Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebelum membuat suatu mekanisme atau mesin, seorang designer mesin
haruslah melakukan perencanaan yang berisi perhitungan-perhitungan terhadap
gaya-gaya yang di duga akan menimpa atau terjadi pada mekanisme atau mesin
tersebut. Dugaan atau asumsi awal yang di ambil haruslah logis dan realistis untuk
mendapatkan pendekatan yang baik terhadap hasil akhir dari mekanisme atau
mesin yang akan dibuat.
Untuk melakukan itu semua memang tidaklah gampang, di perlukan
pemahaman yang dalam terhada teori yang ada serta pengaplikasiannya dalam
dunia nyata. Tahapan perencanaan awal ini sangatlah penting dilakukan, karena
selain dapat memberikan informasi yang akurat akan keadaan mesin setelah
dibuat juga dapat meningkatkan efisiensi baik pada saat proses pembuatan
maupun efisiensi mesin itu sendiri setelah selesai di buat.
Tidak semua orang dapat melakukan hal ini dengan baik sekalipun ia
seorang engineer. Karena selain diperlukan pemahaman akan teori yang ada juga
diperlukan latihan sebagai pengalaman. Maka dari itu pada kesempatan dalam
mata kuliah elemen mesin 2 dilakukan perencanaan tentang poros transmisi yang
manfaatnya untuk memberikan pengalaman dan gambaran kepada para
mahasiswa cara atau langkah-langkah dalam melakukan perancangan suatu mesin
beserta komponen-komponennya dengan syarat dan ketentuan yang ada. Dalam
perencanaan ini mahasiswa dituntut untuk merancang ulang tentang poros
transmisi.

Page
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mampu menjelaskan fungsi dan macam poros
2. Mahasiswa mampu menjelaskan bahan poros
3. Mahasiswa mampu merencanakan poros dengan beban puntir dan lentur
1.3 Manfaat
Dengan melakukan perancangan poros transmisi ini mahasiswa diharapkan
dapat memahami tentang poros dan perancangan poros
1.4 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang Latar Belakang, Tujuan, Manfaat, Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Berisi tentang Teori Umum, Teori Khusus, Teori Alat Ukur
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM
Berisi tentang Skema Praktikum, Alat dan Bahan, Asumsi-asumsi,
Prosedur Praktikum
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Berisi tentang Data Percobaan, Perhitungan, Tabel, Grafik dan
Pembahasan
BAB V PENUTUP
Berisi tentang Kesimpulan dan Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Page
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Perancangan

Perancangan (design) secara umum dapat didefinisikan sebagai formulasi


suatu rencana untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sehingga secara sederhana
perancangandapat diartikan sebagai kegiatan pemetaan dari ruang fungsional
(tidak kelihatan/imajiner) kepada ruang fisik (kelihatan dan dapat diraba/dirasa)
untuk memenuhi tujuan-tujuan akhir perancang secara spesifik atau obyektif.[1]

Gambar 2.1 Definisi Perancangan Teknik Secara Sederhana

Dalam prosesnya, perancangan adalah kegiatan yang biasanya berulang-


ulang(iterative) Kegiatan perancangan umumnya dimulai dengan didapatkannya
persepsi tentang kebutuhan masyarakat, kemudian dijabarkan dan disusun dengan
spesifik,selanjutnya dicari ide dan penuangan kreasi. Ide dan kreasi kemudian di
analisis dan diuji. Kalau hasilnya sudah memenuhi kemudian akan dibuat
prototipe. Kalau prototipe sudah dipilih yang terbaik selanjutnya dilempar ke
pasaran. Pasar akan memberikan tanggapan apakah kebutuhan telah terpenuhi.
Secara skematis kegiatan iterative ini di tunjukkan pada gambar 2.1. [1]

2.2 Proses Perancangan Teknik

Page
Compare Ideate& create Analyzeand/ortest Beberapa pertanyaan yang
sering muncul sebelum melakukan design antara lain adalah: bagaimana design
dimulai ? apakah insinyur duduk dengan secarik kertas terus menggambarkan ide?
faktor-faktor apa yang mempengaruhi keputusan dalam design?dan juga
bagaimana proses design berakhir ? Skema proses engineering design yang
lengkap ditunjukkan pada gambar 2.2. Proses dimulai dengan “identifikasi
kebutuhan dan keputusan untuk melakukan sesuatu tentang kebutuhan itu”.
Setelah melakukan iterasi berkali-kali, maka proses design akan Product,
prototype, process berhenti pada detail design yang siap dipresentasikan untuk
selanjutnya dibuat prototype, testing, dan pada akhirnya masuk proses produksi.
Identifikasi dan formulasi kebutuhan adalah kegiatan yang membutuhkan
tingkat kreativitas yang tinggi. Akan tetapi tahap ini sering rancu dengan berbagai
kondisiemosional manusia seperti uneasiness atau perasaan bahwa ada sesuatu
salah.“Backgroud Research” sangat diperlukan untuk memberikan informasi
dalam memahamidan mendefinisikan problem secara lengkap dan detail. Tahap
ini kalau dilakukan dengan baik maka akan dapat menetapkan “tujuan (goal)”
dari dari design. [1]

