Anda di halaman 1dari 11

HUBUNGAN STATUS KONDISI PAYUDARA IBU

POSTPARTUM DENGAN KESEHATAN BAYI YANG


DIPENGARUHI ASI EKSKLUSIF DI PMB NURHAIDA

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan sebagai syarat untuk mencapai gelar sarjana terapan kebidanan

MAULIDYA RAHMAWATI

NIM.

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gizi pada masyarakat merupakan salah satu fokus pembangunan

kesehatan di Sustainable Development Goals (SDG's) tahun 2016-2030. Gizi

menjadi factor kunci dalam keberhasilan perbaikan status kesehatan

masyarakat Indonesia dan dunia karena gizi yang baik meningkatkan standar

kesehatan masyarakat. Indikator keberhasilan SDG's diterjemahkan dalam

enam poin, yakni peningkatan ASI eksklusif, makanan pada ibu hamil serta

anak, menekan jumlah balita pendek, ibu hamil penderita anemia, kurang

energi, dan balita kurus. Perbaikan status gizi dimulai pada asupan di 1.000

hari pertama kelahiran. Untuk itu gizi bayi dalam kandungan dan pemberian

ASI setelah lahir merupakan unsur penting dalam mempersiapkan kesehatan

anak (Khoiriyah, 2020).

Bayi merupakan fase pertama kehidupan seorang individu setelah lahir

dari rahim ibu. Kondisi bayi yang sangat rentan terhadap berbagai penyakit

membuat ibu harus selalu menjaga kebersihan dan memberikan asupan zat

gizi yang cukup. Pemberian asupan gizi yang terbaik pada bayi yaitu dengan

cara menyusui. Menurut Irianto dalam Lubis (2018) Air susu ibu (ASI)

merupakan pemberian makanan yang pas untuk diberikan pada bayi baru lahir

karena semua zat gizi yang terkandung dalam ASI sangat dibutuhkan untuk

pertumbuhan bayi usia 0 – 6 bulan (Lubis, 2018).


Pertumbuhan bayi pada tahun pertama kehidupan berlangsung secara

cepat dan kritis, sehingga pemenuhan gizi yang optimal pada periode ini

sangat dibutuhkan oleh bayi. Keadaan seimbang antara asupan gizi dan

kebutuhan gizi bayi dapat dilihat dari status gizi bayinya. Status gizi yang

baik dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan bayi, namun apabila

status gizi bayi buruk dapat membuat bayi mudah terserang penyakit, oleh

sebab itu untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang matang

dibutuhkan nutrisi yang cukup untuk bayi. Terhambatnya dalam pemberian

ASI kepada bayi pada akhirnya dapat menjadi salah satu penyebab

terganggunya pertumbuhan pada bayi. Pemberian ASI eksklusif dilakukan

selama 6 bulan awal kehidupan bayi, bayi tidak perlu diberikan sumber nutrisi

lain selain ASI. (Lubis, 2018).

Pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif dilakukan sampai bayi berumur

enam bulan. Hal ini juga diatur dalam Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009

tentang Kesehatan, pasal 128 ayat 1 menyatakan “Setiap bayi berhak

mendapatkan air susu ibu eksklusif sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan,

kecuali atas indikasi medis”. Pemberian ASI (Air Susu Ibu) juga didukung

oleh Permenkes RI (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia) Nomor

15 tahun 2014 pasal 2C yang menyatakan bahwa “setiap tenaga kesehatan

wajib memberikan informasi dan edukasi ASI (Air Susu Ibu) Eksklusif

kepada ibu dan/atau anggota keluarga dari bayi yang bersangkutan sejak

pemeriksaan kehamilan sampai dengan periode pemberian ASI (Air Susu Ibu)

Eksklusif selesai”. Penetapan ASI eksklusif selama 6 bulan ini tentunya telah
melalui berbagai uji dan penelitian sehingga diperoleh hasil bahwa pemberian

ASI eksklusif selama 6 bulan cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi,

mencegah dan melawan bibut penyakit, dan mempersiapkan saluran

pencernaan bayi untuk menerima MPASI. Selain mengandung zat-zat

makanan, ASI juga mengandung zat penyerap berupa enzim tersendiri yang

tidak akan menganggu enzim di usus. Susu formula tidak mengandung enzim

sehingga penyerapan makanan tergantung pada enzim yang terdapat di usus

bayi. (Sembiring, 2018).

