Anda di halaman 1dari 12

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang

Di Antara aturan yang mengatur hubungan sesama manusia yang ditetapkan Allah adalah
aturan tentang harta warisan, yaitu harta dan kepemilikan yang timbul sebagai akibat dari
suatu kematian. Harta Yang ditinggalkan oleh seorang yang meninggal dunia memerlukan
pengaturan tentang siapa yang berhak menerimanya, berapa jumlahnya, dan bagaimana
cara mendapatkannya.Aturan tentang waris tersebut ditetapkan oleh Allah melalui firmannya
yang terdapat dalam Al-Quran, terutama surah an-nisa ayat 7,8,11,12, dan 176, pada
dasarnya ketentuan Allah yang berkenaan dengan warisan telah jelas maksud, arah dan
tujuannya.Ditinjau dari perspektif sejarah, implementasi hukum kewarisan islam pada zaman
penjajahan belanda ternyata tidak berkembang, bahkan secara politis posisinya dikalahkan
oleh sistem kewarisan hukum adat. Pada masa itu diintrodusir teori persepsi yang bertujuan
untuk mengangkat hukum kewarisan adat dan menyisihkan penggunaan hukum kewarisan
islam[1].Banyak para sarjana hukum barat menganggap hukum kewarisan islam tidak
mempunyai sistem dan hukum islam itu hanya bersandar pada asas patrilineal. Sementara
itu, di kalangan umat islam sendiri banyak pula yang mengira tidak ada sistem tertentu
dalam hukum kewarisan islam, sehingga menimbulkan sebuah anggapan seolah-olah
hukum kewarisan islam merupakan hukum yang sangat rumit dan sulit. Kondisi yang
demikian itulah yang menyebabkan hukum kewarisan islam menurut fiqh kebudayaan arab
itu sangat sulit diterima masyarakat islam di Indonesia.

A.Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah


1. Apakah pengertian Ilmu Mawaris ?
2. Apa sajakah Sebab Menerima dan Penghalang Mendapatkan Warisan?
3. Apa sajakah Pengelompokan Ahli Waris dan Hak Masing-Masing ?
4. Apa sajakah Cara Meraih Berkah dengan Mawaris ?
5. Apa Pentingnya Hukum Waris Islam ?
6. Apa Manfaat Hukum Waris Islam ?

B.Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian Ilmu Mawaris.


2. Untuk mengetahui Sebab Menerima dan Penghalang Mendapatkan Warisan.
3. Untuk mengetahui Pengelompokan Ahli Waris dan Hak Masing-Masing.
4. Untuk mengetahui Cara Meraih Berkah dengan Mawaris.
5. Untuk mengetahui Pentingnya Hukum Waris Islam.
6. Untuk mengetahui Manfaat Hukum Waris Islam

BAB II
PEMBAHASAN

A.Pengertian Ilmu Mawaris


Ilmu mawaris adalah ilmu yang mempelajari tentang cara pembagian harta yang telah
ditentukan dalam Al Quran dan Hadits.cara pembagian menurut ahli waris adalah yang
terbaik,seadil-adilnya dengan tanpa melupakan hak seorang ahli waris sekalipun terhadap
anak-anak yang masih kecil. Ilmu mawaris disebut juga dengan ilmu faraidh, ilmu faraidh
merupakan suatu cara yang sangat efektif untuk mendapat pembagian warisan-warisan
yang berprinsip dan nilai-nilai keadilan yang sesungguhnya .Ilmu mawaris dan ilmu faraidh
pada prinsipnya adalah sama yaitu ilmu yang membicarakan tentang segala sesuatu yang
berkenaan dengan harta peninggalan orang yang meninggal dunia.

a. Golongan dari laki-laki


1.Anak laki-laki
2.Putra dari anak laki-laki dan seterusnya kebawah 3.Ayah
4.saudara laki-laki seayah dan seibu
5.saudara laki-laki seayah
6.saudara laki-laki seibu
7.putra saudara laki-laki seayah dan seibu
8. putra saudara laki-laki seayah
9.saudara laki-laki ayah yang seayah seibu
10.saudara laki-laki seayah
11.putra saudara laki-laki yang seayah seibu
12.putra saudara laki-laki ayah yang seayah
13.suami
14.orang yang laki laki yang membebaskan budak.

