Anda di halaman 1dari 3

Nama : Andrean Dwi H

Nim : 191217500
Kelas : 2019 e sore
Makul : Hukum lingkungan

1. (1) Sanksi Administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) terdiri atas
a. teguran tertulis
b. paksaan pemerintah;
c. pembekuan Izin Lingkungan dan/atau Izin Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup; dan
d. pencabutan Izin Lingkungan dan/atau Izin Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
(2)Teguran tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diterapkan kepada
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang melakukan pelanggaran terhadap
persyaratan dan kewajiban yang tercantum dalam Izin Lingkungan dan/atau Izin
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, tetapi belum menimbulkan
dampak negatif terhadap lingkungan.
(3)Paksaan pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diterapkan
apabila penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan:
a) melakukan pelanggaran terhadap persyaratan dan kewajiban yang tercantum
dalam Izin Lingkungan dan/atau Izin Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup; dan/atau
b) menimbulkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.
(4)Pembekuan Izin Lingkungan dan/atau Izin Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c diterapkan apabila
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan:
a) tidak melaksanakan paksaan pemerintah
b) melakukan kegiatan selain kegiatan yang tercantum dalam Izin Lingkungan
serta Izin Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan; dan/atau
c) dugaan pemalsuan dokumen persyaratan Izin Lingkungan dan/atau Izin
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan.
(5)Pencabutan Izin Lingkungan dan/atau Izin Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d diterapkan apabila
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan:
a) memindahtangankan izin usahanya kepada pihak lain tanpa persetujuan
tertulis dari pemberi izin usaha;
b) tidak melaksanakan sebagian besar atau seluruh paksaan pemerintah yang
telah diterapkan dalam waktu tertentu; dan/atau
c) telah menyebabkan terjadinya pencemaran dan/atau perusakan lingkungan
yang membahayakan keselamatan dan kesehatan manusia.
2. Prosedur Penyusunan dokumen AMDAL dan RKL-RPL:
- Pemrakarsa menyusun Dokumen Andal dan Dokumen RKL-RPL berdasarkan
Dokumen Kerangka Acuan yang telah diterbitkan persetujuannya,
- Draft Dokumen Andal dan Dokumen RKL-RPL diajukan kepada Menteri, gubernur,
atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangan melalui Sekretariat Komisi Penilai
Amdal
- Sekretariat Komisi Penilai Amdal memberikan pernyataan tertulis mengenai
kelengkapan administrasi dokumen Andal dan RKL-RPL.
- Komisi Penilai Amdal menugaskan tim teknis untuk menilai dokumen Andal dan
RKL-RPL yang telah dinyatakan lengkap secara administrasi oleh Sekretariat Komisi
Penilai Amdal
- Komisi Penilai Amdal, berdasarkan hasil penilaian Andal dan RKL-RPL
menyelenggarakan rapat Komisi Penilai Amdal.
- Dalam hal rapat Komisi Penilai Amdal menyatakan bahwa dokumen Andal dan RKL-
RPL perlu diperbaiki, Komisi Penilai Amdal mengembalikan dokumen Andal dan
RKL-RPL kepada Pemrakarsa untuk diperbaiki
- Pemrakarsa menyampaikan kembali perbaikan dokumen Andal dan RKL-RPL
- Berdasarkan dokumen Andal dan RKL-RPL yang telah diperbaiki Komisi Penilai
Amdal melakukan penilaian akhir terhadap dokumen Andal dan RKL-RPL.
- Komisi Penilai Amdal menyampaikan rekomendasi hasil penilaian Andal dan RKL-
RPL kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai kewenangannya.
- Rekomendasi hasil penilaian Andal dan RKL-RPL dapat berupa: rekomendasi
kelayakan lingkungan; atau rekomendasi ketidaklayakan lingkungan.
- Komisi Penilai Amdal menyampaikan hasil penilaian akhir berupa rekomendasi hasil
penilaian akhir kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai kewenangannya
- Menteri, gubernur, atau bupati/walikota berdasarkan rekomendasi penilaian atau
penilaian akhir dari Komisi Penilai Amdal menetapkan keputusan kelayakan
lingkungan hidup atau ketidaklayakan lingkungan hidup.
