Anda di halaman 1dari 14

MODUL AKUNTANSI MANAJEMEN

(FEB 401)

MODUL SESI 7

ANALISIS BIAYA VOLUME LABA:

ALAT PERENCANAAN MANAJERIAL

DISUSUN OLEH

BARLIA ANNIS SYAHZUNI., SE, M.Ak

UNIVERSITAS ESA UNGGUL

2020

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 0 / 14
ANALISIS BIAYA VOLUME LABA:

ALAT PERENCANAAN MANAJERIAL

❖ Pengertian Analisis Biaya Volume dan Laba

Analisis biaya, volume, dan laba merupakan alat yang berguna untuk perencanaan
dan pembuatan keputusan. Analisis biaya, volume, dan laba menekankan pada
hubungan antara biaya, volume dan laba itu sendiri (kuantitas penjualan).

Analisis BVL juga merupakan alat yang berguna untuk mengidentifikasi permasalahan
yang berhubungan dengan perencanaan penjualan dan membantu perusahaan dalam
memecahkan permasalahan tersebut.

Analisis BVL juga dapat digunakan untuk membantu memecahkan masalah penting
lainnya, misalnya tentang perencanaan jumlah unit produk yang seharusnya dijual
agar perusahaan mencapai titik impas (break-even point), perhitungan dampak
penurunan biaya tetap terhadap titik impas dan perhitungan dampak kenaikan harga
jual terhadap laba.

Biaya, volume, dan laba merupakan tiga elemen pokok dalam penyusunan laporan
laba rugi sebuah perusahaan. Dalam menjalankan kegiatan operasinya, sebuah
perusahaan manajemen akan berupaya memperoleh dan mengalokasikan sumber
dengan cara yang paling murah dari segi biaya dan paling banyak memberikan
manfaat dalam mencapai tujuan perusahaan.

Pemahaman mengenai aplikasi konsep biaya, volume, dan laba dapat digunkan oleh
manajemen sebagai dasar untuk merencanakan komposisi tingkat volume, biaya, dan
laba yang menguntungkan. Sebagai komponen yang saling berhubungan
komposisinya harus berada pada titik yang optimal. Studi mengenai hubungan antara
pendapatan, biaya, volume, dan laba dikenal sebagai analisis hubungan biaya-
volume-laba.

Hal yang menjadi elemen utama dalam analisis mencakup :


▪ Harga jual produk
▪ Volume penjualan atau tingkat aktivitas
▪ Biaya variabel per unit
▪ Total biaya tetap

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 1 / 14
▪ Komposisi dari kombinasi produk terjual

Perhitungan manajerial yang dapat dibuat berdasarkan analisis ini dapat berupa
analisis impas, perencanaan penjualan dengan target laba tertentu, titik penutupan
usaha, peningkatan laba, pemilihan struktur biaya, dan lain sebagainya.

Menurut Samryn dalam bukunya "Akuntansi Manajemen Informasi Biaya untuk


mengendaikan Operasi", penggunaan analisis biaya, volume, dan laba dalam sebuah
organisasi bisnis didasarkan pada asumsi-asumsi bahwa:

1. Harga jual kostan sepanjang kisaran relevan tertentu. Maksudnya, suatu hasil
perhitungan dengan menggunakan model hubungan biaya volume dan laba
hanya akan valid pada satu tingkat harga tertentu. Apabila harga berubah,
maka hasil perhitungan yang dihasilkan tidak dapat lagi digunakan sebagai
acuan dalam menjalankan fungsi-fungsi manajemn yang relevan.
2. Biaya bersifat linier dalam setiap kisaran relevan dan dapat dibagi secara akurat
kedalam elemen-lemen biaya variabel dan biaya tetap.
3. Dalam perusahaan yang menghasilkan dan menjual banyak produk, bauran
penjualannya konstan. Misalnya pada suatu saat tertentu sebuah perusahaan
menjual dua jenis produk dengan komposisi 10 unit produk A 15 unit produk B
pada saat yang bersamaan. Apabila pada kesempatan lain, misalnya komposisi
penjualan berubah menjadi 7 unit produk A dan 10 unit produk B, maka
perhitungan impas untuk komposisi pertama tidak berlaku lagi bagi periode
dengan komposisi baru tersebut. Pada prinsipnya bahwa analisis ini valid
digunakan bila komposisi volume penjualan produk bergeser dalam kisaran
proporsi yang konstan.
4. Dalam perusahaan pabrikan tingkat persediaan tidak berubah dalam
pengertian bahwa selisih tingkat persediaan awal dan persediaan akhir periode
signifikan.