b. Golongan dari perempuan


1.Anak perempuan
2.Ibu
3.putri dari anak laki-laki dan seterusnya ke bawah
4.nenek yang shahih dan seterusnya keatas ( ibu dari ibu
)
5.nenek yang shahih dan seterusnya keatas ( ibu dari ayah )
6.saudara perempuan seayah dan seibu
7.saudara perempuan seayah
8.saudara perempuan seibu
9.Istri
10.orang perempuan yang membebaskan

budak # Sumber hukum ilmu mawaris Ada Tiga,

yaitu:

a. Al-Quran
Dalam Al Quran telah dijelaskan mengenai ketentuan-ketentuan dan hukum-hukum
waris.Dalam surat An-nisa:176 dan pada surah lainnya.
b. Al-Hadits
Dalam Riwayat imam Muslim dan Abu dawud bahwasanya Nabi Muhammad
SAW,bersabda :“Bagilah harta pusaka antara ahli-ahli waris menurut ( ketentuan )
kitab Allah”.
c. Ijma dan Ijtihad
Para ulama berperan dalam penyelesaian masalah-masalah yang berkaitan dengan
mawaris. Adapun hukum mempelajari ilmu mawaris adalah Wajib ( fardhu kifayah ),
yaitu apabila di suatu tempat ada salah seorang di antara mereka ada yang
mempelajari, maka sudah dianggap terpenuhi kewajiban itu, tetapi jika tidak ada
satupun dari mereka mempelajarinya maka semua orang ikut berdosa.

# Tujuan Ilmu Mawaris

a. Agar dapat melaksanakan pembagian harta warisan kepada ahli waris yang
berhak menerimanya sesuai dengan ketentuan syariat Islam
b. Agar dapat diketahui secara jelas siapa orang yang berhak menerima harta
warisan dan berapa bagian masing”.
c. Agar dapat menentukan bagian harta warisan secara adil dan benar sehingga
tidak terjadi perselisihan.

# Syarat Pewarisan

a. Kematian
Orang yang telah meninggal dunia dan mempunyai harta maka akan di wariskan
harta peninggalannya.karena sudah merupakan ketentuan hukumnya.harta warisan
tidak mungkin dibagikan sebelum orang yang mempunyai harta peninggalan itu
dinyatakan meninggal dunia secara hakiki.
b. Ahli waris harus masih hidup
Ahli waris yang akan menerima harta warisan dari orang yang meninggal dunia
harus masih hidup.Artinya Apabila ada ahli waris yang sudah meninggal itu tidak
berhak mendapat harta peninggalan.
c. Ahli waris harus jelas posisinya
diMasing-masing ahli waris harus dapat diketahui posisinya secara pasti, supaya
bagian-bagian harta warisan itu dapat diperoleh sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Sebab ketentuan hukum pewarisan selalu berubah-ubah sesuai dengan
tingkatan ahli waris.

# Rukun Pewarisan

a. Mawaris Yaitu Orang yang meninggal dunia atau orang yang meninggalkan
harta kepada orang-orang yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat
Islam
b. Waris Yaitu Orang yang berhak menerima harta peninggalan dari Waris karena
sebab-sebab tertentu.Waris disebut juga dengan Ahli Waris.
c. Miras
Yaitu Harta yang ditinggalkan oleh waris yang akan dibagikan kepada orang-orang
yang berhak menerimanya ( ahli waris ). Miras itu bermacam-macam harta, misalnya
tanah, rumah,uang, kendaraan, dan lain sebagainya.

B.Sebab-Sebab Menerima Harta Warisan dan Penghalang Mendapatkan Warisan

Dalam Agama islam sebab-sebab menerima harta warisan, adalah sebagai

berikut:

