Anda di halaman 1dari 46

MODUL

1.DUKUNGAN PADA ASUHAN KEBIDANAN PADA


TERAPI MANUAL
MENYUSUI NIFAS
2.PRAKTIK YANG
DAPAT
MENGGANGGU
KESUKSESAN
MENYUSUI
3.MENYUSUI PADA
IBU BEKERJA

OLEH:
Kelompok 4

1. Anne greys
simatupang
(P07524419094)
2. Endang
simamora(P0752441
Dosen Pengampu :Fitriyani pulungan, SST, M.Kes
9094)
3. Putri regina andalia POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN
sinuhaji
4. Tania panata
sianipar
D-IV KEBIDANAN MEDAN
(P07524419116)
TA.2020-2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan modul ini dengan baik, dan tidak lupa penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada Dosen Pengampu yaitu kepada Ibu Fitriyani pulungan, SST, M.Kes yang telah
memberi bimbingan dan arahan kepada kami dalam menyelesaikan modul ini.

Adapun judul modul ini yaitu skrining kesejahteraan janin yang berpengaruh dalam
proses pembuatan penelitian yang berdasarkan bukti-bukti yang telah dirangkum dan
diperbaharui dalam tugas Mata kuliah asuhan kebidanan pada nifas. Penulis sangat berharap
semoga dengan adanya modul ini penulis dapat memberikan sedikit gambaran dan memperluas
wawasan ilmu yang kita miliki.

Terima kasih atas semua pihak yang telah mendukung dalam pembuatan modul ini.
Penulis siap menerima saran dan masukan agar penyusunan modul ini lebih baik lagi. Akhir kata
penulis ucapkan terima kasih.

Medan, 21 agustus 2021

Penulis

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS| 2


DAFTAR ISI

Kata pengantar.................................................................................................................... i

Daftar isi............................................................................................................................. ii

Pendahuluan........................................................................................................................ 1

Tujuan pembelajaran......................................................................................................... 2

Petujuk belajar.................................................................................................................... 3

Uraian materi....................................................................................................................... 9

Tes formatif......................................................................................................................... 31

Rangkuman......................................................................................................................... 34

Daftar pustaka.................................................................................................................... 35

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS| 3


Pendahuluan

Deskripsi Singkat
.
Modul ini berjudul skrining kesejahteraan janin yang berpengaruh dalam proses
pembuatan penelitian yang berdasarkan bukti-bukti yang telah dirangkum dan diperbaharui yang
merupakan materi bahan kajian dari Mata Kuliah asuhan kebidanan pada nifas.

Definisi Singkat
Asuhan kebidanan masa nifas adalah penatalaksanaan asuhan yang diberikan pada pasien
mulai dari saat setelah lahirnya bayi sampai dengan kembalinya tubuh dalam keadaan seperti
sebelum hamil atau mendekati keadaan sebelum hamil

Relevasi

Materi dalam modul ini berkaitan dengan mata kuliah asuhan kebidanan pada kehamilan.

Tujuan Pembelajaran

Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menganalisis tentang asuhan kebidanan pada nifas yang
berpengaruh dalam proses pembuatan penelitian yang berdasarkan bukti-bukti yang telah
dirangkum dan diperbaharui

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS| 4


Tujuan Khusus
Setelah kegiatan ini mahasiswa mampu :
1. Memahami apa DUKUNGAN PADA TERAPI MANUAL MENYUSUI

2.PRAKTIK YANG DAPAT MENGGANGGU KESUKSESAN MENYUSUI

3.MENYUSUI PADA IBU BEKERJA

Petunjuk Belajar

Sebelum memulai mempelajari modul pembelajaran ini, dianjurkan agar membaca do’a
terlebih dahulu menurut agama dan kepercayaan masing-masing agar mendapat keberkatan ilmu.
1. Bacalah uraian dan contoh pada kegiatan blajar secara global. Tujuan untuk
mengetahui pokok-pokok pikiran yang diuraikan dalam kegiatan belajar ini.
2. Setelah anda mengetahui garis besar pokok-pokok pikiran dalam materi uraian ini,
baca sekali lagi secara lebih cermat. Membaca secara cermat bertujuan untuk
mengetahui pokok-pokok pikiran dari setiap sub pokok bahasan
3. Untuk memudahkan anda mencari kembali hal-hal penting seperti prinsip dan konsep
essensial, beri tanda pada konsep dan prinsip penting. Kemudian anda cari hubungan
antara konsep tersebut,sehingga anda memiliki konsep
4. Bila anda merasa belum yakin dalam membaca uraian pada kegiatan belajar ini,ulangi
lagi membaca materi kegiatan belajar sekali lagi
5. Pelajari cara menyelesaikan soal pada contoh-contoh soal yang diberikan pada
kegiatan belajar ini,caranya adlah sebagiai berikut ini :
a. Baca soal yang anda kerjakan
b. Analisis materi dalam soal ini dengan menuliskan apa-apa saja yang diketahui
dalam soal ini
c. Cari permasalahan atau pertanyaan dari soal tersebut

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS| 5


d. Buat kerangka rencana penyelesaian soal tersebut dengan menuliskan konsep
yang diperlukan dan cari hubungan antarkonsep tersebut
e. Tuliskan hasil jawaban anda pada akhir penyelesaian soal

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS| 6


URAIAN MATERI
 Asuhan kebidanan pada nifas
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta keluar sampai alat-alat kandungan
kembali normal seperti sebelum hamil.Selama masa pemulihan berlangsung, ibu
akanmengalami banyak perubahan fisik maupun psikologis.Perubahan tersebut sebenarnya
bersifat fisiologi, namun jika tidak ada pendampingan melalui asuhan kebidanan, akanberubah
menjadi patologis. Sehingga sudah menjadi tujuan para tenaga kesehatan untuk melakukan
pendampingan secara berkesinambungan agar tidak terjadi berbagai masalah, yang mungkin
saja akan menjadi komplikasi masa nifas (Purwati,2012). Angka Kematian Ibu (AKI)
mencerminkan risiko yang dihadapi ibuselama kehamilan dan melahirkan yang dipengaruhi oleh
status gizi ibu, keadaansosial ekonomi, keadaan kesehatan yang kurang baik menjelang
kehamilan,kejadian berbagai komplikasi pada kehamilan dan kelahiran, tersedianya
danpenggunaan fasilitas pelayanan kesehatan ternasuk pelayanan prenatal danobstetri.

Tingginya angka kematian ibu menunjukkan keadaan sosial ekonomi yang rendah dan
fasilitas pelayanan kesehatan termasuk pelayanan prenatal dan obstetri yang rendah pula(Dinas
Kesehatan Provinsi jawa tengan,2012). AKI di Indonesia tahun 2012 berdasarkan Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) sebesar 359/ 100.000 kelahiran hidup.Angka
tersebut mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan SDKI tahun 2007, dimana AKI sekitar
228/ 100.000 kelahiran hidup.Diperkirakan setiap tahunnya 300.000 ibu di dunia meninggal saat
melahirkan.Penyebab kematian ibu diantaranya adalah perdarahan nifas sekitar 26,9% kematian
ibu di Indonesia sebesar 650 ibu tiap 100.000 kelahiran hidup dan 43% dari angka tersebut di
sebabkan oleh perdarahan postpartum karena atonia uteri (Depkes RI, 2011). AKI di Kabupaten
Demak pada tahun 2009 adalah sebesar 143.06/ 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan tahun
2010 mengalami penurunan yang signifikan yaitu sebesar 98,98/100.000 kelahiran hidup.
Kematian waktu bersalin sebesar 86,80%, sebesar 81,25% kematian paritas < 4x , penyebab

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS| 7


kematian ibu diantaranya adalah perdarahan karena atonia uteri sebesar 6%, sebesar 8% karena
infeksi, sebesar 12% karena eklamsi (Dinas Kesehatan Kota Demak,2010).

Masa nifas merupakan masa yang paling rawan bagi ibu, sekitar terjadi 60% kematian ibu
terjadi setelah melahirkan dan hampir 25% dari kematian ibu pada masa nifasyang terjadi pada
24jam pertama setelah persalinan (Saleha,2009). Mortalitas ibu setelah persalinan
menyebabkan kesedihan yang mendalam bagi anggota keluarga dan semua pihak yang terlibat
dalam perawatanya, rangkaian sejarah dapat berubah karena beberapa hal karena mortalitas
yang tidak terduga tersebut(Donnison1988). Sejak dulu, sejumlah besar ibu yang menjalani
persalinan normal atau lancar, kemudian meninggal setelahnya akibat sepsis yang terjadi selama
nifas(Loudon1986). Ketika persalinan dipersulit dengan perdarahan yang mengancam jiwa
(Fraser dan Cooper,2009). Faktor penyebab kematian ibu dibagi menjadi dua yaitu, faktor
penyebab langsung dan tidak langsung. Faktor penyebab langsung kematian ibu di Indonesia
masih didominasi oleh perdarahan, eklampsia dan infeksi. Sedangkan faktor yang tidak langsung
penyebab kematian ibu adalah masih banyaknya kasus 3 Terlambat 4 Terlalu. Penyebab
langsung kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan 28%, eklampsia24%, infeksi11%, partus
lama 5%, aborsi5%, dan lain-lain 27%, yang didalam terdapat penyulit pada kehamilan dan
penyulit pada masa persalinan (Departemen Kesehatan RI,2010). Perdarahan pasca persalinan
merupakan penyebab penting kamatian ibu, ¼ kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan
(perdarahan pasca persalinan, plasenta previa, solusio plasenta, kehamilan ektopik, abortus dan
ruptur uteri) disebakan oleh perdarahan pasca persalinan. Perdarahan pasca persalinan
biasanya terjadi segera setelah ibu melahirkan. Terutama di dua jam pertama setelah bersalin,
ibu belum boleh keluar dari kamar bersalin dan masih dalam pengawasan. Adakalanya
perdarahan yang terjadi tidak kelihatan karena darah berkumpul di rahim,jadi begitu keluar
akan cukup deras. Ini sangat berbahaya karena bisa menyebabkan kematian (Anggaini,2010).
Perdarahan pascapartum segera merupakan perdarahan yang terjadi segera setelah kelahiran
plasenta lengkap, yang menandai selesainya kala tiga persalinan. Pada 80 sampai 90 persen
kasus perdarahan pascapartum segera, salah satu penyebabnya adalah atonia
uterus(Varney,2007).

Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas adalah memberikan perawatan dan
dukungan sesuai kebutuhan ibu, melalui kemitraan dengan ibu dan dengan cara mengkaji
kebutuhan, menentukan diagnosa dan kebutuhan, merencanakan asuhan, melaksanakan

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS| 8


asuhan, mengevaluasi bersama pasien dan membuat rencana tindak lanjut (Bahiyatun,2008).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Rumah Sakit Islam NU Demak, maka dapat diketahui ibu
nifas pada tahun 2012 dari bulan Januari - Desemberada sejumlah 417orang. Dari data tersebut
terdapat kasus perdarahan karena atonia uteri sebanyak (1 orang), infeksi (2 orang) dan sisanya
ibu nifas normal dan pada tahun 2013 dari bulan Januari – Desember terdapat sejumlah 312
orang. Dari data tersebut terdapat kasus perdarahan karena retensio plasenta (1 orang), infeksi
(3 orang) dan laserasi (2 orang), sebanyak (306 orang) nifas normal. ( RSI NU Demak, 2013). Dari
data diatas bahwa perdarahan dapat menyebabkan angka kematian ibu jika tidak segera
dilakukan tindakan. Maka penulis tertarik untuk mengambil Karya Tulis Ilmiah tentang “Asuhan
Kebidanan Ibu Nifas Patologi dengan Perdarahan Postpartum Primer pasca atonia uteri di
Rumah Saki.

1.DUKUNGAN PADA TERAPI MANUAL MENYUSUI

Konsep Menyusui

Pengertian Menyusui

Menyusui merupakan suatu proses alamiah manusia dalam mempertahankan dan


melanjutkan kelangsungan hidup keturunannya. Organ tubuh yang ada pada seorang wanita
menjadi sumber utama kehidupan untuk menghasilkan ASI yang merupakan sumber
makanan bayi yang paling penting terutama pada bulan-bulan pertama kehidupan.
Perkembangan zaman membawa perubahan bagi kehidupan manusia, dengan
bertambahnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat membuat pengetahuan
manusia mengetahui pentingnya ASI bagi kehidupan bayi. Menyusui merupakan suatu
pengetahuan yang sudah ada sejak lama yang mempunyai peranan penting dalam
mempertahankan kehidupan manusia (Astuti, 2013). Sedangkan menurut (Varney dkk,
2008) menyusui adalah cara yang optimal dalam memberikan nutrisi dan mengasuh bayi,
dan dengan penambahan makanan pelengkap pada paruh kedua tahun pertama, kebutuhan
nutrisi, imunologi, dan psikososial dapat terpenuhi hingga tahun kedua dan tahun-tahun
berikutnya.

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS| 9


Manfaat menyusui

Manfaat menyusui ternyata tidak hanya untuk bayi, tetapi juga bermanfaat bagi ibu. Adapun
manfaat yang diperoleh dengan menyusui untuk ibu menurut Sri Astuti (2015) adalah :

a) Menyusui membantu mempercepat pengembalian rahim ke bentuk semula dan


mengurangi perdarahan setelah kelahiran. Ini karena isapan bayi pada payudara dilanjutkan
melalui saraf ke kelenjar hipofise di otak yang mengeluarkan hormon oksitosin. Oksitosin selain
bekerja untuk

mengkontraksikan saluran ASI pada kelenjar air susu juga merangsang uterus untuk
berkontraksi sehingga mempercepat proses involusio uteri.

b) Menyusui secara teratur akan menurunkan berat badan secara bertahap karena
pengeluaran energi untuk ASI dan proses pembentukannya akan mempercepat seorang ibu
kehilangan lemak yang ditimbun selama kehamilan.

c) Bagi ibu, pemberian ASI mudah karena tersedia dalam keadaan segar dengan suhu
selalu siap jika diperlukan pada malam hari.

d) Mengurangi biaya pengeluaran karena ASI tidak perlu dibeli.

e) Menyusui dapat meningkatkan kedekatan antara ibu dan bayi. Bayi yang sering berada
dalam dekapan ibu karena menyusui akan merasakan kasih sayang ibunya. Bayi juga akan
merasa aman dan tentram, terutama karena masih dapat mendengar detak jantung ibunya
yang telah dikenal selama dalam kandungan. Perasaan terlindung ini akan menjadi dasar
perkembangan emosi dan membentuk kepribadian yang percaya diri dan dasar spiritual yang
baik.

f) Pemberian ASI secara eksklusif dapat menunda proses menstruasi dan ovulasi selama 20
sampai 30 minggu atau lebih karena isapan bayi merangsang hormon prolaktin yang
menghambat terjadinya

ovulasi/pematangan telur sehingga menunda kesuburan.

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS| 10


g) Menyusui menurunkan resiko kanker ovarium dan kanker payudara

pramenopause, serta penyakit jantung pada ibu. Hasil penelitia (The Lancet

Medical Journal, 2012) menemukan bahwa resiko kanker payudara turun 4,3% pada ibu
yang menyusui, menyusui juga dapat menurunkan

osteoporosis.

h) Wanita menyusui yang tidak memiliki riwayat diabetes gestasional akan kemungkinan
yang lebih kecil untuk mengalami diabetes tipe 2 di kemudian

hari.

Mekanisme Menyusui

Reflek yang penting dalam mekanisme isapan bayi terbagi menjadi tiga menurut
Marliandiani (2015) yaitu:

a. Refleks Menangkap (Rooting Refleks)

Timbul saat bayi baru lahir, pipi disentuh, dan bayi akan menoleh kearah sentuhan. Bibir
bayi dirangsang dengan puting susu, maka bayiakan membuka mulut dan berusaha
menangkap puting susu.

b. Refleks Menghisap (Sucking Refleks)

Refleks ini timbul apabila langit-langit mulut bayi tersentuh oleh puting. Agar puting
mencapai palatum, maka sebagian besar areola harus masuk kedalam mulut bayi. Dengan
demikian, sinus laktiferus yang berada di bawah areola tertekan antara gusi, lidah, dan
palatum sehingga ASI keluar.

c. Refleks Menelan (Swallowing Refleks)

Refleks ini timbul apabila mulut bayi terisi oleh ASI, maka bayi akan menelannya.

Konsep Air Susu Ibu

Pengertian ASI

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS| 11


Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan garam-
garam organik yang di sekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan
utama bagi bayi (Jannah, 2013). ASI adalah makanan yang terbaik untuk bayi. ASI khusus di
buat untuk bayi manusia, kandungan dari ASI sangat sempurna, serta sesuai dengan
kebutuhan tumbuh kembang bayi (Dewi & Sunarsih, 2011). Sedangkan menurut Arif (2009)
ASI adalah satu-satunya makanan tunggal secara alamiah yang paling sempurna bagi bayi
hingga bayi berusia 6 bulan. ASI sebagai makanan alamiah adalah makanan terbaik yang
dapat diberikan oleh seorang ibu pada anak yang baru dilahirkannya. Komposisinya berubah
sesuai dengan kebutuhan bayi pada setiap saat, yaitu kolostrum pada hari pertama 4 - 7
hari, dilanjutkan dengan ASI peralihan sampai 3 - 4 minggu, selanjutnya ASI matur. ASI yang
keluar pada permulaan menyusu (foremilk = susu awal) berbeda dengan ASI yang keluar
pada akhir penyusuan (bindmilk=susu akhir).

Anjuran pemberian ASI yang benar adalah sebagai berikut:

1. ASI ekslusif selama 6 bulan karena ASI saja dapat memenuhi 100%

kebutuhan bayi

2. Dari 6 – 12 bulan ASI masih merupakan makanan utama bayi karena dapat memenuhi
60 – 70 % kebutuhan bayi dan perlu ditambahkan 19 makanan pendamping ASI berupa
makanan lumat sampai lunak sesuai dengan usia bayi

3. Diatas 12 bulan ASI saja hanya memenuhi sekitar 30% kebutuhan bayi dan makanan
padat sudah menjadi makanan utama. Namun, ASI tetap dianjurkan pemberiannya sampai
paling kurang 2 tahun untuk manfaat lainnya

Proses Pembentukan ASI

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS| 12


Gambar 2.1 Proses Pembentukan ASI

Proses pembentukan ASI menurut Marliandiani (2015) meliputi proses produksi ASI dan
proses pengeluaran ASI.

1. Produksi ASI (prolaktin)

Pembentukan payudara dimulai sejak embrio berusia 18-19 minggu, dan berakhir ketika
mulai menstruasi. Hormon yang berperan adalah hormon ekstrogen dan progesteron yang
membantu maturasi alveoli. Sementara hormon prolaktin berfungsi untuk produksi ASI.
Selama kehamilan hormon prolaktin dari placenta meningkat tetapi ASI belum keluar karena
pengaruh hormon ekstrogen yang masih tinggi. Kadar ekstrogen dan progesteron akan
menurun pada saat hari kedua atau ketiga pascapersalinan, sehingga terjadi sekresi ASI.
Pada proses laktasi terdapat dua refleks yang berperan, yaitu refleks prolaktin dan refleks
aliran yang timbul akibat perangsangan puting susu dikarenakan isapan bayi (Marliandiani
Yefi & Ningrum

Nyna, 2015).

a. Refleks Prolaktin

Refleks prolaktin merupakan stimulasi produksi ASI yang membutuhkan impuls saraf dari
puting susu, hipotalamus, hipofise anterior, prolaktin, alveolus, dan ASI. Pada akhir
kehamilan hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat kolostrum terbatas
dikarenakan aktivitas prolaktin dihambat oleh ekstrogen dan progesteron yang masih tinggi.
Faktor pencetus sekresi prolaktin akan merangsang hipofisis anterior sehingga keluar
prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu.
Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal tiga bulan setelah melahirkan

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS| 13


sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada peningkatan prolaktin walau
ada isapan bayi, namun mengeluaran air susu tetap berlangsung. Pada ibu nifas yang tidak
menyusui, kadar prolaktin akan menjadi normal pada minggu ke 2-3. Sementara pada ibu
menyusui, prolaktin akan meningkat dalam keadaan seperti stres atau pengaruh psikis,
anestesi, operasi, dan rangsangan puting susu (Marlindiani,

2015).

b. Refleks Aliran (Let Down Refleks)

Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofisis anterior, rangsangan yang berasal
dari isapan bayi dilanjutkan ke hipofisis posterior (neurohipofsis) yang kemudian dikeluarkan
oksitosin. Melalui aliran darah, hormon ini menuju uterus sehingga menimbulkan kontraksi.
Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah terbuat, keluar dari alveoli dan masuk
ke sistem duktus dan selanjutnya mengalir melalui duktus laktiferus ke mulut bayi
(Marlindiani, 2015).

faktor -faktor yang meningkatkan let down refleks adalah sebagai berikut :

1) Ibu dalam keadaan tenang.

2) Dengan melihat, mengamati bayi.

3) Mendengarkan suara/ tangisan bayi.

4) Mencium dan mendekap bayi.