Pemberian nutrisi yang tidak tepat pada bayi, akan berdampak pada

status kesehatan bayi, berdasarkan data riset kesehatan dasar (Riskesdas)

tahun 2013 dimana prevalensi gizi buruk anak secara nasional mencapai

angka 5,7%, sedangkan gizi kurang sebanyak 13,9%. Gizi buruk pada anak

tidak hanya berdampak pada terganggunya pertumbuhan fisik dan

perkembangan mental, tetapi juga lebih lanjut dapat meningkatkan risiko

kesakitan dan kematian pada anak. Meningkatnya risiko kesakitan dan

kematian anak akibat gizi buruk berkaitan dengan penyakit infeksi yang

sering menyertai gizi buruk seperti infeksi pernapasan akut, diare, campak

dan beberapa penyakit infeksi lainnya. World Health Organization (WHO)

menyatakan bahwa 54% kematian balita pada tahun 2002 disebabkan oleh

gizi buruk (Septikasari, 2018).

Keadaan yang banyak terjadi sekarang ini terkait pemberian ASI

eksklusif pada bayi baru lahir masih banyaknya ibu nifas yang tidak

memberikan ASI kepada bayinya, sehingga ini juga bisa menjadi pencetus
terjadinya stunting. Dengan berbagai alasan dari ibu-ibu yang tidak

memberikan ASI atau karena alasan medis dan salah satunya dikarenakan

kondisi kesehatan payudara ibu. Ukuran payudara biasanya akan meningkat

selama kehamilan terutama selama trimester ketiga, saat alveoli (sel yang

memproduksi ASI) dan milk duct (saluran yang membawa ASI ke putting)

tumbuh dan berkembang secara signifikan. Tetapi ukuran payudara tidak

mempengaruhi berapa banyak ASI yang bisa dihasilkan. Karena ukuran

payudara lebih tergantung pada jumlah pendukung dan lemak jaringan fibrosa

pada kelenjar susu. Wanita dengan payudara besar tidak selalu menghasilkan

ASI yang banyak, Karena ukuran payudara tidak ada hubungannya dengan

kemampuan memproduksi ASI dan menyusui. Tidak benar bila ukuran

payudara yang kecil hanya menghasilkan sedikit ASI (Julu et al., 2019).

Untuk mengetahui banyaknya produksi ASI, beberapa kriteria yang dapat

digunakan sebagai patokan untuk mengetahui jumlah ASI cukup atau tidak

adalah ASI yang banyak akan merembes keluar melalu putting, sebelum

disusukan, payudara terasa tegang, berat badan naik sesuai dengan usia, dapat

dilihat dari table 2.1 dibawah ini, jika ASI cukup, setelah menyusui bayi akan

tertidur/ tenang selama 3-4 jam, bayi lebih sering berkemih, sekitar 8 kali

sehari (Julu et al., 2019).

Masalah dari ibu yang timbul selama menyusui dapat dimulai sejak

sebelum persalinan (periode antenatal), pada masa pasca persalinan dini, dan

pasca masa persalinan lanjut. Masalah menyusui dapat pula diakibatkan


karena keadaan khusus. Selain itu ibu sering benar mengeluhkan bayinya

sering menangis, ayau “menolak” menyusu, dan sebagainya yang sering

diartikan bahwa ASI-nya tidak cukup, atau ASI-nya tidak enak, tidak baik

atau apapun pendapatnya sehingga sering menyebabkan diambilnya

keputusan untuk menghentikan menyusui. Masalah pada bayi umumnya

berkaitan dengan manajemen laktasi, sehingga bayi sering menjadi “bingung

puting” atau sering menangis, yang sering diinterprestasikan oleh ibu dan

keluarga bahwa ASI tidak tepat untuk bayinya (Elis et al., 2021).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Solo (2020), didapatkan hasil

penelitian bahwa menunjukkan terdapat hubungan kondisi payudara dengan

pemberian ASI Ekslusif (CI95%=16,50) yang berarti bahwa kondisi payudara

ibu berpengaruh sebesar 16,5 kali lipat terhadap perberian ASI Eksklusif. Ada

hubungan kondisi kesehatan bayi dengan pemberian ASI Ekslusif

(CI95%=15,45) yang berarti bahwa kesehatan bayi berpengaruh sebesar 15,45

kali lipat terhadap perberian ASI Eksklusif (Solo & Novita, 2020).

