Anda di halaman 1dari 8

NAMA : PUTU DANIN ANDANI PUTRI

NIM : P07131220028
KELAS :A
PRODI : SARJANA TERAPAN GIZI & DIETETIKA

UTS MK HUKUM KESEHATAN

1. KASUS (1)
Latar belakang: Kesalahan dalam memutuskan suatu tindakan, hampir terjadi di setiap
proses pelayanan di rumah sakit (RS), tanpa kecuali pelayanan asuhan gizi rawat inap.
Dampak dari kesalahan pada asuhan gizi yang ditimbulkan seperti rasa tidak nyaman,
berisiko ringan atau hampir tidak berarti secara klinis. Namun tidak sedikit pula yang dapat
menimbulkan resiko berat, yang berdampak memberi ancaman terhadap peningkatan
angka kesakitan, memperburuk keadaan, lama sembuh, biaya pengobatanmeningkat,
bahkan kematian. Faktor petugas (manusia) paling banyak menjadi penyebab langsung
terjadinya kesalahan, tetapi bukan merupakan akar masalah, organisasi dan kondisi
lingkungan pekerjaan merupakan faktor-faktor yang turut menyumbang terjadinya
kesalahan.
PETUNJUK:
a. Berikan argumentasi saudara mengenai kasus tersebut!
b. Analisa kasus tersebut berdasarkan dasar hukum melalui tanggung gugat dan SOP
seorang ahli Gizi!
JAWABAN:
a. Menurut argumentasi saya terhadap kasus diatas dalam mengidentifikasikan terjadinya
error dan mengidentifikasikan fakor factor yang mempengaruhi terjadinya error pada
asuhan gizi pasien rawat inap seperti dampak dari kesalahan pada asuhan gizi yang
ditimbulkan seperti rasa tidak nyaman, berisiko ringan atau hampir tidak berarti secara
klinis yang dialami oleh pasien rawat inap tersebut. Namun adapun juga selain itu tidak
sedikit yang dapat menimbulkan resiko berat, yang berdampak memberi ancaman
terhadap peningkatan angka kesakitan, memperburuk keadaan, lama sembuh, biaya
pengobatan yang cukup meningkat, bahkan juga kematian. Adapun juga faktor dari
petugas paling banyak menjadi penyebab langsung terjadinya suatu kesalahan yang
terjadi.

