Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN
IBU POST PARTUM SECTIO CAESAREA

OLEH:
NAMA: Melisa M. Molana
KELAS: PPN tingkat 3
NIM: PO530321119235
RUANGAN: Nifas

Pembimbing Klinik Pembimbing Institusi

Dr. Ina Debora Ratu Ludji, S.kep, Ns. M.Kes Ester Rau, Amd.Kep

POLTEKKES KESEHATAN KEMENKES KUPANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS
2021
A. Konsep Post Partum

Post partum normal atau masa nifas adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas
berlangsung selama kira-kira 6 minggu.
Masa nifas atau post partum adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6 minggu atau 42
hari. Setelah masa nifas, organ reproduksi secara berlahan akan mengalami perubahan seperti
sebelum hamil. Selama masa nifas perlu mendapat perhatian lebih dikarenakan angka kematian
ibu 60% terjadi pada masa nifas.

B. Konsep Post Partum Sectio Caesarea

1. Pengertian

Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada
dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas
500 gram.
Sectio Caesaria adalah alternatif menyambut kelahiran seorang bayi melalui operasi praktis.
Pembedahan dilakukan pada perut dan rahim ibu. Banyak sekali masalah yang sering dihadapi
oleh ibu post Sectio Caesarea diantaranya rasa nyeri, kecemasan, dan gangguan mobilitas.
Gangguan-gangguan tersebut membuat ibu post Sectio Caesarea merasa tidak nyaman atau
menimbulkan ketidaknyamanan ibu post Sectio Caesarea. Nyeri dirasakan ibu post post Sectio
Caesarea yang berasal dari luka bekas sayatan operasi post Sectio Caesarea berada dibawah
perut. Tingkat keparahan nyeri yang dirasakan oleh ibu post post Sectio Caesarea tergantung
pada psikologis dan fisiologi individu ibu dan toleransi yang di timbulkan nyeri.

2. Etiologi
1) Etiologi yang berasal dari ibu

Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, primi para tua disertai kelainan letak ada,
disproporsi sefalo pelvik (disproporsi janin / panggul ), ada sejarah kehamilan dan persalinan
yang buruk, terdapat kesempitan panggul, Plasenta previa terutama pada primigravida, solutsio
plasenta tingkat I – II, komplikasi kehamilan yang disertai penyakit ( jantung, DM ). Gangguan
perjalanan persalinan (kista ovarium, mioma uteri, dan sebagainya).
2) Etiologi yang berasal dari janin

Fetal distress/gawat janin, mal presentasi dan mal posisi kedudukan janin, prolapsus tali pusat
dengan pembukaan kecil, kegagalan persalinan vakum atau forceps ekstraksi.
3. Patofisiologi

Terjadi kelainan pada ibu dan kelainan pada janin menyebabkan persalinan normal tidak
memungkinkan dan akhirnya harus diilakukan tindakan Sectiocaesarea, bahkan sekarang
Sectiocaesarea menjadi salah satu pilihan persalinan
Adanya beberapa hambatan ada proses persalinan yang menyebabkan bayi tidak
dapat dilahirkan secara normal, misalnya plasenta previa, rupture sentralis dan lateralis,
pannggul sempit, partus tidak maju (partus lama), pre-eklamsi, distokksia service dan
malpresentasi janin, kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan
pembedahan yaitu Sectiocaesarea (SC). Dalam proses operasinya dilakukan tindakan
yang akan menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan
masalah intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan
menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktifitas perawatan diri pasien secara
mandiri sehingga timbul masalah deficit perawatan diri. Kurangnya informasi mengenai
proses pembedahan, penyembuhan dan perawatan post operasi akan menimbulkan
masalah ansietas pada pasien. Selain itu dalam proses pembedahan juga akan dilakukan
tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga menyebabkan inkontinuitas jaringan,
pembuluh darah dan saraf-saraf di daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran
histamin dan prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri. Setelah semua proses
pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post operasii,
yang bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah resiko infeksi.
4. Pathway

Plasenta previa,
rupture sentralis dan Section Caesarea
lateralis, panggul
sempit, pre-eklamsia,
partus lama

