Anda di halaman 1dari 12

59

BAB V

PEMODELAN SELF POTENTIAL DAN PEMBAHASAN

5.1 Pemodelan Self Potential

Aliran fludas tunak, panas, listrik, dan kimia disimbolkan oleh J dapat

dideskripsikan sebagai potensial gradient sebagai berikut :

J   L  (5.1)

Dimana adalah gradient potensial dan L adalah sifat material seperti

konduktivitas hidrolik atau konduktvitas listrik. Berdasarkan teori resiprokal

Onsager (Onsager, 1931), total arus listrik yang mengalir per unit area J (A/m2)

yang disebabkan oleh listrik dan gradient hidrolik dapat digambarkan pada

persamaan di bawah ini.

J   LpP   (5.2)

Dimana

Lp = konduktivitas cross-coupling tekanan (A/Pa m)

P = tekanan (Pa)

 = konduktivitas lstrik (mho/m)

 = potensial listrik (V)

Persamaan (5.2) dapat juga dituangkan dalam konsep medan kecepatan

fluida dan cross-coupling kecepatan menjadi persamaan sebagai berikut :


60

 
J   Lv.u  E (5.3)

Lv = konduktivitas cross-coupling kecepatan (A s/m3)



u = medan kecepatan (m/s)

 E   = medan listrik (V/m)

Konduktivitas cross-coupling kecepatan dalam arah aliran horizontal 1

dimensi dapat dikonversi dari konduktivitas cross-coupling tekanan dengan

konduktivitas hidrolik K (Sill, 1982). Di mana hubungan yang digunakan yaitu Lv

= Lp/K.

Pada medium dimana tidak terdapat sumber arus eksternal seperti

elektroda arus, divergensi dari arus total adalah nol; .J  0 . Dengan melakukan

divergensi pada persamaan 5.3 maka arus S yang disebabkan oleh aliran fluida

dapat diekspresikan sebagai berikut :


  
S  .E   Lv.u  Lv.u (5.4)

Persamaan 5.4 di atas memperlihatkan bahwa sumber potensial listrik

terjadi apabila pada sumber tersebut terjadi perubahan konduktivitas cross-



coupling pada arah aliran, Lv.u  0 atau dapat disebabkan juga adanya

pemompaan buatan. Sehingga divergensi aliran fluida tidak bernilai nol, .u  0 .

Apabila pemompaan buatan tidak terjadi, divergensi kecepatan tidak akan bernilai

nol terjadi hanya pada daerah yang mengalami perubahan permeabilitas. Sebagai

konsekuensinya, untuk aliran alami bawah permukaan, sumber potensial terjadi

hanya pada daerah di mana permeabilitas atau Lv berubah. Dengan diketahui


61

medan kecepatan, Persamaan 5.4 dapat dipergunakan untuk menghitung sumber

potensial titik di setiap titik.

Dalam pemodelan self potensial untuk sistem Hidrologi Goa Jepang ini

program yang digunakan adalah program yang di buat oleh Sufyana (2008). Di

mana program yang dibuat di sini menggunakan Matlab yang berbasiskan pada

finite difference. Adapun diagram alur program tersebut adalah sebagai berikut :

Gambar 5.1 Diagram alur program pemodelan self potential (Sufana, 2008)

Dalam penentuan kecepatan aliran fluida, program yang digunakan adalah

program Comsol Multiphysics. Dimana asumsi yang digunakan adalah bahwa self
62

potential memilikii tingkat sensitivitas terhadap pola kecepatan Darcy (Revil,

2008). Pola kecepatan Darcy dituangkan dalam persamaan


 
u   K .H (5.5)

Dengan

u = kecepatan Darcy

 p
H 
f g

p = keberadaan tekaanan di atas atau di bawah level hidrostatik

f = rapat massa fluida (Kg m-3)

g = percepatan gravitasi (m s-2)

Dengan memecahkan persamaan pada Persamaan (5.5) dengan melibatkan

syarat batas pada sisi-sisi geometri maka akan didapatkan distribusi nilaimedan

kecepatan Darcy, sehingga nilai ux (kecepatan aliran fluida dalam arah x) dan uy

(kecepatan aliran fluida dalam arah y) dapat diketahui sehingga dapat digunakan

dalam input program pemodelan self potential.

5.2 Pembahasan

5.2.1 1D Resistivity

Sounding Titik 1

Hasil penafsiran tahanan jenis batuan untuk sounding titik 1 menunjukkan

3 lapisan dengan ketebalan dan kedalaman bervariasi, yang terdiri atas lapisan 1

dengan tahanan jenis 85.21 ohm.m (clay); lapisan 2 dengan tahanan jenis 53.42
63

ohm.m (Batu pasir tufan kasar); lapisan 3 dengan tahanan jenis 2137 ohm.m

(Breksi sangat padu), dari interpretasi pendugaan geolistrik dan telah

dikorelasikan dengan data geologi setempat, maka dari kisaran harga tahanan

jenis tersebut secara umum dapat dikelompokkan berdasarkan perbedaan kontras

harga tahanan jenisnya, yaitu :

Tabel 5.1. Penafsiran tahanan jenis batuan sounding titik 1.