5) Memikirkan untuk menyusui bayi.

Kondisi yang dapat menghambat let down refleks adalah ibu dalam keadaan stress takut,
cemas, khawatir/bingung, ragu terhadap kemampuannya merawat bayi (Marlindiani, 2015).

2. Pengeluaran ASI (oksitosin)

Apabila bayi disusui, maka gerakan menghisap yang berirama akan menghasilkan
rangsangan saraf yang terdapat pada glandula pituitari posterior, sehingga keluar hormon
oksitosin. Hal ini menyebabkan sel-sel miopitel di sekitar alveoli akan berkontraksi dan
mendorong ASI masuk dalam pembuluh ampula. Pengeluaran oksitosin selain dipengaruhi
oleh isapan bayi, juga oleh reseptor yang terletak pada duktus. Apabila duktus melebar,

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS| 14


maka secara reflektoris oksitosin dikeluarkan oleh hipofisis (Marliandiani Yefi & Ningrum
Nyna, 2015).

Komposisi Gizi dalam ASI

Air susu ibu merupakan makanan yang terbaik bagi bayi. Komposisi ASI berubah menurut
stadium penyusuan. Komposisi ASI tidak dapat di tiru dengan pemberian susu formula
(Marliandiani, 2015).

a. Kolostrum

Kolostrum adalah air susu yang pertama kali keluar, berwarna kuning keemasan, kental, dan
lengket. Kolostrum disekresi oleh kelenjar payudara pada hari pertama sampai hari keempat
pascapersalinan. Kolostrum mengandung tinggi protein, mineral, garam, vitamin A, nitrogen,
sel darah putih, dan antibodi yang tinggi dari pada ASI matur. Selain itu kolostrum
mengandung rendah lemak dan laktosa. Protein utama dalam kolostrum adalah
imunoglobulin (IgG, IgA, dan IgM) yang digunakan sebagai zat antibodi untuk mencegah dan
menetralisasi bakteri, virus, jamur dan parasit.

Volume kolostrum antara 150-300 ml/24 jam dalam payudara

mendekati kapasitas lambung bayi yang berusia 1-2 hari. Kolostrun juga sebagai pencahar
ideal untuk membersihkan zat yang tidak terpakai dari usus bayi yang baru lahir dan
mempersiapkan saluran pencernaan makanan bagi bayi (Marlindiani, 2015).

b. ASI Transisi/Peralihan

ASI peralihan diproduksi pada hari keempat atau ketujuh sampai hari ke10/ke-14 setelah
kolostrum sampai sebelum ASI matang (Roeslu, 2012). Pada ASI transisi kadar lemak,
laktosa, dan vitamin larut air lebih tinggi, kadar protein dan mineral lebih redah, serta lebih
banyak kalori (Marlindiani, 2015).

c. ASI matur

ASI matur keluar setelah hari ke-14 dan seterusnya. ASI matur akan terlihat lebih encer
daripada susu sapi. pada tahap ini, ASI banyak mengandung nutrisi yang sangat dibutuhkan
oleh bayi. Air susu matur merupakan nutrisi yang terus berubah disesuaikan dengan
stimulasi saat laktasi. ASI merupakan makanan satu-satunya paling baik bagi bayi sampai

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS| 15


usia enam bulan. Air susu matur memiliki dua tipe yaitu foremilk dan hindmilk. Foremilk
merupakan ASI yang keluar lebih dulu saat ibu menyusui. Sifat foremilk lebih encer, tinggi
laktosa, dan protein yang penting untuk pertumbuhan otak dan berfungsi sebagai
penghilang rasa haus pada bayi. Hindmilk keluar beberapa saat setelah foremilk , sifatnya
lebih kental dan kandungan lemak lebih tinggi sehingga memberikan efek kenyang pada
bayi, serta bermaanfaat untuk pertumbuhan fisik anak (Malindiani Yefi & Ningrum N.P,
2015).

Komposisi ASI menurut Marlindiani (2015) antara lain sebagai berikut :

1.) Laktosa

Laktosa 7g/100 ml merupakan jenis karbohidrat utama dalam ASI yang berperan penting
sebagai sumber energi. Selain itu laktosa juga diolah menjadi glukosa dan galaktosa yang
berperan dalam perkembangan sistem saraf.

2.) Lemak

Lemak 3,7-4,8g/100ml, merupakan zat gizi terbesar kedua pada ASI dan menjadi sumber
energi utama bayi serta berperan dalam pengaturan suhu tubuh bayi. Lemak di ASI
mengandung komponen asam lemak esensial yaitu asam linoleat dan asam alfa linoleat
yang akan diolah oleh tubuh bayi menjadi

AA dan DHA. AA dan DHA berfungsi untuk perkembangan otak bayi.

3.) Vitamin

Kandunga vitamin dalam ASI antara lain vitamin E banyak terkandung dalam kolostrum,
vitamin K berfungsi sebagai katalisator pada proses pembekuan darah, vitamin D berfungsi
untuk pembentukan tulang dan gigi.

4.) Garam dan mineral jumlah zat besi dalam ASI termasuk sedikit tetapi mudah diserap.
Jumlah zat besi berasal dari persediaan zat besi sejak bayi lahir, dari pemecahan sel darah
merah dan zat besi yang terkandung dalam ASI. Zat besi diperlukan untuk pertumbuhan
perkembangan dan imunitas, juga diperlukan untuk mencegah penyakit akrodermatitis
enteropatika.

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS| 16


5.) Oligosakarida

Oligosakirida 10-12 g/l merupakan komponen bioaktif di ASI yang berfungsi sebagai
prebiotik karena terbukti meningkatkan jumlah bakteri sehat yang secara alami hidup dalam
sistem pencernaan bayi.

6.) Protein

Protein dalam susu yaitu kasein dan whey kadarnya 0,9%. Protein 0,8-1,0 g/100 ml,
merupakan komponen dasar dari protein adalah asam amino berfungsi sebagai pembentuk
struktur otak. Beberapa asam amino tertentu yaitu taurina, triptopan, dan fenilalanina
merupakan senyawa yang berperan dalam proses ingatan. (Marlindiani Yefi, 2015).

Manfaat ASI

Pemberian ASI eksklusif bertujuan untuk menjamin pemenuhan hak bayi untuk
mendapatkan ASI eksklusif sejak lahir sampai berusia 6 bulan dengan memperhatikan
pertumbuhan dan perkembangannya (Astuti Sri, 2015).

Dampak yang terjadi jika bayi tidak mendapatkan ASI eksklusif yaitu bayi memiliki resiko
kematian karena diare 3,94 kali lebih besar dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan
ASI eksklusif. Berdasarkan hasil penelitian di dapatkan bahwa bayi yang diberikan susu
formula lebih sering mengalami diare dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan ASI
eksklusif (Khrist Gafriela Josefa & Ani Margawati, 2011 dan citra Puspita Ningrum, 2006). Di
Amerika, tingkat kematian bayi pada bulan pertama berkurang sebesar 21% pada bayi yang
disusui. Bayi yang tidak memperoleh zat kekebalan tubuh tidak mendapatkan makanan yang
bergizi tinggi serta berkualitas dapat menyebabkan bayi mudah mengalami sakit yang
mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan kecerdasannya terhambat (Mursyida
A.Wadud, 2013 dalam Astuti

Sri, 2015).

Manfaat pemberian ASI menurut Astuti (2015) dibagi menjadi 4 yaitu :

1. Manfaat ASI untuk bayi

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS| 17


a. Kualitas dan kuantitas nutrisi yang optimal, namun tidak meningkatkan risiko
kegemukan.

b. Antibodi tinggi sehingga aak lebih sehat.

c. Tidak menimbulkan alergi dan menurunkan resiko kencing manis.

d. Menimbulkan efek psikologis untuk pertumbuhan.

e. Mengurangi resiko karies gigi.

f. Mengurangi resiko infeksi saluran pencernaan (muntah, diare)

g. Mengurangi resiko infeksi saluran pernapasan dan asma.

h. Meningkatkan kecerdasan.

i. Mudah dicerna, sesuai kemampuan pencernaan bayi.

2. Manfaat ASI untuk Ibu

a. Isapan bayi merangsang terbentuknya oksitosin sehingga meningkatkan kontraksi rahim.

b. Mengurangi jumlah pendarahan nifas.

c. Mengurangi resiko karsinoma mammae.

d. Mempercepat pemulihan kondisi ibu nifas.

e. Berat badan lebih cepat kembali normal.

f. Metode KB paling aman, kadar prolaktin meningkatkan sehingga akan menekan hormon
FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan ovulasi.

g. Suatu kebanggaan bagi ibu jika dapat menyusui dan merasa menjadi sempurna.

3. Manfaat bagi Keluarga

a. Aspek ekonomi dan psikologi

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS| 18


Tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk membeli susu formula, bayi yang sehat
karena diberi ASI dapat menghemat biaya kesehatan dan mengurangi kekhawatiran
keluarga.

b. Aspek kemudahan

Lebih praktis saat berpergian karena tidak perlu membawa botol, susu, air panas, dan segala
macam perlengkapan.

4. Manfaat bagi Negara

a. Menurunkan angka kesakitan dan kematian anak.

Kandungan ASI yang berupa zat protektif dan nutrien di dalam ASI yang sesuai dengan
kebutuhan bayi, menjamin status gizi bayi menjadi baik serta kesakitan dan kematian anak
menurun.

b. Mengurangi subsidi untuk rumah sakit

Subsidai untuk rumah sakit berkurang karena rawat gabung akan memperpendek lama
rawat ibu dan bayi serta mengurangi komplikasi persalinan dan infeksi nosokomial.

c. Mengurangi devisa dalam pemberian susu formula

ASI yang di anggap sebagai kekayaan nasional, jika semua ibu memberikan ASI maka dapat
menghemat devisa yang seharusnya dipakai membeli susu formula.

d. Meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa

Anak yang mendapatkan ASI, tumbuh kembang secara optimal sehingga akan menjamin
kualitas generasi penerus bangsa.