Post op Luka post partum

Penurunan kerja pons Jaringan


Jaringan
terputus
terbuka

Merangsang area Proteksi kurang


Penurunan kerja otot sensorik
eliminasi

Gangguan rasa Invasi bakteri


Penurunan peristaltik nyaman

Konstipasi Nyeri Risiko infeksi

5. Indikasi sectio caesare


Keputusan operasi caesar diambil ketika terdapat hambatan dalam proses kelahiran
secara alamiah. Hambatannya bisa oleh kelainan jalan persalinan(panggul), kontraksi
rahim yang kurang baik (power), atau karena bayi yang berukuran besar sehingga tak
dapat melewati jalan lahir, indikai lainya adalah bisa akibat komplikasi lain, misalnya
ketuban pecah lebih dari 24 jam, denyut jantung bayi yaang tidak teratur, disertai
ketuban berwarna hijau, bayi presentasi lintang, plasenta menutup jalan lahir(plasenta
previa), pendarahan banyak didalam rahim karena plasentanya terlepas lebih
awal(solusio plasenta), dan bayi pertama sungsang tapi telah dicoba persalinan
normal tidak ada kemajuan. Bisa juga karena saat dalam proses melahirkan bayi
terlalu lama sehingga penolong tidak mau membiarkan bayi terlalu lama didalam
rahim, misalnya denyut jantung bayi pada monitor yang terpantau mulai tidak teratur,
sehingga penolong takut bayi tak mendapatkan suplai oksigen yang cukup yang
beresiko bayi terkena epilepsi suatu saat nanti.
6. Resiko kelahiran Sectio Caesarea

Melahirkan dengan cara Sectiocaesarea sudah populer. Namun demikian, demikian,


secara obyektif kita perlu menimbang untung dan ruginya adapun resiko Sectiocaesarea
adalah :
1) Resiko jangka pendek
a. Terjadi infeksi
Luka Cesar adalah luka berlapis-lapis. Ada sekitar 7 lapisan mulai dari kulit perut
sampai dinding Rahim, yang setelah operasi selesai, bisa ada 3 sampai 5 lapis jahitan.
Apabila penyembuhan tidak sempurna, kuman akan lebih mudah menginfeksi sehingga
luka menjadi lebih parah. Infeksi juga dapat terjadi pada Rahim. Ketika dilakukan
operasi, Rahim pun terinfeksi. Apa lagi jika antibiotik yang digunakan dalam operasi
tidak cukup kuat. Infeksi bisa dihindari dengan selalu memberikan informasi yang akurat
kepada dokter sebelum keputusan tindakan cesar diambil.

b. Kemungkinan terjadi keloid


Keloid atau jaringan parut muncul pada organ tertentu karena pertumbuhan
berlebihan. Sel-sel pembentuk organ tersebut. Ukuran sel meningkat dan terjadilah
tonjolan jaringan parut. Cara mengatasinya adalah dengan memberikan informasi tentang
segala penyakit yang ibu derita sebelum kepastian tindakan Sectiocaesarea dilakukan.
Jika memang harus menjalani Sectiocaesarea padahal ibu punya potensi penyakit
demikian tentu dokter akan memiliki jalan keluar, misalnya diberikan obat-obatan
tertentu melalui infus atau langsung diminum sebelum atau sesudah Sectiocaesarea.

c. Perdarahan berlebihan
Resiko lainnya adalah perdarahan. Memang perdarahan tak bisa dihindari dalam
proses persalinan. Misalnya plasenta lengket tak mau lepas. Bukan tak mungkin setelah
plasenta terlepas akan menyebabkan perdarahan. Namun dengan tekhnik pembedahan
dewasa ini perdarahan bisa ditekan sedemikian rupa sehingga sangat minim sekali. Darah
yang keluar saat Sectiocaesarea adalah darah yang memang semestinya keluar dalam
persalinan normal. Ibu yang di awal kehamilan mengalami infeksi Rahim bagian bawah,
berarti air ketubannya sudah mengandung kuman. Apabila ketuban pecah dan didiamkan,
kuman akan aktif sehingga vagina berbau busuk karena bernanah. Selanjutnya, kuman
masuk ke pembuluh darah sehingga operasi berlangsung, dan menyebar ke seluruh tubuh.
2) Resiko jangka panjang
Resiko jangka panjang dari Setiocaesarea adalah pembatasan kehamilan. Dulu,
perempuan yang pernah menjalani Setiocaesarea hanya boleh melahirkan 3 kali. Kini,
dengan tekhnik operasi yang lebih baik, ibu memang boleh melahirkan lebih dari itu,
bahkan smapai 4 kali.