a) Hubungan Kekeluargaan
Dalam hubungan kekeluargaan tidak membedakan antara ahli waris laki-laki dan
perempuan, orang tua dan anak-anak, orang yang kuat dan Lemah. Sesuai
ketentuan yang berlaku semuanya harta warisan.
Hal ini berdasarkan firman Allah SWT, Dalam Alquran surah An-nisa ayat 7 :
Artinya; Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya, dan
bagi wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya, baik
sedikit atau banyak menurut bahagian yang telah ditetapkan.
Hubungan kekeluargaan ini bila dilihat dari penerimaannya ada tiga kelompok:
1. Dzawil Furudh Yaitu ahli waris yang memperoleh bagian tertentu seperti suami
mendapat seperdua bila orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan mendapat
seperempat bila orang yang meninggal mempunyai anak.
2. Dzawil arham Yaitu keluarga yang hubungan kekeluargaan nya jauh, mereka tidak
termasuk ahli waris yang mendapat bagian tertentu, tetapi mereka mendapat warisan
jika ahli waris yang dekat tidak ada.
3. Ahlul Ashabah
Yaitu Ahli waris yang mendapat sisa harta atau menghabiskan sisa, setelah ahli waris yang
memperoleh bagian tertentu mengambil bagian masing-masing.

b) Hubungan Perkawinan
Selama perkawinan masih utuh bisa menyebabkan adanya saling waris mewarisi.
Akan Tetapi, jika perkawinan sudah putus maka gugurlah saling waris mewarisi,
kecuali istri dalam keadaan masa iddah pada talak raj'i.

c) Hubungan Wala ( memerdekakan budak Seseorang yang telah memerdekakan


budak bisa menyebabkan memperoleh warisan. Jika budak yang dimerdekakan
itu meninggal dunia, maka orang yang memerdekakan itu berhak menerima
warisan. Akan tetapi, jika orang yang memerdekakan itu meninggal dunia maka
budak yang telah dimerdekakan itu tidak berhak mendapatkan apa-apa.

d) Hubungan Agama
Apabila ada orang yang meninggal dunia tidak mempunyai ahli waris, baik dari
hubungan kekeluargaan, perkawinan, wala, maka harta warisannya itu diberikan
kepada kaum muslimin,yaitu diserahkan ke baitul Mal untuk kemaslahatan umat
islam.

Agama islam sebab-sebab penghalang mendapat harta warisan, adalah sebagai berikut:

a. Status Budak
Orang yang berstatus budak, apapun jenisnya, tidak bisa menerima harta warisan
karena bila seorang budak menerima warisan maka harta warisan yang ia terima itu
menjadi milik tuannya, padahal sang tuan adalah bukan siapa-siapanya (ajnabi)
orang yang meninggal yang diwarisi hartanya.Seorang budak juga tidak bisa diwarisi
hartanya karena sesungguhnya ia tidak memiliki apa-apa. Bagi Seorang budak diri
dan apapun yang ada bersamanya adalah milik tuannya.

b. Membunuh
Orang yang membunuh tidak bisa mewarisi harta peninggalan dari orang yang
dibunuhnya, baik ia membunuhnya secara sengaja atau karena suatu kesalahan.
Karena membunuh sama saja dengan memutus hubungan kekerabatan, sedangkan
hubungan kekerabatan merupakan salah satu sebab seseorang bisa menerima
warisan.

Imam Abu Dawud meriwayatkan sebuah hadits dari kakeknya Amr bin Syuaib, bahwa
Rasulullah bersabda:Artinya: “Tak ada bagian apa pun (dalam warisan) bagi orang yang
membunuh”.

Sebagai contoh, bila ada seorang anak yang membunuh bapaknya maka anak tersebut
tidak bisa menerima harta warisan yang ditinggalkan oleh sang bapak. Namun demikian,
orang yang dibunuh bisa menerima warisan dari orang yang membunuhnya.
Misalnya,seorang anak melukai orang tuanya untuk dibunuh. Sebelum sang orang tua
benar-benar meninggal ternyata si anak lebih dahulu meninggal. Pada kondisi seperti ini
orang tua yang dibunuh tersebut bisa mendapatkan warisan dari harta yang ditinggalkan
anak tersebut, meskipun pada akhirnya sang orang tua meninggal dunia juga.

c. Perbedaan Agama Antara Islam dan Kufur Orang yang beragama non-Islam tidak
bisa mendapatkan harta warisan dari keluarganya yang meninggal yang
beragama Islam. Juga sebaliknya seorang Muslim tidak bisa menerima warisan
dari harta peninggalan keluarganya yang meninggal yang tidak beragama Islam.