Gambar 2.2 Tahapan proses design

Page
Tahap Problem definition harus melibatkan semua spesifikasi yang
berhubungan dengan “sistem” yang akan didesign. Spesifikasi tersebut adalah
kuantitas input dan output, karakteristik dan dimensi serta ruangan yang
diperlukan, dan semua kendala atau batasan design. Spesifikasi inilah yang akan
menentukan biaya, jumlah yang akan dibuat, umur teknis yang diinginkan,
kondisi operasi, dan keandalan machinary. Contoh spesifikasi adalah fungsi
(kecepatan, temperatur operasi, tekanan), keamanan (kekuatan, defleksi, getaran)
dan lain-lain. Sebagai contoh, untuk machine design, berbagai fungsi dan kendala
yang harus dipertimbangkan ditunjukkan pada Gambar 2.3. [1]

Gambar 2.3 Berbagai jenis kendala yang perlu dipertimbangkan dalam


perancangan mesin

Setelah problem didefinisikan dan seluruh spesifikasi ditetapkan maka


tahap berikutnya adalah “Synthesis”. Dalam tahap ini semua kemungkinan
alternatif solusi digali dan dipertimbangkan. Tahap ini sering juga disebut tahap
“ideation and invention” dimana di-generate kemungkinan solusi secara kreatif
sebanyak mungkin. [1]

Page
Alternatif-alternatif rancangan yang didapatkan, selanjutnya di “analisis
dan optimasi” untuk menentukan apakah rancangan tersebut dapat memenuhi
spesifikasi, dan performansi yang diinginkan, ditolak, atau perlu dimodifikasi.
Tahap ini akan dapat menghasilkan hasil rancangan yang paling optimum untuk
dipilih. Jika analisis menunjukkan bahwa tidak ada rancangan yang memenuhi
spesifikasi dan performans yang diinginkan maka harus dilakukan iterasi. Hasil
rancangan yang paling optimum dipilih dan selanjutnya dapat dilakukan “detailed
design”. Dalam detailed design, dihasilkan gambar teknik yang lengkap,
spesifikasi material, identifikasi vendor, spesifikasi manufacturing, dll. [1]
Evaluasi merupakan salah satu tahapan penting dalam proses design
secara keseluruhan. Tahap ini melibatkan pembuatan “prototype dan pengujian”
yang dapat dilakukan di laboratorium. Hasil pengujian prototype inilah yang akan
membuktikan apakahrancangan yang dihasilkan dapat memenuhi spesifikasi dan
performansi yang diinginkan. [1]
Dari tahap ini akan terjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar tentang
sistem yang dirancang seperti misalnya : apakah semua spesifikasi yang
diinginkan terpenuhi?, bagaimana tingkat keandalannya?, apakah dapat bersaing
dengan produk sejenis?, apakah ekonomis untuk dibuat dan dipasarkan?, apakah
mudah dalam perawatan?, dan lain-lain. Data-data hasil pengujian prototype dapat
digunakan untuk iterasi berikutnya dalam penyempurnaan design.
Tahap terakhir adalah “presentation”. Hasil rancangan perlu
dikomunikasikan dengan untuk proses selanjutnya seperti manufacturing,
assembling dan sosialisasi. Komunikasi dapat dilakukan dalam tiga cara yaitu
komunikasi secara tertulis, lisan, dan dalam bentuk grafik atau gambar. Dengan
demikian insinyur harus menguasai ketiga teknik tersebut untuk dapat
mempresentasikan rancangannya [1]

2.3. Standard dan Code Perancangan


Untuk menjamin kualitas dan keamanan hasil rancangan maka standards
dan Code perancangan sangat diperlukan dalam dunia modern. Banyak
organisasikeinsinyuran yang sering disebut “engineering society”, organisasi
pemerintah, danperusahaan swasta telah mengembangkan “Design Code” untuk

Page
peracangan dalam bidang tertentu. Misalnya ASME telah mengembangkan Code
untuk perancangan pressure vessel, sistem perpipaan, dll. [1]
Code perancangan adalah suatu “set of specification” untuk analisis,
design, manufacturing, dan konstruksi suatu produk engineering pada bidang
tertentu. Tujuan dari Code adalah untuk menghasilkan rancangan yang dapat
mencapai faktor keamanan, efisiensi, dan performance atau kualitas pada tingkat
tertentu. [1]
Standard adalah suatu “set of specification” untuk part/komponen,
material, proses yang ditujukan untuk mencapai keseragaman, inter changeability,
efisiensi, dan kualitas yang tertentu. Jadi dalam aplikasinya, standard dapat
membatasi jumlah suatu parts/material dalam suatu spesifikasi tertentu sehingga
memudahkan dalam inventory dari bentuk, ukuran, jumlah, dan variasinya.[1]
Beberapa Society yang telah mempublikasikan Standard dan Code yang
berhubungan dengan bidang “mechanical Engineering” antara lain adalah :
American Society of Mechanical Engineers (ASME)
American Society of Testing and Materials (ASTM)
American Welding Society (AWS)
American National Standard Institute (ANSI)

