DISUSUN OLEH :
1. ANITA PRATAMI
2. MESI APRIANI
Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang.
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat Allah yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-NYA. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
“SISTEM RUJUKAN DAN PENDEKATAN PSIKOLOGI MATERNAL DAN
NEONATAL”. Tanpa pertolongan-NYA kami tidak akan sanggup untuk
menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam tak lupa kami curahkan kepada
Nabi besar Muhammad saw yang kita nantikan syafaatnya diakhirat nanti.
Demikian makalah ini .Semoga bisa bermanfaat bagi yang menbacanya. Kami
ucapkan terimakasih.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................
A. Latar Belakang.........................................................................................
B. Rumusan Masalah....................................................................................
C. Tujuan......................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................
A. Kesimpulan..............................................................................................
B. Saran........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di negara Indonesia sistem rujukan kesehatan telah dirumuskan
dalam Permenkes No. 01 tahun 2012. Sistem rujukan pelayanan kesehatan
merupakan penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengatur
pelimpahan tugas dan tanggung jawab timbal balik pelayanan
kesehatan secara timbal balik baik vertikal maupun horiontal.
Sederhananya, sistem rujukan mengatur dari mana dan harus kemana
seseorang dengan gangguan kesehatan tertentu memeriksakan keadaan
sakitnya.
Pelaksanaan sistem rujukan di indonesia telah diatur dengan
bentuk bertingkat atau berjenjang, yaitu pelayanan kesehatan tingkat pertama,
kedua dan ketiga, dimana dalam pelaksanaannya tidak berdiri sendiri-sendiri
namun beradadi suatu sistem dan saling berhubungan.
Manfaat sistem rujukan dari sudut pemerintah sebagai penentu kebijakan
(policy maker), manfaat sistem rujukan adalah membantu penghematan dana,
karena tidak perlu menyediakan berbagai macam peralatan kedokteran
padasetiap sarana kesehatan; memperjelas sistem pelayanan kesehatan,
karenaterdapat hubungan kerja antara berbagai sarana kesehatan yang
tersedia;memudahkan pekerjaan administrasi, terutama pada aspek
perencanaan.
Dari sudut kalangan kesehatan sebagai penyelenggara pelayanan
keseahatan (health provider), manfaat sistem rujukan adalah memperjelas
jenjang karier tenaga kesehatan dengan berbagai akibat positif lainnya seperti
semangat kerja, ketekunan, dan dedikasi; membantu peningkatan pengetahuan
dan ketrampilan, yaitu: kerja sama yang terjalin; memudahkan atau
meringankan beban tugas,karena setiap sarana kesehatan mempunyai tugas dan
kewajiban tertentu.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana System Rujukan Maternal dan Neonatal ?
2. Bagaimana Pendekatan Psikologi dan KIE dalam kegawatdaruratan
maternal dan neonatal ?
C. Tujuan
1. untuk mengetahui System Rujukan Maternal dan Neonatal
2. untuk mengetahui Pendekatan Psikologi dan KIE dalam kegawatdaruratan
maternal dan neonatal
BAB II
PEMBAHASAN
6. Tingkat Rujukan
Pelayanan kebidanan dilakukan sesuai dengan hirarki pelayanan kesehatan
yang ada mulai dari :
a. Pelayanan kesehatan tingkat primer/pertama (primary health care)
Pelayanan ini meliputi : Puskesmas dan jaringannya termasuk
Polindes/Poskesdes, Bidan Praktik Mandiri, Klinik Bersalin serta
fasilitas kesehatan lainnya milik pemerintah maupun swasta.
Memberikan pelayanan kebidanan essensial, melakukan promotif,
preventif, deteksi dini dan memberikan pertolongan pertama pada
kegawat-daruratan obstetri neonatal (PPGDON) untuk tindakan pra
rujukan dan PONED di Puskesmas serta pembinaan UKBM termasuk
Posyandu.
b. Pelayanan kesehatan tingkat sekunder/kedua (secondary health
services)
Pelayanan ini meliputi : Rumah Sakit Umum dan Khusus baik milik
Pemerintah maupun Swasta yang setara dengan RSU Kelas D, C dan B
Non Pendidikan, termasuk Rumah Sakit Bersalin (RSB), serta Rumah
Sakit Ibu dan Anak (RSIA). Memberikan pelayanan kebidanan
essensial, melakukan promotif, preventif, deteksi dini, melakukan
penapisan (skrining) awal kasus komplikasi mencegah terjadinya
keterlambatan penanganan dan kolaborasi dengan nakes lain dalam
penanganan kasus (PONEK).
c. Pelayanan kesehatan tingkat tersier (tertiary health services)
Pelayanan ini meliputi : Rumah Sakit yang setara dengan Rumah
Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus Kelas A, kelas B pendidikan,
milik Pemerintah maupun swasta. Memberikan pelayanan kebidanan
essensial, melakukan promotif, preventif, deteksi dini, melakukan
penapisan (skrining) awal kasus komplikasi mencegah terjadinya
keterlambatan penanganan, kolaborasi degan nakes lain dalam
penanganan kasus PONEK dan asuhan kebidanan/penatalaksanaan
kegawat-daruratan pada kasus-kasus kompleks sebelum mendapat
penanganan lanjut.