Faktor yang Mempengaruhi ASI

Produksi ASI dapat meningkat atau menurun tergantung dari stimulasi pada kelenjar
payudara. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI menurut Dewi & Sunarsih, (2011)
antara lain:

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS| 19


1. Faktor makanan ibu

Makanan yang dikonsumsi ibu menyusui berpengaruh terhadap produksi ASI. Apabila
makanan yang ibu makan mengandung cukup gizi dan pola makan yang teratur, maka
produksi ASI akan berjalan lancar (Dewi dan Sunarsih, 2011). Kelancaran produksi ASI akan
terjamin apabila makanan yang dikonsumsi ibu setiap hari cukup akan zat gizi dibarengi pola
makan teratur (Riksani, 2012). Nutrisi dan gizi memegang peranan penting dalam hal
menunjang produksi ASI yang maksimal. Penyebab produksi ASI tidak maksimal karena
asupan nutrisi ibu yang kurang baik, menu makanan yang tidak seimbang dan juga
mengkonsumsi makanan yang kurang teratur maka produksi ASI tidak mencukupi untuk
bayi. karena produksi dan pengeluaran ASI dipengaruhi oleh hormon prolaktin yang
berkaitan dengan nutrisi ibu (Wiknjosastro, dkk. 2006). Seorang Ibu dengan gizi baik
akan memproduksi ASI sekitar 600 – 800 ml pada bulan pertama, sedangkan ibu dengan gizi
kurang hanya memproduksi ASI sekitar 500 – 700 ml (Marmi, 2013; h. 237).

2. Faktor isapan bayi

Isapan mulut bayi akan menstimulus hipotalamus pada bagian hipofisis anterior dan
posterior. Hipofisis anterior menghasilkan rangsangan (rangsangan prolaktin) untuk
meningkatkan sekresi prolaktin. Prolaktin bekerja pada kelenjar susu (alveoli) untuk
memproduksi ASI. Isapan bayi tidak sempurna atau puting susu ibu yang sangat kecil akan
membuat produksi hormon oksitosin dan hormon prolaktin akan terus menurun dan ASI
akan terhenti (Dewi & Sunarsih, 2011).

3. Frekuensi penyusuan

Menyusui bayi direkomendasi 8 kali sehari pada bulan-bulan pertama setelah melahirkan
untuk menjamin produksi dan pengeluaran ASI. Frekuensi menyusui berkaitan dengan
kemampuan stimulasi kedua hormon dalam kelenjar payudara, yakni hormon prolaktin dan
oksitosin (Riksani, 2012). Produksi ASI kurang di akibatkan frekuensi penyusuan pada bayi
yang kurang lama dan terjadwal. Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik,
karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI. Penelitian yang
dilakukan Dewi dan Sunarsih mengatakan bahwa produksi ASI bayi premature akan optimal

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS| 20


dengan pemompaan ASI lebih dari 5 kali per hari selama bulan pertama setelah melahirkan.
Pemompaan dilakukan karena bayi premature belum dapat menyusu. Bayi cukup bulan
frekuensi penyusuan 10 ± 3 kali per hari selama 2 minggu pertama setelah melahirkan,
berhubungan dengan produksi ASI yang cukup.

4. Riwayat penyakit

Penyakit infeksi baik yang kronik maupun akut yang mengganggu produksi ASI dapat
mempengaruhi produksi ASI (Dewi dan Sunarsih, 2011).

5. Faktor psikologis

Produksi ASI dipengaruhi oleh faktor psikologis, kejiwaan ibu yang selalu dalam keadaan
tertekan, sedih, kecemasan, kurang percaya diri dan berbagai bentuk ketegangan emosional
akan menurunkan volume ASI. Untuk memproduksi ASI yang baik, ibu harus dalam keadaan
tenang (Kristiyansari, 2009). Kondisi ibu yang mudah cemas dan stres dapat mengganggu
laktasi sehingga dapat berpengaruh pada produksi ASI. Hal ini di karenakan kecemasan
dapat menghambat pengeluaran ASI (Kodrat, 2010). Menurut penelitian Mittra Jalal (2017)
kecemasan dan stress dapat menurunkan hormone prolaktin dan sekresi oksitosin, sehingga
aliran susu berkurang ketika ibu menyusui.

6. Berat badan lahir

Bayi berat lahir rendah (BBLR) mempunyai kemampuan mengisap ASI yang lebih rendah
dibanding bayi yang berat lahir normal (> 2500 gr). Kemampuan mengisap ASI yang lebih
rendah ini meliputi frekuensi dan lama penyusuan yang lebih rendah dibanding bayi berat
lahir normal yang akan mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin dalam
memproduksi ASI (Dewi &

Sunarsih, 2011)

7. Perawatan payudara

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS| 21


Perawatan payudara bermanfaat untuk mempelancarkan sirkulasi darah dan mencegah
tersumbatnya saluran susu sehingga memperlancar pengeluaran ASI dengan cara menjaga
agar payudara senantiasa bersih dan terawat (puting susu) karena saat menyusui payudara
ibu akan kontak langsung dengan mulut bayi menurut (Maryunani, 2012). Perawatan
payudara dapat merangsang hipofsis untuk mengeluarkan hormon prolaktin dan oksitosin.
Kedua hormon inilah yang berperan besar dalam produksi ASI. Perawatan payudara yang
dimulai dari kehamilan bulan ke 7-8 memegang peranan penting dalam menyusui bayi.
Payudara yang terawat akan memproduksi ASI yang cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi
dan dengan perawatan payudara yang baik, maka putting tidak akan lecet sewaktu diisap
bayi (Dewi & Sunarsih, 2011).

8. Pola tidur

Ibu Menyusui memiliki pola istirahat kurang baik dalam jumlah jam tidur maupun gangguan
tidur. Faktor istirahat mempengaruhi produksi dan pengeluaran ASI. Apabila kondisi ibu
terlalu capek, kurang istirahat maka ASI juga berkurang (Rini Susilo, 2011).

9. Jenis persalinan

Pada persalinan normal proses menyusui dapat segera dilakukan setelah bayi lahir. Biasanya
ASI sudah keluar pada hari pertama persalinan. Sedangkan pada persalinan tindakan sectio
ceasar seringkali sulit menyusui bayinya segera setelah lahir, terutama jika ibu diberikan
anestesi umum. Ibu relatif tidak dapat menyusui bayinya di jam pertama setelah bayi lahir.
Kondisi luka operasi di bagian perut membuat proses menyusui sedikit terhambat.

(Prawirohardjo dalam Marmi, 2012).

10. Umur kehamilan saat melahirkan

Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi produksi ASI. Hal ini disebabkan bayi yang
lahir prematur (umur kehamilan kurang dari 34 minggu) sangat lemah dan tidak mampu
mengisap secara efektif sehingga produksi ASI lebih rendah dari pada bayi yang lahir tidak
prematur. Lemahnya kemampuan mengisap pada bayi prematur dapat disebabkan berat
badan yang rendah dan belum sempurnanya fungsi organ (Dewi dan Sunarsih, 2011).

11. Konsumsi rokok

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS| 22


Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan mengganggu hormon prolaktin dan
oksitosin untuk memproduksi ASI. Merokok akan menstimulasi pelepasan adrenalin dimana
adrenalin akan menghambat pelepasan oksitosin (Dewi dan Sunarsih, 2011).

2.3 Konsep Kecemasan

2.3.1 Pengertian Kecemasan

Kecemasan atau ansietas adalah suatu perasaan tidak santai yang samar-samar karena
ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu respons (sumber seringkali tidak
spesifik atau tidak diketahui oleh individu); suatu perasaan takut akan terjadi sesuatu yang
disebabkan antisipasi bahaya. Hal ini merupakan sinyal yang menyadarkan bahwa
peringatan tentang bahaya yang akan datang dan memperkuat individu mengambil tindakan
menghadapi ancaman (NANDA, 2009 dalam Fitria, Sriati, &Hermawaty, 2013). Kecemasan
adalah emosi yang timbul ketika bahaya tidak jelas (potensi ancaman), baik karena konteks
atau karena stimulus bahaya (misalnya, predator) yang ada di masa lalu namun tidak ada
dilingkungan (Faravelli, et al, 2012).

Kaplan dan Sadock (2010) menyatakan bahwa kecemasan adalah suatu sinyal yang
menyadarkan; ia memperingatkan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan
seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman. Sensasi kecemasan ini sering
dialami oleh hampir semua manusia. Perasaan tersebut ditandai oleh ketakutan yang difus,
tidak menyenangkan, dan samar-samar, sering kali disertai oleh gejala otonomik, seperti
nyeri kepala, berkeringat, palpitasi, kekakuan pada dada, dan gangguan lambung ringan.

2.3.2 Penyebab Kecemasan

Kecemasan terjadi dipengaruhi oleh beberapa hal, menurut stuart dan sunden (2007, dalam
Fitria, Sriati, &Hermawaty, 2013) terdapat beberapa teori yang dapat menjelaskan ansietas
diantaranya sebagai berikut.

a. Faktor Predisposisi

1. Pedoman Psikonalitik

Teori ini beranggapan bahwa ansietas terjadi apabila konflik emosional yang terjadi dua
elemen pribadi yaitu id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif,

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS| 23


sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-
norma budaya seseorang. ego berfungsi menengahi tuntutan dri dua elemen yang
bertetnangan, sedangkan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.

2. Pandangan Interpersonal

Teori ini beranggapan bahwa ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya
penerimaan atau penolakan. ansietas berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti
perpisahan dan kehilangan yang menimbulkan kelemahan spesifik. orang yang mengalami
harga diri rendah mudah mengalami

perkembangan ansietas yag berat.

3. Pandangan Perilaku

Teori beranggapan bahwa ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan seseorang untuuk mencapai tujuan yang diinginkan pakar
perilaku menganggap sebagai dorongan belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk
menghindari kepedihan. individu yang terbiasa dengan kehidupan dini diharapkan pada
ketakutan berlebihan, lebih sering menunjukkan ansietas dalam kehidupan selanjutnya.

4. Kajian keluarga

Teori ini beranggapan ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam keluarga. ada
tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi.

5. Kajian biologis

Menurut kajian biologis, otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepine. respetor
ini untuk membantu mengatur ansietas. Penghambat GABA juga berperan utama dalam
mekanisme biologis berhubungan dengan ansiets sebagaimana halnya dengan endorfin.
ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas
seseorang untuk mengatasi stresor.

b. Faktor presipitasi

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS| 24


Faktor presipitasi dibedakan menjadi hal-hal berikut:

1. Ancaman terhadap integritas seseorang, meliputi ketidakmampuan fisiologis yang akan datang
atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari-

hari.

2. Ancaman terhadap sistem diri, seseorang dapat membahayakan identitas, harga diri, dan fungsi
sosial yang terintegrasi seseorang.

Penyebab Kecemasan Pada Ibu Menyusui

Pandangan psikoanalitik Freud.Freud menyebutkan tiga macam kecemasan dengan sumber


penyebab yang berbeda-beda.Pertama, dia mengemukakan bahwa kecemasan dapat
disebabkan oleh ancaman ancaman dari dunia eksternal seperti penyakit, masalah
keuangan, dan kegagalan, serta dia menyebut kecemasan ini sebagai kecemasan objektif.
Penyebab kecemasan pada ibu menyusui dipengaruhi oleh berbagai faktor dari segi
psikologis dapat dipengaruhi dari takutnya sang ibu kehilangan daya tarik diri dan terjadi
tekanan batin dari sang ibu itu sendiri (Dewi & sunarsih , 2011).