2.4 Perancangan Poros


Poros adalah elemen mesin yang berbentuk batang, pada umumnya
berpenampang lingkaran, berfungsi memindahkan putaran atau mendukung
sesuatu beban dengan atau tanpa meneruskan daya . Tegangan dan defleksi adalah
parameter yang harus diperhatikan pada perancangan poros. Defleksi sering
menjadi parameter kritis, karena defleksi yang besarakan mempercepat keausan
bantalan dan mengakibatkan terjadinya misalignment padaroda gigi, sabuk dan
rantai. Tegangan pada poros bisa dihitung hanya pada posisi tertentu yang ditinjau
dengan mengetahui beban dan penampang poros. Tetapi, untuk menghitung
defleksi yang terjadi, harus diketahui terlebih dahulu geometri seluruh
bagianporos. Sehingga dalam merancang poros, pertama kali yang dilakukan
adalah berdasar tegangan yang terjadi, baru kemudian menghitung defleksi
berdasar geometri yang telah ditentukan. Perancangan poros juga dipengaruhi
hubungan frekuensi pribadi poros (pada pembebanan bending dan torsi) terhadap

Page
frekuensi pembebanan terhadap waktu. Jika frekuensi pembebanan mendekati
frekuensi pribadi poros, akan terjadi resonansi,sehingga timbul getaran, tegangan
dan defleksi yang besar. [1]

2.5 Jenis Poros dilihat dari Fungsinya;


Macam-macam poros secara garis besarnya poros dibedakan menjadi ;
1. Poros transmisi Poros ini mendapat beban puntir murni atau puntir dan lentur.
Daya ditransmisikan kepada poros ini melalui kopling, roda gigi, puli, sabuk
dan rantai. [1]
2. Spindel adalah poros transmisi yang relatif pendek, seperti poros utama mesin
perkakas, dimana beban utamanya berupa puntiran. Syarat yang harus dipenuhi
oleh poros ini adalah deformasinya harus kecil dan bentuk serta ukurannya
harus teliti.[1]
3. Gandar adalah poros yang dipasang diantara roda-roda kereta barang dimana
tidak mendapat beban puntir. Gandar hanya mendapat beban lentur, kecuali
jika digerakkan oleh penggerak mula dimana akan mengalami beban puntir
juga.[1]

2.6 Parameter Dalam Perancangan Poros


Adapun parameter yang dijadikan dalam perancangan poros :
1. Untuk meminimalisasi defleksi dan tegangan, poros diusahakan sependek
mungkin dan meminimalisasi keadaan ‘overhang’,[1]
2. Sebisa mungkin menghindari susunan batang kantilever, dan mengusahakan
tumpuan sederhana, kecuali karena tuntutan perancangan. Hal ini karena
batang kantilever akan terdefleksi lebih besar,[1]
3. Poros berlubang mempunyai perbandingan kekakuan dengan massa
(kekakuanspesifik) lebih baik dan frekuensi pribadi lebih besar dari pada
poros pejal, tetapi harganya akan lebih mahal dan diameter akan lebih besar,
4. Usahakan menghindarkan kenaikan tegangan pada lokasi momen bending
yang besar jika memungkinkan dan meminimalisasi efeknya dengan cara
menambahkan fillet dan relief.[1]

Page
5. Jika tujuan utamanya adalah meminimalisasi defleksi, baja karbon rendah
baik untuk digunakan karena kekakuannya setinggi baja dengan harga yang
lebih murah dan pada poros yang dirancang untuk defleksi, tegangan yang
terjadi cenderung kecil, [1]
6. Defleksi pada roda gigi yang terpasang pada pada poros tidak boleh melebihi
0.005 inch dan slope relatif antar sumbu roda gigi harus kurang dari 0.03º. [1]
7. Jika digunakan plain bearing, defleksi poros pada arah sepanjang bantalan
harus kurang dari tebal lapisan oli pada bantalan, [1]
8. Jika digunakan non-self-alligning rolling element bearing, defleksi sudut
poros pada bantalan harus dijaga kurang dari 0.04º,7-9 [1]
9. Jika terjadi gaya aksial, harus digunakan paling tidak sebuah thrust bearing
untuk setiap arah gayanya. Jangan membagi gaya aksial pada beberapa thrust
bearing karena ekspansi termal pada poros akan mengakibatkan overload
pada bantalan. [1]
10. Frekuensi pribadi pertama poros minimal tiga kali frekuensi tertinggi ketika
gaya terbesar yang diharapkan terjadi pada saat operasi. Semakin besar akan
semakin baik, tetapi akan semakin sulit untuk dicapai. [1]

2.7 Tegangan Lentur Pada Poros


Poros membawa beban-beban yang tegak lurus terhadap sumbunya.
Beban-beban demikian ini menghasilkan momen lentur di dalam poros yang akan
membangkitkan tegangan geser. Tegangan lentur ini merupakan tegangan normal,
yang dapat berupa tarik atau tekan. Tegangan lentur maksimal dalam sebuah
penampang poros akan terjadi dibagian paling jauh dari sumbu netral penampang.
Di titik tersebut, rumus kelenturan memberikan tegangan :
Mc
σ=
I .………………………………………..(2.1)
di mana :

M = besarnya momen lentur pada penampang.


