemaluan
Lama keluhan : Klien mengatakan nyeri sejak 2 hari yang lalu
Kualitas keluhan : Skala nyeri 6
Faktor pencetus : Tertular penyakit kelamin suami pertama
Faktor pemberat : Klien menahan rasa sakit di kemaluannya setiap berhubungan
seksual karena takut suaminya tahu tentang penyakitnya
Diagnosa Medis : Human Papilloma Virus (HPV)
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Seorang perempuan 24 tahun datang ke poli kandungan karena mengeluh nyeri di
kemaluannya sejak 2 hari yang lalu, skala nyeri 6. Nyeri sudah dirasakan pasien sejak 2
bulan yang lalu, karena ada kutil kecil di kemaluannya. Nyeri bertambah saat dipakai
hubungan seksual dengan suami.
D. Riwayat penyakit terdahulu :
Nyeri sudah dirasakan pasien sejak 2 bulan yang lalu, karena ada kutil kecil di
kemaluannya
E. Riwayat penyakit keluarga :
Tidak terkaji
F. Pemeriksaan fisik & penunjang
 TTV : TD 120/80 mmHg, Nadi 98x/menit, RR 22x/menit, suhu 37,8 C
 Wajah tegang
 Pemeriksaan vagina : Terdapat benjolan seperti jengger ayam di labia minora
kanan, warna benjolan merah
 Laboratorium leukosit 14000 uL
 Hasil anamnesa didapatkan :
- Pasien menikah 2 kali, suami pertama pasien bekerja di kafe di Bali dan cerai
karena ditinggal pergi suaminya.
- Suami kedua bekerja di pabrik rokok, pasien mengaku tahu kalau sakit
kelamin karena tertular suami pertamanya tapi dia tidak pernah bilang ke
suami kedua karena malu dan takut diceraikan.
- Selama 4 bulan menikah dengan suami yang kedua pasien selalu takut jika
diajak berhubungan seksual karena takut menularkan penyakitnya.
- Pasien menahan rasa sakit di kemaluannya setiap berhubungan seksual karena
takut suaminya tahu tentang penyakitnya.
- Pasien memeriksakan diri karena sudah tidak tahan dengan rasa sakit di
kemaluannya yang sekarang dipakai berjalanpun sudah terasa sakit dan
mengganggu aktivitasnya sebagai buruh pabrik roti.
ANALISA DATA
N DATA FOKUS ETIOLOGI MASALAH
O KEPERAWATAN
1. Faktor resiko (Suami penderita Nyeri akut
DS: PMS)
- Klien mengeluh ↓
nyeri di Transmisi melalui hubungan
kemaluan sejak seksual
dua hari lalu ↓
- Nyeri sudah Invasi Human Papiloma Virus
dirasakan pasien (HPV 6 dan 11) melalui
sejak 2 bulan mikrolesi kulit genitalia
yang lalu, ↓
karena ada kutil Infeksi pada wanita
kecil di ↓
kemaluannya.N Infeksi pada labia mayora
yeri bertambah ↓
saat Penetrasi pada kulit
berhubungan ↓
seks Abrasi permukaan epitel kulit

DO: Menembus sel-sel basalis
- Skala nyeri 6 epidermis

- TD: 120/80 ↓

mm/Hg Mengaktifkan pembentukan

- RR: 22x/’ protein, sel-sel berproliferasi

- N: 98x/’ ↓
Penebalan lapisan yang keras
- Wajah tegang

Nodul kemerahan disekitar
genitalia

KONDILOMA AKUMINATA
(KUTIL KELAMIN)

Respon inflamasi

Merangsang pengeluaran sitokin

Peningkatan pengeluaran
prostaglandin

Aktivasi nosireseptor

Sensitisasi neuron primer aferen

Nyeri akut

2. DS: Faktor resiko (Suami penderita Infeksi


- mengeluh nyeri PMS)
di kemaluannya ↓
- pasien mengaku Transmisi melalui hubungan
tahu kalau sakit seksual
kelamin karena ↓
tertular suami Invasi Human Papiloma Virus
pertamanya (HPV 6 dan 11) melalui
DO: mikrolesi kulit genitalia
- suhu 37,8 C ↓