2.3.4 Tanda dan Gejala

a. Gejala kecemasan

Kecemasan memiliki 2 (dua) tanda dan gejala menurut Stinson (2009) yaitu gejala emosional
dan fisik, sebagai berikut:

1.) Gejala Emosional dari cemas

Gambahan gejala primer dari irasional dan khawatir dan takut berlebihan, gejala emosional
umum dari cemas, ialah merasa prihatin atau ketakutan, masalah dalam konsentrasi,
merasa gelisah dan tegang, mengantisipasi kejahatan, iritabilitas, kegelisahan, terlihat tanda
bahaya, merasa pikiran kosong (Stinson, 2009).

2.) Gejala fisik dari cemas

Kecemasan lebih dari sebuah perasaan, respon seperti seorang petarung atau melayang,
cemas melibatkan berbagai gejala fisik. karena itu, angka gejala fisik, kecemasan penderita
sering mengalami gangguan untuk penyakit medis mereka. mereka sering mengunjungi

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS| 25


banyak dokter dan sering ke rumah sakit sebelum gangguan kecemasan disembuhkan.
gejala umum kecemasan secara fisik ialah berkeringat, pusing, diare atau sering BAK,
gemetar, otot tegang, sakit kepala, lemas, insomnia, pernapasan cepat (Stison, 2009).

2.3.5 Tingkat Kecemasan

Tingkat kecemasan menurut stuart dan sunden (2007, dalam Fitria, Sriati,

&Hermawaty, 2013) adalah seabgai berikut:

a. Ansietas Ringan

Tingkat ringan berhubungan dengan ketaegangan dalam kehidupan sehari-hari dan


menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. ansietas
memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan

kreativitas (Fitria, dkk, 2013).

b. Ansietas Sedang

Ansietas sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan
mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun
dapat melakukan seseuatu yang lebih terarah

(Fitria, dkk, 2013).

c. Ansietas Berat

Tingkat berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang cenderung

memusatkan pada sesuatu yang terinci, spesifik dan tidak dapat berpikir tentang hal lain.
semua perilaku ditunjukkan untuk mengurangi ketegangan. orang tersebut memerlukan
banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu

area lain (Fitria, dkk, 2013).

d. Tingkat Panik

Tingkat ini berhubungan dengan terperangah, ketakuatan, dan ero. rincian terpecah dari
proposinya. tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. panik
melibatkan disorientasi kepribadian. terjadi penigkatan aktivitas motorik, menurunnya

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS| 26


kemampuan berhubungan dengan orang lain, persepsi menyimpang dan kehingan
pemikiran rasional (Fitria, dkk, 2013).

Penatalaksanaan Kecemasan

Manajemen kecemasan menurut Gautam Shiv et al (2017) terbagi menjadi dua yaitu

1. Terapi Farmakoterapi

Menurut Ravindran & Stein (2010) terapi farmakologis untuk gangguan kecemasan
menggunakan obat antidepresan seperti Selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) dan
serotonin-norepinefrin reuptake inhibitor (SNRIs). SSRI dan SNRIs biasanya digunakan
selama antara 2 dan 6 minggu, efek samping yang terjadi mual, diare, sakit kepala, insomnia,
dan gelisah (Frank, et al 2012).

Mekanisme kerja yang dimiliki antidepresan melibatkan modulasi dari reseptor pre dan
postsinaptik atau repon-respon elektrofisiologis untuk meningkatkan availabilitas dari
serotonin dan noradrenalin hal ini kemudian menghasilkan efek antidepresan dan
menurunkan kadar kortisol yag

diproduksi saat stres (Katona, et al, 2012).

2. Terapi non farmakologi

Pengobatan non farmakologi berguna dalam pengobatan gangguan

kecemasan termasuk terapi suportif, terapi perilaku kognitif, terapi perilaku dan terapi
teknik relaksasi.

a) Terapi Perilaku kognitif (CBT)

Terapi perilaku kognitif berdasarkan keyakinan inti dan pikiran negatif otomatis, saat
seseorang terpapar oleh pemicu stres (stresor) tertentu, seseorang dengan keyakinan inti
yang mendasar misalnya “saya tidak dicintai” lebih mungkin menunjukan pikiran negatif
otomatis. CBT bertujuan untuk membantu pasien mengidentifikasi dan menguji pikiran
negatif oleh dirinya sendiri dan kemudian mengubah keyakinan abnormal yang dimilikinya
(Katona, et al 2012). Terapi perilaku kognitif telah terbukti membantu dalam mengatasi

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS| 27


gejala kecemasan dengan distorsi kognitif dan gejala somatik. Lebih efektif dengan pasien
cemas kronis (Gautam,et al,

2017).

b) Terapi Perilaku (Behavior therapy)

Terapi perilaku berdasarkan teori pembelajaran. Prinsip utamaanya adalah menghindari


benda, tempat, atau perbuatan yang ditakutkan akan meningkatkan ansietas yang terkait
dengan hal tersebut. Beberapa teknik perilaku seperti teknik dalam pengenalan kepada
situasi pemicu ansietas secara bertahap (desensitisasi sistemik), teknik luapan berlebihan
(flooding) yaitu pasien diberi paparan berbagai stimulus pemicu ansietas, teknik inhibasi
resiprokal (timbal balik) melengkapi teknik desensitisasi dengan respon bertentangan
terhadap ansietas misalnya relaksasi, makan (Katona, et al, 2012).

c) Terapi suportif

Terapi suportif merupakan terapi psikoterapi yang ditujukan kepada klien baik secara
individu maupun secara berkelompok. Tujuan utama dari terapi ini untuk menjalin
hubungan, memfasilitasi ekspresi afek/emosi (kemarahan), refleksi, klarifikasi, penenangan
oleh terapis, memfasilitasi pemahaman pasien tentang perasaannya dan mendorong
perilaku pemecahan masalah (Katona, et al, 2012). Terapi suportif kelompok merupakan
suatu metode yang efektif untuk berbagai gangguan kejiwaan dan kondisi medis termasuk
skizofrenia, gangguan bipolar, depresi, PTSD, gangguan kepribadian, penyalahgunaan zat,
dan kecemasan (Nurcahyani, et

al, 2016).

d) Teknik Relaksasi

Teknik relaksasi didasarkan kepada keyakinan bahwa tubuh berespon pada ansietas yang
merangsang pikiran karena nyeri atau kondisi penyakitnya. Teknik relaksasi dapat
menurunkan ketegangan fisiologis. Teknik ini dapat dilakukan dengan kepala ditopang
dalam posisi berbaring atau duduk dikursi. Hal utama yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
teknik relaksasi adalah klien dengan posisi nyaman; klien dengan pikiran yang beristirahat,
dan lingkungan yang tenang (Asmadi, 2008). Adapun macam-macam teknik relaksasi sebagai

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS| 28


berikut : Relaksasi Musik, Relaksasi Meditasi, Relaksasi yoga dan relaksasi pijat (Gautam, et
al, 2017), Relaksasi pijat (Li, et al, 2014 & Jalalodini, 2016).

Alat Ukur Kecemasan

Ada beberapa instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat kecemasan secara umum
menurut Saryono (2010) dan Nursalam (2016) diantaranya DASS

(depression ancxiety stress scale), ZSAS (Zung Self-Rating Anxiety Scale), HARS (Hamilton

Anxiety Rating Scale). Instrumen tersebut efektif digunakan untuk mengukur tingkat
kecemasan baik digunakan dewasa maupun muda. Alat ukur yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu ZSAS (Zung Self-Rating Anxiety Scale).

ZSAS merupakan pengukuran kecemasan pada pasien dewasa oleh William WK.Zung pada
tahun 1971 dikembangkan berdasarkan gejala kecemasan dalam DSM-II (Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorders). ZSAS memiliki 20 pertanyaan yang terdiri dari 15
pertanyaan Unfavourable (negatif) yang mengarah pada peningkatan kecemasan dan 5
pertanyaan Favourable (positif) yang mengarah pada penurunan kecemasan, dengan pilihan
jawaban (1) tidak pernah, (2) kadangkadang, (3) sering mengalami, dan (4) mengalami
setiap hari. Setiap jawaban dari pertanyaan favourable dan unfavorabel memiliki penilaian
dan penskoran yang berbeda-beda (Zung Self-Rating Anxiety Scale dalam mcdowell, 2006).

2.4 Konsep Pijat Oksitosin

2.4.1 Pengertian Pijat Oksitosin

Pijat oksitosin adalah pemijatan pada sepanjang kedua sisi tulang belakang. Pijat ini
dilakukan untuk merangsang reflex oksitosin atau reflex pengeluran ASI, ibu yang menerima
pijat oksitosin akan merasa lebih rileks. (Monika, 2014). Pijat oksitosin adalah pemijatan
pada daerah tulang belakang (vertebrae) sampai tulang costae kelima sampai keenam
(Rahayu, 2016).

2.4.2 Manfaat Pijat Oksitosin

Pada penelitian Mory et al. dan Christopher et al manfaat pijat dapat menurunkan tingkat
hormon kortisol dan mempengaruhi pusat otak yang berhubungan dengan rasa sakit.
menurut penelitian Ebrahim Hosseini et al (2013) manfaat pijat dapat mengurangi rasa sakit,

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS| 29


memberikan dukungan psikologis, mengurangi kecemasan, dan meningkatkan hormon
oksitosin. Selain itu studi lain mengatakan manfaat terapi pijat dapat mengurangi
kecemasan yang ditandai dengan penurunan tekanan darah sistol, diastolik, denyut jantung,
tingkat pernapasan, menurunkan stres, menurunkan ketegangan otot, dan peningkatan
kualitas tidur (Wei-Ling Chen, 2013 dan Krista Dicks, 2010). Berdasarkan penelitian diatas
dapat disimpulkan bahwa manfaat pijat dapat mengurangi rasa sakit, mengurangi
kecemasan, mengurangi stres, menurunkan tekanan otot dan peningkatkan kualitas

tidur.

Pijatan yang lembut dapat memberikan banyak manfaat diantaranya

membantu otot-otot menjadi rileks, meringankan rasa nyeri setelah persalinan , dan
membantu klien mengurangi kecemasan dan ketegangan (Solehati, & Kosasih, 2015).
Seorang ibu yang mengalami kecemasan dapat mengganggu hormon prolaktin dan oksitosin
dalam memproduksi ASI. Pijat ASI yang sering dilakukan dalam rangka meningkatkan
ketidaklancaran produksi ASI adalah pijat oksitosin (Rahayu, 2016).

