Terbesar Di Lautan
Laut adalah area terbesar yang menutupi bumi ini, bahkan negara kita dikenal dengan
negara yang memiliki potensi laut yang besar. Namun, saat ini banyaknya sampah dan
tumpahan minyak sudah menyebabkan pencemaran terjadi pada air laut. Tidak hanya
menggangu kehidupan dan kelestarian laut kita, tumpukan sampah dan tumpahan
minyak ini jadi musuh terbesar bagi lautan yang bersih dan sehat. Kita memang tinggal
di darat dan tidak tinggal di lautan tapi juga harus memperhatikan keadaan lingkungan
laut, karena laut juga menyokong kehidupan kita.
Pencemaran air laut ini terutama terjadi di kawasan laut sekitar dekat muara sungai dan
kota-kota besar. Tingkat pencemaran laut ini telah menjadi ancaman serius bagi laut
Indonesia dengan segala potensinya.
Limbah minyak adalah buangan yang berasal dari hasil eksplorasi produksi minyak,
pemeliharaan fasilitas produksi, fasilitas penyimpanan, pemrosesan, dan tangki
penyimpanan minyak pada kapal laut. Limbah minyak bersifat mudah meledak, mudah
terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, dan bersifat korosif. Limbah
minyak merupakan bahan berbahaya dan beracun (B3), karena sifatnya, konsentrasi
maupun jumlahnya dapat mencemarkan dan membahayakan lingkungan hidup, serta
kelangsungan hidup manusia dan mahluk hidup lainnya.
Akibat yang ditimbulkan dari terjadinya pencemaran minyak bumi di laut adalah:
1. Rusaknya estetika pantai akibat bau dari material minyak. Residu berwarna gelap
yang terdampar di pantai akan menutupi batuan, pasir, tumbuhan dan hewan.
Gumpalan tar yang terbentuk dalam proses pelapukan minyak akan hanyut dan
terdampar di pantai.
2. Kerusakan biologis, bisa merupakan efek letal dan efek subletal. Efek letal yaitu
reaksi yang terjadi saat zat-zat fisika dan kimia mengganggu proses sel ataupun
subsel pada makhluk hidup hingga kemungkinan terjadinya kematian. Efek
subletal yaitu mepengaruhi kerusakan fisiologis dan perilaku namun tidak
mengakibatkan kematian secara langsung. Terumbu Karang akan mengalami
efek letal dan subletal dimana pemulihannya memakan waktu lama dikarenakan
kompleksitas dari komunitasnya.
3. Pertumbuhan fitoplankton laut akan terhambat akibat keberadaan senyawa
beracun dalam komponen minyak bumi, juga senyawa beracun yang terbentuk
dari proses biodegradasi. Jika jumlah pitoplankton menurun, maka populasi ikan,
udang, dan kerang juga akan menurun. Padahal hewan-hewan tersebut
dibutuhkan manusia karena memiliki nilai ekonomi dan kandungan protein yang
tinggi.
4. Penurunan populasi alga dan protozoa akibat kontak dengan racun slick (lapisan
minyak di permukaan air). Selain itu, terjadi kematian burung-burung laut. Hal ini
dikarenakan slick membuat permukaan laut lebih tenang dan menarik burung
untuk hinggap di atasnya ataupun menyelam mencari makanan. Saat kontak
dengan minyak, terjadi peresapan minyak ke dalam bulu dan merusak sistem
kekedapan air dan isolasi, sehingga burung akan kedinginan yang pada akhirnya
mati.
Selain berakibat pada degradasi lingkungan, pencemaran laut juga memberi akibat
penurunan perekonomian nelayan. Dampak dari pencemaran laut dan limbah telah
mengakibatkan penurunan hasil tangkapan nelayan di sejumlah kawasan di Indonesia.
Sektor pariwisata pesisir dan laut Indonesia juga menerima dampak dari pencemaran
laut ini.
Sayangnya banyak diantara kita yang masih tidak peduli dengan pencemaran yang
mengancam salah satu harta kita, laut Indonesia. Ketika PBB (1992) menetapkan 8 Juni
sebagai Hari Kelautan, banyak negara melakukan peringatan masing-masing. Namun
anehnya, di Indonesia dengan rekor wilayah lautan sangat luas gaung itu sima, tidak
semenarik bila dibandingkan dengan gonjang-ganjing politik. Dan jika pencemaran laut
terus berlangsung dan dibiarkan bukan tidak mungkin laut Indonesia yang kaya dan indah
tinggal menjadi sepotong kenangan.
Sumber : id.wikipedia.org,alamendah.org, www.ecoyouthtoyota.com
PROSEDUR BUNKERING KAPAL
Kata “bunker” digunakan oleh militer untuk mendefinisikan area atau tempat untuk
menyimpan dan melindungi melindungi personel dan persediaan (seperti bahan bakar,
amunisi, makanan, dll). Dalam industri perkapalan, kata “bunker” digunakan untuk
mendefinisikan tempat penyimpanan bahan bakar atau minyak pelumas yang digunakan
untuk operasi mesin.