I = momen kelembaman penampang lintang terhadap sumbu netralnya.
c = jarak dari sumbu netral ke serat penampang poros paling luar. [1]

Page
2.8 Defleksi Pada Poros
Defleksi adalah perubahan bentuk pada balok dalam arah y akibat adanya
pembebanan vertikal yang diberikan pada balok atau batang. Deformasi pada
balok secara sangat mudah dapat dijelaskan berdasarkan defleksi balok dari
posisinya sebelum mengalami pembebanan. Defleksi diukur dari permukaan
netral awal ke posisi netral setelah terjadi peformasi. Konfigurasi yang
diasumsikan dengan deformasi permukaan netral dikenal sebagai kurva elastic
dari balok. Jarak perpindahan y didefinisikan sebagai defleksi balok. Dalam
penerapan kadang kita harus menentukan defleksi pada setiap nilai x sepanjang
balok. Hubungan ini dapat ditulis dalam bentuk persamaan yang sering disebut
persamaan defleksi kurva (atau kurva elastis) dari balok. Sistem struktur yang
diletakkan horizontal dan yang terutama diperuntukan memikul beban literal,
yaitu beban yangbekerja tegak lurus sumbu aksial batang. Beban semacam ini
khususnya muncul sebagai beban gravitasi, seperti misalnya bobot sendiri, beban
hidup vertikal, beban keran (crane) dan lain-lain. Sumbu sebuah batang akan
terdeteksi dari kedudukannya semula bila benda dibawah pengaruh gaya terpakai.
Dengan kata lain suatu batang akan mengalami pembebanan transversal baik itu
beban terpusat maupun terbagi merata akan mengalami defleksi.
Ada beberapa metode yang digunakan untuk menyelesaikan persoalan-
persoalan defleksi antara lain :
1. Metode integrasi ganda (double integration)
2. Metode luas bidang momen (momen area metod)
3. Metode energy
4. Serta metode superposisi.
Metode integrasi ganda sangat sangat cocok digunakan untuk mengetahui
defleksi sepanjang poros. Asumsi yang digunakan untuk menyelesaikan persoalan
tersebut adalah defleksi yang diakibatkan oleh gaya-gaya yang bekerja tegak-lurus
terhadap sumbu poros. Defleksi yang terjadi relatif kecil dibandingkan dengan
panjang porosnya, dan irisan yang terbentuk bidang datar akan tetap berupa
bidang datar walaupun berdeformasi. [1]

Page
2.9 Roda Gigi Lurus
Gaya yang terjadi pada roda gigi selama transmisi daya bekerja normal
tegak lurus terhadap profil gigi involut . Ketika menganalisis poros , perhatikanlah
komponen tegak lurus dari gaya yang bekerja dalam arah radial dan arah tangesial
. hitunglah ,Wt ,secara langsung dengan torsi yang ditransmisikan oleh roda gigi .
Untuk system satuan yang lazim di Amerika Serikat (AS);
P
T =63000 . ……………………………….(2.2)
n

di mana :

T : Torsi pada roda gigi ( lb . in )


P : Daya yang ditransmisikan ( hp )
n : kecepatan putar ( rpm )

T
W tg =
D ……………………………….(2.3)
( )
2

di mana

T : Torsi pada roda gigi ( lb . in )


D : Daya yang ditransmisikan ( hp )
[1]

2.10 Sproket Rantai


Sproket berfungsi untuk mentransmisikan gaya putar antara dua poros
dimana roda gigi tidak mampu menjangkaunya. Pada sepeda motor terdapat
sproket kecil atau sproket penggerak dan sproket besar atau sproket yang
digerakkan. Sproket kecil mempunyai fungsi meneruskan putaran dari transmisi
ke rantai. Sproket besar mempunyai fungsi sebagai meneruskan putaran dari rantai
ke roda umumnya berbentuk diameter besar dan letaknya berada di bagian
belakang atau tepat pada poros roda belakang. Jumlah gigi pada sproket depan dan
belakang menghasilkan rasio final drive. Rasio ini dengan mudah dapat diubah
yaitu mengubah sprocket dengan jumlah gigi yang berbeda. Dengan penggantian

Page
rasio kita bias mendapakan tenaga akhir dan torsi bawah yang efektif. Dari hal ini
yang dapat diperoleh adalah kita dapat menghitung RPM tertentu yang diinginkan
pada kecepatan jelajah sesuai pilihan kita. [2]
T
Fc=
D ………………………………………..(2.4)
( )
2
di mana :
Fc : Gaya pada rantai (lb)
T : Torsi pada roda gigi ( lb . in )
D : Diameter ( in )