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti

mengenai “hubungan status kondisi payudara ibu postpartum dengan

kesehatan bayi yang dipengaruhi ASI eksklusif di PMB NURHAIDA”

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah berdasarkan uraian latar belakang diatas adalah

mengetahui hubungan status kondisi payudara ibu postpartum dengan

kesehatan bayi yang dipengaruhi ASI eksklusif di PMB NURHAIDA.


C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya hubungan status kondisi payudara ibu postpartum

dengan kesehatan bayi yang dipengaruhi ASI eksklusif di PMB NURHAIDA.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui karakteristik responden berupa usia ibu, usia bayi,

pekerjaan ibu dan, pendidikan ibu.

b. Untuk mengetahui status kondisi payudara ibu postpartum di PMB

NURHAIDA.

c. Untuk mengetahui kondisi kesehatan bayi yang dipengaruhi ASI di PMB

NURHAIDA.

d. Untuk mengetahui hubungan antara status kondisi payudara ibu

postpartum dengan kesehatan bayi yang dipengaruhi ASI eksklusif di

PMB NURHAIDA.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambahkan dan

mengembangkan ilmu pengetahuan serta wawasan yang dimiliki peneliti

dalam penelitian ini atau kepada peneliti selanjutnya sebagai sumber

pengalaman belajar dan informasi mengenai hubungan status kondisi


payudara ibu postpartum dengan kesehatan bayi yang dipengaruhi ASI

eksklusif di PMB NURHAIDA.

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi Institusi

Penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan

dan referensi.

b. Bagi Responden

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi tentang

hubungan status kondisi payudara ibu postpartum dengan kesehatan

bayi yang dipengaruhi ASI eksklusif.

c. Bagi Peneliti

Merupakan pengalaman berharga bagi peneliti dalam memperluas

wawasan keilmuan dalam melaksanakan penelitian yakni

mengaplikasikan ilmu metodelogi penelitian secara langsung di

lapangan.

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Mengaplikasikan penelitian sebagai bahan ajar untuk melaksanakan

penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan hubungan status kondisi

payudara ibu postpartum dengan kesehatan bayi yang dipengaruhi ASI

eksklusif di PMB NURHAIDA .


E. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

Nama peneli
NO ti dan judul p
Metode penelitian dan hasil Perbedaan
enelitian penelitian
1. Status Breast
Jenis penelitian: deskriptif Tempat dan waktu: PMB
condition korelasi NURHAIDA Samarinda,
and Babies Rancangan penelitian: retr tahun 2022 (saat Pandemi
Health ospektif COVID-19).
Influence Teknik sampling:
Practice of purposive sampling
Exclusive Jumlah sampel: 275 respon
Breastfeedinden
g Tempat: Puskesmas Alak
Kota Kupang, NTT
Kistina Hasil: Ada hubungan kondi
Marieta si kesehatan bayi dengan pe
Baby Solo, mberian ASI Ekslusif (CI95
Regina %=15,45) yang berarti bah
Vidya Trias wa kesehatan bayi berpenga
Novita ruh sebesar 15,45 kali lipat
(2020) terhadap perberian ASI Eks
klusif.
2. Hubungan Metode Penelitian: regresi Variabel dependen: status
Kondisi linear sederhana kesehatan bayi yang
Fisik Hasil: Hasil dari penelitian dipengaruhi ASI.
Payudara Ibu ini bahwa nilai 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 Tempat dan waktu: PMB
Dengan (5,905) >𝑡0,05 (2,048), NURHAIDA Samarinda,
Produksi Asi artinya ada hubungan yang tahun 2022 (saat Pandemi
Pada Ibu signitif kan antara kondisi COVID-19).
Menyusui fisik payudara ibu dengan
Bayi Usia 3 produksi ASI.
Bulan