Pengetahuan dasar yang sangat menentukan dalam analisis biaya, volume, dan laba
adalah pemahaman tentang penyusunan laporan laba rugi dengan menggunakan
pendekatan variable costing. Pendekatan ini menghasilkan suatu model laporan laba
rugi dimana biaya diklasifikasikan menurut perilakunya. Agar lebih informatif, maka
sebaiknya laporan laba rugi diuraikan dalam bentuk laporan pejualan secara total dan

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 2 / 14
penjualan per unit. Selain itu juga diperlukan juga hasil analisis vertikal yang
menunjukan presentase biaya variabel dan resiko margin kontribusi dari nilai
penjualan.

❖ Menentukan Titik Impas dalam Unit

Analisis impas merupakan tingkat aktivitas dimana suatu organisasi tidak mendapat
laba dan juga tidak menderita rugi. Dalam suatu grafik, titik impas dapat ditemukan
pada titik perpotongan garis pendapatan dan garis total biaya. Titik impas berada pada
posisi total pendapatan sama dengan total biaya atau sebagai titik di mana total margin
kontribusi sama dengan total titik impas ini selanjutnya dapat dihitung dengan
menggunakan metode persamaan, metode margin kontribusi, dan metode grafik, baik
dalam hitungan unit penjualan maupun penjualan dalam satuan mata uang tertentu
yang digunakan dalam transaksi bisnis.

Titik impas adalah titik dimana total pendapatan sama dengan total biaya, yaitu titik
dimana laba sama dengan nol.

Penggunaan Laba Operasi dalam Analisis CVP

Laporan laba rugi dapat dinyatakan dengan persamaan berikut:

Laba operasi = Pendapatan penjualan – Beban variable – Beban tetap

atau

Laba operasi = (Harga x Jumlah unit) – (Biaya variable per unit x Jumlah unit) – Total biayatetap

Titik impas dengan metode ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Penjualan - biaya variable - biaya tetap - laba

dan/atau

Penjualan - biaya variable - biaya tetap - laba

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 3 / 14
Dari kasus di atas misalkan:
Volume penjualan = x unit (tidak diketahui)
Harga jual per unit = Rp 3.500,-
Biaya variabel per unit = Rp 2.625,-
Biaya tetap bulanan = Rp 75.000,-

Karena laba pada titik impas sama dengan nol, maka faktor laba dalam persamaan
tersebut dapat diabaikan. Dengan demikian, titik impas dalam unit dapat dihitung
sebagai berikut:
Penjualan = biaya variabel + biaya tetap + laba
3.500x = 2.625x + 75.000 + 0
3.500x-2.625x = 75.000 + 0
875x = 75.000 + 0
X = 75.000/875
X = 85,71 unit

Dengan cara sederhana titik impas dalam rupiah selanjutnya dapat dihitung dengan
mengalikan 85,71 unit (impas dalam unit) dengan Rp 3.500,- (harga jual per unit
produk) = Rp 300.000,-.

Jalan Pintas untuk Menghitung Unit Titik Impas

Metode Marjin kontribusi merupakan penyingkatan dari formula metode persamaan


dalam menghitung impas

Marjin kontribusi adalah pendapatan penjualan dikurangi total biaya variable. Pada titik
impas, marjin kontribusi sama dengan beban tetap. Unit titik impas labih cepat dihitung
dengan memfokuskan pada margin kontribusi.