1. Tegangan Geser Rancangan – Torsi tetap


Telah dinyatakan bahwa predictor terbaik dalam kegagalan bahan
yang ulet akibat tegangan geser yang tetap adalah teori energy Distorsi ,
dimana tegangan geser dihitung dari

sy
τ d= ………………………………(2.5)
(N √ 3)

Kita akan menggunakan nilai diatas untuk tegangan geser


torsional ,tegangan geser vertical , atau tegangan geser lurus yang tetap
dalam perancangan.[2]

2. Menentukan Diameter Poros


Tujuan dalam perancangan poros adalah menentukan diameter
yang diperlukan . Dengan mensubstusikan ;
π D2
A= 4 …………………………………….(2.6)

Kita dapat menentukan diameter poros yang diperlukan ;


D= √2,94 Kf ( V ) N /S 'n………………………………(2.7)

Page
Tetapi nilai – nilai Kf untuk tegangan geser vertical jarang
dilaporkan. Sebagai pendekatan ,kita akan menggunakan nilai- nilai Kf
untuk tegangan geser torsional ketika menggunakan persamaan tersebut.

3. Tegangan Normal Rancangan


Teori ini paling baik diterapkan pada material getas yang berserat
dan kaca.Teori ini menyatakan bahwa “Kegagalan diprediksi terjadi
pada keadaan tegangan multi aksial jika tegangan utama maksimum
sama atau lebih besar dibandingkan tegangan normal maksimum pada
saat terjadinya kegagalan dalam pengujian tegangan unaksial
sederhana yang menggunakan spesimen dengan material yang sama”.
Secara sederhana, kegagalan terjadi apabila : [2]

σ σ 1
Jikaσ 1> 0 dan σ 3 <0 s 1 + S 3 = n ………….…(2.8)
ut uc s

s ut
Jikaσ 3> 0 σ 1= n …………….(2.9)
s

s
Jikaσ 1> 0 σ 3= nuc ……………..(2.10)
s

di mana :
σ1 ≥ σ2 ≥ σ3 = tegangan normal utama
Sut = kekuatan ultimate material terhadap tarik
Suc = kekuatan ultimate material terhadap tekan

2..11 Faktor Keamanan


Faktor Keamanan pada awalnya didefinisikan sebagai suatu bilangan
pembagi kekuatan ultimate material untuk menentukan “tegangan kerja” atau
“tegangan design”. Perhitungan tegangan design ini pada jaman dulu belum
mempertimbangkan faktor-faktor lain seperti impak, fatigue, stress konsentrasi,
dan lain-lain, sehingga faktor keamanan nilainya cukup besar yaitu sampai 20-30.
Seiring dengan kemajuan teknologi, faktor keamanan dalam design harus
mempertimbangkan hampir semua faktor yang mungkin meningkatkan terjadinya
kegagalan. Dalam dunia modern faktor keamanan umumnya

Page
antara 1.2 – 3. Dalam “modern engineering practice” faktor keamanan dihitung
terhadap “significant strength of material”, jadi tidak harus terhadap ultimate atau
tensile strength. Sebagai contoh, jika kegagalan melibatkan “yield” maka
significan tstrength adalah yield strength of material; jika kegagalan melibatkan
fatigue maka faktor keamanan adalah berdasarkan fatigue; dan seterusnya.
Dengan demikian faktor keamanan didefinisikansebagai [2] :

significant strength of the material


N= ……………………(2.11)
working stress

Tetapi pada perancangan poros kita akan menggunakan N = 2,0 dimana


tingkat keandalan data untuk kekuatan bahan dan beban adalah rata – rata . [2]

2.12 Material Poros


Baja sering digunakan karena modulus elastisitasnya tinggi, sehingga
ketahannya terhadap defleksi tinggi. Besi cor dan besi nodular digunakan ketika
gear atau komponen lain terintegrasi pada poros. Perunggu dan stailesssteel
digunakan di laut atau padakondisi korisif lainnya. Through atau
casehardenedsteel sering digunakan pada poros yang digunakan juga sebagai
jurnal pada sleeve bearing. Kebanyakan poros terbuat dari baja karbon rendah dan
medium yang dirol panas (hotrolled) maupun dingin (coldrolled). Ketika
diperlukan kekuatan yang lebih tinggi, bisa digunakan baja paduan. Coldrolled
sering digunakan pada poros diameter kecil (sampaidiameter 3 in.), sedangkan
hotrolled untuk diameter yang lebih besar. Untuk materialyang sama, sifat
mekanik pada coldrolled lebih besar, tetapi akan terjadi tegangan sisapada
permukaan. Alur pasak, groove dan step akan melokalisasi adanya tegangan
sisadan akan mengakibatkan ‘warping’.Permukaan poros yang di roll panas harus
dimesin untuk menghilangkan karburizing pada permukaan, sedangkan
permukaan yang di rolldingin dibiarkan, kecuali pada bagian dispesifikasikan
pada perancangan, seperti untuk tempat bantalan dll. Pada umumnya baja karbon
biasa atau baja panduan dengan kandungan karbon sedang, semisal AISI
1020 ,1040, 4140, 4340 , 4640, 5150, 6150, dan 8650 . keuletan dengan persen
pemanjangan di atas 12 % lebih disarankan. [3]