Resiko atau efek samping melahirkan sectio caesarea mencakup:


1) Peningkatan insidensi infeksi dan kebutuhan akan antibiotic.
2) Perdarahan yang lebih berat dan peningkatan resiko perdarahan yang dapat
menimbulkan anemia atau mmemerlukan tranfusi darah.
3) Rawat inap yang lebih lama, yang meningkatkan biaya persalinan.
4) Nyeri pascabedah yang berlangsung berminggu-minggu atau berbulan-bulan.
5) Resiko timbulnya masalah dari jaringan parut atau perlekatan diidalam perut.
6) Peningkatan resiko masalah pernapasan dan temperatur untuk bayi baru lahir.
7) Tingkat kemandulan yang lebih tinggi
8) Peningkatan resiko plasenta previa atau plasenta yang tertahan pada kehamilan
berikutnya.

7. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemantauan janin terhadap kesehatan janin


2. Pemantauan EKG
3. JDL dengan diferensial
4. Elektrolit
5. Hemoglobin/Hematokrit
6. Golongan Darah
7. Urinalis
8. Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi
9. Pemeriksaan sinar X sesuai indikasi.
B. Konsep Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian dilakukan dengan melakukan anamnesis pada pasien. Data-data yang
dikumpulkan atau dikaji meliputi :
1. Identitas Pasien
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Nyeri pada luka jahitan operasi sectio caesarea
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Luka jahitan operasi maih belum kering dan terasa nyeri terus menerus
c. Riwayat Penyakit dahulu
Pernah mengalami demam sebelumnya, pemakian paracetamol jangka panjang.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga tidak ada yang memilki penyakit kronis.
e. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Lingkungan bersih dan rumah selalu dibersihkam
f. Riwayat Nutrisi
makanan apa yang diberikan seperti pada orang ibu, porsi yang diberikan 3 kali setiap hari
dengan tambahan buah dan susu.

3. Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
a. Pernapasan
Kaji pernafasan pasien. Kaji apakah pasien mengalami kesulitan saat bernafas
b. Makan dan Minum
Perlu ditanyakan kebiasaan makan dan selama MRS. Kebiasaan: pola makan, frekuensi,
jenis. Perubahan :setelah operasi.
c. Eliminasi
BAK
Kebiasaan : frekuensi, warna, bau.
Perubahan setelah melahirkan
BAB
Kebiasaan : frekuensi, warna, konsistensi.
Perubahan setelah melahirkan.
d. Gerak dan Aktivitas
Kaji gerak dan aktivitas pasien selama berada di RS
Istirahat dan tidur, Kebiasaan : kaji kebiasaan istirahat tidur pasien
Perubahan setelah sakit
e. Kebersihan Diri
Kaji bagaimana toileting dan rutinitas membersihkan diri sebagai pasien.
f. Pengaturan suhu tubuh
Cek suhu tubuh pasien, normal(36°-37°C), pireksia/demam(38°-40°C), hiperpireksia=40°C<
ataupun hipertermi <35,5°C.
g. Rasa Nyaman
Observasi adanya keluhan yang mengganggu kenyamanan pasien.Observasi nyeri yang di
keluhkan pasien.
h. Rasa Aman
Kaji keluarga pasien mengenai kecemasan yang ia rasakan
i. Sosialisasi dan Komunikasi
Observasi social dan komunikasi pasien. Kaji apakan pasien mampu bercanda dengan
keluarganya.
j. Ibadah
Ketahui agama apa yang dianut pasien
k. Rekreasi
Observasi apakah sebelumnya pasien sering rekreasi dan sengaja meluangkan waktunya
untuk rekreasi.Tujuannya untuk mengetahui teknik yang tepat saat depresi.
l. Pengetahuan atau belajar
Seberapa besar keingintahuan keluarga mengenai cara menghadapi keadaan dimana ibu
memilki bekas luka operasi. Disinilah peran perawat untuk memberikan pendidikan
kesehatan pada pasien serta keluarga pasien
B. Pemeriksaan Fisik

