Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Latar Belakang
sangat signifikan. Teknologi dan Internet memiliki peran yang penting dalam
sistem, salah satunya adalah sistem keuangan di Indonesia. Sistem keuangan pada
dasarnya yaitu tatanan perekonomian dalam suatu negara yang memiliki peran
Dalam hal ini sistem keuangan memainkan peran penting dalam meningkatkan
menyakini bahwa system keuangan Indonesia aman, stabil, dan dapat memenuhi
laju pertumbuhan ekonomi dari perkembangan zaman. Hal ini tampak pada
1
Djoni S. Gazali, Rachmadi Usman, Hukum Perbankan, Sinar Grafika, Jakarta, 2016, hlm. 39.
2
Ibid, hlm. 41.
1
dengan berbagai alternatif jasa yang ditawarkan. Lembaga keuangan yang
merupakan lembaga perantara dari pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus
of funds) dengan pihak yang kekurangan dana (lack of funds) yang memiliki
sektor perbankan yang ada di Indonesia keberadaan bank yang bertujuan untuk
taraf hidup rakyat banyak.3 Bank yang merupakan lembaga intermediasi keuangan
(financial intermadiary) yaitu kegiatan pengalihan dana dari pihak yang kelebihan
dana kepada pihak yang kekurangan dana. Baik pihak kelebihan dana maupun
pihak yang kekurangan dana dapat berupa badan usaha, lembaga pemerintah atau
perorangan.4
Hal ini terjadi karena berdasarkan letak geogarfis Indonesia yang merupakan
pusat kota saja, tidak menyeluruh kepada masyarakat yang ada di pelosok daerah.
3
Pasal 1 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
Tentang Perbankan
4
Abdulkadir Muhammad, Rilda Murniati, Segi Hukum Lembaga Keuangan dan Pembiayaan, Citra Aditya
Bakti, Bandung, 2000, Hal. 15.
2
penyebab terbatasnya layanan perbankan ke masyarakat diseluruh pelosok adalah
aktivitas masyarakat tidak akan pernah lepas dari bantuan teknologi. Begitu pula
dengan lembaga keuangan yang kini mulai bergeser pada lembaga keuangan
berbasis teknologi. Salah satu kemajuan dalam bidang keuangan saat ini dengan
yang mendorong para pelaku jasa keuangan untuk terus melakukan inovasi dan
tanpa tatap muka atau dengan kata lain melalui media online.
Fintech itu sendiri berasal dari istilah Financial Technology atau teknologi
istilah yang digunakan untuk menyebut inovasi dalam bidang jasa keuangan atau
peningkatan layanan jasa perbankan dan keuangan yang pada umumnya oleh
komunikasi dan komputasi terkini. Bentuk dasar fintech antara lain Pembayaran
3
(digital wallets, Peer to Peer payments), Investasi (equity crowdfunding, Peer to
Infrastruktur (security).5
uang berbasis teknologi informasi (peer-to-peer atau P2P lending) yang semakin
mendapatkan perhatian publik dan regulator yakni Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
dan Bank Indonesia. Hal tersebut tertuang dalam Peraturan Otoritas Jasa
pinjam meminjam uang berbasis teknologi informasi atau bisa disebut dengan
untuk dapat memilih Fintech atau perusahaan yang mempunyai inovasi untuk
5
Nofie Iman, Financial Technology dan Lembaga Keuangan, Gathering Mitra Linkage Bank Syariah
Mandiri, Yogyakarta, 2016, hlm. 6.