Kapal yang membawa bahan bakar atau minyak pelumas untuk membuangnya
(discharge) ke pelabuhan, tidak akan disebut “bunker”. Jika kapal membawa bahan bakar
atau minyak pelumas ke kapal lain untuk digunakan untuk pengoperasian permesinan,
akan disebut “bunker” dan proses yang dilakukan untuk mengangkut atau memindahkan
disebut sebagai “bunkering”.
Ada beberapa tipe bunker yang menyuplai kapal dagang atau kapal penumpang,
diantaranya :
1. Heavy fuel oil bunker
2. Diesel oil bunker
3. Marine gas oil bunker
4. Lube oil bunker
5. LNG fuel bunker
Bahan bakar dapat disuplai ke kapal dengan berbagai metode tergantung dari jenis dan
grade dari bahan bakar yang akan dikirim ke kapal, yang memungkinkan ada beberapa
jenis fasilitas bunkering. Tongkang kecil yang mengangkut bunker bahan bakar dapat
digunakan untuk mentransfer bahan bakar ke kapal, jika jumlah bahan bakar yang
dibutuhkan kapal sedikit maka dapat disuplai ke kapal dengan menggunakan truk
pengangkut bahan bakar.
Prosedur sebelum proses bunkering diantaranya:
1. Kepala Kamar Mesin memeriksa dan menghitung tangki mana yang akan diisi
bahan bakar.
2. Jika diperlukan mengosongkan beberapa tangki bahan bakar dan mentransfer
bahan bakar dari satu tangki ke tangki lain yang bertujuan untuk menghindari
bercampurnya dua fuel oil dan mencegah ketidakcocokan antara bahan bakar
sebelumnya dengan bahan bakar yang baru.
3. Pengukuran sounding terhadap tangki-tangki bahan bakar selain tangki yang
akan digunakan pada proses bunkering tetep dilakukan untuk pencatatan kondisi
aktual jumlah bahan bakar pada kapal. Ini dapat membantu ABK jika terjadi
kebocoran pada valve dan bahan bakar yang ditransfer pada proses bunkering
mengalir ke tangki yang tidak termasuk dalam proses bunkering.
4. Rapat setidaknya diadakan oleh para personel yang akan melaksanakan proses
bunkering, dan dalam rapat tersebut membahas beberapa hal diantaranya :
a) Tangki-tangki mana saja yang akan diisi
b) Alur pengisian dari tangki
c) Seberapa banyak bahan bakar yang akan ditransfer
d) Prosedur keselamatan proses bunkering
e) Prosedur darurat apabila terjadi tumpahan minyak
f) Tanggung jawab dari masing-masing petugas dijelaskan
5. Pengukuran sounding tangki dan pembuatan laporan.
6. Semua deck scuppers dan semua trays dalam keadaan terpasang.
7. Sebuah overflow tank disediakan di kamar mesin yang terhubung ke bunker tank
dan bunker line. Dipastikan overflow tank dalam kondisi kosong untuk
menampung kelebihan bahan bakar dari tangki bunker.
8. Pencahayaan yang memadai di bunker dan sounding position disediakan.
9. Tanda dilarang merokok dipastikan terpasang di dekat bunker station.
10. Komunikasi diatas kapal, tanda-tanda dan sinyal-sinyal untuk menghentikan
proses bunkering antara petugas yang terlibat harus dipahami oleh para anak
buah kapal yang terlibat dalam proses bunkering.
11. Bendera atau lampu berwarna merah dipastikan dipasang di tiang mast.
12. Bunker manifold valves yang berlawanan sisi harus ditutup.
13. Draft dan trim kapal harus dicatat sebelum proses bunkering.
14. Semua perlengkapan SOPEP (shipboard oil pollution emergency plan) diperiksa
dan dipastikan terletak di dekat bunker station.
15. Pada saat kapal bunker atau tongkang sudah aman di samping kapal yang akan
bunkering maka petugas yang bertanggung jawab di tongkang juga dijelaskan
perihal bunkering plan
16. Bunker suppliers paperwork diperiksa perihal spesifikasi berupa oil grade dan
density.
17. Kapasitas pompa untuk bunker disetujui oleh pihak bunker barge/ bunker truck.
18. Hose dihubungkan ke manifold. Kebanyak dari bunker supplier mengirim crew
mereka untuk menghubungkan bunker oil pipeline dari bunker ship/barge, ABK
harus memeriksa flange connection untuk memastikan tidak adanya kebocoran.
19. Komunikasi yang baik antara crew tongkang dan kapal.
20. Pada umumnya fasilitas bunkering (kapal/tongkang/terminal/truk dsb) memiliki
emergency stop bunkering supply pump. Pastikan emergency stop tersebut
berfungsi dengan baik sebelum proses bunkering dimulai.
21. Setelah semua pengecekan selesai, manifold valve dapat dibuka untuk proses
bunkering.
Sumber: https://www.marineinsight.com