DI
S
U
S
U
N
Oleh Kelompok; 4
Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT yang mana atas berkat dan
pertolongan-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Sholawat serta salam senantiasa kita panjatkan kepada suri tauladan kita Nabi Muhammad
SAW yang selalu kita harapkan syafa’atnya di hari kiamat nanti.
Makalah ini saya buat dalam rangka untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi
Penelitian (Kualitatif) untuk memperdalam pengetahuan dan pemahaman mengenai materi
Metodologi Penelitian. Terima kasih penulis ucapkan, kepada pembimbing mata kuliah
Metodologi Penelitian (Kualitatif) bapak Zainal Abidin, S.Pd.I. MA dan teman-teman yang
telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.
Dengan segala keterbatasan yang ada kami telah berusaha dengan segala daya dan upaya
guna menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwasanya makalah ini jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
untuk menyempurnakan makalah ini. Atas kritik dan sarannya kami ucapkan terimakasih yang
sebanyak banyaknya.
PENULIS
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................
A. Latar Belakang..................................................................................................................
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................
C. Tujuan Masalah ................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................
A. Kesimpulan....................................................................................................................
B. Saran...............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah etnografi berasal dari kata ethno (bangsa) dan grafhy (menguraikan). Etnografi
yang akarnya antropologi pada dasarnya adalah kegiatan penelitian untuk memahami cara
orang-orang berinteraksi dan bekerjasama melalui fenomena teramati kehidupan sehari-hari.
Jadi etnografi lazimnya bertujuan mengurai suatu budaya secara menyeluruh, yakni semua
aspek budaya, baik yang bersifat material seperti artefak budaya (alat-alat, pakaian,
bangunan, dan sebagainya) dan yang bersifat abstrak, seperti pengalaman, kepercayaan,
norma, dan sistem nilai kelompok yang teliti.
Etnografi merupakan cabang antropologi yang digunakan untuk menggambarkan, menje
askan dan menganalisis unsur kebudayaan suatumasyarakat atau suku bangsa. Etnografi dala
m kegiatannya memberikan (mengungkapkan) uraian terperinci mengenai aspek cara
berprilaku dan cara berpikir yang sudah membaku pada orang yang dipelajari dan dituangkan
dalam bentuk tulisan, foto, gambar, atau film.
Kebudayaan meliputi segala sesuatu yang berhubungan dengan perilaku dan pemikiran se
rta keyakinan suatu masyarakat. Hal yang bias dipelajari bias berupa bahasa, mata
pencaharian, system teknologi, organisasisocial, kesenian, system pengetahuan, bahasa dan
religi. Untuk memahami unsur-unsur kebudayaan tersebut, peneliti biasanya tinggal bersama
masyarakat yang diteliti dalam waktu yang cukup lama untuk mewawancarai,
mengamati, dan mengumpulkan dokumen-dokumen tentang obyek yang diteliti.
C. Tujuan Masalah
1. Untuk Memahami Pengertian Etnografi (Budaya)
2. Untuk Mengetahui Pengertian Penelitian Etnografi (Budaya)
3. Untuk Mengetahui Jenis-Jenis Penelitian Etnografi (Budaya)
4. Untuk Memahami Karakteristik Penelitian Etnografi (Budaya)
5. Untuk Mengetahui Kelebihan dan Kekurangan Penelitian Etnografi (Budaya)
6. Untuk Memahami Langkah-Langkah Penelitian Etnografi (Budaya)
BAB II
PEMBAHASAN
Etnografi berasal dari kata ethnos, yang artinya adalah “sukubangsa” dan graphein, yang
berarti “mengukir, menulis, menggambar”. Jadi etnografi adalah tulisan, deskripsi atau
penggambaran mengenai suatu sukubangsa tertentu. Suatu sukubangsa tentu terdiri dari manusia-
manusia: laki-laki, perempuan, anak-anak, remaja, dewasa dan tua Suatu sukubangsa juga tentu
memiliki adat-istiadat atau budaya tertentu. Oleh karena itu, suatu sukubangsa memiliki paling
tidak dimensi fisik dan budaya. Oleh karena itu pula, di masa lalu -ketika orang belum mengenal
fotografi, sebuah etnografi tentu memuat di dalamnya deskripsi ciri-ciri fisik suatu sukubangsa
dan deskripsi adat-istiadat, budaya sukubangsa tersebut.
Etnografi adalah kajian tentang kehidupan dan kebudayaan suatu masyarakat atau etnik,
misalnya tentang adat-istiadat, kebiasaan, hukum, seni, religi, bahasa. Bidang kajian vang sangat
berdekatan dengan etnografi adalah etnologi, yaitu kajian perbandingan tentang kebudayaan dari
berbagai masyarakat atau kelompok (Richards dkk, 1985).