Page
2.12.1. Pengertian Baja
Baja adalah logam paduan dengan besi sebagai unsur dasar dan karbon
sebagai unsur paduan utamanya. Kandungan karbon dalam baja berkisar antara
0.2% hingga 2.1% berat sesuai grade-nya. Fungsi karbon dalam baja adalah
sebagai unsur pengeras dengan mencegah diskolasi bergeser pada kisi kristal
(crystal lattice) atom besi.
Unsur paduan lain yang biasa ditambahkan selain karbon adalah mangan
(manganese), krom (chromium), vanadium, dan tungsten. Dengan memvariasikan
kandungan karbon dan unsur paduan lainnya, berbagai jenis kualitas baja bisa
didapatkan. Penambahan kandungan karbon pada baja dapat meningkatkan
kekerasan (hardness) dan kekuatan tariknya (tensile strength), namun di sisi lain
membuatnya menjadi getas (brittle) serta menurunkan keuletannya (ductility). [3]

2.12.2. Klasifikasi Baja

Ada beberapa macam pengelompokan baja diantaranya :

1. Baja Mangan (10% - 18%Mn) bersifat keras, kuat, dan awet sering
digunakan untuk rel kereta api, lapis kendaraan perang dan mesin
penghancur batu.
2. Baja Silikon (1% - 5% Si) bersifat keras, kuat dan mempunyai gaya
magnet kuat sering digunakan untuk bahan pembuat magnet.
3. Durion (12% - 15% Si) bersifat tahan karat dan asam sering digunakan
untuk pipa, ketel dan kondensor.
4. Invar (36% Ni) bersifat koefisien muai rendah digunakan untuk alat
pengukur/meteran.
5. Baja kromium vanadium (1% - 10% Cr) bersifat kuat dan tahan
tekanan/beban digunakan untuk poros kendaraan.
6. Baja tahan karat/Stainless steels (14% - 18% Cr,7% - 9% Ni) bersifat
tahan karat untuk alat pemotong dan perkakas dapur. [3]

Page
2.12.3. Sifat Baja
Baja mempunyai sejumlah sifat yang membuatnya menjadi bahan industri
yang sangat berharga. Beberapa sifat baja yang penting adalah: kekuatan,
kelenturan, keuletan, kekerasan dan ketahanan terhadap korosi. (Lawrance H. Van
Vlack,1981)
1. Kekuatan (strength)
Baja mempunyai kemampuan tarik, lengkung, dan tekan yang sangat
besar. Pada setiap pabrikan baja menandai beberapa besar daya kekuatan baja
itu misalnya, memasukan satu baja batangan dan mencatumkan pada baja itu
ST 37. di sini ST menunjukan bahwa baja itu menunjukkan daya kekuatan
(minimum) tarikan atau daya tarik baja itu. Yang dimaksud dengan istilah
tersebut adalah gaya tarik N yang dapat dilakukan baja bergaris tengah 1 mm 2
sebelum baja itu menjadi patah.
Dalam hal ini kekuatan tarik itu adalah 3700 N/mm 2. dahulu kita
mencantumkan kekuatan tarik baja itu ST 37, karena kekuatan tariknya
adalah 37 kgf/mm2. Karna smengandung sedikit kadar karbon, maka semua
jenis baja mempunyai kekuatan tarik yang kuat. Oleh karna kekuatan tarik
baja yang kuat maka baja dapat menahan berbagai tegangan, seperti tegangan
lentur.
2. Ketangguhan Baja (toughness) adalah hubungan antara jumlah
energi yang dapat diserap oleh baja sampai baja tersebut putus. Semakin kecil
energi yang diserap oleh baja, maka baja tersebut makin rapuh dan makin
kecil ketangguhannya. Cara ujinya dengan cara memberi pukulan mendadak
(impact/pukul takik).
3. Keuletan Baja (ductility) adalah Kemampuan baja untuk
berdeformasi sebelum baja putus. Keuletan ini berhubungan dengan besarnya
regangan/strain yang permanen sebelum baja putus. Keuletan ini juga
berhubungan dengan sifat dapat dikerjakan pada baja. Cara ujinya berupa uji
tarik. [3]
4. Kekerasan

Page
Baja itu sangat keras sekali sehingga sebagai bahan konstruksi, baja
mungkin saja untuk digunakan berbagai tujuan. [3]
5. Ketahanan Terhadap Korosi
Tanpa perlindungan, baja sangat cepat berkarat. Maka baja diberikan
perlindungan yang sangat efektif dengan berbagai cara. [3]

Page
BAB III
METODOLOGI

3.1 Diagram Alir


Tahapan atau langkah dalam mendesain ulang poros turbin air untuk
bahan besardapat dilihat pada diagram alir pada Gambar 3.1.