b. Analisis kasus diatas berdasarkan dengan dasar hukum melalui tanggung gugat dan
SOP atau disebut juga standar oprasional prosedur seorang Ahli Gizi,
Dalam error pada penatalaksanaan asuhan gizi pada petugas ahli gizi berupa
ketidaktaatannya terhadap SOP atau standar oprasional prosedur yang ada sedangkan
pada petugas pramusaji error terjadi karena ketidakpahaman petugas terhadap standar
oprasional prosedur. Pada beban kerja yang ada, ahli gizi belum memaksimalkan waktu
kerja di ruang rawat inap. Kurangnya komunikasi secara verbal dan tulisan merupakan
salah satu pencetus lain terjadinya error pada petugas ahli gizi dan pramusaji.
Pemberian zat gizi yang tepat pada pasien sangat penting, terutama dalam proses
penyembuhan atau pemulihan. Maka dari itu keadaan gizi pasien sangat berpengaruh
pada proses penyembuhan penyakit. Maka dari itu seorang ahli gizi seharusnya
memahami dan mengawasi standar pelayanan gizi dalam pengadaan, penyelenggaraan
makanan yang dimulai. Selain itu, sebagai ahli gizi maupun pramusaji dan petugas
lainnya juga harus memahami dan mentaati SOP standar oprasional prosedur yang telah
di tetapkan oleh rumah sakit. Jadi berdasarkan dasar hukum yang diambil pada
Permenkes No. 26 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Pekerjaan Dan Praktik
Tenaga Gizi pada Pasal 21 ayat 1 yang berbunyi Dalam melaksanakan Pelayanan Gizi,
Tenaga Gizi mempunyai kewajiban:
a. menghormati hak pasien/klien;
b. memberikan informasi tentang masalah gizi pasien/klien dan pelayanan yang
dibutuhkan dalam lingkup tindakan Pelayanan Gizi;
c. merujuk kasus yang bukan kewenangannya atau tidak dapat ditangani;
d. menyimpan rahasia pasien/klien sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
e. mematuhi standar profesi, standar pelayanan, dan standar operasional prosedur.
Pasal 21 ayat 2 yang berbunyi Tenaga Gizi dalam melaksanakan Pelayanan Gizi
senantiasa meningkatkan mutu pelayanan profesinya, dengan mengikuti perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pendidikan dan pelatihan sesuai dengan
bidang tugasnya. Dan juga pada pasal 24 ayat 2 yang berbunyi Tindakan administratif
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan berupa: teguran lisan, teguran tertulis;
dan/atau, pencabutan SIPTGz dan/atau SIKTG.
2. KASUS (2)
Tn. I, usia 60 tahun, status menikah, dirawat di RS dengan diagnosis medis Ileus Obstruksi
Parsial ec. Recti 1/3 distal. Pasien dan istrinya bekerja sebagai petani dengan penghasilan
tidak tetap tergantung hasil panen. Pasien mempunyai 2 orang anak yang sudah tidak
tinggal dengan pasien. Sejak 3 bulan SMRS pasien mengeluh BAB bercampur darah, dan
sempat dirawat kelas III RS Jampang Kulon Sukabumi selama 4 hari dan dibiopsi. Dari
hasil biopsy pasien didiagnosis Ca recti dan harus menjalani operasi. Sejak 1 minggu
SMRS pasien mengeluh msulit BAB tetapi masih bisa buang angin, setiap BAB bercampur
darah, dan keras seperti kotoran kambing. Keluhan disertai nyeri perut hilang. BB pasien
sekarang 48 Kg, dan TB 163 cm. Hasil pemeriksaan biokimia : Hb :9,1 g/dl (N = 13,5 –
17,5 g/dl), Hematokrit 27 % (N = 40-52 %), Eritrosit 3,32 jl/UL (4,5-6,5 jt/UL), Leukosit
8200 /mm3 (N = 3800 – 10600/mm3), trombosit 342.000/mm3 (N = 150.000-
450.000/mm3), albumin 2,5 g/dl (N = 3,5-5 g/dl), dan protein total 4,8 g/dl (N = 6,3-8,2
g/dl). Data klinis pasien adalah TD 110/70 mmHg, nadi 88x/menit, RR : 20x/menit, suhu
afebris. Secara fisik pasien tampak kurus, lemah, pucat, bising usus (+), dan hanya bisa
berbaring di tempat tidur. Sebelum sakit, pasien biasa makan nasi 2-3 x/hari, dengan lauk
yang sering dikonsumsi telur, ikan asin, tahu dan tempe. Pasien jarang mengkonsumsi buah
dan sayuran, hanya 1- 2 kali/minggu, meskipun istrinya sudah memasakkan sayur. Setelah
sakit, pasien makan lebih sedikit dari biasanya. Hasil recall 24 jam saat di RS didapatkan
energi : 690 kal, Protein : 34 gram, lemak 20 gram, dan KH 67 gram. Standart makanan
RS : Energi 1700 kalori, protein 68 gram, lemak 54 gram, dan karbohidrat 52 gram.
PETUNJUK:
Selesaikanlah kasus tersebut berdasarkan langkah-langkah Proses Asuhan Gizi Terstandar
(PAGT)!
Dengan memperhatikan langkah-langkah:
a. Gambaran Umum Pasien
b. Proses Asuhan Gizi Terstandar (Pengkajian Gizi, Diagnosis Gizi, Intervensi Gizi, dan
Rencana Monitoring dan Evaluasi)
JAWAB:
a. Dalam kasus diatas dapat disimpulkan bahwa gambaran umum pada pasien tersebut
atas nama Tn. I yang berusia 60 tahun diagnosis medis Ileus Obstruksi Parsial ec.
Recti 1/3 distal. Pada sejak 3 bulan SMRS pasien mengeluh terjadinya BAB
bercampur darah. Dari hasil biopsy pasien didiagnosis Ca recti dan harus menjalani
operasi. Sejak 1 minggu SMRS pasien mengeluh msulit BAB tetapi masih bisa buang
angin, setiap BAB bercampur darah, dan keras seperti kotoran kambing. Keluhan
disertai nyeri perut hilang. Secara fisik pasien tampak kurus, lemah, pucat, bising usus
(+), dan hanya bisa berbaring di tempat tidur.
b. Proses Asuhan Gizi Terstandar yang dilakukan
1. Pengkajian Gizi
a. Riwayat Gizi dan Makanan
Riwayat Sebelum Sakit :
Sebelum sakit, pasien biasa makan nasi 2-3 kali/hari, dengan lauk yang sering
dikonsumsi telur, ikan asin, tahu dan tempe. Pasien jarang mengkonsumsi buah
dan sayuran, hanya 1-2 kali/minggu.