Etnografi merupakan sejenis kajian lapangan yang berbentuk pemerhatian yang sering
digunakan dalam kajian sosiologi dan antropologi dan dirujuk sebagai penyelidikan saintifik
semula jadi (field research). Menurut Creswell (2005), etnografi merupakan bentuk kajian yang
praktikal untuk mengkaji sesuatu kumpulan seperti pendidikan, kepercayaan, tingkahlaku dan
bahasa. Merupakan bentuk kajian kualitatif yang digunakan untuk menerangkan, menganalisa
dan meinterpretasi bentuk“culture-sharing” sesuatu kumpulan seperti tingkah laku, kepercayaan.
Menurut Sabitha Marican (2005), etnografi juga dianggap sebagai satu kajian yang paling
asas dalam penyelidikan sosial. Kajian etnografi merupakan kajian yang mengfokuskan pada
penggambaran yang terperinci dan tepat dan bukan berunsur perkaitan.
Dapat disimpulkan bawa defenisi etnografi secara umum disebut sebagai menuliskan
tentang kelompok masyarakat. Secara khusus hal tersebut juga bermakna menuliskan tentang
kebudayaan sebuah kelompok masyarakat. Disebutkan bahawa seluruh manusia, dan juga
beberapa binatang (seperti orang utan dan gorila) menciptakan, mentransmisikan, membahagi,
merubah, menolak, dan menciptakan kembali budaya di dalam sebuah kelompok. Semua peneliti
etnografi dimulai, dan diakhiri penelitiannya dengan berfokus pada pola-pola ini, dan sifat-sifat
yang ‘dipersamakan’ atau ‘disepakati’ bersama, membentuk sebuah kebudayaan
masyarakat. Dokumen yang dihasilkan dari fokus tersebut disebut dengan etnografi.
Tujuan Kajian Etnografi adalah untuk memahami isu yang dikaji dari kaca mata
kumpulan atau budaya tersebut, kajian etnografi berusaha untuk menambah pengetahuan
mengenai sesuatu budaya atau mengenal pasti corak interaksi sosial dan membangunkan satu
penafsiran yang menyeluruh terhadap sesuatu masyarakat atau institusi sosial.
1. Holistik
Yakni peneliti harus memiliki empati dan melakukan identifikasi terhadap kelompok.
Sehingga prihal inilah si peneliti harus hidup seperti orang lokal yang mampu
mengidentifikasi interaksi sosial, perilaku, dan persepsi yang terjadi dalam kelompok, tim,
organisasi, dan komunitas yang akan diteliti.
2. Semiotik
Disini peneliti memeriksa bentuk simbolis yang digunakan oleh orang-orang dan
menganalisisnya sehubungan dengan seluruh budaya yang berkembang dalam suatu
kelompok. Namun yang pasti untuk akarnya dapat ditelusuri kembali ke studi antropologis
masyarakat kecil, pedesaan (dan sering terpencil).
3. Kritis
Artinya peneliti mencoba mengungkap apa yang biasanya tersembunyi dan tidak
terucapkan dalam budaya dan mencari pada asumsi. Sehingga keberadaan peneliti dalam
berpartisipasi dalam masyarakat dalam jangka panjang dan mendokumentasikan pengaturan
sosial dan sistem kepercayaan masyarakat. Sedangkan, dalam melakukan penelitian etnografi
terdapat beberapa desain yang dapat dikembangkan, antara lain:
4. Etnografi Realis
Etnografi realis adalah pendekatan populer yang digunakan oleh para antropolog budaya.
Ini adalah laporan objektif tentang situasi, biasanya ditulis dalam sudut pandang orang
ketiga, melaporkan secara objektif informasi yang dipelajari dari partisipan di lokasi
penelitian.
Etnografer realis menceritakan penelitian ini dengan suara memihak orang ketiga dan
melaporkan pengamatan partisipan dan pandangan mereka. Etnografer tidak menawarkan
refleksi pribadi dalam laporan penelitian dan tetap di belakang layar sebagai reporter yang
mahatahu. Peneliti melaporkan data objektif dengan gaya yang terukur yang tidak
dikendalikan oleh bias pribadi, tujuan politik, dan penilaian. Peneliti dapat memberikan
perincian duniawi dari kehidupan sehari-hari di antara orang-orang yang diteliti. Etnografer
juga menggunakan kategori standar untuk deskripsi budaya (keluarga, kehidupan kerja,
jejaring sosial, dan sistem status).
5. Etnografi Kritis
Etnografi kritis adalah jenis penelitian etnografi di mana penulis tertarik untuk
mengadvokasi pembebasan kelompok-kelompok yang terpinggirkan dalam masyarakat.
Pendekatan etnografi kritis ini merupakan penelitian yang mencoba merespon isu-isu sosial
yang sedang berlangsung misalnya dalam masalah gender, emansipasi, kekuasaan,
ketidaksamaan hak, pemerataan dan lain sebagainya. Komponen utama dalam etnografi kritis
adalah:
b. Etnografer kritis berbicara kepada audiens atas nama partisipan mereka sebagai cara
untuk memberdayakan partisipan dengan memberi mereka lebih banyak wewenang.
e. Para ahli etnografi kritis menantang status quo dan bertanya mengapa demikian.
f. Peneliti kritis berusaha menghubungkan makna situasi dengan struktur kekuasaan dan
kontrol sosial yang lebih luas.