Jumlah unit = Biaya tetap / Marjin kontribusi per unit

Dari contoh diatas, jika dihitung menggunakan Marjin kontribusi adalah sebagai
berikut:
Impas dalam unit = biaya tetap/ margin kontribusi per unit
Impas dalam unit = (Rp 75.000,-/Rp875,-) x 1 unit
= 87,71 unit, dan
Impas dalam Rp = biaya tetap/rasio margin kontribusi
Impas dalam rupiah = Rp 75.000,-/25%
= Rp 300.000,-

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 4 / 14
Dalam perhitungan atau formula perlu di perhatikan bahwa rasio margin kontribusi per
unit produk akan selalu sama dengan rasio margin kontribusi dari total unit penjualan.
Kesamaan tersebut disebabkan perhitungan margin kontribusi dan rasionya hanya
mempertimbangkan penjualan yang diikuti perubahan biaya-biaya variabel secara
proporsional. Dengan demikian, perubahan unit penjualan akan diikuti oleh kenaikan
total penjualan, biaya variabel, dan margin kontribusi secara proporsional. Karena
kenaikan elemen laba rugi yang proporsional itulah sehingga kenaikan penjualan tidak
akan diikuti oleh kenaikan atau perubahan rasio margin kontribusi.

Menentukan Titik Impas dalam Dollar Penjualan

Untuk menghitung titik impas dalam dollar penjualan, biaya variable didefinisikan
sebagai suatu persentase dari penjualan bukan sebagai sebuah jumlah per unit yang
terjual. Rasio biaya variable merupakan bagian dari setiap rupiah penjualan yang
harus digunakan untuk menutupi biaya variabel.

Rasio biaya variabel = (biaya variabel perunit)/(harga jual per unit).

Rasio margin konstribusi adalah bagian dari setiap dollar penjualan yang tersedia
untuk menutupi biaya tetap dan menghasilkan laba.

Maka berdasarkan pengertian tersebut dapat dirumuskan bahwa

Rasio margin kontribusi = (margin kontribusi per unit)/(harga jual per unit).

Untuk biaya tetap, terdapat tiga kemungkinan:

- jika biaya tetap yang sama dengan margin kontribusi, maka laba operasi sama
dengan nol dan perusahaan berada dalam keadaan impas.

- Jika biaya tetap yang lebih kecil dari margin kontribusi maka perusahaan
menghasilkan laba (atau laba operasi positif) dan terakhir,

- jika biaya tetap yang lebih besar dari margin kontribusi, perusahaan mengalami
kerugian operasi. Jadi, titik impas dalam dollar penjualan dapat dirumuskan sebagai
berikut:

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 5 / 14
Laba Operasi = Penjualan – (Rasio biaya variabel X penjualan) – biaya tetap

❖ Analisis Multiproduk

Dalam analisis multiproduk, perlu dilakukan pemisahan antara beban tetap langsung
dan beban tetap umum.

Beban tetap langsung adalah biaya tetap yang dapat ditelusuri ke setiap produk dan
akan hilang jika produk tersebut tidak ada.

Beban tetap umum adalah biaya tetap yang tidak dapat ditelusuri ke produk dan akan
tetap muncul meskipun salah satu produk dieliminasi.

Margin produk impas masing masing produk hanya akan menutup biaya tetap
langsung. Sementara itu, biaya tetap umum masih belum tertutupi. Maka dari itu, untuk
mengatasi masalah tersebut dapat dilakukan dengan melakukan bauran penjualan
atau sales mix. Bauran penjualan adalah kombinasi relatif dari berbagai produk yang
dijual perusahaan. Penentuan bauran penjualan memungkinkan untuk mengkonversi
masalah multiproduk kedalam format CVP produk tunggal.

Untuk menggunakan pendekatan titik impas dalam unit, harga jual per paket dan biaya
variabel per paket harus diketahui. Untuk menghitung nilai-nilai paket tersebut
diperlukan bauran penjualan, harga setiap produk dan setiap biaya variabel.

Paket impas = (total biaya tetap)/(margin kontribusi per paket)

Grafik Biaya Volume Laba

Metode grafik, selain menggunakan dua pendekatan di atas, analisis impas juga dapat
di buat menggunakan grafik. Grafik laba volume (Profit Volume Graph)
menggambarkan hubungan antara laba dan volume penjualan secara visual.