Berdasarkan hadits riwayat Imam Bukhari yang menyatakan:

Artinya: “Seorang Muslim tidak bisa mewarisi seorang kafir, dan orang kafir tidak bisa
mewarisi seorang Muslim.”

Bagaimana dengan sesama orang kafir namun beda agama? Dalam hal warisan ini para
ulama menghukumi bahwa agama apa pun selain Islam dianggap sebagai satu agama
sehingga mereka yang beragama non-Islam dapat saling mewarisi satu sama lain. Maka bila
dalam satu keluarga ada beda-beda agama selain Islam di antara anggota keluarganya
mereka bisa saling mewarisi satu sama lain.

C. Pengelompokkan Ahli Waris dan Hak Masing-

Masing #Ahli Waris Yang masuk golongan ashabah

ialah: 1.Anak Laki-laki


2.Cucu laki-laki dan seterusnya ke bawah
3.Ayah
4.Kakek Laki-laki dan seterusnya
keatas 5.Saudara laki-laki seibu
6.Saudara seayah
7.Anak laki-laki dari saudara seibu seayah
8.Anak laki-laki dari saudara laki-laki
seayah 9.Paman seibu seayah
10.Paman seayah
11. Anak laki-laki dari paman laki-laki seibu
seayah 12.Anak laki-laki dari paman saudara
seayah
13.Laki-laki yang memerdekakan.
14.Perempuan yang memerdekakan Ahli waris ashabah ini menerima warisan
berdasarkan peringatan di mulai dari peringkat pertama Bila ada ashabah pada peringkat
yang lebih dekat tentu ashabah yang berada di peringkat berikutnya akan terhijab
otomatis.

Mengenal kedudukan ayah dan kakek memang strategis, satu sisi mereka adalah dzawil
furudh tetapi disisi lain mereka juga jadi ashabah, tentu manakala atau cucu laki-laki tidak
ada, ayah dan kakek tetap menjadi dzawil furudh.

# Bagian Ahli Waris Dzawil Furudh

a. Yang menerima setengah (1/2)


1.Anak perempuan apabila hanya seorang
2.Anak perempuan dari anak laki-laki ( cucu perempuan ), Apabila hanya seorang,
selama tidak ada anak perempuan dan cucu perempuan dari anak laki-laki
3.Saudara perempuan seayah, jika hanya seorang saja, dan tidak juga tsb pada point 1
dan 2
4.Suami, jika tidak ada anak, dan tidak ada cucu laki-laki dan anak laki-laki

b. Yang menerima seperempat (1/4)


1.Suami, jika tidak ada anak atau cucu laki-laki dari anak laki-laki
2.Istri tau beberapa orang istri, jika tidak ada anak atau cucu laki-laki dari anak laki-laki

c. Yang menerima seperdelapan (1/8)


1.Istri atau beberapa orang istri bila ada anak atau cucu dari anak laki-laki.

d. Yang mendapat dua pertiga (2/3)


1.Dua orang anak perempuan atau lebih jika mereka tidak mempunyai saudara laki-laki
2.Dua orang cucu perempuan atau lebih dari anak lak-laki, selama tidak ada anak
perempuan atau saudara laki-laki
3.Dua orang saudara perempuan sekandung atau lebih, jika tidak ada anak perempuan
atau anak perempuan dari anak laki-laki, atau saudara laki-laki mereka.
4.Dua orang saudara perempuan seayah atau lebih, jika tidak ada yang tsb dari point 1,2,3.

e. Yang mendapat (1/3)


1.Ibu, jika tidak terhalang, jika tidak meninggalkan anak atau cucu laki-laki. Atau tidak pula
meninggalkan dua orang saudara baik laki-laki maupun perempuan , baik seibu seayah
atau bukan.
2.Dua orang laki-laki atau lebih, juga saudara perempuan seibu, dua orang atau lebih,
jika tidak ada pokok dan cabang (ayah atau kakek dan anak atau cucu).itulah yang
dimaksud dengan “kalalah”.Selain itu jumlah mereka harus ada dua orang atau lebih baik
mereka lelaki atau perempuan.

f. Yang menerima seperenam (1/6)


1.Ibu, jika ada anak, atau cucu laki-laki dari anak laki-laki, atau dua orang atau lebih
dari saudara laki-laki dan perempuan.
2.Ayah, jika tidak ada anak atau cucu dari anak laki-
laki 3.Nenek perempuan jika tidak ada ibu
4.Cucu perempuan dari anak laki-laki, jika bersama-sma dengan seorang anak
perempuan sekandung.
5.Saudara perempuan seayah, jika bersama-sama dengan seorang saudara
perempuan sekandung ayah.

