Anda di halaman 1dari 6

LECTURER NOTES

MATA KULIAH : MESIN KONVERSI ENERGI


MATERI : SISTEM PENDINGIN
SESI PERTEMUAN : 9 (SEMBILAN)
DOSEN : MUKHLIS ALI, S.T., M.T.

Sistem pendingin adalah mesin konversi energi yang bekerja untuk mendinginkan ruang.
Secara umum ada dua sistem pendingin yang banyak digunakan yaitu kulkas dan pengondisian
udara (AC). Walaupun ada banyak sistem pendingin yang digunakan saat ini, tapi yang paling
banyak digunakan adalah sistem pendingin dengan kompresi uap (vapour compression
refrigeration system).
Sistem pendingin kompresi uap bekerja berdasarkan siklus refrigerasi. Secara sederhana
siklus refrigerasi dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 1. Siklus refrigerasi kompresi uap (Cengel dan Boles, 2015)


1. Proses 1-2: refrigeran, dalam fasa campuran uap-cair, mengalir melalui sebuah evaporator
sehingga berubah menjadi fasa uap. Pada tekanan evaporator, titik didih refrigeran haruslah

1
lebih rendah daripada temperatur lingkungan, sehingga dapat terjadi perpindahan kalor dari
media kerja ke refrigeran. Proses penguapan tersebut berlangsung secara reversibel pada
tekanan yang konstan.
2. Proses 2-3: refrigeran keluar dari evaporator dalam fasa uap dengan temperatur dan
tekanan rendah, kemudian dikompresi sehingga tekanannya naik sampai tekanan
kondensor. Proses kompresi ini berlangsung secara isentropik (adiabatik dan reversibel).
3. Proses 3-4: pada proses ini refrigeran mengalir melalui kondensor dan pada sisi lain dialirkan
fluida pendingin (udara atau air) dengan temperatur lebih rendah dari temperatur
refrigeran. Oleh karena itu, kalor akan berpindah dari refrigeran ke fluida pendingin,
selanjutnya refrigerant mengembun menjadi fasa cair. Proses ini berlangsung secara
reversibel pada tekanan konstan.
4. Proses 4-1: refrigeran, dalam fasa cair jenuh diekspansikan melalui alat ekspansi.
Selanjutnya refrigeran keluar dari alat ekspansi fasa campuran uap-cair pada tekanan dan
temperatur sama dengan tekanan dan temperatur evaporator.
Pada kulkas, evaporator ditempatkan di dalam kompartemen pendingin. Fungsinya
untuk menyerap panas dari ruang pendingin ke dalam refrigeran, sehingga ruang pendingin
terjaga temperaturnya tetap rendah. Sedangkan kondensor diletakkan di luar agar dapat
mengeluarkan panas dari refrigeran ke lingkungan. Oleh karena itu kulkas harus ditempatkan di
tempat yang sejuk agar pelepasan panas ke lingkungan mudah dilakukan.
Sedangkan pada AC sebenarnya sama dengan kulkas untuk proses pendinginan
ruangnya. Akan tetapi untuk daerah sub tropis dimana AC bukan hanya berfungsi sebagai
pendingin tapi juga pemanas, maka ketika berfungsi sebagai pemanas ruangan, posisi
kondensor dan evaporator dibalik sehingga panas dilepaskan ke dalam ruangan, sedangkan
penyerapan panas dilakukan dari lingkungan.
LECTURER NOTES

Gambar 2. Proses pendinginan dan pemanasan ruang oleh AC


Secara aktual siklus refrigerasi juga mengalami rugi-rugi energi. Rugi-rugi energi yang
terjadi diakibatkan oleh adanya:

Gambar 3. Perbandingan siklus refrigerasi ideal dan aktual


1. Terjadi penurunan tekanan di sepanjang pipa kondensor dan evaporator.
2. Adanya proses pembawah-dinginan (sub-cooling) cairan yang meninggalkan kondensor
sebelum memasuki katup ekspansi.
3. Pemanasan lanjut uap yang meninggalkan evaporator sebelum memasuki kompresor.
4. Terjadi kenaikan entropi pada saat kompresi (kompresi tidak isentropik).
5. Proses ekspansi berlangsung non-adiabatik.
Untuk melakukan pengujian kinerja kulkas terdapat beberapa parameter yang dapat
diukur dan dihitung sebagai bahan analisa, yaitu:
1. Kerja kompresi (Wc)
𝑊𝑐 = ��(ℎ2 − ℎ1 )
(𝑘��)
dimana:
𝑚 = laju aliran massa refrigeran (kg/s)
ℎ1 = entalpi masuk kompresor (kJ/kg)
ℎ2 = entalpi keluar kompresor (kJ/kg)
2. Kapasitas refrigerasi (QR)
�𝑅 = ��(ℎ1 − ℎ4 )
(𝑘��)
dimana:
𝑚 = laju aliran massa refrigeran (kg/s)
ℎ1 = entalpi keluar evaporator (kJ/kg)
ℎ4 = entalpi masuk evaporator (kJ/kg)
3. Koefisien performansi (COP)
( ℎ1 − ℎ4 )
𝐶�� � =
(ℎ2 − ℎ1 )
= 𝑅
𝑊𝑐
dimana:
�𝑅 = kapasitas refrigerasi
(kW)
𝑊𝑐 = kerja kompresi (kW)
Sedangkan untuk kinerja AC dapat dibedakan menjadi dua tergantung apakah yang
digunakan saat itu fungsi pemanas atau fungsi pendinginnya. Berikut beberapa parameter yang
dapat diukur dan dihitung sebagai bahan analisa:
1. Kerja kompresi (Wc)
𝑊𝑐 = ��(ℎ2 − ℎ1 )
(𝑘��)
dimana:
𝑚 = laju aliran massa refrigeran (kg/s)
ℎ1 = entalpi masuk kompresor (kJ/kg)
ℎ2 = entalpi keluar kompresor (kJ/kg)
2. Kapasitas pendinginan (QL)
�𝐿 = ��(ℎ1 − ℎ4 ) (𝑘��)
dimana:
𝑚 = laju aliran massa refrigeran (kg/s)
ℎ1 = entalpi keluar evaporator (kJ/kg)
ℎ4 = entalpi masuk evaporator (kJ/kg)
3. Kapasitas pemanasan (QH)
�𝐻 = ��(ℎ2 − ℎ3 ) (𝑘��)
dimana:
𝑚 = laju aliran massa refrigeran (kg/s)
ℎ2 = entalpi masuk kondensor (kJ/kg)
ℎ3 = entalpi keluar kondensor (kJ/kg)
4. Koefisien performansi pendinginan (COPR)
� ( ℎ1 − ℎ4 )
𝐶��𝑅 = 𝐿 =
𝑊𝑐 (ℎ2 − ℎ1 )
dimana:
�𝑅 = kapasitas pendinginan (kW)
𝑊𝑐 = kerja kompresi (kW)
5. Koefisien performansi pendinginan (COPHP)
� ( ℎ2 − ℎ3 )
𝐶��𝐻�� 𝐻 =
= (ℎ2 − ℎ1 )
𝑊𝑐
dimana:
�𝐻 = kapasitas pemanasan (kW)
𝑊𝑐 = kerja kompresi (kW)

Anda mungkin juga menyukai