Grafik tersebut dapat dibuat dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Buat garis horizontal (x) untuk menunjukkan jumlah unit produk dan sebuah
garis vertikal (y) untuk menunjukkan nilai penjualan biaya.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 6 / 14
2. Tarik sebuah garis lurus ke kanan atas dengan kemiringan 45 derajat yang
ditarik dari titik 0 perpotongan garis x dan y sebagai garis penjualan.
3. Buat garis horizontal untuk menunjukkan jumlah biaya tetap pada berbagai level
unit penjualan.
4. Buat garis untuk menunjukkan jumlah biaya pada berbagai level unit penjualan
yang ditarik dari perpotongan garis y dengan garis biaya tetap. Daerah yang
berada di antara garis ini dengan garis biaya tetap di bawahnya menunjukkan
kisaran biaya variabel.
5. Buat titik impas pada perpotongan garis penjualan dan garis total biaya. Tarik
garis ke kiri untuk menunjukkan jumlah penjualan dalam satuan uang. Dari titik
perpotongan garis penjualan dan total biaya tarik garis vertical ke bawah
sampai pada sumbu x untuk menunjukkan titik impas dalam unit penjualan.
6. Arsir segitiga di sebelah kanan atas grafik sebagai daerah laba. Arsir daerah
segitiga di sebelah kiri bawah titik impas sebagai daerah rugi. Daerah arsiran
ini menunjukkan bahwa penjualan yang lebih kecil dari titik impas akan
menimbulkan rugi dan sebaliknya penjualan yang lebis besar akan memberikan
laba.

Grafik laba volume merupakan grafik dari

persamaan laba operasi (laba operasi)

= (harga x unit) – (biaya variabel per unit x unit) – biaya tetap).

Dalam grafiki ini, laba operasi merupakan variabel terikat dan unit merupakan variabel
bebas. Nilai variabel bebas biasanya diukur pada sumbu horizontal dan nilai variabel
terikat pada sumbu vertikal.

❖ Analisis Target Laba

Analisis target dalam aplikasi hubungan biayaya volume dan laba pada dasarnya
sama dengan analisis titik impas. Perbedaannya hanya terletak pada jumblah laba
yang di perhitungkan dalam formulanya. Dalam perhitungan titik impas tertera laba
sama dengan nol , sementara dalam analisis target laba seperti yang di maksud di

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 7 / 14
atas jumlah laba yang di perhitungkan dalam formulanya di sesuaikan dengan jumlah
laba yang di inginkan , biasanya lebih besar.

Penjualan Per Unit yang Diperlukan untuk Mencapai Target Laba

Target laba di sini adalah laba operasi di atas nol (titik impasnya), yang dapat
dinyatakan dengan jumlah dolar atau sebagai persentase dari pendapatan penjualan.

Target Laba Setelah Pajak

Pada saat menghitung titik impas, pajak penghasilan tidak berperan, karena pajak
yang dibayarkan untuk laba nol adalah nol.

Apabila perusahaan ingin menghasilkan laba bersih tertentu, target laba dinyatakan
sebagai laba bersih, maka harus ditambahkan kembali pajak penghasilan untuk
memperoleh laba operasi.

Laba bersih = Laba operasi – Pajak

= Laba operasi – (Tarif pajak x Laba operasi)

= Laba operasi (1 – Tarif pajak)

atau

Laba operasi = (Laba bersih) : (1- Tarif pajak)

Target Laba dan Pendapatan Penjualan

Menentukan penjualan perusahaan untuk menghasilkan target laba yang dingiinkan,


dengan cara:

Penjualan = (biaya tetap + target laba) / (rasio margin kontribusi)

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 8 / 14
Perubahan dalam Variabel CVP

Ada beberapa cara untuk manajer menghadapi resiko dan ketidakpastian.

Pertama, pihak manajemen harus menyadari sifat ketidakpastian dari harga, biaya,
dan kuantitas di masa depan. Selanjutnya para manajer bergerak dari pertimbangan
titik impas ke pertimbangan kisaran titik impas. Para manajer juga dapat menggunakan
analisis bagaimana-jika (what if) selain analisis sensitivitas.