Riwayat Nutrisi Sekarang :


Pada saat sakit, pasien makan lebih sedikit dari biasanya, Hasil recall konsumsi
makan 24 jam terakhir saat di RS didapatkan Energi 690 kal, Protein : 34 gram,
lemak : 20 gram, dan KH 67 gram.
b. Pengukuran Antropometri
BB : 48 kg,
TB 163 cm,
BBI = (TB-100) – 10% = 56,7 Kg
Perhitungan IMT : BB/(TB)2 = 48/(1,63)2 = 18.07 kg/m2
Berdasarkan imt pasien termasuk berat badan kurang
c. Biokimia
Hasil pemeriksaan biokimia : Hb :9,1 g/dl (N = 13,5 – 17,5 g/dl), Hematokrit
27 % (N = 40-52 %), Eritrosit 3,32 jl/UL (4,5-6,5 jt/UL), Leukosit 8200 /mm3
(N = 3800 – 10600/mm3), trombosit 342.000/mm3 (N = 150.000-
450.000/mm3), albumin 2,5 g/dl (N = 3,5-5 g/dl), dan protein total 4,8 g/dl (N
= 6,3-8,2 g/dl).

d. Data Fisik Klinis


Data klinis pasien adalah TD 110/70 mmHg, nadi 88x/menit, RR : 20x/menit,
suhu afebris. Secara fisik pasien tampak kurus, lemah, pucat, bising usus (+),
dan hanya bisa berbaring di tempat tidur.
e. Riwayat Personal
Sosial Ekonomi : Pasien dan istrinya bekerja sebagai petani dengan
penghasilan tidak tetap tergantung hasil panen. Pasien mempunyai 2 orang
anak yang sudah tidak tinggal dengan pasien.

Riwayat Penyakit Sekarang : Saat ini menjalani perawatan di RS dengan


diagnosis medis Ileus Obstruksi Parsial ec. Recti 1/3 distal.

Riwayat Penyakit Dahulu : Sejak 3 bulan SMRS pasien mengeluh BAB


bercampur darah, dan sempat dirawat di RS Jampang Kulon Sukabumi selama
4 hari dan dibiopsi. Dari hasil biopsi pasien didiagnosis Ca recti dan harus
menjalani operasi. Sejak 1 minggu SMRS pasien mengeluh sulit BAB tetapi
masih bisa buang angin, setiap BAB bercampur darah dank eras seperti
kotoran kambing. Keluhan disertai nyeri perut hilang timbul.