# Ahli waris zul arham

Ahli waris zul arham adalah orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat dengan
pewaris, namun tidak dijelaskan bagiannya dalam Al-Quran dan hadis Nabi sebagai zaul
furudh dan tidak pula termasuk dalam kelompok ashabah bila kerabat yang menjadi
ashabah adalah laki-laki dalam garis keturunan laki-laki, maka zaul arham itu adalah
perempuan atau laki-laki melalui garis keturunan perempuan.

Zul arham terdapat 4 kelompok garis keturunan yaitu:

a.Garis keturunan lurus ke bawah yaitu:

● Anak laki-laki atau perempuan dan keturunannya.


● Anak laki-laki atau perempuan dari cucu perempuan dan keturunannya.

b.Anak keturunan lurus ke atas

● Ayah dari ibu dan seterusnya ke atas


● Ayah dari ibunya ibu dan seterusnya ke atas
● Ayah dari ibunya ayah dan seterusnya ke

atas. c.Garis keturunan kesamping pertama, yaitu:

● Anak perempuan dari saudara laki-laki kandung atau seayah dan anaknya
● Anak laki-laki atau perempuan dari saudara seibu dan seterusnya ke bawah

d.Garis keturunan kesamping kedua yaitu:

● Saudara perempuan ( kandung, seayah, atau ibu) dari ayah dan anaknya.

● Saudara laki-laki atau perempuan seibu dari ayah dan seterusnya ke bawah.

● Saudara laki-laki atau perempuan ( kandung, seayah, atau ibu) dari ibu dan
seterusnya ke bawah

# Cara membagi Waris

Sebagaimana diketahui bahwa pembagian dalam harta warisan telah ditetapkan bagian
masing-masing ahli waris, yaitu ada ahli waris yang menerima bagian tertentu yang berupa
seberapa dari warisan, disebut furudhul muqaddarah, dan ahli waris menerima seluruh yg
tersisah setelah diambil oleh bagian ahli waris yang termasuk al quran-furudhul muqaddarah
disebut ashabah.
Asal masalah ialah angka yang menjadi dasar pembagian harta warisan dalam suatu
masalah yakni di bagi menjadi berapa bagiankah keseluruhan harta pusaka itu, sehingga
bagian masing-masing ahli waris dapat diterima sebagaimana mestinya.

Cara menentukan angka asall masalah ialah dengan memperhatikan angka-angka


pemecahan yang terdapat pada bagian-bagian ahli waris zauL furudh dalam suatu kasus,
yaitu dengan mencari kelipatan persekutuan terkecil dari pada angka-angka pembagi atau
angka-angka pemecahan yang ada pada bagian-bagian ahli waris.

Dilihat dari segi angka-angka pembagian masing-masing bagian ada, maka ditentukan asal
masalah ada 4 macam, sebagai berikut:

1.Mudakhalah, Yaitu Apabila angka-angka pembagi pada bagian-bagian yang ada pada
suatu kasus itu saling memasuki, artinya angka pembagi yang kecil dapat dimasukkan ke
dalam angka pembagi yang besar, dengan kata lain angka pembagi yang besar dapat habis
dengan angka pembagi yang kecil.

2.Mumatsalah, Yaitu apabila angka-angka pembagian pada bagian-bagian yang ada dalam
suatu kasus itu sama besarnya, maka cara menentukan asal masalah ia dengan
mengambil salah satu di antara angka-angka pembagi yang ada.

3.Mubayanah, Yaitu Apabila angka-angka


pembagian pada bagian yang ada dalam suatu kasus itu berbeda yang satu dengan lain,
maka pembagian yang satu tidak habis dibagi dengan angka pembagi yang lain serta tidak
mempunyai pembagi yang sama antara angka-angka pembagian yang ada.

4.Muwafaqah, Yaitu apabila angka-angka pembagi pada bagian-bagian yang ada


dalam suatu kasus berbeda antara yang satu yang lain, tetapi angka-angka pembagi
tersebut mempunyai pembagian yang sama.