Marjin pengamanan (Margin Of Safety)

Margin keamanan (margin of safety) merupakan kelebihan penjualan yang


dianggarkan realisali di atas titik impas. Hasil perhitungannya menunjukkan jumlah
sampai seberapa besar penjualan dapat turun sehingga sampai pada titik impas.
Perhitungannya dapat dinyatakan dalam unit, satuan uang, dan presentase.

Perhitungan ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi manajemen agar lebih berhati-hati
dalam memelihara tingkat penjualan yang sudah dicapai, agar perusahaan tidak
mengalami penurunan penjualan sampai pada suatu tingkat yang merugikan.

Margin pengamanan (margin of safety) adalah unit yang terjual atau diharapkan terjual
atau pendapatan yang dihasilkan atau diharapkan untuk dihasilkan melebihi volume
impas. Margin pengaman dapat dipandang sebagai ukuran kasar dari resiko.

Misalkan PT SMR menjual 150 unit @ Rp 3.500 dengan titik impasnya 85,71 unit.
Dengan menggunakan formula:

Margin keamanan = Total Penjualan – Titik Impas

Margin keamanan selanjutnya dapat dihitung dengan langkah-langkah sebagai


berikut:

Penjualan (150 unit x Rp.3.500) Rp 525.000 ………………. (a)

Titik impas pada volume 85,71 unit Rp 300.000

Margin keamanan dalam rupiah Rp 225.000 …………………(b)

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 9 / 14
Margin keamana dalam % (b/a), (Rp 225.000/525.000)% =42,86 %

Margin keamanan dalam unit (Rp 225.000/3.500) =64.29 unit

Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa dari total 150 unit penjualan PT SMR
belum menderita rugi bila penjualan turun sebesar Rp 225.000 atau 42,86% atau 64,29
unit. Hal itu disebabkan penurunan penjualan sampai sebesar angka-angka tersebut
PT SMR baru akan mencapai titik impas. Akan tetapi, apabila penurunan penjualan
sudah lebih dari Rp 225.000 atau lebih dari 42,86% dari penjualan yang dicapai saat
ini, maka perusahaan sudah akan menderita rugi.

Dengan mengetahui titik margin keamanan maka manajemen dapat merumuskan


berbagai strategi, taktik, dan langkah-langkah operasional untuk bertahan agar
penjualan tidak mengalami abrasi sampai melebihi angka margin keamanan. Dalam
rangka penerapan fungsi-fungsi manajemen pendekatan analisis hubungan biaya,
volume dan laba termasuk perhitungan seperti ini akan memberikan isyarat kepada
manajemen mengenai apa yang sedang terjadi dalam pencapaian tujuan atau
perolehan laba perusahaan.

Leverage Operating

Agar dapat mempertahankan stabilitas labanya, perusahaan memerlukan analisis


stuktur biaya. Untuk itu di antaranya perlu dipertimbangkan faktor-faktor levarage
operasi, stuktur komisi penjualan, dan bauran penjualan. Levarage operasi merupakan
suatu ukuran kemampuan managemen memanfaatkaan biaya tetap dalam suatu
organisasi agar mencapai tingkat laba tertentu. Model ini dapat digunakan untuk
menjawab pertanyaan tentang berapa besarnya kenaikan laba jika terjadi kenaikan
penjualan dalam jumlah persentase tertentu.

Faktor levarage operasi diukur dengan angka absolut dan memengaruhi sensitivitas
laba bersih tehadap perubahan penjualan.

Pengungkit operasi (operating leverage) merupakan penggunaan biaya tetap untuk


menciptakan perubahan presentase laba yang lebih tinggi ketika aktivitas penjualan

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 10 / 14
berubah.Tingkat pengungkit operasi (degree of operating leverage– DOL) untuk
tingkat penjualan tertentu dapat diukur dengan menggunakan rasio margin kontribusi
terhadap laba.

Tingkat pengungkit operasi = margin kontribusi/laba operasionalA.