2. Diagnosis Gizi
 NI.2.1 → Makanan dan minuman oral tidak adekuat (P) berkaitan dengan
nafsu makan kurang (E) ditandai dengan hasil recall Energi : 46%, Protein
24%, Lemak 36,5%, dan KH 61%, (rata-rata tingkat konsumsi makan : 41,8%,
termasuk kategori kurang).
 NI.5.1 → Peningkatan kebutuhan protein (P) berkaitan dengan penyakit
pasien (E) ditandai dengan asupan protein kurang (24%)
 NC.1.4 → Gangguan fungsi GI (P) berkaitan dengan penyakit Ileus Obstruktif
(E) ditandai dengan rasa nyeri di perut.
 NC.3.1 → BB kurang (P) berkaitan dengan riwayat penyakit pasien (Ca recti)
dan malnutrisi (E) ditandai dengan BBA (48 kg) <BBI (56,7 kg), IMT pasien
18,07 kg/m2.
 NB.1.3 → Tidak siap untuk berdiet (P) berkaitan dengan motivasi pasien yang
kurang (E) ditandai dengan pasien tidak mau menerima diet yang diberikan
oleh RS, asupan makan rata-rata hanya 51%.
3. Intervensi Gizi
a. Tujuan :
 Meningkatkan asupan makanan sesuai dengan kebutuhan
 Memberikan dukungan nutrisi enteral tinggi protein sehingga
meningkatkan asupan asupan protein, kadar hipoalbunemia, dan kadar Hb.
 Memberikan makanan yang tidak memperberat fungsi gastrointestinal,
sehingga keluhan nyeri perut berkurang
 Memperbaiki status gizi dan mempertahankan BB agar tidak jatuh pada
kondisi penurunan BB yang drastis.
 Memberikan edukasi pemahaman pentingnya diet pasien untuk
penyembuhan.
b. Prinsip Diet : Energi Tinggi, Protein Tinggi (ETPT)
c. Macam Diet : Diet ETPT.
d. Syarat :
Energi dihitung berdasarkan rumusan Harris Benedict, dengan
memperhitungkan basal, aktifitas dan faktor stres, Energi diberikan tinggi
untuk memenuhi kebutuhan basal metabolisme, aktifitas pada saat sakit,
mengatasi infeksi pada ileus, dsb
Contoh Sumber Bahan Makanan : bubur, kentang, roti.

Protein tinggi, diberikan sebesar 2 g/kgBB/hari (21,7%) untuk membantu


meningkatkan kadar albumin, membantu dalam proses penyembuhan luka.
Contoh Sumber Bahan Makanan: ayam, daging, ikan.

Lemak cukup diberikan 20% dari kebutuhan energi total sebagai penghasil
energi dan cadangan energi tubuh terbesar. Contoh Sumber Bahan Makanan :
minyak, mentega.
Karbohidrat diberikan sebesar 58,3 % sebagai penghasil energi bagi pasien
yang sedang menjalani perawatan. Contoh Sumber Bahan Makanan : bubur,
kentang, roti.
e. Perhitungan Kebutuhan Energi dan Zat-zat Gizi
Perhitungan Kebutuhan Menurut Harris Benedict :
BEE = 66 + (13,7 x BB) + (5 x TB) – (6,8 x U)
= 66 + (13,7 x 48 Kg) + (5 x 163) – (6,8 x 60)
= 66 + 657,6 + 815 – 408 kal
= 1130,6 kal
TEE = 1130,6 kal x AF x IF
= 1130,6 kal x 1,2 x 1.3
= 1763,7 kal
= 2 g x 48 kg
= 96 gram
% Protein = 96 gram x 4 kal/g x 100%
1763,7 kal
= 21,7%
Lemak = 20% x TEE
= 20% x 1763,7 kalori
= 352,74 kalori
Lemak (gram) = 352,74 kal : 9kal/gram = 39 gram
% Karbohidrat = 100 % – (% protein + % lemak)
= 100 % – (21,7% + 20%)
= 100% – 41,7%
= 58,3 %
Karbohidrat (kal) = 58,3% x TEE
= 58,3 % x 1763,7 kalori
= 1028,24 kalori
Karbohidrat (g) = 1028,24 kalori : 4 kal/gram
= 257,1 gram
4. Rencana Monitoring dan Evaluasi
Parameter Target Pelaksanaan
Asupan makan Setiap hari
mencapai 100% dari
kebutuhan
Asupan Makan
BB naik dan status gizi Akhir perawatan
normal
Antropometri
Hb, albumin, Protein Hari kedua pengamatan
Total kasus
Biokimia
Pucat dan lemah Setiap hari
berkurang, TD, nadi,
respirasi, suhu normal
Fisik Kljnis
Nyeri perut Setiap hari
berkurang/hilang
Keluhan
Mengubah perilaku Setiap hari
terhadap diet RS (mau
menerima diet RS)
Sikap dan Perilaku

Anda mungkin juga menyukai