- jangka waktu penetapan keputusan kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan hidup
dilakukan paling lama 10 (sepuluh) hari kerja terhitung sejak diterimanya
rekomendasi hasil penilaian atau penilaian akhir dari Komisi Penilai Amdal
3. Mencermati ketentuan Pasal 9 UUPLH 1997 tersebut, maka pada dasarnya
pengaturan pasal tersebut bersifat kontradiktif dan menjumbuhkan arti kata terpadu
dengan masing-masing atau koordinasi: Keterpaduan memerlukan penyatuan
wewenang (institusional), sedangkan koordinasi menunjuk pada hubungan kerjasama
mengenai pelaksanaan wewenang yang sektoral. Substansi dari ketentuan Pasal 11
UUPLH 1997 jelas menyejajarkan lagi istilah terpadu dengan koordinasi dalam
pengelolaan lingkungan tingkat nasional yang secara kelembagaan di lakukan oleh
seorang Menteri. Begitu juga dengan UUPPLH juga menyejajarkan antara terpadu
dan koordinasi, hal ini dapat ditelusuri dalam Pasal 63: ayat (2) UUPPLH yang
menyatakan bahwa, ”Sistem informasi lingkungan hidup dilakukan secara terpadu dan
terkoordinasi dan wajib dipublikasikan kepada masyarakat”. Menurut Pasal 1 Angka
39 UUPPLH, Menteri yang dimaksud adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan dibidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
4. Dalam gugatan perwakilan (class action) :
seluruh anggota kelas (class representatives dan class members) sama-sama langsung
mengalami atau menderita suatu kerugian, tuntutannya dapat berupa ganti kerugian
berupa uang (monetary damage) dan/atau tuntutan pencegahan (remedy) atau tuntutan
berupa perintah pengadilan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu
(injunction) yang sifatnya deklaratif. Dalam hak gugatan organisasi (legal standing):
organisasi tersebut tidak mengalami kerugian langsung; kerugian dalam konteks
gugatan organisasi (legal standing) lebih dilandasi suatu pengertian kerugian yang
bersifat publik. tuntutan organisasi (legal standing) tidak dapat berupa ganti kerugian
berupa uang, kecuali ganti kerugian yang telah dikeluarkan organisasi untuk
penanggulangannya objek yang dipermasalahkannya dan tuntutannya hanya berupa
permintaan pemulihan (remedy) atau tuntutan berupa perintah pengadilan untuk
melakukan atau tidak melakukan sesuatu (injunction) yang bersifat deklaratif.
5. .a) Kerangka acuan adalah RUANG LINGKUP studi analisis dampak lingkungan
hidup yang merupakan hasil pelingkupan yang disepakati oleh Pemrakarsa/Penyusun
ANDAL dan Komisi ANDAL.
b) AMDAL merupakan salah satu objek kajiannya. AMDAL adalah singkatan dari
Analisis Dampak Lingkungan. Tentu, dari kepanjangan namanya ini sudah dapat
menyampaikan mengenai tujuan dan fungsi diaadakannya AMDAL.
c) Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) merupakan rencana tindak lanjut
untuk mengelola dampak penting yang ditimbulkan oleh aktivitas proyek, sedangkan
Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) merupakan piranti untuk memantau
hasil pengelolaan lingkungan tersebut.
6. Kewajiban Pemegang Izin Lingkungan
Pemegang Izin Lingkungan berkewajiban:
- menaati persyaratan dan kewajiban yang dimuat dalam Izin Lingkungan dan izin
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;
- membuat dan menyampaikan laporan pelaksanaan terhadap persyaratan dan
kewajiban dalam Izin Lingkungan kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota;
disampaikan secara berkala setiap 6 (enam) bulan.
- menyediakan dana penjaminan untuk pemulihan fungsi lingkungan hidup sesuai
dengan peraturan perundang-undangan. (Pasal 53 PP No. 27 th 2012)
7. Sanksi administrasi yang dapat dikenakan terhadap pelanggaran perizinan dapat
berupa paksaan Pemerintahan (bestuurdwang), penarikan kembali keputusan yang
menguntungkan, pengenaan uang paksa oleh Pemerintah(dwangsom), pengenaan
denda administratif (administratifboete). Pemegang Izin Lingkungan yang melanggar
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 dikenakan sanksi administratif yang
meliputi:
a. teguran tertulis;
b. paksaan pemerintah;
c. pembekuan Izin Lingkungan; atau
d. pencabutan Izin Lingkungan. (Psal 71 PP 27 Th 2012)

Anda mungkin juga menyukai