Studi kasus adalah jenis etnografi yang penting, meskipun berbeda dari etnografi dalam
beberapa cara penting. Peneliti studi kasus dapat fokus pada program, acara, atau kegiatan
yang melibatkan individu daripada kelompok (Stake, 1995). Dalam studi kasus, peneliti
mengembangkan analisis mendalam atau atas suatu kasus yang dibatasi oleh waktu dan
aktivitas, dan peneliti mengumpulkan infoemasi secara lengkap dengan menggunakan
berbagai prosedur pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah ditentukan (stake, 1995;
Yin, 2009, 2012).
a. Enkulturasi penuh, artinya mengetahui budaya miliknya dengan baik, (b) keterlibatan
langsung, artinya
b. Suasana budaya yang tidak dikenal, biasanya akan semakin menerima tindak budaya
sebagaimana adanya, dia tidak akan basabasi,
c. Memiliki waktu yang cukup,
d. Non-analitis. Tentu saja, lima syarat ini merupakan idealisme, sehingga kalau peneliti
kebetulan hanya mampu memenuhi dua sampai tiga syarat pun juga sah-sah saja.
Apalagi, ketika memasuki lapangan, peneliti juga masih mendugaduga siapa yang
pantas menjadi informan yang tepat sesuai penelitiannya.
2. Melakukan Wawancara kepada Informan.
Sebaiknya dilakukan dengan wawancara yang penuh persahabatan. Pada saat awal
wawancara perlu menginformasikan tujuan, penjelasan etnografis (meliputi perekaman,
model wawancara, waktu dan dalam suasana bahasa asli), penjelasan pertanyaan (meliputi
pertanyaan deskriptif, struktural, dan kontras). Wawancara hendaknya jangan sampai
menimbulkan kecurigaan yang berarti pada informan.
Catatan dapat berupa laporan ringkas, laporan yang diperluas, jurnal lapangan, dan perlu
diberikan analisis atau interpretasi. Catatan ini juga sangat fleksibel, tidak harus
menggunakan kertas ini itu atau buku ini itu, melainkan cukup sederhana saja. Yang penting,
peneliti bisa mencatat jelas tentang identitas informan.
4. Mengajukan Pertanyaan Deskriptif.
Analisis dikaitkan dengan simbol dan makna yang disampaikan informan. Tugas peneliti
adalah memberi sandi simbol-simbol budaya serta mengidentifikasikan aturan-aturan
penyandian dan mendasari.
Peneliti membuat istilah pencakup dari apa yang dinyatakan informan. Istilah tersebut
seharusnya memiliki hubungan semantis yang jelas. Contoh domain, cara-cara untuk
melakukan pendekatan yang berasal dari pertanyaan: “apa saja cara untuk melakukan
pendekatan”.
Taksonomi adalah upaya pemfokusan pertanyaan yang telah diajukan. Ada lima langkah
penting membuat taksonomi, yaitu:
a. Pilih sebuah domain analisis taksonomi, misalkan jenis penghuni penjara (tukang
peluru, tukang sapu, pemabuk, petugas elevator dll.),
b. Identifikasi kerangka substitusi yang tepat untuk analisis,
c. Cari subset di antara beberapa istilah tercakup, misalkan kepala tukang kunci: tukang
kunci,
d. Cari domain yang lebih besar,
e. uatlah taksonomi sementara.
9. Mengajukan Pertanyaan Kontras.
Kita bisa mengajukan pertanyaan yang kontras untuk mencari makna yang berbeda,
seperti wanita, gadis, perempuan, orang dewasa, simpanan, dan sebagainya.
Analisis komponen sebaiknya dilakukan ketika dan setelah di lapangan. Hal ini untuk
menghindari manakala ada hal-hal yang masih perlu ditambah, segera dilakukan wawancara
ulang kepada informan.
Penentuan tema budaya ini boleh dikatakan merupakan puncak analisis etnografi.
Keberhasilan seorang peneltii dalam menciptakan tema budaya, berarti keberhasilan dalam
penelitian. Tentu saja, akan lebih baik justru peneliti mampu mengungkap tema-tema yang
orisinal, dan bukan tema-tema yang telah banyak dikemukakan peneliti sebelumnya.
Menulis etnografi sebaiknya dilakukan secara deskriftif, dengan bahasa yang cair dan
lancar. Jika kemungkinan harus berceritera tentang suatu fenomena, sebailrnya dilukiskan
yang enak dan tidak membosankan pembaca. Penentuan informan kunci juga penting dalam
penelitian etnografi. Informan kunci dapat ditentukan menurut konsep Benard (1994:166)
yaitu orang yang dapat berceritera secara mudah, paham terhadap informasi yang
dibutuhkan, dan dengan gembira memberikan informasi kepada peneliti.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA