Anda di halaman 1dari 93

ALIH KODE DARI BAHASA SUNDA KE BAHASA

INDONESIA DI DESA PETAPAHAN JAYA KECAMATAN


TAPUNG KABUPATEN KAMPAR

SKRIPSI

Oleh:

DINI HADEATI

110701002

DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015

1
2
3
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memeroleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi

dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam

naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang saya

buat ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar

kesarjanaan yang saya peroleh.

Medan, Agustus 2015

Hormat saya,

Dini Hadeati

NIM 110701002

i
ALIH KODE BAHASA SUNDA KE BAHASA INDONESIA DI DESA
PETAPAHAN JAYA KECAMATAN TAPUNG KABUPATEN KAMPAR

Oleh

DINI HADEATI

110701002

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Alih Kode Bahasa Sunda ke Bahasa Indonesia di Desa
Petapahan Jaya, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar”. Metode yang
digunakan dalam pengumpulan data ialah metode simak, teknik rekam, dan teknik
catat. Kemudian data tersebut dianalisis dengan menggunakan metode padan
dengan teknik pilah unsur penentu bersifat mental yang dimiliki oleh peneliti dan
teknik hubung banding membedakan antara bahasa Sunda dan bahasa Indonesia.
Tujuan dalam penelitian ini ialah untuk mengetahui jenis alih kode dan faktor-
faktor terjadinya alih kode dari bahasa Sunda ke bahasa Indonesia di Desa
Petapahan Jaya, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar pada tuturan sehari-hari
yang sedang berlangsung. Teori yang digunakan dalam penelitian ini ialah
menggunakan peristiwa tutur, bilingualitas dan alih kode. Adapun hasil penelitian
jenis alih kode bahasa Sunda ke Bahasa Indonesia di Desa Petapahan Jaya yaitu
alih kode internal yang merupakan alih kode bahasa Sunda ke bahasa Indonesia.
Beberapa faktor alih kode diantaranya karena kehadiran orang ketiga, pergantian
topik pembicaraan, perubahan dari formal ke informal maupun sebaliknya, ingin
dianggap terpelajar, terpengaruh lawan bicara yang beralih ke bahasa Indonesia,
dan menunjukkan bahasa pertamanya bukan bahasa Indonesia.

Kata Kunci: Alih kode, Sosiolinguistik, peristiwa tutur, bahasa Sunda, bahasa
Indonesia.

ii
PRAKATA

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

rahmat-Nya dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak dalam

menyelesaikan skripsi ini, baik berupa doa, dukungan, nasihat maupun bantuan

material. Penulis mengucapkan terima kasih dengan setulus hati kepada pihak

yang telah membantu dalam penulisan ini, yaitu:

1. Dr. Syahron Lubis, M.A., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Budaya,

Universitas sumatera Utara. Dr. Husnan Lubis, M.A., sebagai pembantu

Dekan I, Drs. Syamsul Tarigan., sebagai pembantu Dekan II, dan Drs.

Yudi Andrian Mulyadi., M.Hum., sebagai pembantu Dekan III yang telah

menyediakan fasilitas pendidikan bagi penulis.

2. Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si., sebagai ketua Departemen Sastra

Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Univeritas Sumatera Utara dan sekaligus

sebagai dosen Pembimbing Akademik penulis yang telah memberikan

bimbingan kepada penulis selama perkuliahan berlangsung.

3. Drs. Haris Sultan Lubis, M.SP., sebagai Sekretaris Departemen Sastra

Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Univeritas Sumatera Utara, yang telah

memberikan informasi terkait perkuliahan kepada penulis.

4. Dra. Salliyanti, M.Hum., sebagai dosen pembimbing I, yang telah

meluangkan waktu untuk membimbing penulis dengan sabar dan

iii
mengarahkan penulis mulai dari penyusunan proposal hingga penyusunan

skripsi.

5. Drs. Asrul Siregar, M.Hum., sebagai dosen pembimbing II, yang telah

meluangkan waktu untuk membimbing penulis dan mengarahkan penulis

mulai dari penyusunan proposal sampai penyusunan skripsi.

6. Bapak dan Ibu Staf pengajar Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu

Budaya, Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan bimbingan

dan pengajaran baik dalam bidang linguistik, sastra maupun dalam bidang

lain selama penulis menjalani perkuliahan.

7. Bapak Selamet yang telah membantu penulis dalam hal administrasi di

Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas

Sumatera Utara.

8. Kedua orang tua tersayang, Ayahanda Deding Mahmudin dan Ibunda

Rosidah yang telah memberikan dukungan moral, material dan doa yang

tiada hentinya kepada penulis.

9. Saudara terkasih, Mulyana Yusuf dan Dide Kurniasih yang selalu

memberikan doa dan semangat kepada penulis.

10. Uli Kadirun, sebagai Kepala Desa Petapahan Jaya yang telah mengizinkan

penulis untuk melakukan penelitian tentang alih kode bahasa Sunda.

11. Masyarakat Petapahan Jaya yang telah membantu penulis dalam

menyediakan data penelitian.

iv
12. Sahabat tercinta Chairani Hasibuan, Suci Indah Lestari, Nila Rahayu, Sri

Wahyuni, Adha Devika, Elisabeth Sidabutar, Katrina Sinaga, dan Winarti

yang selalu memberikan semangat kepada penulis dalam suka dan duka.

13. Terimakasih kepada UKM Fotografi khususnya Nurhadi Satrio, Laila,

Yuyi Mahyuni, Beatrix Novitasari.

14. Teman-teman stambuk 2011 yang telah memberikan semangat kepada

penulis.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini.

Oleh karna itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut

membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Medan, Agustus 2015

Dini Hadeati

NIM 110701002

v
DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ............................................................................................ i

ABSTRAK .................................................................................................... ii

PRAKATA .................................................................................................... iii

DAFTAR ISI ................................................................................................. vi

DAFTAR SINGKATAN .............................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1

1.2 Perumusan Masalah ................................................................................ 4

1.2.1 Pembatasan Masalah ....................................................................... 5

1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 5

1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................. 5

1.4.1 Manfaat Teoretis ............................................................................ 5

1.4.2 Manfaat Praktis ............................................................ ................. 6

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep ..................................................................................................... 7

2.1.1 Alih Kode ...................................................................................... 7

2.1.2 Masyarakat di Desa Petapahan Jaya .............................................. 8

2.2 Landasan Teori ........................................................................................ 8

2.2.1 Peristiwa Tutur ............................................................................. 8

2.2.2 Alih Kode .................................................................................... 10

2.2.2.1 Jenis-jenis Alih Kode ........................................................ 11

vi
2.2.2.2 Faktor-faktor Alih Kode ..................................................... 11

2.2.3 Bilingualitas ................................................................................ 12

2.3 Tinjauan Pustaka ...................................................................................... 13

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 16

3.1.1 Lokasi Penelitian .......................................................................... 16

3.1.2 Waktu Penelitian ......................................................................... 16

3.2 Sumber Data ............................................................................................ 16

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ................................................... 17

3.4 Metode dan Teknik Pengkajian Data ....................................................... 18

3.5 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Pengkajian Data ............................. 20

BAB VI PEMBAHASAN

4.1 Jenis Alih Kode Bahasa Sunda ke Bahasa Indonesia............................... 22

4.1.1 Alih kode Internal ........................................................................... 22

4.2 Faktor-faktor Alih Kode........................................................................... 27

4.2.1 Kehadiran Orang Ketiga ................................................................. 28

4.2.2 Perubahan dari Formal ke Informal ............................................... 32

4.2.3 Perubahan Topik Pembicaraan........................................................ 36

4.2.4 Ingin Dianggap Terpelajar ............................................................. 42

4.2.5 Terpengaruh Lawan Bicara yang Beralih ke Bahasa Indonesia .... 45

4.2.6 Menunjukkan Bahasa Pertamanya Bukan Bahasa Indonesia......... 54

vii
BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan…………………………………… …………………………… 57

5.2 Saran …………………………………… ……………………….……… 58

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN 1: DATA INFORMAN

LAMPIRAN 2: DATA PENELITIAN

LAMPIRAN 3: FOTO

LAMPIRAN 4: SURAT KETERANGAN PENELITIAN

viii
DAFTAR SINGKATAN

DET : Determinan

Konj: Konjungsi

PART: Partikel

PREP: Preposisi

Tg: Tunggal

ix
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemakaian bahasa yang digunakan apabila berhubungan dengan orang

terdekat, teman berlatar suku yang sama untuk memudahkan dalam berkomunikasi

mereka terkadang menggunakan bahasa daerah masing-masing. Salah satu bahasa

daerah ialah bahasa Sunda yang merupakan bahasa dengan pemakaian terbanyak

kedua di Indonesia. Bahasa Sunda adalah bahasa yang digunakan oleh penutur asli

masyarakat suku Sunda yang secara turun-temurun digunakan dalam kehidupan

sehari-hari. Pemakaian bahasa Sunda pada masyarakat Sunda yang bertempat

tinggal di Jawa Barat akan berbeda dengan masyarakat Sunda yang bertempat

tinggal di daerah Riau.

Salah satu masyarakat Sunda di daerah Riau berada di Desa Petapahan

Jaya, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar. Masyarakat sunda di daerah

tersebut merupakan mayoritas kedua setelah suku Jawa. Pemakaian bahasa Sunda

di desa ini tentunya akan terjadi kontak bahasa. Kontak bahasa adalah pengaruh

bahasa yang satu terhadap bahasa lain baik secara langsung maupun tidak

langsung, sehingga menimbulkan perubahan bahasa Mackey (dalam Umar,

1993:16). Kontak bahasa terjadi dalam masyarakat pemakai bahasa atau terjadi

dalam situasi kemasyarakatan tempat seseorang mempelajari unsur-unsur

bahasanya sendiri. Berlangsungnya kontak bahasa tersebut, maka akan terjadi

peminjaman-peminjaman kalimat antarbahasa. Salah satu terjadinya kontak bahasa

ialah alih kode.

1
Alih kode adalah perubahan bahasa yang sangat sering dilakukan oleh

masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, khususnya pada masyarakat Sunda di

Desa Petapahan Jaya. Jika penutur awalnya adalah pengguna bahasa A dan beralih

ke bahasa B, maka itu disebut alih kode. Nababan (1993:31) mengatakan bahwa

unsur-unsur yang terpenting dalam alih kode ialah menentukan tindak laku bahasa

yaitu, adanya pemeran serta, lokasi, jalur, tujuan dan sebagainya.

Salah satu contoh alih kode bahasa Sunda ke bahasa Indonesia karena

pergantian topik pembicaraan:

(1) Peristiwa Tutur

Mang Ipul : Isukan teh wirid di imah saha Yan?

Besok PART wirid PREP rumah siapa Yan?

Besok wirid di rumah siapa, Yan?

Aa Iyan : Teu nyaho mang. Da minggu kamari

Tidak tahu mang. Sebab minggu kemarin

mah abdi teh teu indit.

PART 1TG PART tidak pergi.

Saya tidak tahu mang. Sebab minggu yang lalu saya tidak pergi.

Mang Ipul : Sami wae abdi oge teu indit, aya pagawean nu lain.

Sama aja 1TG juga tidak pergi, ada pekerjaan yang lain.

Aku juga tidak pergi, ada pekerjaan yang lain. O.. Yan bagaimana

hapeku yang kemarin itu udah diperbaiki?.

Aa Iyan : Belum mang, banyak kali tugas anak sekolah mang. Mungkin dua

hari atau tiga hari lah mang.

2
Setting and Scene Di depan rumah Aa Iyan RT 12 RW

05. Pada tanggal 26 April 2015, pukul

13:05 WIB.

Participants Syaipulloh Berasal dari Ciamis, Jawa

Barat. Mulyana Yusuf Berasal dari

Cirebon, Jawa Barat.

Ends Membahas mengenai perwiridan

kemudian berubah mengenai

Handphone penutur yang sedang

diperbaiki oleh lawan tutur.

Act Squence Percakapan sehari-hari.

Key Suara yang diucapkan yaitu dengan

santai dan akrab.

Intrumentalities Bahasa lisan.

Norm Of Interaction and Norma interaksi begitu baik terjadi

interpretation antara participants dalam bertanya dan

menjawab.

Genre Percakapan menggunakan kalimat

informal.

Participants Mang Ipul dan Aa Iyan. Mang Ipul merupakan asli penutur

bahasa Sunda dari Ciamis Jawa Barat, selain bahasa Sunda Mang Ipul dapat

berbahasa Jawa dan bahasa Indonesia. Apabila bertemu dengan orang Jawa Mang

3
Ipul akan berusaha mengimbangi dengan menggunakan bahasa Jawa, walaupun

pemakaian bahasa Jawa Mang Ipul begitu pasif digunakan. Sedangkan Aa Iyan

asli penutur bahasa Sunda dari Cirebon Jawa Barat dan dapat menggunakan

bahasa Indonesia.

Penggunaan bahasa pada peristiwa tutur yang terjadi merupakan jenis alih

kode internal, yaitu alih kode yang terjadi antara bahasa Sunda ke bahasa

Indonesia. Sedangkan faktor yang terjadi ialah karena pergantian topik

pembicaraan, yang pada awalnya Mang Ipul membicarakan mengenai perwiridan

kepada Aa Iyan dengan menggunakan bahasa Sunda, kemudian dalam peristiwa

tutur beralih mengenai handphone penutur yang diperbaiki oleh lawan tutur

dengan menggunakan bahasa Indonesia.

Berdasarkan contoh diatas, maka penulis tertarik memilih judul ini sebagai

penelitian karena penulis ingin mengetahui bagaimana alih kode bahasa Sunda ke

bahasa Indonesia yang terjadi di Desa Petapahan Jaya, dan penulis juga tertarik

karena masyarakat Sunda yang berada di Riau ini masih menggunakan pemakaian

bahasa Sundanya, walaupun sudah lama mendiami daerah Riau ini.

1.2 Perumusan Masalah

Penelitian mengenai alih kode ini, peneliti berusaha memberikan jawaban

terhadap masalah-masalah yang ditimbulkan. Adapun masalah-masalahnya yaitu:

1) Bagaimana jenis alih kode bahasa Sunda ke bahasa Indonesia di Desa

Petapahan Jaya, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar?

4
2) Faktor-faktor apa sajakah penyebab terjadinya alih kode bahasa Sunda ke

bahasa Indonesia di Desa Petapahan Jaya, Kecamatan Tapung, Kabupaten

Kampar?

1.2.1 Pembatasan Masalah

Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah dengan

mengkhususkan alih kode dalam penggunaan bahasa Sunda ke bahasa Indonesia

berupa kalimat dan lebih terfokus pada bahasa Sunda kasar yang ada di Desa

Petapahan Jaya, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan jenis alih kode bahasa Sunda ke bahasa Indonesia

yang berada di Desa Petapahan Jaya, Kecamatan Tapung, Kabupaten

Kampar.

2. Mendeskripsikan faktor-faktor alih kode bahasa Sunda ke bahasa

Indonesia di Desa Petapahan Jaya, Kecamatan Tapung, Kabupaten

Kampar.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoretis

Adapun manfaat teoretis dalam penelitian ini, yaitu:

1. Menambah pengetahuan peneliti dan pembaca mengenai suatu kajian

sosiolinguistik tentang alih kode.

2. Penelitian ini sebagai pengetahuan untuk masyarakat, khususnya untuk

pengajar dan mahasiswa jurusan Sastra Indonesia.

5
1.4.2 Manfaat Praktis

1. Sebagai kepentingan masyarakat di Desa Petapahan Jaya, Kecamatan

Tapung, Kabupaten Kampar.

2. Sebagai dokumentasi untuk perpustakaan daerah khususnya mengenai

alih kode yang terjadi di Desa Petapahan Jaya, Kecamatan Tapung,

Kabupaten Kampar.

6
BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep

Konsep yang digunakan ialah alih kode dan masyarakat di Desa Petapahan

Jaya.

2.1.1 Alih Kode

Indonesia memiliki bahasa Indonesia dan ragam bahasa daerah, dengan

demikian kita mengetahui bahwa orang-orang telah mampu berbahasa lebih dari

satu bahasa. Seseorang yang akan menggunakan lebih dari satu bahasa tentu

disebabkan oleh keinginan untuk berkomunikasi dengan orang lain secara mudah.

Alih kode merupakan salah satu aspek ketergantungan bahasa di dalam

masyarakat dwibahasawan, artinya di dalam masyarakat dwibahasawan hampir

tidak mungkin seorang penutur menggunakan satu bahasa yang digunakan pada

kegiatan sehari-hari, tanpa sedikitpun memanfaatkan bahasa atau unsur lain.

Seseorang dapat menjadi individu bilingual bukan melalui pengajaran dan

pembelajaran formal melainkan melalui interaksi langsung dengan kelompok

etnik lain yang memiliki bahasa yang berbeda dengan orang itu Fishman (dalam

Rahardi, 2010:10).

Alih kode adalah peristiwa peralihan dari satu kode ke kode yang lain

Suwito (dalam Rahardi, 2010:24).

7
2.1.2 Masyarakat di Desa Petapahan Jaya

Menurut KBBI (2008:885) masyarakat adalah sejumlah manusia dalam

arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama.

Masyarakat di desa Petapahan Jaya menggunakan bahasanya sesuai

dengan asal daerah masyarakat tersebut. Bahasa yang ada di desa ini berjumlah

delapan bahasa. Delapan bahasa yang ada terdiri atas delapan suku yaitu: suku

Aceh yang berjumlah 15 orang, suku Batak 255 orang, suku Melayu berjumlah 25

orang, suku Minang berjumlah 20 orang, suku Sunda berjumlah 520 orang, Jawa

berjumlah 1.804 orang, Madura berjumlah 10 orang, dan terakhir adalah suku

Banjar yang berjumlah 11 orang. Maka, jumlah keseluruhan penduduk di desa

Petapahan Jaya berjumlah 2.710 orang.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Peristiwa Tutur

Interaksi yang berlangsung antara seorang pedagang dan pembeli di

pinggir jalan pada waktu tertentu dengan menggunakan bahasa sebagai alat

komunikasi disebut sebagai peristiwa tutur. Peristiwa tutur juga terjadi pada saat

diskusi di kelas antarmahasiswa, rapat Dinas di kantor, sidang pengadilan, dll.

Menurut Dell Hymes (dalam Chaer dan Leonie 2004: 48) Sebuah

percakapan dapat dikatakan sebagai peristiwa tutur apabila memenuhi syarat

delapan komponen, yaitu:

8
Setting and Scene Setting berkenaan dengan waktu dan

tempat tutur berlangsung. Sedangkan

scene menjelaskan bagaimana situasi

tempat dan waktu percakapan yang

dilakukan tersebut.

Participants Orang-orang yang terlibat dalam

peristiwa tutur yang dilakukan, yaitu

adanya penutur dan lawan tutur,

penyapa dan pesapa dan lainnya.

Ends Maksud dan tujuan pertuturan. Suatu

pertuturan yang kita lakukan tentunya

memiliki maksud dan tujuannya.

Act Squence Bentuk ujaran dan isi ujaran. Maksud

jenis ujaran merupakan suatu kata-kata

yang muncul dalam pertuturan.

Key Nada, cara, dan semangat suatu pesan

yang disampaikan. Seperti mengejek,

senang hati, sombong dan sebagainya.

Intrumentalities Jalur bahasa yang digunakan. Seperti

jalur lisan, tertulis, dan telepon.

Norm Of Interaction and Aturan-aturan dalam berinteraksi.

interpretation seperti berhubungan dengan bertanya,

9
berinterupsi dan sebagainya.

Genre Suatu jenis penyampaian. Seperti

narasi, puisi, pepatah, doa dan

sebagainya.

2.2.2 Alih Kode

Kontak yang terjadi terus-menerus antara dua bahasa atau lebih di dalam

situasi masyarakat yang bilingual atau multilingual cenderung mengakibatkan

gejala kebahasaan yang disebut alih kode. Alih kode menurut Chaer dan Leonie

(2004:107) adalah suatu peristiwa pergantian bahasa, atau berubahnya dari ragam

santai menjadi ragam resmi, atau ragam resmi ke ragam santai.

Kode dapat didefenisikan sebagai suatu sistem tutur yang penerapan unsur

bahasanya memunyai ciri khas sesuai dengan latar belakang, penutur, relasi

penutur, dengan lawan bicara dan situasi tutur yang ada (Rahardi, 2010:25). Sama

halnya Suwito (dalam Rahardi, 2010:25) mengatakan bahwa kode merupakan

salah satu varian di dalam hierarki kebahasaan yang digunakan dalam komunikasi.

Memperkuat mengenai kode, maka penulis mengutip pendapat sarjana Linguistik

seperti Kridalaksana (1984:102):

1. Lambang atau sistem ungkapan yang digunakan untuk menggambarkan

makna tertentu. Bahasa manusia adalah sejenis kode.

2. Sistem bahasa dalam masyarakat.

3. Variasi tertentu dalam suatu bahasa.

10
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kode

merupakan jenis varian-varian bahasa yang secara nyata digunakan

berkomunikasi oleh anggota suatu masyarakat disesuaikan dengan situasi pada

setiap suku yang ada. Sedangkan alih kode adalah pertukaran dari satu bahasa ke

bahasa lain, atau pertukaran dari satu variasi bahasa ke variasi bahasa lain dalam

bahasa yang sama.

2.2.2.1 Jenis-jenis Alih Kode

Suwito dalam Chaer (2004:114) membagi alih kode menjadi dua jenis

yaitu, alih kode internal dan alih kode ekternal.

1. Alih kode internal adalah alih kode yang berlangsung antar bahasa sendiri.

Misalnya, bahasa Indonesia ke bahasa Jawa, atau sebaliknya.

2. Alih kode eksternal adalah alih kode yang terjadi antara bahasa (salah satu

bahasa atau ragam yang ada dalam verbal repertoir masyarakat tuturnya)

dengan bahasa asing. Misalnya, bahasa Indonesia ke bahasa Inggris.

2.2.2.2 Faktor-faktor Alih Kode

Adapun faktor-faktor terjadinya alih kode menurut Chaer (Chaer dan Leonie

2004:108)

1. Pembicara atau penutur

2. Pendengar atau lawan tutur

3. Perubahan situasi dengan hadirnya orang ketiga

4. Perubahan dari formal ke informal

5. Pergantian topik pembicaraan

11
Selain hal lima di atas yang secara umum dikemukakan, maka ada faktor

lain terjadinya alih kode. Terjadinya alih kode dari bahasa Sunda ke bahasa

Indonesia menurut Widjajakusumah 1981 (Chaer dan Leonie 2004:112) yaitu:

1. Kehadiran orang ketiga

2. Perpindahan topik dari yang nonteknis ke yang teknis

3. Beralihnya suasana bicara

4. Ingin dianggap “terpelajar”

5. Ingin menjauhkan jarak

6. Menghindarkan adanya bentuk kasar dan bentuk halus dalam bahasa

Sunda

7. Mengutip pembicaraan orang lain

8. Terpengaruh lawan bicara yang beralih ke bahasa Indonesia

9. Mitra berbicaranya lebih muda

10. Berada di tempat umum

11. Menunjukkan bahasa pertamanya bukan bahasa Sunda

12. Beralihnya media/sara bicara

2.2.3 Bilingualitas

Bilingualitas merupakan kemampuan untuk menggunakan dua bahasa atau

disebut sebagai kedwibahasawanan (Chaer dan Leonie 2004:85). Pengertian

bilngualitas berbeda dengan bilingualisme. Sedangkan bilingualisme adalah

kebiasaan dalam menggunakan dua bahasa atau disebut sebagai kedwibahasaan.

Dalam suatu bahasa yang akan digunakan, bahwa tidak semua bilingualitas akan

mempraktekkan bilingualisme dalam kehidupan sehari-hari. Dapat saja seseorang

12
yang tahu dua bahasa, namun hanya menggunakan satu bahasa saja dalam waktu

tertentu dan memakai bahasa yang kedua apabila dia berada di tempat atau

keadaan yang lain. Seseorang haruslah memiliki bilingualitas sebelum ia

mengerjakan bilingualisme.

2.3 Tinjauan Pustaka

Adanya tinjauan pustaka ini maka penulis berusaha untuk mencari sumber-

sumber lainnya yang termasuk ke dalam penelitian ini, di antaranya:

Sugihana (2004) dalam tesisnya yang berjudul Alih Kode Penutur Bahasa

Karo Kelurahan SemPakata Kecamatan Medan Selayang. Teori yang digunakan

adalah menurut Fishman tentang konsep ranah perilaku bahasa pada masyarakat

bilingual. Penelitiannya menjelaskan adanya perbedaan dalam menggunakan

bahasa terhadap ayah, ibu dengan anak. Hasil yang didapat ialah bahwa pengguna

bahasa Karo pada umumnya usia 21 sampai 50 tahun dan pengguna bahasa

Indonesia pada usia 8 sampai 20 tahun.

Apriani (2009) yang berjudul Bilingualisme pada Masyarakat Simalungun

di Kecamatan Pematang Raya. Teori yang digunakan yaitu teori bilingualisme

menurut Haugen. Hasil dalam penelitian yang dilakukan yaitu bahwa faktor

penyebab terjadinya bilingualisme di Desa Sondi Raya dikarenakan perpindahan

penduduk, rasa nasionalisme, perkawinan campuran, pendidikan, kemudian pada

pemakaian bahasa Simalungun dan bahasa Indonesia terjadi karena adanya lawan

bicara, situasi sosial pembicaraan yaitu situasi formal dan situasi nonformal

kemudian topik pembicaraan.

13
Sinaga (2009) yang berjudul Alih Kode Antara bahasa Indonesia dan

bahasa Arab di Pondok Pesantren Al-Husna. Teori yang digunakan ialah teori

sosiolinguistik dan alih kode. Situasi lingkungan memengaruhi mereka dapat

berbahasa Arab sehingga dominan menggunakan bahasa Arab. Adapun hasil

skripsi ini karena adanya orang ketiga, pokok pembicaraan, suasana peristiwa,

saluran pemakaian bahasa, terpengaruh oleh lawan bicara, merasa kurang jika

tidak berbahasa Arab terhadap teman, mengutip pembicaraan dari peristiwa bicara

lain, lebih akrab jika mempergunakan bahasa Arab, ketidakmampuan menguasai

kode tertentu, kurangnya penguasaan diri, pengaruh frase basa-basi, pepatah, dan

peribahasa.

Sari (2011) dalam skripsinya yang berjudul Alih Kode Penutur Bahasa

Pesisir di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhan Batu Utara. Teori yang

digunakan ialah sosiolinguistik, alih kode dan bilingualisme. Hasil yang didapat

yaitu karena faktor adanya penutur, lawan tutur, hadirnya orang ketiga, perubahan

topik pembicara, perubahan dari formal ke informal dan jenis alih kode terbagi

atas tingkat tutur ngoko ( tidak ada rasa segan), tingkat tutur krama (sopan santun

antara sang penutur dengan lawan tutur), dan tingkat tutur madya (sopan tetapi

tingkatnya tidak terlalu tinggi dan juga tidak terlalu rendah).

Hasil penelitian-penelitian mengenai alih kode sebelumnya dapat menjadi

informasi bagi peneliti saat ini. Pada penelitian ini berbeda lokasi, karena lokasi

terletak di Provinsi Riau yang umumnya terkenal dengan mayoritas suku Melayu.

Namun, pada salah satu desa di provinsi Riau ini, yang tepatnya di Desa

Petapahan Jaya terdapat masyakarat suku Sunda yang merupakan suku terbanyak

14
kedua setelah Jawa bukan suku Melayu tersebut. Perlu diketahui bahwa

masyarakat Desa Petapahan Jaya ini tidak menggunakan bahasa Melayu untuk

berkomunikasi antara warga satu dengan warga lainnya yang berbeda suku,

karena memang suku Melayu di desa Petapahan Jaya ini begitu sedikit jumlah

penuturnya. Akan tetapi, mereka menggunakan bahasa Indonesia untuk

memermudah dalam berkomunikasi.

15
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.1.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Petapahan Jaya Kecamatan Tapung

Kabupaten Kampar.

3.1.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 26 Mei sampai 26 Juni 2015.

3.2 Sumber Data

Data penelitian ini bersumber dari tuturan lisan masyarakat Desa

Petapahan Jaya, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar yang berjumlah 28

orang.

Pemilihan informan ini sebaiknya memenuhi syarat-syarat tertentu

(Mahsun, 2004:106). Persyaratan yang dimaksud ialah:

1. Berjenis kelamin pria dan wanita

2. Berusia 25-60 tahun

3. Sudah lama menetap di Desa Petapahan Jaya

4. Berpendidikan maksimal tamat pendidikan dasar (SD-SLTP)

5. Dapat berbahasa Sunda

6. Dapat berbahasa Indonesia

7. Sehat rohani dan jasmani

16
3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode adalah cara yang harus dilakukan dalam melakukan penelitian,

sedangkan teknik adalah cara melaksanakan metode (Sudaryanto, 1993:9).

Metode dan teknik pengumpulan data yang sesuai harus diperhatikan karena akan

menciptakan penelitian yang terarah untuk mendapatkan data yang diinginkan.

Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan metode simak. Disebut metode simak atau penyimakan karena

memang berupa penyimakan : dilakukan dengan menyimak, yaitu menyimak

penggunaan bahasa. Ini dapat disejajarkan dengan metode pengamatan atau

observasi dalam ilmu sosial (Sudaryanto, 1993:133).

Metode simak yang dilakukan adalah dengan menggunakan teknik simak

libat cakap (SLC) maksudnya bahwa peneliti terlibat langsung dalam suatu

percakapan.

Setelah itu teknik lanjutan yang dilakukan ialah dengan menggunakan

teknik rekam. Teknik rekam ini dilakukan dengan bantuan alat, yaitu tape

recorder. Setiap penelitian yang dilakukan rekaman adalah hal yang utama,

karena sebagai bahan bukti peneliti terhadap data yang telah didapat. Pada teknik

rekam yang dilakukan ini haruslah tanpa sepengetahuan Participants yang akan

dijadikan sebagai sumber data, agar data yang didapat memang benar-benar asli.

Setelah perekaman dilakukan selanjutnya yaitu mencatat data sesuai

dengan sasaran yang diinginkan dengan menggunakan alat tulis tertentu.

17
3.4 Metode dan Teknik Pengkajian Data

Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis dengan cara metode

padan. Metode padan adalah alat penentunya diluar terlepas dan tidak menjadi

bagian dari bahasa yang bersangkutan (Sudaryanto, 1993:13). Metode padan yang

digunakan ialah berupa metode padan pragmatis (Sudaryanto, 1993:25), karena

dalam peristiwa alih kode dianalisis dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain

di luar bahasa tersebut.

Metode padan ini selanjutnya adalah dengan menggunakan teknik dasar,

yaitu teknik pilah unsur penentu atau teknik PUP. Adapun alatnya ialah daya pilah

yang bersifat mental yang dimiliki oleh seorang peneliti. Sesuai dengan

penentunya maka akan dipisah-pisah menjadi berbagai unsur. Kemudian teknik

lanjutan menggunakan teknik hubung banDing membedakan (teknik HBB) karena

akan membanDingkan peristiwa tutur percakapan oleh para participants yang

menggunakan bahasa Sunda dan bahasa Indonesia.

Berikut ini analisis metode padan alih kode di Desa Petapahan Jaya :

(2) Peristiwa Tutur

Aa Iyan : Teu ningali Jarkep di SP 2 mang ?

Enggak melihat jarkep PREP SP 2 mang?

Tidak melihat jarkep di SP 2 paman?

Mang Ipul : Ningali kumaha Yan, loba kitu barudak nu

Melihat bagaimana Yan, banyak begitu anak-anak yang

ngarental band.

ngerental band.

18
Bagaimana melihat Yan, begitu banyak anak-anak yang ngerental

band.

Aa Iyan : Anggotana kamana atuh mang. Loba cenah nu ningali.

Anggotanya kemana lah paman. Banyak katanya yang melihat

teh mang

PART mang.

Kemana anggotanya mang. Katanya banyak yang melihat mang.

Ya kan Dit, rame kan yang nonton jarkep di SP 2?

Adit : Iya bang. Kek mana gak rame bang, pemainnya aja dari

Pekanbaru.

Setting and Scene Di depan rumah Aa Iyan RT 12 RW

05. Pada tanggal 26 April 2015, pukul

13:30 WIB.

Participants Syaipulloh berasal dari Ciamis, Jawa

Barat, Mulyana Yusuf berasal dari

Cirebon, Jawa Barat dan Aditya

Wahyudi berasal dari Padang,

Sumatera Barat.

Ends Membahas mengenai menonton jarkep.

Act Squence Percakapan sehari-hari.

Key Santai dan akrab.

Intrumentalities Bahasa lisan.

19
Norm Of Interaction and Norma interaksi begitu baik terjadi

interpretation antara participants dalam bertanya dan

menjawab.

Genre Percakapan menggunakan kalimat

informal.

Participants yaitu adanya Mang Ipul dan Aa Iyan. Mang Ipul merupakan

asli penutur bahasa Sunda dari Ciamis Jawa Barat, selain bahasa Sunda Mang Ipul

dapat berbahasa Jawa dan bahasa Indonesia. Apabila bertemu dengan orang Jawa

Mang Ipul berusaha mengimbangi dengan menggunakan bahasa Jawa, walaupun

pemakaian bahasa Jawa Mang Ipul begitu pasif digunakan. Aa Iyan juga penutur

asli bahasa Sunda namun, berasal dari Cirebon Jawa Barat dan dapat

menggunakan bahasa Indonesia. Sedangkan Adit merupakan asli orang Minang

yang dapat berbahasa Minang, Jawa dan bahasa Indonesia.

Penggunaan bahasa pada peristiwa tutur yang terjadi merupakan jenis alih

kode internal, yaitu alih kode yang terjadi antara bahasa Sunda ke bahasa

Indonesia.

Sedangkan faktor yang terjadi ialah karena hadirnya penutur ketiga, yang

tidak mengerti bahasa Sunda. Jadi agar komunikasi berjalan lancar, maka Aa Iyan

menanyakan kepada Adit menggunakan bahasa Indonesia.

3.5 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Pengkajian Data

Setelah analisis dilakukan, maka selanjutnya akan dihasilkan penyajian

dalam bentuk kaidah. Penulisan hasil analisis data ini untuk memprasyratkan

20
adanya kelayakan baca, dan kelayakan baca yang dimaksud adalah demi

pemanfaatan yang terikat pada tujuan tertentu.

Pada penyajian hasil analisis data ini, maka digunakan adalah metode

dengan penyajian informal. Metode informal dimaksudkan sebagai cara penyajian

hasil dengan kata-kata biasa (Sudaryanto, 1993:145). Dengan demikian, penyajian

hasil analisis data dalam penelitian ini tidak memanfaatkan berbagai lambang,

tanda, singkatan, seperti yang biasa digunakan dalam metode penyajian hasil

analisis data secara formal.

21
BAB VI

PEMBAHASAN

4.1 Jenis-Jenis Alih Kode Bahasa Sunda ke Bahasa Indonesia di Desa

Petapahan Jaya Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar

Penggunaan bahasa dalam kegiatan sehari-hari sering terjadi alih kode.

Alih kode yang terjadi merupakan ketergantungan bahasa di dalam masyarakat

dwibahasawan. Daerah yang ada di Indonesia mempunyai berbagai macam bahasa

daerah. Salah satu bahasa yang ada di Desa Petapahan Jaya, Kecamatan Tapung,

Kabupaten Kampar adalah bahasa Sunda. Kemudian bahasa Sunda tersebut

beralih kode ke bahasa Indonesia. Adapun jenis alih kode bahasa Sunda ke bahasa

Indonesia yang terjadi di Desa Petapahan Jaya, yaitu:

4.1.1 Alih Kode Internal

Alih kode bahasa Sunda ke bahasa Indonesia yang terjadi di Desa

Petapahan Jaya, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar, yaitu alih kode internal.

Alih kode internal merupakan alih kode yang terjadi antarbahasa sendiri, yaitu

bahasa Sunda ke bahasa Indonesia. M<?>MN<>>

Data 3

Setting and Scene Di depan rumah bi Dewi pada tanggal

14 Juni 2015, pukul 14:00 WIB.

Participants Dewi Tomini berasal dari Karawang,

Jawa Barat dan Nunung berasal dari

Garut, Jawa Barat.

22
Ends Pembahasan mengenai hapalan surat

untuk MTQ MDA.

Act Squence Percakapan sehari-hari.

Key Sedikit kesal karena anaknya

menggantikan Siska untuk menghapal

surat al-quran.

Intrumentalities Bahasa lisan.

N orm Of Interaction and Norma interaksi begitu baik terjadi

interpretation antara participants dalam bertanya

dan menjawab.

Genre Percakapan menggunakan kalimat

informal.

Peristiwa Tutur

Bi Nunung : Si Ribka teh miluan MTQ MDA bi?

Si Ribka PART ikutan MTQ MDA bi?

Si Ribka Ikutan MTQ MDA bibi ?

Bi Dewi : Milu. Aya urang limaan dari die, si Pipit, si Patir, si Saras,

Ikut. Ada orang limaan PREP sini, si Pipit, si Patir, si Saras.

Ikut. Ada lima orang dari sini, si Pipit, si Patir, si Saras

Ari teu mangkat kumaha, si Siska dadakan wae

Kalau tidak pergi bagaimana, si Siska mendadak aja

23
bicarana.
bicaranya
Kalau tidak pergi bagaimana, si Siska memberitahunya mendadak.

Atuh si Ribka sapepeuting ngapal ayat-ayat teh, aya

Ya, si Ribka semalaman ngapal ayat-ayat PART, ada

lima belas surat manehna, tadi na mah dua puluh.

lima belas surat 3TG taDinya PART dua puluh.

Ribka satu malam menghapal ayat-ayat, yang dipilih hanya lima


belas dari dua puluh surat.

Bi Nunung : Mereunan siskana hapalanna teu acan lancar.

Kemungkinan Siskanya hapalannya belum lancar.

Kemungkinan menghapalnya Siska belum lancar.

Ehh bi, punggahan tanggal berapa? Ada yang bilang selasa ada rabu?

Bi Dewi : Hari Selasa kalau kata bu Dul tuh.

Participants Bi Dewi pada kesehariannya menggunakan bahasa Sunda,

Jawa dan bahasa Indonesia. Namun lebih dominan menggunakan bahasa Sunda.

Karena kedua orang tua, mertua, suami dan tetangga sekitar adalah penutur bahasa

Sunda. Bahasa Jawa jarang digunakan, karena hanya beberapa orang yang

menggunakan bahasa Jawa dilingkungan itu, sedangkan bi Nunung hanya dapat

menguasai bahasa Sunda dan bahasa Indonesia saja.

24
Pada peristiwa tutur yang terjadi pada awalnya Bi Nunung menanyakan

keikutsertaan anak Bi Dewi dalam MTQ MDA ( Lomba mengaji sekolah

Madrasah Diniyah Awaliyah) dengan menggunakan bahasa Sunda. Bi Dewi pun

menjawab dengan menggunakan bahasa Sunda. Setelah bi Dewi menjelaskan

siapa-siapa saja yang ikut serta dalam kegiatan MTQ tersebut. Setelah itu Bi

Nunung pun ikut menjelaskan, dan Bi Nunung menanyakan sesuatu mengenai

kapan diadakan punggahan (Menyambut hari puasa) dengan menggunakan bahasa

Indonesia seperti pada kalimat “Ehh bi, punggahan tanggal berapa? Ada yang

bilang selasa ada rabu?”. Kemudian Bi Dewi menjawab dengan menggunakan

bahasa Indonesia, karena penutur ( Bi Nunung) telah menggunakan bahasa

Indonesia.

Peristiwa tutur yang terjadi pada alih kode ini termasuk alih kode internal,

yaitu alih kode dari bahasa Sunda ke bahasa Indonesia. Sedangkan Faktor

terjadinya alih kode karena pergantian topik pembicaraan, yaitu pada awalnya

membahas mengenai anak bi Dewi yang mengikuti acara MTQ di sekolahnya dan

beralih pembicaraan mengenai punggahan untuk menyambut bulan suci

ramadhan.

Data 4

Setting and Scene Di depan rumah mang Herman pada

tanggal 13 Juni 2015, pukul 15:35

WIB.

25
Participants Herman berasal dari Garut, Jawa

Barat dan Ujang Mulyadi berasal dari

Garut, Jawa Barat.

Ends Mengenai anak Ujang Mulyadi yang

ingin menaiki sisingaan dan berganti

topik mengenai makanan untuk para

penari.

Act Squence percakapan sehari-hari.

Key Ramai, karena acara sedang

berlangsung. Percakapan berlangsung

dengan suara agak sedikit keras.

Intrumentalities Bahasa lisan

Norm Of Interaction and Norma interaksi begitu baik terjadi

interpretation antara participants dalam bertanya

dan menjawab.

Genre Percakapan menggunakan kalimat

informal.

PeristiwaTutur

Ujang Mulyadi : Her, Ribka teh hayang Dinaikkeun ka sisingaan.

Her, Ribka PART ingin Dinaikkan ke Sisingaan.

Her, Ribka ingin Dinaikkan ke Barongan.

26
Manehna ceurik wae eta. Urang mah bisi tiguling

3TG menangis aja DET. 1TG PART takut nanti terguling

budak teh.

anak PART.

Dianya menangis saja. Saya takut anak itu nanti terguling.

Herman : Yeee kunaon teu nyarios ti tadi atuh.


Yeee kenapa tidak bicara PREP tadi lah
Yeee kenapa tidak bicara dari tadi.

Si Fajar mah seuri wae geus di sisingaan teh.

Si Fajar PART tertawa aja udah di sisingaan PART.

Si Fajar saja tertawa di barongan.

Ujang Mulyadi : Lamun ceurik mah hese cicing.


Kalau menangis PART susah diam.
Kalau menangis susah diam.
Da cicingna mah dahar coklat wae eta oge.

Lantaran diamnya PART makan coklat aja DET juga.

Jika diam makan coklat saja.

Man makannya jam berapa yang nari-nari itu?

Herman : Ya habis jarang kepanglah, sebentar lagi.

Kedua participants sama-sama dapat menguasai bahasa Sunda, Jawa dan

bahasa Indonesia. Namun keduanya lebih dominan menggunakan bahasa Sunda

dan bahasa Indonesia, karena Nenek, Ibu, Istri dan tetangga sering menggunakan

bahasa Sunda dalam kesehariannya.

27
Pada peristiwa tutur yang terjadi bahwa Alih kode ini termasuk alih kode

internal, yaitu alih kode dari bahasa Sunda ke bahasa Indonesia.

Adapun faktor terjadinya alih kode ialah karena pergantian topik

pembicaraan. Pada awalnya membicarakan anak Ujang Mulyadi yang ingin

menaiki barongan menggunakan bahasa Sunda dan berubah pembicaraan

mengenai makanan untuk para penari barongan tersebut, seperti pada kalimat

“Man makannya jam berapa yang nari-nari itu?” dengan menggunakan

bahasa Indonesia.

4.2 Faktor-faktor Terjadinya Alih Kode Bahasa Sunda ke Bahasa Indonesia

di Desa Petapahan Jaya Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar

Alih kode di Desa Petapahan Jaya, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kam

par yaitu terjadi antara bahasa Sunda dan bahasa Indonesia. Adapun faktor-faktor

terjadinya alih kode di Desa Petapahan Jaya, yaitu:

4.2.1 Kehadiran Orang ketiga

Pada faktor alih kode ini terjadi saat melakukan suatu komunikasi yang

dilakukan oleh penutur dan lawan tutur di suatu tempat dengan membahas topik

tertentu menggunakan bahasa Sunda. Namun ketika sedang melakukan

percakapan tersebut hadirlah seorang penutur ketiga, maka percakapan pun

beralih menjadi bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa Indonesia dilakukan agar

mudah dipahami.

28
Data 5

Peristiwa Tutur

Bu Nining : Ti RK opat aya tujuh budak nu milu sunatan teh.

PREP RK empat ada tujuh anak yang ikut sunatan PART.

Ada tujuh anak dari RK empat yang ikut sunatan.

Eta oge teu sakabehna nu milu, teu aya nu nyaraho kitu.

DET juga tidak semuanya yang ikut, tidak ada yang tahu begitu.

Tidak semuanya ikut, tidak ada yang tahu

Di RK genep kumaha eta?

PREP RK enam bagaimana DET?

Bagaimana di RK enam?

Bu Maryati : Aya duaan wae mak. Teu aya nu ngabejaan mah

Ada duaan aja mak. Tidak ada yang memberitahu PART

Kitu mak

begitu mak

Ada dua saja mak. Tidak ada yang memberitahu bu.

Bu Nining : Heeh. Eta oge peuting-peuting si Bapak ngabejaan ka batur.

Iya. DET juga malam-malam si Bapak memberitahu ke


teman.

Iya. Si Bapak malam-malam memberitahu ke orang. Jam berapa

kemaren Bapak ngasih tau Er?

29
Erna : Kalau gak salah jam 8 entah jam tengah 8 mak.

Participants Bu maryati dalam hal percakapan lebih aktif dalam

menggunakan bahasa Sunda daripada bahasa Indonesia, bahasa batak dan bahasa

Jawa. Hal ini disebabkan Bu Maryati memunyai orang tua, suami maupun

saudara-saudara yang berlatar belakang penutur Sunda. Kemudian Ibu Nining

Kurnia juga lebih aktif menggunakan bahasa pertamanya, yaitu bahasa Sunda.

Karena suami, anak-anak, dan sesama penutur bahasa Sunda sering menggunakan

bahasa Sunda. Sedangkan Ibu Erna Wati yang merupakan menantu dari Ibu

Nining berasal dari Indrapura yang hanya dapat menguasai bahasa Melayu,

walaupun suaminya terkadang menggunakan bahasa Sunda namun, Ibu Erna Wati

hanya dapat mengerti tetapi sulit untuk mengatakan bahasa Sunda tersebut.

Faktor terjadinya alih kode ialah kehadiran orang ketiga, yaitu hadirnya

Ibu Erna yang hanya dapat menguasai bahasa Melayu dan bahasa Indonesia.

Maka untuk memermudah Ibu Nining beralih kode dari bahasa Sunda ke bahasa

Indonesia.

Data 6

Peristiwa Tutur

Bi Tati : Ngesian wae ngesian arisan dei.

Mengisi aja mengisi arisan lagi.

Membayar arisan lagi.

Sabaraha urang dei teu acan ngisi teh?

30
Berapa orang lagi belum mengisi PART?

Berapa orang yang belum membayar uang arisan?

Bi Nunung Hasanah: Aya Opat dei Ari emak Aah encan, bi Fatimah,

Ada empat lagi kalau Ibu Aah belum, bi Fatimah

Bi Engkos, jeung Bu Yuni.

Bi Engkos, KONJ Bu Yuni.

Ada empat lagi, yang belum Ibu Aah, Bu Engkos, Bu Fatimah sama

Bu Yuni.

Bi Tati : Ditelpon atuh, mereun poho eta.

Ditelpon lah, mungkin lupa DET.

Ditelponlah, mungkin dia lupa.

Bi Nunung Hasanah : Muhun. Keur ditelpon si Suprihatin di tukang.

Iya. Lagi ditelpon si Suprihatin PREP belakang.

Iya. Sedang ditelpon si Suprihatin di belakang.

Bi Tati : Sakeudeng dei atuh daratang.

Sebentar lagi lah berdatangan.

Sebentar lagi mereka datang. Bu Er, si emak kemana?

Kok gak datang?

Bu Erna : Kecapean dia bu. Katanya badannya pegal-pegal.

31
Participants Bi Tati dalam percakapan menggunakan bahasa pertamanya,

yaitu bahasa Sunda. Karena suami, anak-anak dan tetangganya sering

menggunakan bahasa Sunda, namun apabila bertemu dengan orang yang berlatar

belakang berbeda maka menggunakan bahasa Indonesia. Kemudian Bi Nunung

juga sama dengan Bi Tati. Sedangkan Ibu Erna Wati yang merupakan Menantu

dari Ibu Nining berasal dari Indrapura yang hanya dapat menguasai bahasa

Melayu, walaupun Suaminya terkadang menggunakan bahasa Sunda. Namun Ibu

Erna Wati hanya dapat mengerti tetapi sulit untuk mengatakan bahasa Sunda

tersebut.

Faktor terjadinya alih kode ialah karena kehadiran orang ketiga, yaitu

hadirnya Ibu Erna yang hanya dapat menguasai bahasa Melayu dan bahasa

Indonesia. Maka untuk memermudah Ibu Tati beralih kode dari bahasa Sunda ke

bahasa Indonesia.

4.2.2 Perubahan dari Formal ke Informal

Perubahan situasi formal menjadi situasi tidak formal menyebabkan

terjadinya alih kode. Misalnya perubahan situasi ketika dua orang mahasiswa

sedang duduk-duduk di kampus dengan melakukan percakapan menggunakan

bahasa santai. Namun, disaat melakukan percakapan tersebut tiba-tiba datang

seorang Bapak dosen yang ikut serta dalam melakukan percakapan, dengan begitu

para mahasiswa itu beralih kode dengan menggunakan bahasa Indonesia ragam

formal.

32
Data 7

Peristiwa Tutur

Bapak Egi : Aya naon, maneh ka die Din?

Ada apa, 2TG PREP sini Din?

Ada apa, kamu ke sini Din?

Peneliti : Ka die teh hoyong nyandak surat penelitian nu abdi

PREP sini PART ingin mengambil surat penelitian yang 1TG

bere tea Pak, tos siap ncan Pak?

beri DET Pak, sudah siap belum Pak?

Saya ke sini ingin mengambil surat penelitian yang saya beri itu Pak,

sudah siap atau belum Pak?

Bapak Egi : Diberekeun ka saha eta surat maneh?

Diberikan PREP siapa DET surat 2TG?

Kamu berikan kepada siapa surat kamu itu?

Peneliti : Ka Bapak Delfi Pak.

PREP Bapak Delfi Pak.

Ke Bapak Delfi Pak.

33
Bapak Egi : Ouhh nu ieu tah Din. Sakeudeng heulana Din diketik.

Ouhh yang DET yah Din. Sebentar dulu Din diketik

Ieu ditujukeun ka Dekan Fakultas Ilmu Budaya Din?

DET ditujukan PREP Dekan Fakultas Ilmu Budaya Din?

Ouhh ini suratnya Din. Diketik dahulu. Apakah tujukan ke Dekan

kepada Fakultas Ilmu Budaya Din?

Peneliti : Sumuhun Pak.

Iya Pak.

Iya Pak.

Bapak Egi : Loh Din, jadi kamu bentar lagi wisuda lah ya?

Peneliti : Amin Pak. Ya doakan aja Pak semoga saya cepat wisuda.

Participants Bapak Egi dalam percakapan menggunakan bahasa

pertamanya, yaitu bahasa Sunda karena sering menggunakan bahasa Sunda

kepada kedua orangtua dan sesama penutur bahasa Sunda. Selain bahasa Sunda,

Bapak Egi dapat menggunakan bahasa Indonesia saja.

Faktor yang terjadi ialah pembicaraan dari Formal ke Informal. Pada

awalnya membahas mengenai surat balasan penelitian dan beralih kode mengenai

pertanyaan Bapak Egi tentang Wisuda.

34
Data 8

Peristiwa Tutur

Peneliti : Pak tanggal opat belas teh dibejakeun Bapak NasruDin

Pak tanggal empat belas PART diberitahukan Bapak NasruDin

Aya acara Sunat massal ya Pak?

Ada acara sunat massal ya Pak?

Pak tanggal empat belas diberitahu Bapak NasruDin ada acara

sunat massal ya Pak?

Bapak Egi : Lain atuh Din, acarana tanggal sabelas henteu tanggal opat

Bukan begitu Din, acaranya tanggal sebelas tidak tanggal empat


belas.

belas.

Bukan begitu Din. Acaranya tanggal sebelas bukan tanggal empat

belas.

Peneliti :Oh kitu Pak, disangka teh minggu isuk acarana.

Glos Cermat : Oh begitu Pak, dikirain PART minggu besok acaranya.

Glos Lancar : Oh begitu Pak, saya kira minggu depan.

Bapak Egi : Teu ah Din.

Tidak ah Din.

35
Tidak Din. Din, jurusan Sastra Indonesia, kok skripsinya

bahasa Sunda Din?

Peneliti : Iya Pak, ngambil bahasa sendiri Pak. Kebetulan disini ada

datanya Pak.

Participants Bapak Egi dalam percakapan menggunakan bahasa

pertamanya, yaitu bahasa Sunda karena sering menggunakan bahasa Sunda

kepada kedua orangtua dan sesama penutur bahasa Sunda.

Faktor yang terjadi ialah Informal ke formal. Pada awalnya peneliti

menanyakan tanggal perencanaan sunat massal, namun pada saat berlangsungnya

percakapan tiba-tiba Bapak Egi menanyakan tentang skripsi peneliti.

4.2.3 Pergantian Topik Pembicaraan

Pergantian topik pembicaraan merupakan faktor yang paling dominan

terjadinya alih kode. Pada penelitian ini ditemukan pokok pembicaraan yang

bersifat nonformal. Misalnya masalah kekeluargaan, persaudaraan, dan

sebagainya disampaikan dengan bahasa yang tidak baku yaitu bahasa santai.

Data 9

Peristiwa Tutur

Ibu Juju : Lalieur ayeuna mah ceu, ari ngabeuli gas teh hese pisan,

Pusing sekarang PART kak, kalau membeli gas PART susah amat.

teu aya dimana-mana. Lamun aya mah mahal pisan.

36
Tidak ada dimana-mana. Kalau ada PART mahal amat.

Sekarang pusing kak, kalau membeli gas sangat susah. Tidak ada

dimana-mana. Kalau ada sangat mahal.

Ibu Siti : Ti Ibu Lastri teu aya kitu ?

PREP Ibu Lastri tidak ada begitu?

Dari Ibu Lastri tidak ada?

Ibu Juju : Ayeuna mah aya, tapi mahal pisan ceu

Sekarang PART ada, tapi mahal amat kak.

Sekarang ada, tapi sangat mahal kak.

Ibu Siti : Sabaraha atuh hargana ?

Glos Cermat : Berapa lah harganya?

Glos Lancar : Berapa harganya?

Ibu Juju : 25.000 ceu. Awis mah tenaon-naon lamun loba di

25.000 kak. Mahal PART tidak apa-apa kalau banyak PREP

warung nu ngajual teh.

Warung yang ngejual PART. Ceu, kemarin pestanya Ibu Karsini

datang?

37
25.000 kak. Mahal tidak apa-apa kalau banyak di warung yang

menjual.

Ibu Siti : Berangkat sama siapa, gak ada yang ngantar kemarin tuh.

Ibu Juju : Iyaa ceu, aku juga gak berangkat. Deras kali hujannya disini.

Participants Bu Siti dan Ibu Juju pada kesehariannya menggunakan

bahasa Sunda, dan bahasa Indonesia. Karena mereka berdua adalah kakak-adik

yang berasal dari Garut Jawa Barat.

Faktor terjadinya alih kode ialah karena pergantian topik pembicaraan,

yaitu pada awalnya penutur membicarakan mengenai harga gas yang semakin

naik harganya dan langka dengan menggunakan bahasa Sunda, kemudian berganti

topik mengenai acara pesta dengan beralih kode menggunakan bahasa Indonesia.

Data 10

Peristiwa Tutur

Bi Rokana : Ayeuna Bapakna mah keur mupuk

Sekarang Bapaknya PART lagi memupuk

Bapaknya sekarang lagi memupuk

Bi Dewi : Makena urea henteu?

Memakainya Urea tidak?

Memakainya Urea tidak?

38
Bi Rokana : Makena mah TSP.

Memakainya PART TSP.

Memakainya TSP. Tapi sekarang gak punya TPH. Aduh

pusing!!

Bi Dewi : Kenapa, kok gitu?

Bi Rokana : Tapi digali semua jalannya semua itu ingin ditutup, jalan yang

poros itu yang tengah.

Glos Cermat : Tapi digali semua jalannya semua itu ingin ditutup, jalan yang

poros itu yang tengah.

Glos Lancar : Tapi digali semua Jalannya semua itu ingin ditutup, jalan yang

poros itu yang tengah.

Participants Bi Dewi pada kesehariannya menggunakan bahasa Sunda,

Jawa dan bahasa Indonesia. Namun lebih dominan menggunakan bahasa Sunda.

Karena kedua orang tua, mertua, suami dan tetangga sekitar adalah penutur bahasa

Sunda. Pemakaian bahasa Jawanya jarang digunakan, karena hanya beberapa

orang yang menggunakan bahasa Jawa dilingkungannya. Lain halnya dengan Bi

Dewi, maka Bi Rokana hanya dapat berbahasa Sunda dan bahasa Indonesia saja.

Faktor terjadinya alih kode ialah karena pergantian topik pembicaraan,

yaitu pada awalnya penutur menyatakan bahwa suaminya sedang memupuk.

Namun, setelah peristiwa tutur berlangsung tiba-tiba terjadi alih kode bahasa

Sunda ke bahasa Indonesia mengenai TPH (Tempat Penyuluhan Hasil).

39
Data 11

Peristiwa Tutur

Sutisna : Aya acara naon ieu?

Ada acara apa PART?

Ada acara apa?

Ujang Mulyadi: Ulang tahun putrana nu alit teh. Si fajar nu katilu.

Ulang tahun anaknya yang kecil PART. Si Fajar yang ketiga.

Hayang acara sisingaan jeung jarang kepang.

Ingin acara barongan KONJ jarang kepang

Ulang tahun anaknya yang kecil. Si Fajar yang ketiga. Ingin acara

barongan dan jarang kepang.

Sutisna : Mereun engkeuna mah loba nu daratang.

Mungkin nantinya PART banyak yang berdatangan

Eta aya buahan teu diambil tah (Sambil menunjuk pohon sawit).

DET ada buahan tidak diambil (sambil menunjukkan pohon pahit).

Tadi manen ditempat siapa Jang?

Glos Lancar : Kemungkinan nanti banyak yang berdatangan. Itu buah tidak

diambil.

Ujang Mulyadi: Kalo tadi tempat Pak Rohaca.

40
Kedua Participants dapat berbahasa Sunda, bahasa Jawa dan bahasa

Indonesia. Namun, lebih dominan pada bahasa Sunda karena dilingkungan sekitar

rumah menggunakan bahasa Sunda.

Faktor terjadinya alih kode ialah karena pergantian topik pembicaraan,

yang awalnya Mang Sutisna bertanya tentang akan ada acara apa di rumah Mang

Herman dan berganti topik mengenai manen sawit dengan menggunakan bahasa

Indonesia.

Data 12

Peristiwa Tutur

Bu Neneng : Iraha datang maneh Din?

Kapan datang 2TG Din?

Kapan kamu datang?

Peneliti : Poe minggu bu. Teu ngajar bu?

Hari minggu bu. Tidak mengajar bu?

Hari minggu bu. Tidak mengajar bu?

Bu Neneng : Enggak Din, si Bapak mah gering ti pulang manen teh.

Tidak Din, si Bapak PART sakit PREP pulang manen PART.

Tidak Din, si Bapak sakit dari pulang manen. Din kok enggak

sama si Enci? Eh Din si Enci nilai bahasa arabnya turun. Kok bisa

gitulah Din?

Peneliti : Nilainya berapa bu? Mamanya kemarin bilang kalau Enci pas

ujian sakit bu, jadi malas belajarnya.

41
Bu Neneng : Merosot begitu nilainya dari 90 jadi 60 Din. Semangatinlah Din.

Participants Bu Neneng merupakan orang yang tidak hanya dapat

menggunakan bahasa Sunda tetapi dapat menggunakan bahasa Arab dan bahasa

Indonesia. Pemakaian bahasa Sunda Bu Neneng sudah tidak terlalu aktif

digunakan, karena di lingkungan rumah sekitar kebanyakan adalah penutur bahasa

Jawa dan hanya memakai bahasa Sundanya kepada kedua orangtua serta sesama

penutur bahasa Sunda saja.

Faktor yang terjadi ialah karena pergantian topik pembicaraan. Pada

awalnya peneliti menanyakan mengajar atau tidaknya Ibu Neneng dan kemudian

Ibu neneng beralih pembicaraan mengenai nilai si Enci.

4.2.4 Ingin Dianggap Terpelajar

Faktor terjadinya alih kode bahasa Sunda ke bahasa Indonesia, karena

participants ingin dianggap terpelajar. Dengan begitu salah satu participants

tersebut akan beralih kode dengan menggunakan bahasa Indonesia untuk

menjelaskan bahasa keilmuannya.

Data 13

Peristiwa Tutur

Mak Esih : Kamari mah di sawit pupukna Pake NPK rada saleheung.

Kemarin PART PREP sawit pupuknya Pakai NPK agak lumayan.

Kemarin di sawit pupuknya Pakai NPK agak lumayan.

42
Mang Jaka : Ulah loba dipupuk warna-warna atuh.

Jangan banyak dipupuk macam-macam lah.

Ti heula abdi oge ku pupuk NPK Mutiara hargana mahal.

PREP dulu 1TG juga dengan pupuk NPK mutiara harganya mahal.

Jangan banyak dipupuk macam-macam. Dari dulu saya juga

dipupuk dengan NPK Mutiara harganya mahal.

Mak Esih : Henteu, ieu mah nomer dua makena mah.

Tidak, DET PART nomor dua Pakainya PART.

Tidak, ini nomor dua Pakainya.

Mang Jaka : Eta teh nomer dua nu alus.

DET PART nomor dua yang bagus.

Itu nomor dua yang bagus.

Mak Esih : Aya tilu nomer pupukna eta teh?

Ada tiga nomor pupuknya DET PART?

Ada tiga nomor pupuk itu?

Mang Jaka : Iya. Pupuk yang bagus tuh Pakenya Dolamit, Urea, KCL nah

tiga macam itu bagus. Enggak kurang dari tiga ton itu tuh

kaplingnya sebulan.

43
Participants Mang Jaka asli penutur bahasa Sunda dari Bandung dengan

menggunakan bahasa Sunda tetapi dapat juga menggunakan bahasa Jawa dan

bahasa Indonesia. Pemakaian bahasa Sunda Mang Jaka begitu sering digunakan

dikehidupan sehari-hari, karena di lingkungan rumah sekitar kebanyakan adalah

orang Sunda, dan istrinya juga berasal dari Garut. Pada penutur Ibu Esih juga

berasal dari Garut Jawa Barat, dapat menggunakan bahasa Sunda dan bahasa

Indonesia.

Faktor yang terjadi ialah karena lawan tutur (Mang Jaka) ingin dianggap

sebagai terpelajar karena telah beralih kode dari bahasa Sunda ke bahasa

Indonesia untuk menjelaskan bahasa keilmuannya.

Data 14

PeristiwaTutur

Bu Tati : Eta teh ditambihan warung kitu Pak?

DET PART ditambahkan warung begitu Pak?

Itu ditambahkan warung begitu Pak?

Pak Tarjo : Henteu, engkeuna mah katukang dibere sasaungan.

Tidak, nantinya PART kebelakang dikasih gubuk.

Abdi mah sok oge ngiring-ngiring, wengi ogenan,

1TG PART selalu juga ikut, malam juga,

ieu bonusan ti Tunggal Yunus sareung UDin, sareung si Umi.

DET bonus PREP Tunggal Yunus KONJ UDin, KONJ si Umi.

44
Tidak, nanti kebelakang dikasih gubuk. Saya juga selalu ikut,

malam juga. Ini bonus dari Tunggal Yunus sama UDin, sama si

Umi.

Bu Tati : Nu penting mah milarian nu gampang Pak.

Yang penting PART mencari yang mudah Pak.

Yang penting mencari yang mudah Pak.

Mudah-mudahan yang lancarlah Pak, rezekinya banyak terus.

Banyakin sedekah. Kalau banyak sedekah pasti rezeki makin

banyak begitu Pak.

Participants Bu Tati asli penutur bahasa Sunda dari Karawang, Jawa Barat

dapat menggunakan bahasa Sunda dan bahasa Indonesia. Pemakaian bahasa

Sunda Bu Tati begitu sering digunakan dikehidupan sehari-hari, karena di

lingkungan rumah sekitar kebanyakan adalah orang Sunda, dan suaminya adalah

orang Sunda. Sedangkan Bapak Tarjo dapat menggunakan bahasa Sunda, Jawa

dan Indonesia.

Faktor yang terjadi ialah karena penutur Bu tati beralih kode karena ingin

dianggap terpelajar.

4.2.5 Terpengaruh Lawan Bicara yang Beralih ke Bahasa Indonesia

Alih kode bahasa Sunda dapat terjadi karena penutur berusaha untuk

mengimbangi lawan bicara atau pendengar yang beralih kode ke bahasa

Indonesia.

45
Data 15

Peristiwa Tutur

Bi Nunung : Kumaha mang Rahmat bi ngurus ladang nek Amin?

Bagaimana paman Rahmat bi ngurus ladang nek Amin?

Bagaimana Paman Rahmat ngurus ladang Nek Amin bi?

Bi Yayah : Lamun ti heula mah boga nek Amin hoyong dijual wae 200

Kalau PREP dahulu PART punya Nek Amin ingin dijual aja 200

Mah. Nu urang lain mah nawarkeun hargana tujuh belas

PART Yang 3TG lain PART menawarkan harganya tujuh belas

atau dalapan belas kitu imah teh.

atau delapan belas begitu rumah PART.

Lamun ayeuna mah Alhamdulillah di uruskeun ka

Kalau sekarang PART Alhamdulillah PREP uruskan ke

Mang Rahmat

Mang Rahmat

Kalau dari dulu punya nek Amin ingin dijual aja 200. Orang lain

menawarkan harganya tujuh belas atau delapan belas rumah. Kalau

sekarang Alhamdulillah diuruskan ke Mang Rahmat.

46
Bi Nunung : Ari eta mah kan upami baheula memang teu aya

Kalau PREP PART kan kalau dahulu memang tidak ada

nu hargana sakitu teh.

yang harganya segitu PART.

kalau dahulu memang tidak ada yang harganya segitu.

Bi Yayah : Udah pasaran memang bi, kalau ada 200 yang ingin mah uda

untung bi, karena belum ada sertifikat keluar sampai

sekarang.

Bi Nunung : Mahal kali begitu ya bi, aku kalau banyak duit aku beli itu.

Kedua Participants pada peristiwa tutur di atas merupakan orang yang

sama-sama dapat berbahasa Sunda dan bahasa Indonesia saja.

Faktor yang terjadi ialah karena terpengaruh oleh lawan bicara yang

beralih dari bahasa Sunda ke bahasa Indonesia.

Data 16

Peristiwa Tutur

Bi Rohaeti : Iraha Gajihanna ?

Kapan Gajihannya?

Kapan Gajihannya?

Bi nyai Tuti : Kamari peuting saptu.

kemarin malam sabtu.

47
Malam sabtu kemarin.

Bi Rohaeti : Gajihannana oh kitu. Eh sugan teh poe kemis.

Gajihannya oh begitu. Eh kirain PART hari kamis.

oh begitu gajihannya. Kirain hari kamis.

Bi Nyai Tuti : Eta ge jumaah sore. Ieu teh ngadadak kitu gajihannana.

Itu juga jumat sore. DET PART mendadak begitu gajihannya.

Kan aturan isukannya tanggal tilu belas.

Kan seharusnya besoknya tanggal tiga belas, Cuma kan nanti


ingin dimajukan paling tanggal dua belasan.

Itupun jumat sore. Kita ini mendadak begitu gajihannya,

seharusnya tanggal tiga belas, tetapi nanti ingin dimajukan paling

tanggal dua belasan .

Bi Rohaeti : Mungkin karena ingin puasa itu bi. Jadi dipercepat.

Kedua Participants pada peristiwa tutur di atas merupakan orang yang

sama-sama dapat berbahasa Sunda dan bahasa Indonesia saja.

Faktor yang terjadi ialah karena terpengaruh oleh lawan bicara (Bi Nyai

Tuti) yang beralih dari bahasa Sunda ke bahasa Indonesia.

48
Data 17

Peristiwa Tutur

Bu Fatimah : Sabaraha ieu (sambil menunjuk uang)? Dalapan ratus?

Berapa DET ? (sambil menunjuk uang)? Delapan ratus?

Ini berapa? 800?

Bi Nunung : Sajuta mereun.

Sejuta mungkin.

Mungkin sejuta.

Bu Fatimah : Dalapan mah ti bi Yati. Aya goreng hiji ieu acisna, teu

Delapan PART PREP bi Yati. Ada jelek satu DET uangnya, tidak

ditingali dulu atuh.

dilihat dulu lah.

Delapan dari bi Yati. Uangnya ada yang jelek satu, tidak dilihat

dulu.

Bi Nunung : Biarin ajalah bi, ingin dibagikan juga.

Bu Fatimah : Entar gak lakulah duitnya bu. Eh tapi kalau duit 100 mah laku

terus.

Kedua participants hanya dapat menguasai bahasa Sunda dan bahasa

Indonesia. Adapun faktor terjadinya alih kode karena terpengaruh oleh lawan

49
bicara (Bi Nunung) yang beralih dari bahasa Sunda ke bahasa Indonesia dan

kemudian penutur (Bu Fatimah) menggunakan bahasa Indonesia.

Data 18

Peristiwa Tutur

Bi Rokana : Ieu kunaon?, lampuna putus apa kumaha di payun?

DET kenapa?, lampunya putus apa bagaimana PREP depan?

Ini kenapa?, lampunya putus bagaimana di depan?

Pak Aceng : Ieu anyar, ieu teh ti kelompok masihan tihang.

DET baru DET PART PREP kelompok memberi tiang.

Ini baru, ini kelompok yang memberi tiang.

Bi Rokana : Keuna sabaraha ieu Pak?

Kena berapa DET Pak?

Terkena berapa Pak?

Pak Aceng : Genep puluh mah tihangna hungkul

Enam puluh PART tiangnya aja.

Enam puluh tiangnya saja.

Bi Rokana : Murah kitu Pak. Eta teh kabehna diberean Pak?

Murah begitu Pak. DET PART semuanya dikasih Pak?

50
Glos Lancar : Murah begitu Pak. Semuanya dikasih Pak?

Pak Aceng : Tadi kata Pak kadus semuanya. Ya entah nanti dikasih apa

enggak.

Bi Rokana : Mudah-mudahan lah Pak, biar terang semua jalan.

Participants Bi Rokana merupakan asli penutur bahasa Sunda Berasal dari

Karawang, Jawa Barat. Sama halnya dengan Bi Rokana, Bapak Aceng juga

berasal dari Karawang, Jawa Barat. Keduanya hanya dapat berbahasa Sunda dan

bahasa Indonesia saja.

Faktor terjadi alih kode ialah karena terpengaruh lawan bicara (Bapak

Aceng) yang beralih ke bahasa Indonesia dan kemudian Bi Rokana juga

menggunakan bahasa Indonesia.

Data 19

Peristiwa Tutur

Bu Ros : Saya mah saentena nginjeum,

Saya PART seenggaknya pinjam,

upami tiasa pere eta tiasa henteu Pak ngaliwat hiji

Kalau dapat libur DET dapat tidak Pak ngelewati satu

atau dua henteu Pak, dipinjeumkeun heula kitu Pak.

atau dua tidak Pak, dipinjamkan dulu begitu Pak.

51
Saya, setidaknya meminjam, kalau dapat libur melewati satu atau dua

dapat tidak Pak, dipinjam dulu begitu Pak.

Pak NasruDin : Tiasa. Lamun ngaliwatkeun mah upami jasa kudu dibayar

Dapat. Kalau melewatkan PART kalau jasa harus dibayar

upami pokokna mah tenaon-naon dua kali atau tilu

kalau pokoknya PART tidak apa-apa dua kali atau tiga

kali asal ngalapor ka kalompok tani tenaon-naon eta teh

kali asal ngelapor ke kelompok tani tidak apa-apa DET PART

kitu bu.

begitu bu.

Kalau melewatkan jasa harus dibayar yang pokoknya tidak apa-apa

dua atau tiga kali asal ke kelompk tani tidak apa-apa begitu bu.

Bu Ros : Oh kitu Pak. Muhun Pak.

Glos Cermat : Oh begitu Pak. Iya Pak.

Glos Lancar : oh begitu Pak. Iya Pak.

Pak nasruDin : Ya nanti kita bicarakan lagi dengan Ibu Ani.

Bu Ros : Iya Pak. Tolong secepatnya ya Pak.

Participants Bu Ros merupakan asli penutur bahasa Sunda Berasal dari

Cirebon, Jawa Barat yang dapat menggunakan bahasa Sunda dan bahasa

52
Indonesia. Sedangkan Bapak NasruDin berasal dari Indramayu Jawa Barat dan

dapat menggunakan bahasa Sunda, Jawa dan bahasa Indonesia.

Faktor terjadinya alih kode karena terpengaruh lawan bicara (Bapak

NasruDin) yang beralih ke bahasa Indonesia dan setelah itu Ibu Ros menggunakan

bahasa Indonesia.

Data 20

Peristiwa Tutur

Bi Nunung Hasanah : Aduh tong loba-loba atuh Pak

Aduh jangan banyak-banyak lah Pak.

Aduh jangan banyak-banyak Pak.

(sambil melihat Bapak Aceng (Ahmad) yang sedang mengambilkan Gori untuk bi

Nunung Hasanah)

Pak Aceng : Tenaon-naon atuh bi. Istilah urang Jawa Solo teh

Enggak apa-apa lah bi. Istilah Orang Jawa Solo PART

di gudek ieu.

PREP gudek DET.

Tidak apa-apa bi. Istilah orang Jawa Solo ini di gudek.

Bi Nunung Hasanah: Lamun abdi mah di sayur asem Pak.

Kalau 1TG PART PREP sayur asam Pak.

Kalau saya di sayur asam Pak.

53
Pak Aceng : Enak atuh. Ini cepat kali ini pohonnya berbuah.

Bi Nunung Hasanah : Waduh lumayan lah Pak, tiap hari tinggal ngambil aja.

Participants Bi Nunung Hasanah merupakan asli penutur bahasa Sunda

dari Garut Jawa Barat. Selain bahasa Sunda, bi Nunung hanya dapat berbahasa

Indonesia saja. Sama halnya dengan Bi Nunung, Bapak aceng juga penutur asli

bahasa Sunda namun berasal dari Karawang Jawa Barat.

Adapun faktor terjadinya alih kode ialah karena terpengaruh lawan bicara

(Bapak aceng) yang beralih ke bahasa Indonesia dan kemudian Bi Nunung pun

mengikuti menggunakan bahasa Indonesia.

4.2.6 Menunjukkan Bahasa Pertamanya Bukan Bahasa Sunda

Salah satu faktor alih kode bahasa Sunda ke bahasa Indonesia karena dari

salah satu participants menunjukkan bahwa bahasa pertama yang digunakan

bukanlah bahasa Sunda.

Data 21

Peristiwa Tutur

Mang Ali : Mang geus aya praktek kitu dokterna?

memang sudah ada praktek begitu dokternya?

Memang sudah ada praktek dokternya?

Suprihatin : Emang praktek manehna mah aya praktek kitu , teu nyaho

Emang praktek 3TG PART ada praktek begitu, tidak tahu

54
Timana kitu, dapat wae kitu.

Dimana begitu, dapat aja begitu.

Memang praktek dianya ada praktek, tidak tahu dimana, dapat saja

begitu.

Mang Ali : Lain, maksudna mah aya bukti praktek teh.

Bukan, maksudnya PART ada bukti praktek PART.

Bukan, maksudnya ada bukti praktek.

Suprihatin : Gak tau. Eta si akbar anakna Pak Muin. Teu tiasa,

Tidak tahu. DET si Akbar anaknya Pak Muin. Enggak bisa,

keras cenah

keras katanya.

Tidak tahu. Si Akbar anaknya Pak Muin, tidak dapat. Katanya keras.

Mang Ali : Eta mah urang tara ngajait, jait na mah

DET PART 3TG tidak pernah ngajahit, jahitnya PART

Nu payah , manual kitu. cara alami. Aya nu cuerik aya

yang payah, manual begitu, cara alami. Ada yang menangis ada

henteu ceurik.

Tidak menangis.

55
Kita tidak pernah ngejahit, jahitnya yang payah, manual begitu,

cara alami. Ada yang menangis ada yang tidak menangis.

Suprihatin : Kalau gak nangis itupun karena ada keinginan besar, dapat

kerayuan dari kawannya.

Mang Ali : Muhun. Budak leutik mah kitu.

Iya. Anak kecil PART begitu

Iya. Anak kecil begitu.

Participants Ibu Suprihatin merupakan asli penutur bahasa Jawa, namun

suaminya dan mertuanya merupakan orang Sunda. Ibu Suprihatin dapat

menggunakan bahasa Sundanya walaupun sedikit-sedikit dibanDingkan bahasa

Jawanya. Sedangkan Bapak Ali hasan ialah asli penutur bahasa Sunda dan

kesehariannya menggunakan bahasa Sunda. Adapun faktor terjadinya alih kode

karena Ibu Suprihatin menunjukkan bahwa bahasa pertamanya bukan bahasa

Sunda.

56
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Di desa Petapahan Jaya, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar terdapat

masyarakat Sunda. Pemakaian bahasa Sunda di desa ini merupakan pemakaian

terbanyak kedua setelah bahasa Jawa. Masyarakat Sunda tersebut selalu

berkumpul bersama-sama pada kegiatan sehari-hari dengan menggunakan bahasa

Sunda, namun terkadang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.

Adapun Jenis alih kode yang digunakan ialah alih kode internal, yaitu alih kode

yang terjadi antarbahasa sendiri, yaitu bahasa Sunda ke bahasa Indonesia.

Faktor-faktor terjadinya alih kode bahasa Sunda ke bahasa Indonesia

yaitu: kehadiran orang ketiga, pergantian topik pembicaraan, perubahan dari

formal ke informal maupun sebaliknya, ingin dianggap terpelajar, terpengaruh

lawan bicara yang beralih ke bahasa Indonesia, menunjukkan bahasa pertamanya

bukan bahasa Indonesia. Kemudian tidak ditemui data seperti mengutip

pembicaraan orang lain, ingin menjauhkan jarak, perpindahan topik dari yang

nonteknis ke yang teknis, beralih suasana bicara, menghindarkan adanya bentuk

kasar dan bentuk halus dalam bahasa Sunda, mitra bicaranya lebih muda, berada

di tempat umum, dan beralihnya media/sara bicara.

57
5.2 Saran

Penelitian ini dilakukan hanya membahas mengenai alih kode bahasa

Sunda ke bahasa Indonesia saja. Peneliti menyarankan agar peneliti selanjutnya

yang akan menganalisis alih kode dalam bahasa Sunda dapat mengembangkan

pengetahuan dengan tidak hanya beralih kode ke bahasa Indonesia saja, namun

dapat beralih kode ke bahasa lainnya. Dengan demikian, pengetahuan penelitian

selanjutnya akan lebih meningkat dari penelitian sebelumnya.

58
DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A. Chaedar. 1992. Teori Lingustik. Bandung : Angkasa.

Aslinda, dkk. 2007. Pengantar Sosiolinguistik. Padang: Refika Aditama.

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 1995. Sosiolinguistik Perkenalan Awal.

Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Coolsma. 1985. Tata Bahasa Sunda. Jakarta: Djambatan.

Dahlan, Saidat, dkk. 1986. Kedudukan dan fungsi Bahasa Melayu Riau.

Jakarta Timur: Pusat pembinaan dan pengembangan bahasa.

Djajasudarma, T. Fatimah, dkk. 1994. Tata Bahasa Acuan Bahasa Sunda.

Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Gunardi, Gugun, dkk. 1996. Unda-Usuk dan Dampaknya dalam Berperilaku

Berbahasa Sunda. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Koentjaraningrat. 2007. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta:

Djambatan.

M.S, Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

59
Muslich, Masnur. 2010. Perencanaan Bahasa. Jakarta: Bumi Aksara.

Nababan, P.W.J. 1993. Sosiolinguistik suatu pengantar. Jakarta : Gramedia

Pustaka Umum.

Rahardi, R. Kunjana. 2010. Kajian Sosiolinguistik Ihwal Kode dan Alih Kode.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Salliyanti. 2011. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Medan: Bartong Jaya.

Spolsky, Bernard. 1998. Sosiolinguistic. Oxford: Oxford University Press.

Sudaryanto. 1988. Metode Linguistik Bagian Pertama. Yogyakarta: Gajah Mada

University Press.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta

Wacana University Press.

Umar Azhar, dkk. 1993. Sosiolinguistik dan Psikolinguistik Suatu Pengantar.

Medan : Pustaka Widyasarana.

Skripsi

Apriani, Rini 2009. Bilingualisme pada Masyarakat Simalungun di Kecamatan

Pematang Raya. (Skripsi).

Sari, Mustika. 2011. Alih Kode Penutur Bahasa Pesisir Di Kecamatan Kualuh

Hilir Kabupaten Labuhan Batu Utara. (Skripsi).

Sinaga, Risma Jojor. 1996. Bilingualisme pada Masyarakat Batak Toba. (Skripsi).

60
Sugihana. 2004. Alih kode Penutur Bahasa Karo Kelurahan Sempakata

Kecamatan Medan Selayang. (Tesis).

Kamus

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

Kridalaksana, Harimurti. 1984. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia.

61
LAMPIRAN 1 : DATA INFORMAN

1. Nama : M. Rahmat Zakaria

Usia : 46 tahun

Pekerjaan : Wiraswasta

Pendidikan :SMP

2. Nama : Ibu Maryati

Usia : 36 tahun

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Pendidikan : SD

3. Nama : Siti Rukmana

Usia : 60 Tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan : SD

4. Nama : Juju

62
Usia : 57 Tahun

Pekerjaan :Penjual bakso, mie ayam, batagor,dll.

Pendidikan : SMP

5. Nama : Dewi Tomini

Usia : 28 Tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan :SMP

6. Nama : Esih

Usia : 54 tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan : SD

7. Nama : Rokana

Usia : 32 tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan : SD

8. Nama : Ujang Mulyadi

Usia : 29 tahun

Pekerjaan : Wiraswasta

Pendidikan : SD

9. Nama : Nining Kurnia

63
Usia : 57 tahun

Pekerjaan : Penjual makanan

Pendidikan : SD

10. Nama : Sutisna

Usia : 37 tahun

Pekerjaan : Petani

Pendidikan : SD

11. Nama : Rohyati

Usia : 35 tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan : SD

12. Nama : Fatimah

Usia : 53 tahun

Pekerjaan : Petani

Pendidikan : SD

13. Nama : Ernawati

Usia : 40 tahun

Pekerjaan : Jualan bakso bakar dekat lapangan SP 1

Pendidikan : SMP

14. Nama : Nunung

64
Usia : 47 tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan : SD

15. Nama : Nyai Tuti

Usia : 34 tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan : SD

16. Nama : Syaipulloh

Usia : 34 Tahun

Pekerjaan : Penjual bakso

Pendidikan : SD

17. Nama : Yayah Rokayah

Usia : 45 Tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan : SD

18. Nama : Rohaca

Usia : 60 tahun

Pekerjaan : Petani

Pendidikan : SD

19. Nama : Ahmad (Aceng)

Usia : 57 tahun

65
Pekerjaan : Petani

Pendidikan : SD

20. Nama : Tati

Usia : 50 tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan : SD

21. Nama : Suprihatin

Usia : 38 tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah tangga

Pendidikan : SD

22. Nama : Rohaeti

Usia : 50 tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan : SD

23. Nama : Ali Hasan

Usia : 50 Tahun

Pekerjaan : Petani

Pendidikan : SD

24. Nama : Sutarjo

Usia : 59 Tahun

Pekerjaan : wiraswasta (pedagang beras)

66
Pendidikan : SD

25. Nama : Mulyana Yusuf

Usia : 29 Tahun

Pekerjaan : Penjual

Pendidikan : SMP

26. Nama : Nasrudin

Usia : 50 tahun

Pekerjaan : Sekretaris KUD

Pendidikan : SD

27. Nama : Rosidah

Usia : 47 tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan : SD

28. Nama : Aditya Wahyudi

Usia : 27 tahun

Pekerjaan : Wirausaha

Pendidikan : SMP

67
LAMPIRAN 2 : DATA PENELITIAN

DATA 1

Mang Ipul : Isukan teh wirid di imah saha Yan?

Aa Iyan : Teu nyaho mang. Da minggu kamari mah abdi teh teu

indit.

Mang Ipul : Sami wae abdi oge teu indit, aya pagawean nu lain. O..

Yan bagaimana Hapeku yang kemarin itu udah diperbaiki?.

Aa Iyan : Belum mang, banyak kali tugas anak sekolah mang. Mungkin dua

hari atau tiga hari lah mang.