Menurut Depkes RI (2007) teknik pijat oksitosin bermanfaat untuk merangsang hormon
oksitosin, pengaruh dari hormon oksitosin ini dapat membuat ibu lebih rileks, lebih tenang
dan dapat menurunkan kecemasan serta dapat menghilangkan kelelahan ibu akibat proses
melahirkan sehingga ASI dapat keluar secara spontan dan ibu lebih nyaman dalam menyusui
bayinya. Selain memberikan kenyamanan pada ibu dan merangsang refleks oksitosin. Pijat
oksitosin juga memiliki manfaat lain yaitu mengurangi pembengkakan payudara
(engorgement), mengurangi sumbatan ASI (pluggend/milk duct), dan membantu
mempertahankan produksi ASI ketika ibu da bayi sakit (Monika, 2014). Manfaat pijat
oksitosin menurut Rahayu (2016) yaitu membantu ibu secara psikologis, menenangkan,
mengurangi stres dan cemas, membangkitkan rasa percaya diri, membantu ibu agar
mempunyai pikiran dan perasaan baik tentang bayinya, meningkatkan ASI, memperlancar
ASI, dan mengurangi lelah. Pijat oksitosin adalah metode yang efektif dalam meningkatkan
produksi ASI dengan merangsang hormone oksitosin dan mengurangi stress dan kecemasan.
Dari teori di atas dapat di simpulkan manfaat pijat oksitosin merangsang refleks oksitosin,
meningkatkan dan memperlancar ASI, mengurangi stres dan kecemasan, mengurangi rasa
sakit, dan membangkitkan rasa percaya diri.

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS| 30


2.4.3 Prosedur Pijat Oksitosin

Metode pijat oksitosin dilakukan setelah melahirkan. Pijat oksitosin hendaknya dilakukan
sedini mungkin yaitu selama 3 hari setelah post-partum dan dilakukan 2 kali sehari selama 3
menit sebelum menyusui dan memerah ASI. Pijat bisa dilakukan oleh suami atau nenek dari
bayi. Adapun teknik pijat oksitosin dapat dilakukan sebagai berikut: 1) Siapkan peralatan
yang di perlukan seperti: handuk, dan minyak kelapa atau baby oil, 2) mencuci tangan
dengan air yang mengalir, 3) anjurkan ibu membuka pakaian bagian atas dan melepas bra,
4) posisikan ibu senyaman mungkin dengan duduk bersandar kedepan, bisa dengan cara
melipat lengan di atas meja dan letakan kepala di atas lengan, 5) basahi kedua tangan
dengan minyak atau baby oil, 6) Carilah tulang yang paling menonjol pada tengkuk atau
leher bagian belakang atau cervical vertebrae 7, 7) dari titik tonjolan tulang tadi turun
kebawah kurang lebih 2 cm dan ke kiri kanan kurang lebih 2 cm, disitulah posisi jari
diletakan untuk memijat, 8) memijit bisa menggunakan kedua ibu jari atau kedua punggung
telunjuk, untuk ibu yang gemuk bisa dengan cara posisi tangan kanan dikepal lalu gunakan
tulang-tulang di sekitar punggung tangan, 9) mulailah memijat membentuk gerakan
melingkar kecil menuju tulang belikat atau daerah dibagian batas bawah bra ibu, 10)
lakukan pijat ini sekitar 3 menit dan dapat diulangi sebanyak 3 kali, 11) setelah selesai
memijat, bersihkan sisa baby oil, kompres pundak sampai punggung ibu dengan handuk
hangat (Monika, 2014 dan Rahayu, 2016).

Gambar 2.2 Pijat Oksitosin

2.5 Pengaruh pijat Oktosin terhadap Penurunan Kecemasan pada Ibu menyusui

Kecemasan adalah suatu perasaan tidak santai yang samar-samar karena

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS| 31


ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu respons (sumber seringkali tidak
spesifik atau tidak diketahui oleh individu), suatu perasaan takut akan terjadi sesuatu yang
disebabkan antisipasi bahaya. yang dapat mempengaruhi kualitas hidup terutama pada ibu
menyusui. Produksi ASI di pengaruhi oleh faktor makanan ibu, isapan bayi, proses
penyusuan, riwayat penyakit, berat badan bayi, perawatan payudara, pola tidur, konsumsi
rokok, dan faktor psikologis ibu (stres dan cemas). Menurut penelitian Mittra Jalal (2017)
kecemasan dan stress dapat menurunkan hormone prolaktin dan sekresi oksitosin, sehingga
aliran susu berkurang ketika ibu menyusui. Kecemasan dapat mengganggu pelepasan reflex
oksitosin yaitu refleks yang merangsang keluarnya air susu, penghambatan refleks ini
menurunkan volume air susu (Fallon, 2016).

Salah satu terapi non farmakologi yang bisa menurunkan kecemasan pada ibu menyusui
adalah dengan terapi teknik pijat, sebagai salah satu pengobatan komplementer dan
alternatif, telah banyak digunakan untuk mengurangi rasa sakit, kecemasan, depresi, dan
gangguan tidur oleh interaksi yang kompleks dari kedua mode fisik dan mental dari
tindakan. Penelitian yang dilakukan Li et al (2014) tentang terapi pijat untuk mengurangi
rasa nyeri, depresi, cemas, dan gangguan tidur untuk fibromyolagia membuktikan bahwa
dari 402 sampel yang dilakukan pijat selama 5 minggu dapat mengurangi gejala nyeri,
kecemasan, dan depresi tetapi tidak mengurangi gejala gangguan tidur. Relaksasi pijat dapat
menurunkan angka kecemasan seseorang dikarenakan pijatan yang lembut pada kulit
menstimulasi saraf sensoris, yang menunjukkan pengaruh induksi anti-stress seperti
ansietas/kecemasan dan depresi (Uvanas, et al, 2015 dalam Muller, 2015). Selain itu,
mengaplikasikan pijat punggung menunjukkan produktif untuk merelaksasikan otot (Zullino,
et al, 2005, dalam Muller, 2015). Studi lain juga menunjukkan banyak pengaruh dari terapi
pijat, misalnya memperbaiki kualitas tidur, mengurangi ketegangan otot, dan tekanan darah
sistolik dan distolik (Cambron, et al, 2006 & Olney, 2005, dalam Miozzo, et al, 2016),
mengurangi nyeri dan gejala psikologi seperti stress dan depresi yang disebabkan karena
cemas (Sidani, et al, 2008 & Conn, et al, 2010 dalam Miozzo, et al, 2016).

Pijat dapat meningkatkan kadar dopamin dan serotonin hormon, yang menyebabkan
relaksasi dari otot; mempertahankan darah dan getah bening sehingga mengurangi
kelelahan fisik, perubahan parameter fisiologis dan meningkatkan perkembangan saraf.
Beberapa peneliti telah signifikan membuktikan tentang efektifitas terapi pijat pada

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS| 32


kecemasan dan parameter fisiologis seperti penelitian yang dilakukan oleh Baronand
Faubert (2005) menunjukkan bahwa kecemasan menurun setelah terapi pijat. Selain itu,
Haun et al. (2009) menyimpulkan bahwa terapi pijat mengurangi kecemasan. Dalam
penelitian tersebut mengatakan, pijat dapat mengurangi respiratoryrate (RR) tetapi tidak
menghasilkan perubahan yang signifikan dalam denyut nadi (PR) dan tekanan darah (BP)
(Jalalodini Alia, 2016).

Seorang ibu yang mengalami kecemasan dapat mengganggu hormon

prolaktin dan oksitosin dalam memproduksi ASI. Pada penelitian Nurdiana (2016) pijat
oksitosin adalah metode yang efektif untuk meningkatkan produksi ASI dan melepaskan
ketegangan ibu seperti stres, dan cemas. Pijat Oksitosin salah satu pengobatan ibu
potpartum untuk meningkatkan produksi ASI dengan intervensi dini dengan merangsang
hormon oksitosin. Pijat oksitosin dilakukan selama 3 hari setelah post-partum dan dilakukan
2 kali sehari selama 3 menit sebelum menyusui dan memerah ASI (Rahayuningsi et al, 2016,
dan Johan, 2016 ). Pijat oksitosin adalah terapi pijat tulang belakang di costa 5-6 untuk
tulang belikat akan mempercepat kerja sistem saraf parasimpatis merangsang hipofisis
posterior untuk mensekresikan oksitosin (Johan, 2016). Hormon oksitosin dapat membuat
ibu lebih rileks, lebih tenang dan dapat menurunkan kecemasan serta dapat menghilangkan
kelelahan ibu akibat proses melahirkan sehingga ASI dapat keluar (Depkes, 2007). Marmi
(2014) mengatakan secara fisiologis pijatan tersebut akan merangsang sel saraf pada
payudara, rangsangan tersebut akan diteruskan ke hipotalamus dan direspon oleh hipofisis
anterior untuk mengeluarkan hormone prolaktin serta pemijatan pada daerah punggung
akan menjadikan ibu rileks sehingga akan merangsang hipotalamus dan direspon oleh
hipofisis posterior untuk mengeluarkan hormone oksitosin. Semua gerakan pijat bermanfaat
melancarkan refleks untuk pengeluaran ASI, selain itu juga merupakan cara efektif
meningkatkan volume ASI dan mencegah bendungan pada payudara. Dari teori diatas dapat
disimpulkan bahwa pijat oksitosin dapat menurunkan kecemasan pada ibu menyusui.

dari kata “Puer” yang artinya bayi dan “Parous” berarti melahirkan. Nifas yaitu darah yang
keluar dari rahim karena sebab melahirkan atau setelah melahirkan (Anggraeni, 2010). Masa
nifas (puerpurium) dimulai sejak plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS| 33


kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu.
Puerperium (nifas) berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, merupakan waktu yang
diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal (Ambarwati dan
Wulandari, 2010). Jadi masa nifas adalah masa yang dimulai dari plasenta lahir sampai
alatalat kandungan kembali seperti sebelum hamil, dan memerlukan waktu kira-kira 6
minggu.