# Gugurnya Ahli Waris

1.Bagian Untuk nenek perempuan menjadi gugur karena ada ibu, atau datuk laki-
laki terhalang karena ada ayahnya.

2.Bagian saudara ibu menjadi gugur karena ada salah seorang dari 4 Macam ahli
waris: a.Anak
b.Cucu dari Anak laki-laki
c.Ayah
d.Datuk laki-laki

3.Bagian saudara Laki-laki sekandung menjadi gugur, karena ada salah seorang dari tiga
ahli waris yaitu :
a.Anak Laki-laki
b.cucu laki-laki dari anak laki-laki
c.Ayah
4.Bagian Anak Ayah( Saudara laki-laki atau perempuan seayah ) menjadi gugur, karena
adanya salah seorang tersebut di atas, yakni anak laki-laki, cucu laki- laki dari anak laki-
laki atau ayah.Dan jika ada saudara laki-laki seayah seibu.

5.Empat orang yang dapat menjadi shobah kepada saudara-saudara perempuan


mereka Yakni:
a.Anak laki-laki
b.Cucu laki-laki dari anak laki-laki
c.Saudara laki-laki sekandung
d.Saudara laki-laki seAyah

6.AUL DAN RADd.


a. Masalah Aul
Ialah keadaan yang berlebihnya saham —saham para dipecah-pecah sejumlah
angka asal masalah pasti tidak cukup untuk memenuhi saham-saham dzawil
furudh.Salah satu cara yang dilakukan untuk menyelesaikan Aul adalah :Setelah
diketahui bagian-bagian ashabul furudh hendaknya dicari asal masalah, kemudian
dicari saham-saham dari masing-masing ashabul furudh itu dijumlah, maka asal
masalah yang semula dibenarkan dengan menambahkan angka tertentu sehingga
besarnya sama dengan jumlah saham-saham para ahli waris, dengan kata lain asal
masalah yang baru dipakai ialah jumlah saham-saham yang harus diterima oleh para
ahli waris.
b. Masalah Radd Menurut fuqaha ialah pengambilan apa yang tersisa dari
bagian dzawil furudh nasabiyah kepada mereka sesuai dengan besar kecilnya
bagian mereka bila tidak ada orang lain yang berhak untuk menerimanya.

Rad tidak akan terjadi kecuali bila ada tiga rukun:


a. Adanya pemilik Fard ( sahibul Fadh )
b. Adanya sisa peninggalan.
c. Tidak adanya ahli waris ashabah

Untuk menyelesaikan secara tuntas pembagian harta warisan terdapat sisa lebih dan
dirasakan,atau mengandung masalah rad, terlebih dahulu haruslah diteliti apakah dalam
kasus dimaksud terdapat ahli waris yang ditolak menerima rad ataukah tidak.Jika dari
Antara ahli waris ashabul furudh itu tidak terdapat seorang pun yang ditolak menerima
tambahan dari sisa lebih yang dirasakan itu.

D.Meraih Berkah Dengan Mawaris

Kecenderungan manusia kepada harta kekayaan, jabatan dan kehidupan dunia pada
umumnya secara berlebihan, memicu munculnya berbagai konflik dan persengketaan. Pada
kondisi itulah diperlukan sebuah tatanan hukum dan peraturan yang bisa memberi jalan
keluar secara damai. Dan tentu saja yang paling memahami kondisi manusia adalah
pencipta manusia itu sendiri yaitu Tuhan Yang Maha Kuasa. Tuhan telah menciptakan buku
manual berupa kitabullah sebagai panduan melakukan berbagai kegiatan kehidupan
sehari-hari di dunia. Buku manual berupa kitab allah tersebut sangat sesuai sebagai
pemberi jalan keluar bagi berbagai macam konflik dan pertikaian yang terjadi diantara
sesama manusia. Sekalipun dalam prakteknya karena berbagai sebab, tak sedikit manusia
yang menolak hidupnya diatur oleh kitabullah yang merupakan buku manual untuk menjalani
kehidupan di dunia. Tidak mengherankan bila pada gilirannya kehidupan dunia semakin
semrawut dan kacau balau. Salah satu diantaranya adalah menolak penerapan hukum waris
Islam dalam keluarga, sekalipun semua paham hukum waris Islam akan memberi keadilan
kepada seluruh anggota keluarga.