Tahanan Jenis Kedalaman Perkiraan


Perkiraan Litologi
(ohm.m) (m) Hidrologi

85.21 0 - 5.5 Clay/Lempung

53.42 5.6 - 6.9 Batu pasir tufan kasar Akuifer

2137 >7 Breksi sangat padu

Sounding Titik 2

Hasil penafsiran tahanan jenis batuan untuk sounding titik 2 menunjukkan

3 lapisan dengan ketebalan dan kedalaman bervariasi, yang terdiri atas lapisan 1

dengan tahanan jenis 42.97 ohm.m (clay); lapisan 2 dengan tahanan jenis 45.16

ohm.m (Batu pasir tufan kasar); lapisan 3 dengan tahanan jenis 311.4 ohm.m

(Breksi), dari interpretasi pendugaan geolistrik dan telah dikorelasikan dengan

data geologi setempat, maka dari kisaran harga tahanan jenis tersebut secara

umum dapat dikelompokkan berdasarkan perbedaan kontras harga tahanan

jenisnya, yaitu :
64

Tabel 5.2. Penafsiran tahanan jenis batuan sounding titik 2.

Tahanan Jenis Kedalaman Perkiraan


Perkiraan Litologi
(ohm.m) (m) Hidrologi

42.97 0–2 Clay/Lempung

45.16 2.1 – 4 Batu pasir tufan kasar Akuifer

311.4 > 4.1 Breksi

Sounding Titik 3

Hasil penafsiran tahanan jenis batuan untuk sounding titik 3 menunjukkan

3 lapisan dengan ketebalan dan kedalaman bervariasi, yang terdiri atas lapisan 1

dengan tahanan jenis 60.63 ohm.m (clay); lapisan 2 dengan tahanan jenis 64.86

ohm.m (Batu pasir tufan kasar); lapisan 3 dengan tahanan jenis 299.2 ohm.m

(Breksi), dari interpretasi pendugaan geolistrik dan telah dikorelasikan dengan

data geologi setempat, maka dari kisaran harga tahanan jenis tersebut secara

umum dapat dikelompokkan berdasarkan perbedaan kontras harga tahanan

jenisnya, yaitu :

Tabel 5.3. Penafsiran tahanan jenis batuan sounding titik 3.

Tahanan Jenis Kedalaman Perkiraan


Perkiraan Litologi
(ohm.m) (m) Hidrologi

60.63 0 – 1.9 Clay/Lempung

64.86 2 – 3.9 Batu pasir tufan kasar Akuifer

299.2 >4 Breksi


65

Dari ketiga titik sounding tersebut,masing-masing didapat tiga lapisan

batuan yaitu clay, batu pasir tufan kasar, breksi, dan breksi sangat padu di mana

akuifer diduga terdapat pada lapisan batu pasir tufan kasar, selain itu, hasil

pengukuran tiga titik sounding tersebut mendukung dan mendekati hasil

pengukuran 2D resistivity berdasarkan koordinat yang telah dikorelasikan.

5.2.2 2D Resistivity

Pada pengukuran 2D resistivity di penelitian kali ini, penulis tidak

memasukkan efek topografi dikarenakan topografi di daerah penelitian yang

cenderung datar. Hasil pengukuran 2D resistivity pada bab empat digunakan

sebagai input parameter dalam pemodelan aliran fluida, selain itu juga, hasil

tersebut dikorelasikan dengan hasil pengukuran 1D resistivity dan data Goa

Jepang sesungguhnya yang terlihat pada gambar dibawah ini :


66

Gambar 5.2. Perbandingan profil 2D dc resistivity dengan profil 1D dc resistivity dan data

sesungguhnya Goa Jepang.

Dari Gambar 5.2 terlihat bahwa goa yang terdeteksi secara jelas adalah

goa 1 dan goa 2, sedangkan untuk goa 3 dan goa 4 kurang terdeteksi secara jelas,

hal ini disebabkan karena jarak spasi elektroda yang cukup besar yaitu 5 meter

sehingga dimungkinkan terdapat beberapa data bawah permukaan yang tidak

terukur, selain itu kondisi lapangan yang hujan ditengah pengukuran ikut

mempengaruhi hasil akhir profil 2D resistivity.

Jika kita membandingkan profil 2D resistivity dengan profil 1D resistivity

maka didapatkan kesesuaian antara kedua profil tersebut di mana daerah sekitar

Goa Jepang (bagian timur) memiliki resistivitas yang lebih tinggi dibandingkan
67

dengan bagian barat, hal ini sesuai dengan data litologi batuan dimana bagian

timur didominasi oleh breksi sedangkan bagian barat didominasi oleh breksi

sangat padu dan merupakan daerah resapan air tanah.

