PENDAHULUAN
Page
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mampu menjelaskan fungsi dan macam poros
2. Mahasiswa mampu menjelaskan bahan poros
3. Mahasiswa mampu merencanakan poros dengan beban puntir dan lentur
1.3 Manfaat
Dengan melakukan perancangan poros transmisi ini mahasiswa diharapkan
dapat memahami tentang poros dan perancangan poros
1.4 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang Latar Belakang, Tujuan, Manfaat, Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Berisi tentang Teori Umum, Teori Khusus, Teori Alat Ukur
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM
Berisi tentang Skema Praktikum, Alat dan Bahan, Asumsi-asumsi,
Prosedur Praktikum
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Berisi tentang Data Percobaan, Perhitungan, Tabel, Grafik dan
Pembahasan
BAB V PENUTUP
Berisi tentang Kesimpulan dan Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Page
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Perancangan
Page
Compare Ideate& create Analyzeand/ortest Beberapa pertanyaan yang
sering muncul sebelum melakukan design antara lain adalah: bagaimana design
dimulai ? apakah insinyur duduk dengan secarik kertas terus menggambarkan ide?
faktor-faktor apa yang mempengaruhi keputusan dalam design?dan juga
bagaimana proses design berakhir ? Skema proses engineering design yang
lengkap ditunjukkan pada gambar 2.2. Proses dimulai dengan “identifikasi
kebutuhan dan keputusan untuk melakukan sesuatu tentang kebutuhan itu”.
Setelah melakukan iterasi berkali-kali, maka proses design akan Product,
prototype, process berhenti pada detail design yang siap dipresentasikan untuk
selanjutnya dibuat prototype, testing, dan pada akhirnya masuk proses produksi.
Identifikasi dan formulasi kebutuhan adalah kegiatan yang membutuhkan
tingkat kreativitas yang tinggi. Akan tetapi tahap ini sering rancu dengan berbagai
kondisiemosional manusia seperti uneasiness atau perasaan bahwa ada sesuatu
salah.“Backgroud Research” sangat diperlukan untuk memberikan informasi
dalam memahamidan mendefinisikan problem secara lengkap dan detail. Tahap
ini kalau dilakukan dengan baik maka akan dapat menetapkan “tujuan (goal)”
dari dari design. [1]
Page
Tahap Problem definition harus melibatkan semua spesifikasi yang
berhubungan dengan “sistem” yang akan didesign. Spesifikasi tersebut adalah
kuantitas input dan output, karakteristik dan dimensi serta ruangan yang
diperlukan, dan semua kendala atau batasan design. Spesifikasi inilah yang akan
menentukan biaya, jumlah yang akan dibuat, umur teknis yang diinginkan,
kondisi operasi, dan keandalan machinary. Contoh spesifikasi adalah fungsi
(kecepatan, temperatur operasi, tekanan), keamanan (kekuatan, defleksi, getaran)
dan lain-lain. Sebagai contoh, untuk machine design, berbagai fungsi dan kendala
yang harus dipertimbangkan ditunjukkan pada Gambar 2.3. [1]
Page
Alternatif-alternatif rancangan yang didapatkan, selanjutnya di “analisis
dan optimasi” untuk menentukan apakah rancangan tersebut dapat memenuhi
spesifikasi, dan performansi yang diinginkan, ditolak, atau perlu dimodifikasi.
Tahap ini akan dapat menghasilkan hasil rancangan yang paling optimum untuk
dipilih. Jika analisis menunjukkan bahwa tidak ada rancangan yang memenuhi
spesifikasi dan performans yang diinginkan maka harus dilakukan iterasi. Hasil
rancangan yang paling optimum dipilih dan selanjutnya dapat dilakukan “detailed
design”. Dalam detailed design, dihasilkan gambar teknik yang lengkap,
spesifikasi material, identifikasi vendor, spesifikasi manufacturing, dll. [1]
Evaluasi merupakan salah satu tahapan penting dalam proses design
secara keseluruhan. Tahap ini melibatkan pembuatan “prototype dan pengujian”
yang dapat dilakukan di laboratorium. Hasil pengujian prototype inilah yang akan
membuktikan apakahrancangan yang dihasilkan dapat memenuhi spesifikasi dan
performansi yang diinginkan. [1]
Dari tahap ini akan terjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar tentang
sistem yang dirancang seperti misalnya : apakah semua spesifikasi yang
diinginkan terpenuhi?, bagaimana tingkat keandalannya?, apakah dapat bersaing
dengan produk sejenis?, apakah ekonomis untuk dibuat dan dipasarkan?, apakah
mudah dalam perawatan?, dan lain-lain. Data-data hasil pengujian prototype dapat
digunakan untuk iterasi berikutnya dalam penyempurnaan design.