E. Pentingnya Hukum Waris Islam

Dalam Islam, setiap orang yang telah meninggal dunia maka diwajibkan untuk segera
menyelesaikan beberapa hal penting diantaranya menyelesaikan pembayaran hutang si ahli
kubur,menunaikan wasiat yang telah diberikan dan melaksanakan nazar ahli kubur.
Pelunasan terhadap hutang piutang yang dimiliki oleh ahli kubur, diambil dari harta yang
ditinggalkan. Namun Demikian, bila ternyata tidak memiliki harta benda yang mencukupi,
maka keluarganya lah yang berhak membayarkan hutang-hutang si ahli kubur.
Bagaimanakah dengan pembagian waris Islam itu sendiri? Perlukah disegerakan atau
menunggu masa tertentu? Hal ini sebetulnya relatif.

Artinya tidak ada keterangan kuat bahwa pembagian waris dalam Islam harus
disegerakan, juga tidak keterangan yang sama kuat untuk mengabaikan atau
menunda-nunda pembagian waris.Idealnya adalah ketika seluruh anggota keluarga dan ahli
waris berkumpul, kemudian seluruh kewajiban kepada yang meninggal telah dilaksanakan
termasuk melunasi seluruh hutang hutangnya, kemudian berkumpul untuk membagikan
harta warisan. Dengan demikian tak seorang pun dari ahli waris yang akan terganggu atau
teraniaya hak-haknya.

Namun sekali lagi tidak ada anjuran waktu mutlak dalam Islam untuk melaksanakan
pembagian harta waris. Hanya saja Islam menganjurkan, apabila dikhawatirkan terjadi
berbagaikonflik internal dalam keluarga, maka dianjurkan untuk segera melakukan
pembagian harta warisan tersebut.

Pertanyaan berikutnya yang muncul adalah apakah pembagian harta waris tersebut harus
mutlak berdasarkan pembagian harta waris Islam atau sesuai dengan aturan ilmu
mawaris(Faraid)? Bagaimana hukumnya dengan mereka yang terbiasa melakukan
pembagian harta warisan dengan memakai hukum suku atau hukum adat?

Pembagian harta warisan menurut hukum adat jelas sangat jauh berbeda dengan hukum
Islam. Ada juga yang membagikan harta warisan secara kekeluargaan. Disana disepakati
bagian masing-masing ahli waris secara damai tanpa mengundang berbagai pertikaian
sesama ahli waris.Yang manakah lebih utama dari hal di atas?

Pembagian waris Islam mutlak diterapkan sebagai upaya pencegahan terjadinya konflik
pertikaian yang dapat muncul akibat rasa ketidakadilan yang dirasakan oleh para ahli waris
terhadap bagian masing-masing. Jadi apabila sesama ahli waris mampu berdamai untuk
melakukan pembagian dengan keridhaan masing-masing tanpa adanya konflik sengketa,
hukum pembagian waris Islam bisa untuk tidak dilaksanakan. Namun kembali kepada
pemahaman masing-masing anggota keluarga dan bukan memandang dari sisi manfaat
serta mudharatnya.
Warisan merupakan harta orang lain yang diperoleh atas usaha jerih payah orang lain
sewaktu ada di dunia. Harta pemberian orang lain tak akan senikmat harta jerih payah kita
sendiri.Terlebih jika cara memperolehnya dilakukan dengan cara-cara yang tidak halal dan
tidak baik.Tentu saja dengan mengharap mendapat harta warisan dari orang seperti ini,
bukanlah perbuatan terpuji.

Namun tidak bisa dipungkiri bila salah satu kebiasaan buruk manusia adalah terlalu
berharap dan menggantungkan nasib hidup terhadap harta warisan keluarganya, padahal ia
sendiri masih mampu melakukan usaha-usaha halal lainnya yang itu akan lebih mengangkat
harkat dan martabat diri sendiri.