 PRAKTIK YANG DAPAT MENGGANGGU KESUKSESAN


MENYUSUI
Tercapainya kesejahteraan hidup bagi setiap individu maupun masyarakat luas sering disebut
sebagai indikator keberhasilan pembangunan. Keberhasilan pembangunan kesehatan dalam
mencapai sasaran dan target yang strategis sangat ditentukan oleh keberhasilan dalam
menciptakan dan melestarikan perilaku hidup sehat masyarakat. Saat ini derajat kesehatan
masyarakat masih belum optimal dipengaruhi oleh lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan
dan faktor genetika (Kemenkes RI, 2011a).
Capaian pemberian ASI eksklusif tingkat internasional sebesar 85% dan kondisi Indonesia
berada pada peringkat 49 dari 51 negara yang mendukung pemberian ASI eksklusif
(Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional, 2013). Target nasional yang tercantum
dalam Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada indikator tatanan rumah tangga pemberian
ASI eksklusif 80% dan saat ini baru mencapai 38.7%. Pencapaian ASI eksklusif saat ini di Daerah
Istimewa Yogyakarta (DIY), persentase cakupan ASI eksklusif setiap kabupaten di DIY adalah
Kulon Progo sebesar 70,4%, Bantul sebesar 62%, Gunung Kidul sebesar 56,5%, Sleman 80,6%
dan Kota Yogyakarta sebesar 51,6% (Kemenkes RI, 2013).
Dukungan terhadap ibu menyusui apabila ibu kurang mendapatkan perhatian, kasih sayang,
dapat mempengaruhi sikap ibu dalam memberikan ASI. Kadang kala seorang ibu tidak mau

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS| 34


memberikan ASI kepada bayinya dengan alasan tertentu, belum semua ibu dapat menerima
sebagai kodrat seorang ibu untuk memberikan ASI kepada bayinya. Adanya kebijakan peraturan
tenaga kerja saat ini, cuti melahirkan yang diberikan kepada ibu bekerja hanya tiga bulan namun
belum ada peraturan hak cuti menyusui. Kurangnya ketegasan dalam peraturan di rumah
sakit/puskesmas/klinik bagi bidan, perawat dan dokter masih menggunakan susu formula tanpa
alasan medis bagi bayi dan ibu, antara lain ketika pihak keluarga memaksa meminta
memberikan susu formula karena bayi menangis atau mengatakan ASI tidak cukup pada hari
pertama kelahiran.
Ibu dan bayi menerima manfaat yang diperoleh dari pemberian ASI eksklusif. ASI eksklusif yang
diberikan kepada bayi merupakan makanan yang paling sempurna karena dapat memberikan
gizi yang paling sesuai untuk kebutuhan bayi pada awal kehidupannya, untuk melindungi dari
berbagai penyakit infeksi dan memberikan hubungan kasih sayang yang mendukung semua
aspek perkembangan bayi termasuk kesehatan dan kecerdasannya. Adapun manfaat untuk ibu
dengan memberikan ASI dapat meringankan beban ekonomi, seorang ibu mendapatkan tempat
dan terangkat martabatnya. Sedangkan manfaat pemberian ASI untuk masyarakat luas dengan
pemberian ASI menghemat pengeluaran rumah tangga, menurunkan devisa negara untuk susu
formula dan menurunkan beban anggaran program kesehatan masyarakat (Roesli, 2008).
Dampak bayi tidak diberikan ASI eksklusif menimbulkan keadaan anak mengalami gizi buruk
dan dapat mengancam risiko kehilangan intelligent quotient (IQ). Untuk menjamin anak
Indonesia berpotensi, melahirkan the lost generation di masa mendatang agar anak terjamin
kualitas hidupnya dilihat dari kesehatan, kecerdasan dan kemampuan berpikir maupun mental
sehingga anak mampu berkompetisi dengan dijamin pertumbuhan yang optimal. Sehingga
pemerintah berupaya membangun sumber daya yang berkualitas melalui Undang-Undang
Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 dan diikuti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun
2012 tentang pemberian ASI, dalam rangka menjamin hak bayi untuk mendapatkan ASI eksklusif
(Kemenkes RI, 2012).
Program pemerintah dalam pemberian ASI eksklusif dianggap sangat penting sehingga
dilakukan pencanangan program ASI eksklusif, yakni pada tahun 1961 ditentukan waktu
pemberian selama tiga bulan sejak lahir tanpa makanan apapun. Setelah tiga bulan bayi
diberikan ASI dengan makanan tambahan atau pendamping seperti buah, bubur dan susu.
Perkembangan selanjutnya tahun 1990 World Health Organization/ United Nations internasional
Children’s Emergency Fund (WHO/UNICEF) mengeluarkan deklarasi yang dikenal dengan
deklarasi innocent (Innocenti deklaration) deklarasi yang dilahirkan di Italia bertujuan untuk
melindungi, mempromosikan dan memberi dukungan pada pemberian ASI eksklusif. Deklarasi
juga ditandatangani oleh Indonesia, dijelaskan bahwa untuk meningkatkan kesehatan dan mutu
makanan bayi secara optimal, maka semua ibu dianjurkan memberikan ASI eksklusif sejak lahir
hingga berusia empat bulan, setelah berusia empat bulan bayi mulai diberikan makanan
pendamping atau padat yang benar dan tepat, sedangkan ASI tetap diteruskan sampai bayi
berusia dua tahun atau lebih (Roesli, 2008).
Rekomendasi terakhir oleh UNICEF bersama World Health Assembly (WHA) dan banyak negara
lainnya menetapkan jangka waktu pemberian ASI eksklusif selama enam bulan. Hal ini
dikarenakan pada tahun 1999 ditemukan bukti bahwa pemberian makanan pada usia terlalu dini
memberikan efek negatif pada bayi dan dapat mengganggu pemberian ASI eksklusif serta
meningkatkan angka kesakitan pada bayi, selain itu tidak ditemukan bukti yang menyokong

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS| 35


bahwa pemberian makanan padat/tambahan pada usia empat atau lima bulan lebih
menguntungkan, bahkan tidak ada dampak positif untuk perkembangan dan pertumbuhan bayi.
Ibu menyusui dalam memberikan ASI eksklusif, merupakan salah satu bentuk pemberdayaan.
Pelaksanaan kelompok pendukung (KP-ibu) tidak terlepas dari partisipasi ibu dalam menyikapi
adanya persepsi dan dukungan serta advokasi. Sikap ibu menyusui sangat ditentukan oleh niat
ibu dalam melakukan pemberian ASI eksklusif. Tujuan pembentukan KP-ibu agar ibu berhasil
memberikan ASI eksklusif serta diperolehnya dukungan suasana yang saling memfasilitasi dan
membangun kepercayaan untuk berbagi pengalaman, ide, informasi tentang menyusui. Kondisi
saat ini di masyarakat keberadaan KP-ibu belum merata, dengan demikian saat ibu menyusui
memerlukan pendampingan apabila mengalami masalah dan ingin berkonsultasi untuk
mencapai keberhasilan menyusui eksklusif tidak mendapatkan dukungan yang sesuai dengan
kebutuhan ibu.
Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan merupakan inti dari promosi kesehatan. Promosi
kesehatan adalah kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk bersama
masyarakat agar dapat menolong dirinya sendiri serta mengembangkan kegiatan yang
bersumber daya masyarakat sesuai dengan sosial budaya setempat, didukung kebijakan publik
yang berwawasan kesehatan melalui kelembagaan, pengawasan, pengendalian,
penyelenggaraan, ketenagaan dan kebijakan (Fleming, 2007). Masalah pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan masih dirasakan lemah pada upaya pembinaan, apresiasi
terhadap lembaga pemberdayaan masyarakat serta kurang koordinasi kerja sama lintas
program, lintas sektoral yang belum berjalan secara optimal, dukungan anggaran program ASI
eksklusif oleh pemerintah belum menjadi prioritas sehingga program ASI eksklusif yang
dijalankan masih terbatas (Sulaeman, 2012). Kunci pemberdayaan adalah partisipasi. Partisipasi
dapat dibangun apabila individu setempat dapat dipercaya dan diberi peran. Partisipasi
menumbuhkan kesadaran, sehingga dengan pemberian ASI eksklusif akan meningkatkan status
kesehatan ibu dan bayi (Krisyunianto, 2013).
Pentingnya penelitian ini adanya peraturan pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 yang dilihat dari
perubahan kebijakan pemerintah tentang pemberian ASI eksklusif dari pemberian tiga bulan,
empat bulan dan enam bulan, untuk diketahui respon masyarakat dalam menyikapi sebagai
jaminan bayi mendapat haknya pada makanan terbaik ASI sejak lahir sampai enam bulan untuk
menunjang pertumbuhan dan perkembangan bayi (Kemenkes RI, 2011b). Upaya pemberdayaan
ibu menyusui pada program ASI eksklusif diperlukan untuk meningkatkan cakupan melalui
pemberdayaan.
 MENYUSUI PADA IBU BEKERJA
Menyusui merupakan hak setiap ibu tidak terkecuali pada ibu yang bekerja, maka agar dapat
terlaksananya pemberian ASI dibutuhkan informasi yang lengkap mengenai manfaat dari ASI
dan menyusui serta bagaimana melakukan manajemen laktasi. Selain itu diperlukan dukungan
dari pihak manajemen, lingkungan kerja, dan pemberdayaan pekerja wanita sendiri.
(Depkes,2005)
Manajemen Laktasi adalah suatu upaya yang dilakukan oleh ibu untuk menunjang keberhasilan
menyusui, Manajemen laktasi dimulai pada masa kehamilan, setelah persalinan, dan masa
menyusui bayi. Pada ibu bekerja ruang lingkup manajemen laktasi periode postnatal meliputi
ASI eksklusif, cara menyusui, memeras ASI, menyimpan ASI peras, dan memberikan ASI
peras. (Siregar, 2009)

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS| 36


World Health Organization (WHO) merekomendasikan pamberian ASI Eksklusif sekurang-
kurangnya selama 6 bulan pertama kehidupan dan dilanjutkan dengan makanan pendamping
sampai usia 2 tahun, rekomendasi serupa juga oleh American Academy of Pediatrics (AAP),
Academy of
Breasfeeding Medicine demikian pula oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
(Suradi,dkk,2010).
1
Pencapaian ASI Eksklusif masih kurang, hal ini berdasarkan data yang diperoleh dari profil
kesehatan kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2008 menunjukkan cakupan
pemberian ASI eksklusif hanya sekitar 28,96%, terjadi sedikit peningkatan bila dibandingkan
dengan tahun 2007 yang mencapai 27,35%. Angka ini dirasakan masih sangat rendah bila
dibandingkan dengan target pencapaian ASI eksklusif tahun 2010 sebesar 80%. (Dinkes, 2008).
Beberapa hal yang menghambat pemberian ASI eksklusif diantaranya adalah : rendahnya
pengetahuan ibu dan keluarga lainnya mengenai manfaat ASI dan cara menyusui yang benar,
kurangnya pelayanan konseling laktasi dan dukungan dari petugas kesehatan, faktor sosial
budaya, gencarnya
pemasaran susu formula, dan faktor ibu yang bekerja.(Dinkes,2008).
Berdasarkan studi pendahuluan di Puskesmas Kartasura terdapat 12 wilayah desa dengan
presentase ibu yang memberikan ASI Eksklusif umur 0-6 bulan pada bulan November 2011
sebesar 34,54 % yang berarti dapat disimpulkan bahwa pemberian ASI Eksklusif masih rendah
dari target
pencapaian ASI eksklusif sebesar 80%.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti di Desa Pucangan (merupakan salah satu desa
yang termasuk wilayah kerja Puskesmas Kartasura) kepada 5 ibu, menyatakan bahwa ibu tidak
memberikan ASI secara eksklusif. Hal ini disebabkan oleh kesibukan ibu yang bekerja diluar
rumah. Seperti seorang ibu yang diwawancarai oleh peneliti menyatakan bahwa ibu
hanya mendapat cuti bekerja selama 3 bulan, sehingga tidak dapat memberikan ASI secara
eksklusif. Ibu menyatakan kurang memiliki pengetahuan tentang manajemen laktasi pada ibu
bekerja, seperti cara memberikan ASI perah dan cara penyimpanan ASI yang baik selama bekerja
diluar rumah. Ibu juga menyatakan bahwa ditempat bekerja tidak
diperbolehkan membawa bayi. Oleh karena itu, ibu menyatakan bahwa lebih
praktis memberikan susu formula selama anak ditinggal ibu bekerja.