a) Keadaan umum: baik


b) Kesadaran:composmentis.
c) Tanda-tanda vital: TD: normal Nadi: normal RR: normal, nafas normal
Suhu: normal
d) Kepala: tidak ada kelainan
e) Mata: konjungtiva bisa anemis,skelara putih
f) Hidung: hidung simetris, tidak ada pernapasan cuping hidung
g) Paru: bunyi nafas vesikular
h) Jantung: jika tidak ada kelainan jantung, pemeriksaan jantung tidak ada
kelemahan.
i) abdomen:
 Inspeksi: terdapat luka jahitan operasi sc, warna kulit sawo matang
 Palpasi: kulit pasien teraba kenyal, tidak ada massa, tinggi fundus 2 jari dibawah
pusat
 Auskultasi: bising usus normal
 Perkusi: terdapat distensi abdomen
j) Ekstremitas: terdapat edema, adanya varises atau tidak.
k) Genitalia: tidak ada ruptur pada perineum, tidak ada pendarahan
abnormal

C. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik.
2. Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif

D. Intervensi

no Dx kep Goal Intervensi Rasional

1. Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Identifikasi skala 1. Mengetahui


berhubungan tindakan nyeri rentang nyeri
dengan agen keperawatan, 2. Kontrol 2. Mengurangi
pencedera fisik diharapkan kriteria lingkungan yang rasa nyeri
hasil: memperberat rasa 3. Untuk distraksi
nyeri rasa nyeri
1. Keluhan 3. Ajarkan dan 4. Untuk
nyeri anjurkan nafas meringankan
berkurang dalam pada rasa nyeri
2. Pasien tidak pasien
meringis 4. Kolaborasi terapi
3. Skala nyeri analgetik
menurun

2. Risiko infeksi Setelah dilakukan 1. Monitor tanda 1. Untuk


berhubungan tindakan dan gejala infeksi pengendalian
dengan efek keperawatan, serta observasi infeksi
prosedur invasif diharapkan kriteria TTV 2. Menjaga
hasil: 2. Berikan kebersihan luka
perawatan pada 3. Agar ibu
1. Pasien tetap area luka post op mengetahui
dalam 3. Ajarkan ibu cara cuci
keadaan tindakan aseptik tangan dan cara
stabil 4. Kolaborasi terapi merawat luka
2. Luka operasi antibiotik post op sendiri
tetap bersih 4. Mencegah
3. Luka post op terjadinya
segera kering infeksi
E. Implementasi

n Dx Kep Hari/tanggal Tindakan


o

1. Nyeri akut b/d Selasa, 1. Mengidentifikasi skala nyeri


pencedera fisik 21/12/2021 2. Meminimalisir kebisingan di lingkungan pasien
3. Mengajarkan pasien terapi nafas dalam
4. Menganjurkan pasien melakukan nafas dalam
saat merasakan nyeri
5. Melakukan injeksi obat analgetik

2. Risiko infeksi Selasa, 1. Memonitor tanda dan gejala infeksi dan monitor
b/d efek prosedur 21/12/2021 TTV
invasif 2. Melakukan perawatan pada area luka operasi
3. Mengajarkan ibu cara mencuci tangan 6 langkah
4. Megajarkan ibu cara merawat luka jahitan operasi
5. Melakukan injeksi obat antibiotik

F. Evaluasi

no Hari/tanggal Dx Kep Evaluasi

1. Selasa, Nyeri akut b/d S: keluhan pasien


11/12/21 pencedera fisik
O: -skala nyeri pasien

-pasien meringis atau tidak

-ekspresi wajah pasien

A:

P:

2. Selasa, Risiko infeksi S: keluhan pasien


11/12/21 b/d efek
prosedur O: -keadaan luka pasien
invasif -hasil pemeriksaan TV

-adanya kemerahan, bengkak pada area luka

-adanya pus pada luka dan gatal-gatal pada luka

A:

P:
DAFTAR PUSTAKA

Andalas, H. (2014). Goresan Tangan Spesialis Kandungan. Yogyakarta: Sibuku Media.

anonim. (2020, Oktober 20). Apa itu diagnosis keperawatan? Dipetik Desember 22, 2021, dari
Media Perawat.ac.id.

Pakpahan, M., Berliana, L., & DKK. (2021). Pengantar Proses Keperawatan: Konsep, Teori dan
Aplikasi. yayasan kita menulis.

Sebastian, I. (2019, Oktober 19). intervensi keperawatan. Dipetik Desember 22, 2021, dari
mhomecare.co.id.

Sholihah, D. (2019). Konsep Sectio Caesarea. Dipetik Desember 22, 2021, dari eprints.umpo.ac.id.
9
10
11
2

Anda mungkin juga menyukai