Dengan pendekatan tingkat levarage operasi tersebut selanjutnya manajemen dapat


membuat proyeksi peningkatan laba dengan menggunakan formula:

% kenaikan laba bersih = tingkat levarage operasi x % kenaikan penjualan

Misalkan PT MK bergerak dalam bidang peternakan dan perikanan. Laporan laba rugi
bulan Januari 2001 menunjukkan margin kontribusi dan laba usaha sebagai berikut:

Dengan menggunakan formula di atas, tingkat levarage operasi divisi peternakan =


6,43 dan perikanan = 5,74 masing-masing dengan perhitungan sebagai berikut:

Levarage operasi

Divisi pertenakan = Rp. 225.000,-/Rp. 35.000,- = 6,43

Divisi perikanan = Rp. 143.000,-/Rp. 25.000,- = 5,74

Apabila PT MK menaikkan penjualan 1% untuk tiap bidang usahanya, maka


persentase kenaikan laba usaha dari kedua jenis usaha tersebut masing-masing
menjadi 6,43% untuk divisi peternakan dan 5,74% untuk divisi perikanan.

Atau jika terjadi kenaikan penjualan 10% pada masing-masing bidang usaha maka
persentase kenaikan labanya dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:

Ternak = 6,43 x 10% = 64,30%

Ikan = 5,74 x 10% = 57,40%

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 11 / 14
Persentase kenaikan laba 64,30% untuk peternakan dan 57,40% untuk perikanan
sama dengan kenaikan penjualan dikali dengan levarage operasi untuk tiap bidang
usaha. Dalam hitungan rupiah, struktur laba setelah kenaikan penjualan 10% untuk
masing-masing unit dapat disajikan sebagai berikut:

Atau secara manual kenaikan laba tiap bidang usaha dapat dihitung dengan prosedur
sebagai berikut:

Kenaikan penjualan divisi:

Peternakan: (10% x Rp. 500.000,-) = Rp. 50.000,-

Perikanan: (10% x Rp. 350.000,-) = Rp. 35.000,-

Rasio margin kontribusi divisi:

Peternakan: (225.000/500.000)% = 45%

Perikanan: (143.500/350.000) = 41%

Margin kontribusi divisi setelah kenaikan penjualan:

Peternakan: (45% x Rp. 550.000,-) = Rp. 247.500,-

Periknan: (41% x Rp. 385.000,-) = Rp. 157.850,-

Laba usaha divisi setelah kenaikan penjualan 10%:

Peternakan: (64.30% x Rp. 35.000,-) = Rp. 22.505,-

Perikanan: (57.40% x Rp. 25.000,-) = Rp. 14.350,-

Analisis CVP dan Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas

Analisis CVP konvensional mengasumsikan semua biaya perusahaan dapat


dikelompokkan dalam dua kategori : biaya variabel dan biaya tetap. Pada sistem
perhitungan biaya berdasarkan aktivitas, biaya dibagi dalam kategori berdasarkan unit
dan non-unit.Perbandingan antara titik impas ABC dengan titik impas konvensional
mengungkapkan dua perbedaan yang signifikan. Pertama, biaya tetapnya berbeda.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 12 / 14
Beberapa biaya yang sebelumnya diidentifikasi sebagai biaya tetap dapat berbeda
dengan penggerak. Kedua, pembilang pada persamaan impas ABC memiliki dua
istilah biaya variabel non-unit: satu untuk aktivitas yang berkaitan dengan batch dan
satu untuk aktivitas yang berkaitan dengan keberlanjutan produk. Jika suatu
perusahaan menganut JIT, maka biaya variabel per unit yang dijual berkurang dan
biaya tetap bertambah.

Daftar Pustaka:

1. Hansen, Don, Maryanne M. Mowen. (2009). Akuntansi Manajemen, Edisi 8.


Buku 1. Salemba Empat
2. https://www.academia.edu/37325349/Resume_Akuntansi_Manajemen_Analisi
s_Biaya_Volume_Laba_Alat_Perencanaan_Manajerial
3. https://ritaistiqomah.blogspot.com/2017/06/analisis-biaya-volume-dan-
laba.html

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 13 / 14

Anda mungkin juga menyukai