- terdapat Infeksi pada wanita


benjolan seperti ↓
jengger ayam di Infeksi pada labia mayora
labia minora ↓
kanan, warna Penetrasi pada kulit
benjolan merah, ↓
- laboratorium Abrasi permukaan epitel kulit
leukosit 14000 ↓
uL Menembus sel-sel basalis
epidermis

Mengaktifkan pembentukan
protein, sel-sel berproliferasi

Penebalan lapisan yang keras

Nodul kemerahan disekitar
genitalia

KONDILOMA AKUMINATA
(KUTIL KELAMIN)

infeksi
3. DO: Faktor resiko (Suami penderita Ketidakefektifan pola
- klien mengatakan PMS) seksual
Selama 4 bulan ↓
menikah dengan Transmisi melalui hubungan
suami yang kedua seksual
pasien selalu takut ↓
jika diajak Invasi Human Papiloma Virus
berhubungan (HPV 6 dan 11) melalui
seksual karena takut mikrolesi kulit genitalia
menularkan ↓
penyakitnya. Transmisi melalui hubungan
- Pasien mengatakan seksual
menahan rasa sakit ↓
di kemaluannya Infeksi pada wanita
setiap berhubungan ↓
seksual karena takut Infeksi pada labia mayora
suaminya tahu ↓
tentang penyakitnya. Penetrasi pada kulit
DS : ↓
Abrasi permukaan epitel kulit

Menembus sel-sel basalis
epidermis

Mengaktifkan pembentukan
protein, sel-sel berproliferasi

Penebalan lapisan yang keras

Nodul kemerahan disekitar
genitalia

KONDILOMA AKUMINATA
(KUTIL KELAMIN)

Penumpukan nodul merah
seperti bunga kol

Sakit saat berhubungan seksual

Menahan rasa sakit di
kemaluannya setiap
berhubungan seksual karena
takut suaminya tahu tentang
penyakitnya.