4
Para pihak dalam layanan Fintech berbasis P2P Lending ini terdiri dari
Pinjaman, dan Penerima Pinjaman. Hal ini juga diatur dalam POJK Nomor
bisa dikatakan bahwa dalam layanan Fintech berbasis P2P Lending merupakan
lain:
5. Industri keuangan online yang lebih simple bagi pemain usaha start-up;
dan
5
memiliki persyaratan yang harus dipenuhi sehingga membutuhkan waktu yang
cukup lama untuk pencairan dana. Jika dibandingkan dengan layanan pinjam-
meminjam secara Peer to Peer Lending ini menjual kecepatan dan kemudahan di
era digital. Ketika sebuah platform P2P lending memiliki Pemberi Pinjaman,
jawab;
e. Memberikan rasa aman, keadilan, dan kepastian hukum bagi pengguna dan
secara legal maupun tedaftar di OJK artinya telah mendapatkan payung hukum
yang jelas, maka pihak pemberi dana maupun peminjam dana dapat meminta
6
Pasal 4 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
6
kepastian hukumnya juga apabila tejadi suatu sengketa. Pihak penyelenggara,
pemberi maupun penerima pinjaman harus taat terhadap OJK maupun peraturan
lainnya.
kegiatannya akan selalu diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Sistem
Fintech berbasis P2P Lending harus tetap dalam koordinasi hukum pengawasan
disebut Peer to Peer Lending (P2P Lending) adalah salah satu produk dari Fintech
yang mempertemukan pemilik dana (lender) atau yang biasa disebut investor
dengan peminjam dana (borrower) atau bisa juga disebut peminjam dengan
melalui sistem elektronik atau teknologi informasi. Cara yang dilakukan inilah
yang menghilangkan fungsi intermediasi yang selama ini dilakukan oleh dari
7
pemilik dana melalui penyelenggara secara online dengan syarat yang relatif lebih
bagi pemberi pinjaman, kerena jumlah uang yang diinvestasikan sangatlah besar.
Bagi para pemberi pinjaman menggunakan jasa finansial seperti peer to peer
lending memang diberikan kebebasan untuk memilih resiko rendah dengan bunga
rendah ataupun resiko tinggi dengan bunganya yang tinggi. Resiko yang tinggi
khususnya bagi pemberi pinjaman. Maka untuk itu penulis melakukan sebuah
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan di atas maka rumusan
C. Tujuan
8
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan yang
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
2. Manfaat Teoritis
Teknologi Finansial.
E. Tujuan Pustaka
1. Perlindungan Hukum
9
hukum dan dapat memberikan kepastian hukum terhadap masyarakat dalam
1) Teori Etis
ini.
jumlah orang yang terbanyak. Penganut teori ini antara lain adalah
Jeremy Bentham.
3) Teori Campuran
7
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar Edisi Ke-lima, Liberty, Yogyakarta 2007, hlm
77.
10
Perlindungan hukum mempunyai arti dan fungsi sebagai perbuatan dalam
hal melindungi masyarakat dimana semua kegiatan dan urusan tersebut dapat
memberikan perlindungan sesuai dengan tujuan hukum dengan suatu kondisi yang
aman dan tertib, dan masyarakat memiliki kedudukan yang sama terkait dalam hal
dari kata lindung yang memiliki arti mengayomi, mecegah, mempertahankan dan
berasal dari kata Bahasa Arab yang merupakan bentuk tunggal dari “Alkas” yang
diberikan kepada subyek hukum ke dalam bentuk perangkat baik yang bersifat
perventif maupun represif, baik lisan, maupun yang tertulis. Yang dimaksud
8
Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum Cetakan Ketiga, Jakarta: Sinar Grafika 2000, hlm 24.
11
terhadap hak-hak asasi manusia yang dimiliki oleh subyek hukum
memberikan rasa yang aman, baik secara pikiran maupun fisik dari
of law karena lahirnya konsep tersebut tidak akan lepas dari keinginan
konsep rechtstaat muncul di abad ke-19 yang pertama kali dicetuskan oleh Julius
Sthal. Pada saat yang hamper bersamaan muncul juga konsep negara hukum (rule
pengadilan.