Tahap terakhir adalah “presentation”. Hasil rancangan perlu
dikomunikasikan dengan untuk proses selanjutnya seperti manufacturing,
assembling dan sosialisasi. Komunikasi dapat dilakukan dalam tiga cara yaitu
komunikasi secara tertulis, lisan, dan dalam bentuk grafik atau gambar. Dengan
demikian insinyur harus menguasai ketiga teknik tersebut untuk dapat
mempresentasikan rancangannya [1]
Page
peracangan dalam bidang tertentu. Misalnya ASME telah mengembangkan Code
untuk perancangan pressure vessel, sistem perpipaan, dll. [1]
Code perancangan adalah suatu “set of specification” untuk analisis,
design, manufacturing, dan konstruksi suatu produk engineering pada bidang
tertentu. Tujuan dari Code adalah untuk menghasilkan rancangan yang dapat
mencapai faktor keamanan, efisiensi, dan performance atau kualitas pada tingkat
tertentu. [1]
Standard adalah suatu “set of specification” untuk part/komponen,
material, proses yang ditujukan untuk mencapai keseragaman, inter changeability,
efisiensi, dan kualitas yang tertentu. Jadi dalam aplikasinya, standard dapat
membatasi jumlah suatu parts/material dalam suatu spesifikasi tertentu sehingga
memudahkan dalam inventory dari bentuk, ukuran, jumlah, dan variasinya.[1]
Beberapa Society yang telah mempublikasikan Standard dan Code yang
berhubungan dengan bidang “mechanical Engineering” antara lain adalah :
American Society of Mechanical Engineers (ASME)
American Society of Testing and Materials (ASTM)
American Welding Society (AWS)
American National Standard Institute (ANSI)
Page
frekuensi pembebanan terhadap waktu. Jika frekuensi pembebanan mendekati
frekuensi pribadi poros, akan terjadi resonansi,sehingga timbul getaran, tegangan
dan defleksi yang besar. [1]
Page
5. Jika tujuan utamanya adalah meminimalisasi defleksi, baja karbon rendah
baik untuk digunakan karena kekakuannya setinggi baja dengan harga yang
lebih murah dan pada poros yang dirancang untuk defleksi, tegangan yang
terjadi cenderung kecil, [1]
6. Defleksi pada roda gigi yang terpasang pada pada poros tidak boleh melebihi
0.005 inch dan slope relatif antar sumbu roda gigi harus kurang dari 0.03º. [1]
7. Jika digunakan plain bearing, defleksi poros pada arah sepanjang bantalan
harus kurang dari tebal lapisan oli pada bantalan, [1]
8. Jika digunakan non-self-alligning rolling element bearing, defleksi sudut
poros pada bantalan harus dijaga kurang dari 0.04º,7-9 [1]
9. Jika terjadi gaya aksial, harus digunakan paling tidak sebuah thrust bearing
untuk setiap arah gayanya. Jangan membagi gaya aksial pada beberapa thrust
bearing karena ekspansi termal pada poros akan mengakibatkan overload
pada bantalan. [1]
10. Frekuensi pribadi pertama poros minimal tiga kali frekuensi tertinggi ketika
gaya terbesar yang diharapkan terjadi pada saat operasi. Semakin besar akan
semakin baik, tetapi akan semakin sulit untuk dicapai. [1]
Page
2.8 Defleksi Pada Poros
Defleksi adalah perubahan bentuk pada balok dalam arah y akibat adanya
pembebanan vertikal yang diberikan pada balok atau batang. Deformasi pada
balok secara sangat mudah dapat dijelaskan berdasarkan defleksi balok dari
posisinya sebelum mengalami pembebanan. Defleksi diukur dari permukaan
netral awal ke posisi netral setelah terjadi peformasi. Konfigurasi yang
diasumsikan dengan deformasi permukaan netral dikenal sebagai kurva elastic
dari balok. Jarak perpindahan y didefinisikan sebagai defleksi balok. Dalam
penerapan kadang kita harus menentukan defleksi pada setiap nilai x sepanjang
balok. Hubungan ini dapat ditulis dalam bentuk persamaan yang sering disebut
persamaan defleksi kurva (atau kurva elastis) dari balok. Sistem struktur yang
diletakkan horizontal dan yang terutama diperuntukan memikul beban literal,
yaitu beban yangbekerja tegak lurus sumbu aksial batang. Beban semacam ini
khususnya muncul sebagai beban gravitasi, seperti misalnya bobot sendiri, beban
hidup vertikal, beban keran (crane) dan lain-lain. Sumbu sebuah batang akan
terdeteksi dari kedudukannya semula bila benda dibawah pengaruh gaya terpakai.
Dengan kata lain suatu batang akan mengalami pembebanan transversal baik itu
beban terpusat maupun terbagi merata akan mengalami defleksi.