DATA 2

Aa Iyan : Teu ningali Jarkep di SP 2 mang ?

Mang Ipul : Ningali kumaha Yan, loba kitu barudak nu ngarental band

Aa Iyan : Anggotana kamana atuh mang. Loba cenah nu ningali teh mang.

Ya kan Dit, rame kan yang nonton jarkep di SP 2?

68
Adit : Iya bang. Kek mana gak rame bang, pemainnya aja dari

Pekanbaru.

DATA 3

Bi Nunung : Si Ribka teh miluan MTQ MDA bi?

Bi Dewi : Milu. Aya urang limaan dari die, si Pipit si Patir, si Saras, si Alpa.

Ari teu mangkat kumaha, si Siska dadakan wae ngomongna. Atuh

si Ribka sapepeuting ngapal ayat-ayat teh, aya lima belas surat

manehna, tadi na mah dua puluh.

Bi Nunung : Mereunan siskana hapalanna teu acan lancar. Ehh bi, punggahan

tanggal berapa? Ada yang bilang selasa ada rabu?

Bi Dewi : Hari selasa kalau kata bu Dul tuh.

DATA 4

Ujang Mulyadi : Her, Ribka teh hayang dinaikkeun ka sisingaan. Manehna

ceurik wae eta. Urang mah bisi tiguling budak teh.

Herman : Yeee kunaon teu nyarios ti tadi atuh. Si Fajar mah seuri

wae geus di sisingaan teh.

Ujang Mulyadi : Lamun ceurik mah hese cicing. Da cicingna mah dahar

coklat wae eta oge. Man makannya jam berapa yang nari-

nari itu?

Herman : Ya habis jarang kepanglah sebentar lagi.

DATA 5

69
Bu Nining : Ti RK opat aya tujuh budak nu milu sunatan teh. Eta oge teu

sakabehna nu milu, teu aya nu nyaraho kitu. Di RK genep kumaha

eta?

Bu Maryati : Aya duaan wae mak. Teu aya nu ngabejaan mah kitu mak

Bu Nining : Heeh. Eta oge peuting-peuting si bapak ngabejaan ka batur. Jam

berapa kemaren bapak ngasih tau Er?

Erna : Kalau gak salah jam 8 entah jam tengah 8 mak.

DATA 6

Bi Tati : Ngesian wae ngesian arisan dei. Sabaraha urang dei teu

acan ngisi teh?

Bi Nunung Hasanah : Aya Opat dei Ari emak Aah encan, bi Fatimah, Bi

Engkos, jeung Bu Yuni.

Bi Tati : Ditelpon atuh, mereun poho eta.

Bi Nunung Hasanah : Muhun. Keur ditelpon si Suprihatin di tukang.

Bi Tati : Sakeudeng dei atuh daratang. Bu Er, si emak kemana?

Kok gak datang?

Bu Erna : Kecapean dia bu. Katanya badannya pegal-pegal gitu.

DATA 7

Bapak Egi : Aya naon, maneh ka die din?

70
Peneliti : Ka die teh hoyong nyandak surat penelitian nu abdi bere tea pak,

tos siap ncan pak?

Bapak Egi : Diberekeun ka saha eta surat maneh?

Peneliti : Ka Bapak Delfi pak.

Bapak Egi : Ouhh nu ieu tah din, sakeudeng heulana din diketik. Ieu

ditujukeun ka Dekan Fakultas Ilmu Budaya din?

Peneliti : Sumuhun pak.

Bapak Egi : Loh din, jadi kamu bentar lagi wisuda lah ya?

Peneliti : Amin pak. Ya doain aja pak semoga cepat wisuda pak.

DATA 8

Peneliti : Pak tanggal opat belas teh dibejakeun Bapak Nasrudin aya acara

Sunat massal ya pak?

Bapak Egi : Lain atuh Din, acarana tanggal sabelas henteu tanggal opat belas.

Peneliti :Oh kitu pak, disangka teh minggu isuk acarana.

Bapak Egi : Teu ah din. Din, jurusan Sastra Indonesia, kok skripsinya bahasa

Sunda Din?

Peneliti : Iya pak, ngambil bahasa sendiri pak. Kebetulan disini ada datanya

pak.

DATA 9

71
Ibu Juju : Lalieur ayeuna mah ceu, ari ngabeuli gas teh hese pisan, teu aya

dimana-mana. Lamun aya mah mahal pisan.

Ibu Siti : Ti Ibu Lastri teu aya kitu ?

Ibu Juju : Ayeuna mah aya, tapi mahal pisan ceu

Ibu Siti : Sabaraha atuh hargana ?

Ibu Juju : 25.000 ceu. Awis mah tenaon-naon lamun loba di warung nu

ngajual teh. Ceu, kemarin pestanya Ibu Karsini datang?

Ibu Siti : Berangkat sama siapa, gak ada yang ngantar kemarin tuh.

Ibu Juju : Iyaa ceu, aku juga gak berangkat. Deras kali hujannya disini.

DATA 10

Bi Rokana : Ayeuna bapakna mah keur mupuk

Bi Dewi : Makena urea henteu?

Bi Rokana : Makena mah TSP. Tapi sekarang gak punya TPH. Aduh pusing!!

Bi Dewi : Kenapa, kok gitu?

Bi Rokana : Tapi digali semua Jalannya semua itu ingin ditutup, jalan yang

poros itu yang tengah.

DATA 11

72
Sutisna : Aya acara naon ieu?

Ujang Mulyadi: Ulang tahun putrana nu alit teh. Si fajar nu katilu.

Hayang acara sisingaan jeung jarang kepang.

Sutisna : Mereun engkeuna mah loba nu daratang. Eta aya buahan teu

diambil tah (Sambil menunjuk pohon sawit). Tadi manen ditempat

siapa Jang?

Ujang Mulyadi: Kalo tadi tempat pak Rohaca.

DATA 12

Bu Neneng : Iraha datang maneh Din?

Peneliti : Poe minggu bu. Teu ngajar bu?

Bu Neneng : Enggak Din, si bapak mah gering ti pulang manen teh. Din kok

enggak sama si Enci? Eh Din si Enci nilai bahasa arabnya turun.

Kok bisa gitulah din?

Peneliti : Nilainya berapa bu? Mamanya kemarin bilang kalau Enci pas

ujian sakit bu, jadi malas belajarnya.

Bu Neneng : Merosot begitu nilainya dari 90 jadi 60 Din. Semangatinlah Din.

DATA 13

73
Mak Esih : Kamari mah di sawit pupukna pake NPK rada saleheung.

Mang Jaka : Ulah loba dipupuk warna-warna atuh. Ti heula abdi oge ku pupuk

NPK Mutiara hargana mahal.

Mak Esih : Henteu, Ieu mah nomer dua makena mah.

Mang Jaka : Eta teh nomer dua nu alus.

Mak Esih : Aya tilu nomer pupukna eta teh?

Mang Jaka : Iya. Pupuk yang bagus tuh pakenya Dolamit, Urea, KCL nah tiga

macam itu bagus. Enggak kurang dari tiga ton itu tuh kaplingnya

sebulan.

DATA 14

Bu Tati : Eta teh ditambihan warung kitu pak?

Pak Tarjo : Henteu, engkeuna mah katukang dibere sasaungan. Abdi mah sok

oge ngiring-ngiring, wengi ogenan, ieu bonusan ti Tunggal Yunus

sareung Udin, sareung si Umi.

Bu Tati : Nu penting mah milarian nu gampang pak. Mudah-mudahan yang

lancarlah pak, rezekinya banyak terus. Banyakin sedekah. Kalau

banyak sedekah pasti rezeki makin banyak begitu pak.

DATA 15

Bi Nunung : Kumaha mang Rahmat bi ngurus ladang nek Amin?

74
Bi Yayah Rokayah : Lamun ti heula mah boga nek Amin hoyong dijual wae

200 mah. Nu urang lain mah nawarkeun hargana tujuh

belas atau dalapan belas kitu imah teh. Lamun ayeuna mah

Alhamdulillah diuruskeun ka mamang Rahmat teh.

Bi Nunung : Ari eta mah kan upami baheula memang teu aya nu harga

sakitu teh. .

Bi Yayah Rokayah : Udah pasaran memang bi, kalau ada 200 yang ingin mah

uda untung bi, karena belum ada sertifikat keluar sampai

sekarang.

Bi Nunung : mahal kali begitu ya bi, aku kalau banyak duit aku beli itu.

DATA 16

Bi Rohaeti : Gajihanna kapan?

Bi nyai Tuti : Kamari peuting saptu.

Bi Rohaeti : Gajihannana oh kitu. Eh sugan teh poe kemis

Bi Nyai Tuti : Eta ge jumaah sore. Ieu teh ngadadak kitu gajihannana. Kan

aturan isukannya tanggal tilu belas. Cuma kan nanti ingin

dimajukan paling tanggal dua belasan.

Bi Rohaeti : Mungkin karena ingin puasa itu bi. Jadi dipercepat.

75
DATA 17

Bu Fatimah : Sabaraha ieu (sambil menunjuk uang)? Sadalapan ratus?

Bi Nunung : Sajuta mereun

Bu Fatimah : Dalapan mah ti bi Yati. Aya goreng hiji ieu acisna , teu ditingali-

ngali dulu atuh.

Bi Nunung : Biarin ajalah bi, ingin dibagikan juga.

Bu Fatimah : Entar gak lakulah duitnya bu. Eh tapi kalau duit 100 mah laku

terus.

DATA 18

Bi Rokana : Ieu kunaon?, lampuna putus apa kumaha di payun?

Pak Aceng : Ieu anyar ieu teh ti kelompok masihan tihang

Bi Rokana : Keuna sabaraha ieu pak?

Pak Aceng : Genep puluh mah tihangna hungkul.

Bi Rokana : Murah kitu pak. Eta teh kabehna diberean pak?.

Pak Aceng : Tadi kata pak kadus semuanya. Ya entah nanti dikasih apa enggak

Bi Rokana : Mudah-mudahan lah pak, biar terang semua jalan.

DATA 19

76
Bu Ros : Saya mah saentena nginjeum, upami tiasa pere eta tiasa henteu

pak ngaliwat hiji atau dua henteu pak, dipinjeumkeun heula kitu

pak.

Pak Nasrudin : Tiasa. Lamun ngaliwatkeun mah upami jasa kudu dibayar upami

pokokna mah tenaon-naon dua kali atau tilu kali asal ngalapor ka

kalompok tani tenaon-naon eta teh kitu bu.

Bu Ros : oh kitu pak, muhun pak.

Pak nasrudin : Ya nanti kita bicarakan lagi dengan Ibu Ani.

Bu Ros : Iya pak. Tolong secepatnya ya pak.

DATA 20

Bi Nunung Hasanah : Aduh tong loba-loba atuh pak (sambil melihat bapak

Aceng(Ahmad) yang sedang mengambilkan Gori untuk bi

Nunung Hasanah)

Pak Aceng : Tenaon-naon atuh bi. Istilah urang Jawa Solo teh di gudek

ieu.

Bi Nunung Hasanah : Lamun abdi mah di sayur asem pak

Pak Aceng : Enak atuh. Ini cepat kali ini pohonnya berbuah.

Bi Nunung Hasanah : Waduh lumayan lah pak, tiap hari tinggal ngambil aja.

DATA 21

77
Mang Ali : Mang geus aya praktek kitu dokterna?

Suprihatin : Emang praktek manehna mah aya praktek kitu , teu nyaho timana

kitu, dapat wae kitu.

Mang Ali : Lain, maksudna mah aya bukti praktek teh

Suprihatin : Gak tau. Eta si akbar anakna pak Muin. Teu tiasa, keras cenah

Mang Ali : Eta mah urang tara ngajait, jait na mah nu payah , manual kitu.

cara alami.aya nu cuerik aya henteu ceurik.

Suprihatin : Kalau gak nangis itupun karena ada keinginan besar, dapat

kerayuan dari kawannya.

Mang Ali : Muhun. Budak leutik mah kitu.

78
LAMPIRAN 3 : FOTO

Acara arisan di rumah Ibu Suprihatin

79
Percakapan Ibu Ros dengan Bapak Nasrudin

Para orangtua sedang menunggu keberangkatan sunatan massal

80
Acara Sisingaan Khas orang Sunda di Desa Petapahan Jaya

81

Anda mungkin juga menyukai