Mulai

Kriteria Desain Dengan Untuk


Berbahan Besar

Tentukan Daya Motor

Tentukan Gaya Pada Sproket

Tentukan Diameter Poros

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir

Page
3.2 Data Material Komponen

Adapun data material Baja Tarik Dingin dengan menggunakan AISI 1040
, yang dapat dilihat pada tabel 3.1. AISI 1040 Mechanical Properties ;

Tabel 3.1 Standard AISI 1040 Mechanical Properties

3.3 Kriteria Desain


Menentukan Gaya Pada Poros
Gambar memperlihatkan sepasang sprocket rantai yang mentramisikan
daya. Dengan Asumsi Torsi maksimun pada puli pada turbin adalah 150 hp
dengan putaran 1850 rpm .Untuk menentukan gaya pada puli sebagai berikut ;

T
F c=
(D/2)
dimana :

Fc : Gaya pada Rantai ( lb )


T : Torsi pada roda gigi ( lb . in )
n : Kecepatan putar ( rpm )

Page
3.4. Menentukan Raeksi Tumpuan pada Poros
DBB dari Gambar 3.2 dilihat pada gambar. Nilai Ra dan Rb didapat
persamaan sebagai berikut ;

Fc Wt

5in 10 in 5 in Wx

Ra Rb

Gambar 3.2 Diagram Benda Bebas


5

3.5. Menentukan Diameter Poros


Diameter poros ditentukan menggunakan rumus dibawah ini dengan nilai
M danT telah diketahui dari perhitungan sebelumnya.

1
2

[( ) ( )]
2 3
32 N

Kf M 3 T
D= π )]
❑ √( S'n ❑
+4 S
y ❑

dimana :

D : Diameter poros ( in )
Kf : Nilai rancangan awal
T : Torsi ( lb.in )
Sy : Tegangan lulul (psi)
Sn’ : Batas Kekuatan (psi)
N : Faktor Rancangan atau Keamanan

BAB IV

Page
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Pada data ini adalah data poros turbin yang akan dirancang, dengan
mendapatkan spesifikasi seperti yang dibawah ini, akan didapatkan besar diameter
yang dirancang nantinya. Berikut data dan perhitungan perancangan poros turbin
air:

PERANCANGAN POROS TURBIN AIR

Spesifikasi

Daya Transmisi : 150 HP

Putaran : 1850 rpm

Material : AISI 1040

sy= 71 000 psi

Su= 80 000 psi

N2

Gambar 4.1 Dimensi Poros Turbin Air

Transmisi sabuk
menuju
konveyor

Page
Input dari Roda gigi E
turbin air menggerakkan Q
menuju generator
Gambar 4.2 Poros Turbin Air Bekerja

Sn= 35000 psi

Cr= 0,81

Cs’= 0,85

s1n = sncssn = ( 35000)(0,85)(0,81)

= 24097psi

Faktor Rancangan

T = 63.000 (P)/n

T = 63.000 (40)/1850=1362,16 lb-in dari A ke C

T = 63 000(90)/1850= 3064,86 ln-in dari C ke E

T = 63 000 (150)/1850=5108 lb-in (torsi dalam sproket)

Page
Gambar 4.3 Poros Turbin Air dengan Torsi dan Daya diberikan

tA 1362,16
F A= ¿
Fn=f1 – f2= DA ) 6 , 0 = 454 (gaya efektif tramisi)
( ) ( )
2 2

FA= 1,5 fn = 1,5(454)=681 lb (gaya pelengkung)

FAx=fA cos (60°) = (681)cos (40°)=522 lb

FAy= fA sin ( 60°) = (681)sin (40°) =438 lb

tC
F C= 3064,86
DC ) ¿ =511 lb
( )
2
( 6,0 )

FCx=fC sin (60°) = (511) sin (60°)=442 lb

Page
FCy= fC cos ( 60°) = (511) cos (60°) =255 lb

Gambar 4.4 Gaya-gaya yang Diberikan Pada Poros

tE
¿ 3064,86
FEY= WtE DE ¿
( ) 7,0 /=438 lb
2

FEX= WtE= WtE tan (ϕ)= 438 tan (20°)= 160 lb

Dari persamaan dibwah ini digunakan sebagai referensi. Data yang


digunakan untuk setiap titik perancangan turut didaftarkan dengan factor
rancangan N= 2 turut digunakan.

1
2

[( ) ( )]
2 3
32 N

Kf M 3 T
D= π )]
❑ √( Sn
'

+4 S
y ❑

Page
348 524 160 266,14 225 325,28

6 6 6 6 6 6 6 6

352 445,33 438 438

MB =√ 20882 +26282 = 2710,4 lb

MC =√ 20642 +36592 = 4201,13 lb

MD =√ 51842 +3415,322 =6207 lb

1. Titik A: Torsi = 1362,16 lb. in; momen = 0. Puli diletakkan dengan cincin
penahan. Karena torsinya tetap, maka akan menggunakan factor
konsentrasi dalam perhitungan ini, seperti yang telah dibahas. Dengan
menggunakan persamaan mencari diameter (D) diperoleh D1= 0,66 in

Page
2. Di sebelah titik B: ini adalah diameter yang berubah sampai kedudukan
bantalan. Jari-jari filet bulat halus ditetapkan pada tempat pertemuan D 2
dan Dy. jadi,
Torsi = 1362,16 lb.in
Momen = 2710,37 lb.in

Kemudian D2= 1,52 in dengan K= 1,5.