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS| 37


ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS| 38
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS| 39
Jawaban

1. B
2. C
3. D
4. C
5. A

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS| 40


Rangkuman
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta keluar sampai alat-alat kandungan kembali
normal seperti sebelum hamil.Selama masa pemulihan berlangsung, ibu akanmengalami banyak
perubahan fisik maupun psikologis.Perubahan tersebut sebenarnya bersifat fisiologi, namun jika
tidak ada pendampingan melalui asuhan kebidanan, akanberubah menjadi patologis. Sehingga
sudah menjadi tujuan para tenaga kesehatan untuk melakukan pendampingan secara
berkesinambungan agar tidak terjadi berbagai masalah, yang mungkin saja akan menjadi komplikasi
masa nifas (Purwati,2012). Angka Kematian Ibu (AKI) mencerminkan risiko yang dihadapi ibuselama
kehamilan dan melahirkan yang dipengaruhi oleh status gizi ibu, keadaansosial ekonomi, keadaan
kesehatan yang kurang baik menjelang kehamilan,kejadian berbagai komplikasi pada kehamilan dan
kelahiran, tersedianya danpenggunaan fasilitas pelayanan kesehatan ternasuk pelayanan prenatal
danobstetri. Tingginya angka kematian ibu menunjukkan keadaan sosial ekonomi yang rendah dan
fasilitas pelayanan kesehatan termasuk pelayanan prenatal dan obstetri yang rendah pula(Dinas
Kesehatan Provinsi jawa tengan,2012).

Menyusui merupakan hak setiap ibu tidak terkecuali pada ibu yang bekerja, maka agar dapat

terlaksananya pemberian ASI dibutuhkan informasi yang lengkap mengenai manfaat dari ASI dan

menyusui serta bagaimana melakukan manajemen laktasi. Selain itu diperlukan dukungan dari pihak

manajemen, lingkungan kerja, dan pemberdayaan pekerja wanita sendiri. (Depkes,2005)

Manajemen Laktasi adalah suatu upaya yang dilakukan oleh ibu untuk menunjang

keberhasilan menyusui, Manajemen laktasi dimulai pada masa kehamilan, setelah persalinan, dan

masa menyusui bayi. Pada ibu bekerja ruang lingkup manajemen laktasi periode postnatal meliputi

ASI eksklusif, cara menyusui, memeras ASI, menyimpan ASI peras, dan memberikan ASI

peras. (Siregar, 2009)

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS| 41


World Health Organization (WHO) merekomendasikan pamberian ASI Eksklusif sekurang-

kurangnya selama 6 bulan pertama kehidupan dan dilanjutkan dengan makanan pendamping sampai

usia 2 tahun, rekomendasi serupa juga oleh American Academy of Pediatrics (AAP), Academy of

Breasfeeding Medicine demikian pula oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) (Suradi,dkk,2010).

1
Pencapaian ASI Eksklusif masih kurang, hal ini berdasarkan data yang diperoleh dari profil

kesehatan kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2008 menunjukkan cakupan pemberian

ASI eksklusif hanya sekitar 28,96%, terjadi sedikit peningkatan bila dibandingkan dengan tahun 2007

yang mencapai 27,35%. Angka ini dirasakan masih sangat rendah bila dibandingkan dengan target

pencapaian ASI eksklusif tahun 2010 sebesar 80%. (Dinkes, 2008).

Beberapa hal yang menghambat pemberian ASI eksklusif diantaranya adalah : rendahnya

pengetahuan ibu dan keluarga lainnya mengenai manfaat ASI dan cara menyusui yang benar,

kurangnya pelayanan konseling laktasi dan dukungan dari petugas kesehatan, faktor sosial budaya,

gencarnya

pemasaran susu formula, dan faktor ibu yang bekerja.(Dinkes,2008).

Berdasarkan studi pendahuluan di Puskesmas Kartasura terdapat 12 wilayah desa dengan

presentase ibu yang memberikan ASI Eksklusif umur 0-6 bulan pada bulan November 2011 sebesar

34,54 % yang berarti dapat disimpulkan bahwa pemberian ASI Eksklusif masih rendah dari target

pencapaian ASI eksklusif sebesar 80%.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti di Desa Pucangan (merupakan salah satu

desa yang termasuk wilayah kerja Puskesmas Kartasura) kepada 5 ibu, menyatakan bahwa ibu tidak

memberikan ASI secara eksklusif. Hal ini disebabkan oleh kesibukan ibu yang bekerja diluar rumah.

Seperti seorang ibu yang diwawancarai oleh peneliti menyatakan bahwa ibu

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS| 42


hanya mendapat cuti bekerja selama 3 bulan, sehingga tidak dapat memberikan ASI secara eksklusif.

Ibu menyatakan kurang memiliki pengetahuan tentang manajemen laktasi pada ibu bekerja, seperti

cara memberikan ASI perah dan cara penyimpanan ASI yang baik selama bekerja diluar rumah. Ibu

juga menyatakan bahwa ditempat bekerja tidak

diperbolehkan membawa bayi. Oleh karena itu, ibu menyatakan bahwa lebih

praktis memberikan susu formula selama anak ditinggal ibu bekerja.

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS| 43


Menyusui merupakan hak setiap ibu tidak terkecuali pada ibu yang bekerja, maka agar dapat

terlaksananya pemberian ASI dibutuhkan informasi yang lengkap mengenai manfaat dari ASI dan

menyusui serta bagaimana melakukan manajemen laktasi. Selain itu diperlukan dukungan dari pihak

manajemen, lingkungan kerja, dan pemberdayaan pekerja wanita sendiri. (Depkes,2005)

Manajemen Laktasi adalah suatu upaya yang dilakukan oleh ibu untuk menunjang

keberhasilan menyusui, Manajemen laktasi dimulai pada masa kehamilan, setelah persalinan, dan

masa menyusui bayi. Pada ibu bekerja ruang lingkup manajemen laktasi periode postnatal meliputi

ASI eksklusif, cara menyusui, memeras ASI, menyimpan ASI peras, dan memberikan ASI

peras. (Siregar, 2009)

World Health Organization (WHO) merekomendasikan pamberian ASI Eksklusif sekurang-

kurangnya selama 6 bulan pertama kehidupan dan dilanjutkan dengan makanan pendamping sampai

usia 2 tahun, rekomendasi serupa juga oleh American Academy of Pediatrics (AAP), Academy of

Breasfeeding Medicine demikian pula oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) (Suradi,dkk,2010).

1
Pencapaian ASI Eksklusif masih kurang, hal ini berdasarkan data yang diperoleh dari profil

kesehatan kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2008 menunjukkan cakupan pemberian

ASI eksklusif hanya sekitar 28,96%, terjadi sedikit peningkatan bila dibandingkan dengan tahun 2007

yang mencapai 27,35%. Angka ini dirasakan masih sangat rendah bila dibandingkan dengan target

pencapaian ASI eksklusif tahun 2010 sebesar 80%. (Dinkes, 2008).

Beberapa hal yang menghambat pemberian ASI eksklusif diantaranya adalah : rendahnya

pengetahuan ibu dan keluarga lainnya mengenai manfaat ASI dan cara menyusui yang benar,

kurangnya pelayanan konseling laktasi dan dukungan dari petugas kesehatan, faktor sosial budaya,

gencarnya

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS| 44


pemasaran susu formula, dan faktor ibu yang bekerja.(Dinkes,2008).

Berdasarkan studi pendahuluan di Puskesmas Kartasura terdapat 12 wilayah desa dengan

presentase ibu yang memberikan ASI Eksklusif umur 0-6 bulan pada bulan November 2011 sebesar

34,54 % yang berarti dapat disimpulkan bahwa pemberian ASI Eksklusif masih rendah dari target

pencapaian ASI eksklusif sebesar 80%.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti di Desa Pucangan (merupakan salah satu

desa yang termasuk wilayah kerja Puskesmas Kartasura) kepada 5 ibu, menyatakan bahwa ibu tidak

memberikan ASI secara eksklusif. Hal ini disebabkan oleh kesibukan ibu yang bekerja diluar rumah.

Seperti seorang ibu yang diwawancarai oleh peneliti menyatakan bahwa ibu

hanya mendapat cuti bekerja selama 3 bulan, sehingga tidak dapat memberikan ASI secara eksklusif.

Ibu menyatakan kurang memiliki pengetahuan tentang manajemen laktasi pada ibu bekerja, seperti

cara memberikan ASI perah dan cara penyimpanan ASI yang baik selama bekerja diluar rumah. Ibu

juga menyatakan bahwa ditempat bekerja tidak

diperbolehkan membawa bayi. Oleh karena itu, ibu menyatakan bahwa lebih

praktis memberikan susu formula selama anak ditinggal ibu bekerja.

DAFTAR PUSTAKA

Di akses 06 Februari 2021 Hayati, Rina. 2020. Pengertian publikasi ilmiah, jenis,
tujuan, manfaat dan contohnya.

Sumber : https://mariafraniayu.com/2017/10/29/evidence-based-practice-dan-mengapa- ini-


sangat-penting-untuk-perawat-sebuah-pengantar-dan-refleksi/.
https://penelitianilmiah.com/publikasi-ilmiah/ . Di akses 06 Februari 2021

Satria Pratama, Angga. 2019. Konsep evidence based practice. Sumber :

Wyant, Tracy.2017. adopt an evidence-based practice model to facilitate practice change.


Sumber :

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS| 45


ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS| 46

Anda mungkin juga menyukai