Ketidakefktifan pola seksual

PRIORITAS DIAGNOSA
1. Resiko Infeksi
2. Nyeri Akut
3. Ketidakefektifan pola seksual
Rencana Keperawatan
Diagnosa 1
Resiko Infeksi berhubungan dengan pemajanan terhadap pathogen lingkungan meningkat
ditandai dengan peningkatan suhu tubuh dan peningkatan leukosit,adanya kemerahan dan
benjolan pada labia minora kanan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan tanda-tanda
infeksi pasien berkurang
Kriteria hasil : Mendapat skor 4 pada indikator NOC
NOC : Infection Severity
N Indikator 1 2 3 4 5
O
1. Vesikel V
2. Demam V
3. Ketidak seimbangan suhu V
4. Elevasi jumlah leukosit V
5. Ruam V
Keterangan :
1 = never
2= rarery
3=somestimes
4=often
5=consistently
NIC : Infection Protection
1. Monitor tanda gejala sistemik & local dari infeksi
2. Monitor jumlah granula absolute, WBC, dan hasil diferensial
3. Inspeksi kulit dan membrane mucus terhadap kemerahan, panas, atau drainase
4. Instruksikan pasien untuk mendapatkan antiviral
5. Ajarkan keluarga dan anggota keluarga tentang tanda dan gejala infeksi dan
melaporkannya kepada tenaga kesehatan
6. Melaporkan kultur positif tentang personalia kontrol infeksi
Diagnosa 2
Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (karena infeksi virus) ditandai dengan
pasien mengeluh nyeri di kemaluan sejak 2 hari yang lalu
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam nyeri pasien dapat
berkurang
Kriteria hasil : Mendapat skor 4 pada indikator NOC
NOC : Pain Control
N Indikator 1 2 3 4 5
O
1. Mengenali onset nyeri V
2. Mendiskripsikan factor penyebab nyeri V
3. Penggunaan analgesic sesuai yang V
direkomendasikan
4. Mengenali gejala nyeri V
5. Melaporkan perubahan tanda gejala nyeri V
pada tenaga kesehatan
6. Melaporkan nyeri terkontrol V
Keterangan :
1 = never
2= rarery
3=somestimes
4=often
5=consistently
NOC : Tissue Integrity : Skin & Mukous Membran
N Indikator 1 2 3 4 5
O
1. Skin temperature V
2. Texture V
3. Skin Integrity V
4. Erytema V
Keterangan :
1 = never
2= rarery
3=somestimes
4=often
5=consistently
NIC : Pain Management
1. Kaji nyeri yang meluas meliputi lokasi, karakteristik ,durasi, frekwensi, kualitas ,
intensitas atau keparahan dan faktor yang menyebabkan
2. Gunakan komunikasi terapeutik untuk mengetahui respon klien
3. Kaji pengetahuan pasien tentang nyeri dan pengungkapanya tentang nyeri
4. Ajarkan pasien mengenai teknik menejemen nyeri (relaksasi)
NIC : Analgesic Administration
1. Tentukan lokasi nyeri, karakteristik dan keparahan sebelum memberikan obat ke pasien
2. Cek order dari obat yang meliputi dosis dan frekwensi
3. Cek riwayat alergi obat
4. Tentukan pilihan analgesic (non narkotik, NSID) sesuai dengan keparahan dan tipe nyeri
5. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesic
6. Evaluasi keefektifan penggunaan analgesic khususnya setelah pemberian dosis dan
observasi beberapa tanda dan gejala yang tidak baik (nausea vomiting,Respirasi
depression)
NIC : Skin Surveillence
1. Infeksi kulit dari kemerahan, edema, atau drainase
2. Lakukan pengkajian dan identifikasi pasien terhadap resiko kerusakan kulit
3. Monitor suhu dan temperature kulit
4. Monitor infeksi
5. Dokumentasi perubahan membrane kulit
Diagnosa 3
Ketidakefektifan pola seksual b/d takut infeksi menular seksual yang ditandai dengan pasien
takut diajak berhubungan seksual dengan suaminya karena takut menularkan penyakit ke
suaminya
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien mendapatkan pola
hubungan seksual yang baik

Kriteria hasil: sesuai indikator NOC


NOC: Risk Control: Sexually Transmitted Disease
NO INDIKATOR 1 2 3 4 5
.
1 Mendapat informasi V
mengenai penyakit menuar
seksual
2. Identifikasi faktor resiko V
penyakit menular seksual
3 Menggunakan strategi V
untuk mencegah penyakit
menular seksual
4. Mengenali tanda dan gejala V
penyakit menular seksual
Keterangan :
1 = never
2= rarery
3=somestimes
4=often
5=consistently
NIC: Teaching: Safe Sex
1. Cari tahu sejarah seks termasuk jumlah pasangan sex, frekuensi berhubungan intim, dan
sejarah penanganan untuk penyakit menular sex.
2. Instruksikan pasien mengenai gambaran penyakit menular seksual.
3. Kenalkan pasien dengan faktor yang dapat memperburuk penyakit menular seksual misal
hubungan intim yang tidak terproteksi, peningkatan frekuensi hubungan seksual.
4. Diskusikan pengetahuan teman-teman, motivasi dan komitmen untuk melaksanakan
metode perlindungan saat berhubungan seksual.
5. Instruksikan pasien mengenai kepentingan kebersihan reproduksi yang baik (seperti
menggunakan water soluble lubricant).
6. Pastikan pasien melakukan pemeriksaan rutin mengenai tanda gejala PMS pada
pelayanan kesehatan .
7. Dukung pasien untuk diskusikan sejarah sex dan sex yang aman dengan pasangan.
8. Diskusikan dengan pasien mengenai pentingnya peringatan dari pasangan sex ketika
didiagnosa PMS.

Anda mungkin juga menyukai