Ingatlah bahwa orang yang kaya karena harta warisan keluarganya, tidak akan terlalu
dipandang di tengah-tengah masyarakat. Tentu saja akan begitu gampang menerima
tudingan soal kekayaannya itu, karena orang akan selalu berpikir, dia kaya karena harta
warisan keluarganya.Bandingkan dengan seseorang yang memperoleh kekayaan dari hasil
jerih keringat sendiri. Ia akan lebih dewasa saat menderita kemiskinan yang mungkin akan
dialaminya di kemudian hari. Begitu pula akan lebih bertanggung jawab dalam
menggunakan dan memanfaatkan harta kekayaannya itu.

Tapi terlepas dari masalah itu semua, hukum waris Islam menawarkan jalan keluar yang
baik untuk semua pihak. Sehingga akan terhindari dari kasus adanya yang teraniaya hak
atau perasaan ketidak adilan. Kenyataan tersebut apabila tidak memperoleh jalan keluar
yang baik,akan menyebabkan timbulnya rasa tidak enak. Apabila terus dipelihara akan
semakin memunculkan konflik bahkan pada akhirnya menjurus kepada pertikaian, padahal
masih sesama keluarga.

F. Manfaat Hukum Waris Islam

Berbicara tentang hukum waris Islam, tentu saja tidak terlepas dari pemikiran sejauh
manahukum waris Islam ini memberi jalan keluar yang adil buat semua ahli waris. Beberapa
manfaat yang akan dirasakan dengan adanya pembagian waris Islam antara lain adalah :

1.Terciptanya ketentraman hidup dan suasana kekeluargaan yang harmonis

Syariah adalah sumber hukum tertinggi yang harus ditaati. Orang yang paling

durhaka
adalah orang yang menentang hukum syariah. Syariah itu sendiri diturunkan untuk kebaikan
hidup umat Islam dan memberi jalan keluar yang paling sesuai dengan karakter dan watak
dari masing-masing manusia.

Pelaksanaan pembagian waris Islam semata-mata bertujuan menciptakan ketentraman


hidup orang-orang yang melaksanakannya. Orang-orang yang memahami bahwa syariah
adalah hukum tertinggi yang harus ditaati, maka ia akan menerima dengan ikhlas setiap
keputusan yang bersumber dari syariah. Sebaliknya orang yang menganggap bahwa hukum
waris Islam yang merupakan bagian dari syariah Islam sebagai upaya membatasi hak ahli
waris adalah pemikiran yang tidak benar, walaupun diikuti akan menyebabkan jauh lebih
banyak mudharat daripada manfaatnya.

2.Menciptakan keadilan dan mencegah konflik pertikaian


Pembagian waris Islam merupakan pembagian dengan nilai keadilan paling tinggi. Keadilan
yang telah diterapkan tersebut secara otomatis akan mencegah muncul berbagai konflik
dalam keluarga yang dapat berujung pada tragedi pertumpahan darah. Sekalipun dalam
prakteknya selalu saja muncul penentangan-penentangan yang bersumber dari akal pikiran,
yang sebenarnya lebih karena khawatir yang tidak beralasan. Kalaupun kemudian
menggunakan hukum waris adat atau berdasarkan kekeluargaan yang membagi kekayaan
secara rata, bukan jaminan tidak akan munculnya ketidakadilan. Misalnya seorang anggota
keluarga yang selama hidupnya merasa paling berjasa dan paling memperhatikan
kehidupan almarhum atau almarhumah, tidak akan gampang menerima pembagian yang
sama rata ini. Begitu pula tentang masalah-masalah lain yang tetap saja akan muncul,
karena sebenarnya bersumber dari ketidak puasan hawa nafsu.

BAB III
PENUTUPAN

Kesimpulan

Semua orang muslim wajib mempelajari ilmu mawaris, Ilmu mawaris sangat penting dalam
kehidupan manusia khususnya dalam keluarga karena tidak semua orang yang ditinggal
mati oleh seseorang akan mendapatkan warisan . Hal yang perlu diperhatikan apabila kita
seorang muslim mengetahui pertalian darah, hak dan pembagiannya apabila mendapatkan
warisan dari orang tua maupun orang lain.

Saran

Bagi para pembaca setelah membaca makalah ini diharapkan lebih memahami mawaris
dalam kehidupan keluarga maupun orang lain sesuai dengan ajaran agama islam dimana
hukum memahami mawaris adalah fardhu kifayah.

Anda mungkin juga menyukai