3. Di titik B dan di sebelah kanannya: ini adalah tempat bantalan dengan
filet bahu poros sebelah kanannya, yang memerlukan filet yang cukup
tajam. jadi,
Torsi = 7064,86 lb.in
Momen = 2710,37 lb.in

Kemudian D2= 1,81 in dengan K= 2,5.

4. Di titik C: direncanakan bahwa diameter pada semua titik diantara


samping kanan bantalan B dan samping kiri bantalan D dibuat sama.
Kondisi paling rentan adalah sebelah kanan C, karena ada alur cincin dan
nilai torsi paling besar.
Torsi = 7064,86 lb.in
Momen = 4201,13 lb.in

Kemudian D2= 2,20 in dengan K= 3.

5. Di titik D dan di sebelah kirinya : iniadalah dudukan bantalan yang


serupa dengan yang di B
Torsi = 7064,86 lb.in
Momen = 6207 lb.in

Kemudian D2= 2,08 in dengan K= 2,5.

Page
6. Di sebelah kanan titik D: ini adalah diameter yang berubah serupa
dengan D2:
Torsi = 7064,86lb.in
Momen = 2710,37 lb.in

Kemudian D2= 1,77 in dengan K= 1,5.

7. Di titik E: roda gigi dipasang dengan cincin-cincin penahan pada setiap


sisinya.
Torsi = 7064,86lb.in
Momen = 0 lb.in

Kemudian D2= 1,15 in dengan K= 3.

Tabel 4.1 . Tabel Hasil Perhitungan Diameter Poros


Pasangan Nomer Diameter Minimum
Diameter
Puli D1 0.66 in
Tidak ada D2 1,52 in
Bantalan D3 1,81 in
Sproket D4 2,20in
Bantalan D5 2,08 in
Tidak ada D6 1,77 in
Roda Gigi D7 1,15 in

Page
4.2 Pembahasan

Pada studi kasus ini yaitu merancang poros turbin air dengan material
AISI 1040 yang memiliki tegangan Su adalah 80000 psi, Sy adalah 71000 psi,
dengan putaran 1850 rpm .

Pada perhitungan ini mencari nilai gaya untuk mendapatkan momen


punter pada turbian air tersebut, momen ini memiliki 2 bagian yaitu momen
dengan vertical (My) dan momen dengan horizontal (Mx) maka dari itu ketika
mendapatkan masing-masing momen akan mendapatkan diameter pada
perancangan poros turbin air ini . Nilai MB pada masing-masing momen yaitu
Mx = 2088 lb.in, My= 2628 lb.in, Nilai Mc masing-masing momennya adalah
Mx= 2064 lb.in, My= 3659,16 lb.in, Nilai MD masing-masing momennya adalah
Mx= 5184 lb.in, My= 3415,32 lb.in.

Maka dari itu perhitungan didapat nilai diameter poros dengan ditunjukkan pada
Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Diameter poros ,sebagai berikut ;

Tabel 4.2 . Tabel Hasil Perhitungan Diameter Poros


Pasangan Nomer Diameter Minimum
Diameter
Puli D1 0.66 in
Tidak ada D2 1,52 in
Bantalan D3 1,81 in
Sproket D4 2,20in
Bantalan D5 2,08 in
Tidak ada D6 1,77 in
Roda Gigi D7 1,15 in

Page
BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan perhitungan untuk studi kasus konveyor untuk bahan
besar , bahwa :
1. Poros adalah sebagai salah satu mentransmisikan daya dengan
bantuan puntiran oleh roda gigi, puli, dll serta macam-macam
porosnya salah satunya poros turbin air
2. Bahan yang digunakan adalah AISI 1040 dengan kekuatannya dan
kandungan material sudah ada pada tabel 3.1
3. Parameter dalam merancang suatu poros memiliki parameter seperti
torsi , gaya, Momen bending , serta diameter poros.

5.2 Saran
1. Dalam merancang poros, lebih baik menggunakan software sebagai
pembanding .
2. Dalam perancangan sangat membantu untuk merancang suatu bangunan
terutama pada poros. Maka dari itu diharuskan untuk mengerti dan
memahami tentang perancangan.

Page
DAFTAR PUSTAKA

[1] Khurmi, R. S., J. K. Gupta. 2005. A Textbook of Machine Desain. USA: S.


Chand Publishing.

[2] Tsubaki Catalog. Tsubaki Drive Chains and Sproket.

[3] Fruchtbaum, J. 1998. Bulk Material Handling Handbook. New York: Springer

Page
L
A
M
P
I
R
A
N
Page
Page

Anda mungkin juga menyukai