Kristina
Julu, Endang
Prasetyawat,
Prita
Muliarini
(2019)

3. Hubungan Jenis penelitian: cross secti Variabel independen:


Pola onal Kondisi payudara ibu
Pemberian Metode sampling: purposiv Tempat dan waktu: PMB
ASI Dengan e sampling NURHAIDA Samarinda,
Peningkatan jumlah sampel: 1106 respo tahun 2022 (saat Pandemi
Berat Badan nden COVID-19).
Bayi Usia Hasil: Hasil analisis univari
1-6 Bulan Di at menunjukkan, dari 61 ba
Puskesmas yi yang memiliki pola pem
Sei berian ASI yang baik, terda
Semayang pat 45 bayi (73,8%) yang m
Tahun 2018 emiliki berat badan normal
dan 16 bayi (26,2%) yang
Fany memiliki berat badan tidak
Pricillawati normal. Dari 45 bayi yang
Sembiring memiliki pola pemberian A
(2018) SI yang kurang, terdapat 21
bayi (46,7%) yang memilik
i berat badan normal, dan 2
4 bayi (53,5%) yang memili
ki berat badan tidak normal.
Hasil analisis bivariat menu
njukkan, ada hubungan pol
a pemberian ASI dengan pe
ningkatan berat badan bayi
usia 1-6 bulan nilai.
4 Hubungan Jenis penelitian: deskriptif a Variabel independen:
Perawatan nalitik status kondisi payudara
Payudara Rancangan penelitian: cross Variabel dependen:
Dengan sectional kondisi kesehatan bayi
Kejadian Tempat: RSUD Kota yang dipengaruhi ASI
Bendungan Kendari Tempat dan waktu: PMB
ASI Pada Hasil: Ibu postpartum yang NURHAIDA Samarinda,
Ibu mengalami bendungan ASi tahun 2022 (saat Pandemi
Postpartum sebanyak 56,3% dan hanya COVID-19).
Di Ruang 43,7% yang tidak
Kebidanan mengalami bendungan ASI.
Di RSUD Ibu yang melakukan
Kota perawatan payudara dengan
Kendari kategori terbanyak kurang
Tahun 2018 baik (62,5%) dan sedilit
pada kategori baik (37,5%).
Elis Pitria Ada hubungan antara
(2018) Perawatan Payudara
dengan Kejadian
Bendungan ASI pada Ibu
Post Partum di Ruang
Kebidanan di RSUD Kota
Kendari Tahun 2018.
DAFTAR PUSTAKA

Elis, A., Maryam, A., & Mustari, R. (2021). EDUKASI KESEHATAN PADA
KELOMPOK IBU NIFAS TENTANG ASI EKSKLUSIF DAN PERAWATAN
PAYUDARA DALAM UPAYA PENCEGAHAN STUNTING. 5(4), 1–8.

Julu, K., Prasetyawati, E., & Muliarini, P. (2019). HUBUNGAN KONDISI FISIK
PAYUDARA IBU DENGAN PRODUKSI ASI PADA IBU MENYUSUI BAYI
USIA 3 BULAN. 1–9.

Khoiriyah, H. (2020). Hubungan Pengetahuan Ibu Post Partum tentang


Perawatan Payudara dengan Kelancaran ASI. 7(4), 1–9.

Lubis, I. A. (2018). GAMBARAN POLA MENYUSUI DAN STATUS GIZI BAYI


USIA 0–6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEDAN
TUNTUNGAN KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN TAHUN 2018.

Sembiring, F. (2018). HUBUNGAN POLA PEMBERIAN ASI DENGAN


PENINGKATAN BERAT BADAN BAYI USIA 1-6 BULAN DI PUSKESMAS
SEI SEMAYANG.

Septikasari, M. (2018). Status Gizi Anak. In Mkmi (Vol. 1, Issue 2).

Solo, K. M. B., & Novita, R. V. T. (2020). Status Breast condition and Babies
Health Influence Practice of Exclusive Breastfeeding. 18.

Anda mungkin juga menyukai