5.2.3 Self Potential

Setelah dilakukan akuisisi dan pengolahan data lapangan yang berorientasi

timur - barat, maka didapatkan nilai Self Potential dengan rentang :

 Data lapangan yang menggunakan porous pot electrode (3.06 mV s/d

33.13 mV)

 Model 1 yang memasukkan input parameter pada goa (-83.99 mV s/d

20.71 mV)

 Model 2 yang mengkosongkan input parameter pada goa (1.94 mV s/d

44.06 mV)

 Current Source yang didapatkan dari pemodelan (-583.64 mA s/d 300.61

mA)

Dari pengolahan data Self Potential pada bab empat didapatkan dua model

SP dimana input parameter dimasukkan untuk nilai goa pada model 1 sedangkan

pada model 2 input parameter tidak dimasukkan untuk nilai goa, berdasarkan

kurva perbandingan SP, model 2 (nilai goa kosong) lebih mendekati nilai data SP

lapangan yang menggunakan elektroda porous pot, hal ini disebabkan karena nilai

input parameter goa sangat besar sehingga akan mempengaruhi (menarik) nilai

input parameter disekitar goa lainnya jika dimasukkan kedalam pemodelan.


68

Selain itu, berdasarkan kurva perbandingan SP terlihat bahwa nilai

potensial bagian timur lebih tinggi dan terjadi kenaikan yang cukup signifikan

dibandingkan bagian barat, hal ini dapat dijelaskan jika kita meninjau aliran fluida

dari hasil pemodelan yang menggunakan Comsol Multiphysics di mana nilai

kecepatan aliran fluida di sekitar Goa Jepang cenderung lebih besar dibandingkan

dengan nilai kecepatan sekelilingnya, hal ini mengindikasikan bahwa terjadi

penumpukkan ion-ion positif di sekitar Goa Jepang sehingga menimbulkan

streaming potential. Pergerakan fluida yang melewati medium porositas diketahui

akan menghasilkan gradien potensial sepanjang jalur aliran yang diakibatkan

interaksi antara gerakan pori fluida dan dua lapisan beresistivitas (Overbeek,

1952) , hal tersebut dinamakan streaming potential.

Jumlah dari beda potensial listrik tersebut disebabkan oleh resapan air

yang bergantung pada gradien tekanan dan konduktivitas pori air yang disebut

konduktivitas terkopel yang mana selalu bertanda negatif (Friborg 1997).

Konduktivitas terkopel tidak terlihat begitu berbeda untuk permukaan tanah yang

berbeda. Walaupun, beberapa data menunjukan terdapat hubungan antara sistem

berongga dengan konduktivitas terkopel. Pengaruh ini dimungkinkan akibat

adanya ruang pori pada tanah dengan sistem berongga yang menghasilkan lapisan

listrik ganda. Material tanah dipengaruhi oleh erosi internal pada keseluruhan

ruang pori yang kemudian menunjukan kenaikan streaming potential

dibandingkan material yang tidak terpengaruh.

Kenaikan streaming potential di sekitar Goa Jepang (bagian timur) akan

menimbulkan erosi internal pada material tanah sehingga mengakibatkan


69

kekuatan material disekitar Goa jepang lebih rapuh dibandingkan dengan

kekuatan material dibagian barat dari Goa Jepang, hal ini didukung oleh data

litologi batuan dimana batuan disekitar Goa Jepang (bagian timur) didominasi

oleh breksi sedangkan pada bagian barat didominasi oleh breksi sangat padu.

Jika kita membandingkan nilai potensial dengan nilai current source, maka

terlihat bahwa terdapat kesesuaian antara kedua nilai tersebut, hal ini berdasarkan

kurva perbandingan SP dimana nilai current source sebanding dengan nilai

gradien potensial, kenaikan streaming potential disekitar Goa Jepang (bagian

timur) mengakibatkan terjadinya kenaikan current source disekitar Goa Jepang

dan sebaliknya.

5.2.4 Analisa Sesar Mendatar Maribaya

Dari pengolahan data didapat besar sudut pitch adalah 100 sehingga dapat

kita analisa bahwa sesar Maribaya merupakan sesar mendatar (nilai pitch < 450),

untuk mengetahui arah pergerakkan sesar maka kita meninjau letak dan besar

stress yang ada, secara teori besar nilai stress adalah  1   2   3 dimana  1

memiliki nilai yang paling besar sehingga mendominasi arah pergerakkan sesar,

dari Gambar 4.15 dimana posisi  1 berada diatas,  2 berada ditengah, dan  3

berada dikanan sehingga arah pergerakkan sesar adalah mengiri naik. Dari trend

breaksiasi bidang sesar didapat sudut breaksiasi bidang sesar sebesar 1750 dari

bidang vertikal, hal ini mengidikasikan bahwa bidang sesar tidak memotong

secara langsung Goa Jepang.


70

Dengan jenis sesar adalah sesar mendatar, arah pergerakkan adalah

mengiri naik, sudut breaksiasi bidang sesar sebesar 1750, dan sesar penelitian

merupakan sesar minor dari sesar Maribaya, dari sini dapat dianalisa bahwa sesar

Maribaya tidak mempengaruhi secara langsung struktur kekuatan Goa Jepang,

namun karena letak sesar yang cukup dekat dengan Goa Jepang sehingga jika

terjadi patahan akan turut mempengaruhi struktur kekuatan Goa Jepang walaupun

tidak signifikan.

Anda mungkin juga menyukai