8. Indiksai Rujukan
IBU BBL
a. Riwayat seksio sesaria a. Berat lahir rendah <2500
b. Perdarahan pervaginam gram
c. Persalinan kurang bulan (usia b. Gawat napas
kehamilan <37 minggu) c. Sianosis, pucat, atau ikterus
d. Ketuban pecah dengan d. Gerakan abnormal
mekonium yang kental e. Takikardi/bradikardi
e. Ketuban pecah pada persalinan f. Hipo/hipertermia
kurang bulan g. Bayi dari ibu DM
f. Ikterus h. Refleks yang buruk
g. Anemia berat i. Latergi
h. Tanda/gejala berat j. Tangisan lema atau
i. Preeklamsia/hipertensi dalam melengking
kehamilan k. Demam
j. Tinggi fundus uteri 40 cm atau l. Trauma lahir
lebih m. Kasus bedah
k. Primipara dalam fase aktif
persalinan dengan palpasi
kepala janin masuk 5/5
l. Presentasi bukan belakang
kepala
m. kehamilan gemeli
n. Presentasi majemuk
o. Tali pusan membumbung
p. Syok
2. Langkah-langkah konseling
a. Ajukan pertanyaan-pertanyaan untuk mengerti situasi ibu dan latar
belakangnya. Lakukan klarifikasi bila diperlukan dan jangan
menghakimi.
b. Identifikasi kebutuhan ibu, masalah ibu, dan informasi yang belum
diketahui ibu. Pelajari setiap masalah yang ada serta dampaknya
terhadap berbagai pihak (ibu, suami, keluarga, komunitas, tenaga
kesehatan, dan sebagainya).
c. Tanyakan pendapat ibu mengenai solusi alternatif apa yang dapat
dilakukan Untuk meyelesaikan masalah yang ia hadapi.
d. Identifikasi kebutuhan ibu terhadap informasi, sumber daya, atau
dukungan lain untuk memecahkan masalahnya.
e. Susun prioritas solusi dengan membahas keuntungan dan kerugian dari
berbagai alternatif pemecahan masalah bersama ibu.
f. Minta ibu untuk menentukan solusi apa yang paling memungkinkan
untuk mengatasi masalahnya.
g. Buatlah rencana tindak lanjut bersama.
h. Evaluasi pelaksanaan rencana tindak lanjut tersebut pada pertemuan
konseling berikutnya.
3. Keterampilan konseling
a. Komunikasi dua arah
Ketika tenaga kesehatan ingin agar sebuah informasi diterapkan oleh
ibu atau keluarganya, proses konseling dan komunikasi dua arah harus
berjalan. Misalnya, ketika menentukan di mana ibu harus bersalin dan
bagaimana ibu bisa mencapai fasilitas kesehatan tersebut.
b. Membina suasana yang baik
Tenaga kesehatan dapat membangun kepercayaan dan suasana yang
baik dengan ibu misalnya dengan cara menemukan kesamaan-kesamaan
dengan ibu dalam hal usia, paritas, daerah asal, atau hal-hal kesukaan.
c. Mendengar dengan aktif
Ketika ibu berbicara, tenaga kesehatan perlu memperhatikan informasi
yang diberikan dan menunjukkan bahwa informasi tersebut sudah
dimengerti. Tanyakan pertanyaan yang berhubungan dengan informasi
yang ibu berikan untuk mengklarifikasi pemahaman bersama. Ulangi
informasi yang ibu sampaikan dalam kalimat yang berbeda untuk
mengkonfirmasi dan rangkum butir-butir utama yang dihasilkan dari
percakapan.
d. Mengajukan pertanyaan
Dalam berkomunikasi, kita mengenal dua jenis pertanyaan:
1) Pertanyaan tertutup memiliki jawaban pasti dan biasa dipakai Untuk
mendapatkan data riwayat kesehatan ibu, misalnya: “Berapa usia
Anda?” atau “Apakah Anda sudah menikah?”
2) Pertanyaan terbuka menggali informasi terkait situasi, emosi,
perasaan, sikap, pengetahuan, maupun kebutuhan ibu, misalnya Apa
yang Anda rasakan setelah melahirkan? atau Ceritakanlah mengenai
persalinan terakhir Anda.
Purwoastuti, Endang, dan Walyani Elisabeth Siwi. 2015. Ilmu Obstetri dan
Ginekologi Sosial Bagi Kebidanan. Yogyakarta: Pustakabarupress