12
2. Bentuk Perlindungan Hukum
keputusan.
administrasi di Indonesia.
tentang proses penemuan hak mereka, sebagai wujud dari pelaksanaan pemerintah
yang baik. Artinya adalah individu yang terkena tindakan pemerintah dapat
13
mengemukakan hak-haknya dan kepentingannya, sehingga menjamin keadilan
3. Financial Technology
perusahaan jasa keuangan yang mana produk dan layanannya dibuat dengan
kemudahan akses bagi masyarakat, oleh karen aitu pada dasarnya fintech dapat
diterima dengan baik oleh masyarakat Indonesia. Fintech dibagi menjadi 2 kata
yaitu Financial dan Technology, yang jika diartikan kedalam Bahasa Indonesia
merupakan sebuah layanan finanasial yang disediakan oleh lembaga finansial baik
masyarakat.
Berbasis Teknologi Informasi. Fintech telah diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa
14
melakukan perjanjian pinjam-meminjam dalam mata uang rupiah secara langsung
(Fintech) yang diatur dalam Pasal 1 Angka 1 Peraturan Bank Indonesia Nomor
produk layanan, teknologi, dan/atau model bisnis baru serta dapar berdampak
lebih demokratis dan transparan serta biaya layanan keuangan yang efisien
Salah satu jenis Fintech di Indonesia yaitu Fintech berbasis Peer to Peer
Lending. Peer to Peer Lending adalah star-up yang menyadiakan pinjaman secara
online. Dalam arti umum Peer to Peer Lending adalah transaksi yang melibatkan
9
Muliaman D. Hadad, “Financial Technology (Fintech) di Indonesia”, Kuliah Umum Tentang Fintech-IBS,
Jakarta, 2017, hlm 4.
15
dilakukan oleh lembaga keuangan konvensional melainkan melalui situs online
lending, situs tersebut juga memfasilitasi proses permintaan dan penawaran serta
to peer lending baik itu pemberi pinjaman dan penerima pinjaman adalah suku
bunga bank yang menetap di angka nol persen membuat banyak penabung
mencari imbalan hasil diluar sistem perbankan konvensional salah satunya dengan
lending.
Dalam peer to peer lending, sistem yang ada akan mempertemukan antara
pihak pemberi pinjaman dengan penerima pinjaman, peer to peer lending ini
dalam jangka waktu tertentu dan juga tujuan penerima pinjama dalam
pinjaman tersebut.
16
2. Sebagai pemberi pinjaman, mempunyai akses untuk menelusuri data-data
mengenai kegiatan usaha yang ingin dibiayai pada situs tersebu yang
penerima pinjaman dan pemberi pinjaman. Selain itu penyelenggara juga harus
yang akan mempengaruhi besarnya jumlah yang akan diberikan oleh para pemberi
pinjaman.
informasi demografis dan juga informasi mengenai usaha yang ingin dibiayai
beserta tingkat keuntungan yang akan didapat oleh pemberi pinjaman. Dengan
tingginya resiko yang akan terjadi, maka pemberi pinjaman harus teliti dan
17
mengetahui secara benar profil dari penerima pinjaman dan sepakat dengan sadar
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
hukum sebagai sebuah bangunan sistem norma. Sistem norma yang dimaksud
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
Keuangan (OJK)
10
Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif Empiris, 2017, Yogyakarta;
Pustaka Pelajar, hlm 34.
18
4. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas
Transaksi Elektronik
Informasi
ini melalui studi pustaka dan studi dokumen, yaitu pengumpulan bahan hukum
19
4. Teknik Analisis Data
materi yang relevan dengan permasalahan yang ada lalu dibandingkan untuk
menjawab permasalahan yang diajukan. Penulisan ini didasarkan pada riset yang
20
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Jakarta.
Yogyakarta.
Soeroso, 2000, Pengantar Ilmu Hukum Cetakan Ketiga, Sinar Grafika, Jakarta.
Mukti Fajar Nur Dewata & Yulianto Achmad, 2017, Dualisme Penelitian Hukum
CST. Kansil dan Christine S.T. Kansil, 2011, Pengantar Ilmu Hukum Indonesia,
Jurnal:
21
Peraturan Perundang-Undangan:
Elektronik
22