Ada beberapa metode yang digunakan untuk menyelesaikan persoalan-
persoalan defleksi antara lain :
1. Metode integrasi ganda (double integration)
2. Metode luas bidang momen (momen area metod)
3. Metode energy
4. Serta metode superposisi.
Metode integrasi ganda sangat sangat cocok digunakan untuk mengetahui
defleksi sepanjang poros. Asumsi yang digunakan untuk menyelesaikan persoalan
tersebut adalah defleksi yang diakibatkan oleh gaya-gaya yang bekerja tegak-lurus
terhadap sumbu poros. Defleksi yang terjadi relatif kecil dibandingkan dengan
panjang porosnya, dan irisan yang terbentuk bidang datar akan tetap berupa
bidang datar walaupun berdeformasi. [1]
Page
2.9 Roda Gigi Lurus
Gaya yang terjadi pada roda gigi selama transmisi daya bekerja normal
tegak lurus terhadap profil gigi involut . Ketika menganalisis poros , perhatikanlah
komponen tegak lurus dari gaya yang bekerja dalam arah radial dan arah tangesial
. hitunglah ,Wt ,secara langsung dengan torsi yang ditransmisikan oleh roda gigi .
Untuk system satuan yang lazim di Amerika Serikat (AS);
P
T =63000 . ……………………………….(2.2)
n
di mana :
T
W tg =
D ……………………………….(2.3)
( )
2
di mana
Page
rasio kita bias mendapakan tenaga akhir dan torsi bawah yang efektif. Dari hal ini
yang dapat diperoleh adalah kita dapat menghitung RPM tertentu yang diinginkan
pada kecepatan jelajah sesuai pilihan kita. [2]
T
Fc=
D ………………………………………..(2.4)
( )
2
di mana :
Fc : Gaya pada rantai (lb)
T : Torsi pada roda gigi ( lb . in )
D : Diameter ( in )
sy
τ d= ………………………………(2.5)
(N √ 3)
Page
Tetapi nilai – nilai Kf untuk tegangan geser vertical jarang
dilaporkan. Sebagai pendekatan ,kita akan menggunakan nilai- nilai Kf
untuk tegangan geser torsional ketika menggunakan persamaan tersebut.
σ σ 1
Jikaσ 1> 0 dan σ 3 <0 s 1 + S 3 = n ………….…(2.8)
ut uc s
s ut
Jikaσ 3> 0 σ 1= n …………….(2.9)
s
s
Jikaσ 1> 0 σ 3= nuc ……………..(2.10)
s
di mana :
σ1 ≥ σ2 ≥ σ3 = tegangan normal utama
Sut = kekuatan ultimate material terhadap tarik
Suc = kekuatan ultimate material terhadap tekan
Page
antara 1.2 – 3. Dalam “modern engineering practice” faktor keamanan dihitung
terhadap “significant strength of material”, jadi tidak harus terhadap ultimate atau
tensile strength. Sebagai contoh, jika kegagalan melibatkan “yield” maka
significan tstrength adalah yield strength of material; jika kegagalan melibatkan
fatigue maka faktor keamanan adalah berdasarkan fatigue; dan seterusnya.
Dengan demikian faktor keamanan didefinisikansebagai [2] :
Page
2.12.1. Pengertian Baja
Baja adalah logam paduan dengan besi sebagai unsur dasar dan karbon
sebagai unsur paduan utamanya. Kandungan karbon dalam baja berkisar antara
0.2% hingga 2.1% berat sesuai grade-nya. Fungsi karbon dalam baja adalah
sebagai unsur pengeras dengan mencegah diskolasi bergeser pada kisi kristal
(crystal lattice) atom besi.
Unsur paduan lain yang biasa ditambahkan selain karbon adalah mangan
(manganese), krom (chromium), vanadium, dan tungsten. Dengan memvariasikan
kandungan karbon dan unsur paduan lainnya, berbagai jenis kualitas baja bisa
didapatkan. Penambahan kandungan karbon pada baja dapat meningkatkan
kekerasan (hardness) dan kekuatan tariknya (tensile strength), namun di sisi lain
membuatnya menjadi getas (brittle) serta menurunkan keuletannya (ductility). [3]
1. Baja Mangan (10% - 18%Mn) bersifat keras, kuat, dan awet sering
digunakan untuk rel kereta api, lapis kendaraan perang dan mesin
penghancur batu.
2. Baja Silikon (1% - 5% Si) bersifat keras, kuat dan mempunyai gaya
magnet kuat sering digunakan untuk bahan pembuat magnet.
3. Durion (12% - 15% Si) bersifat tahan karat dan asam sering digunakan
untuk pipa, ketel dan kondensor.
4. Invar (36% Ni) bersifat koefisien muai rendah digunakan untuk alat
pengukur/meteran.
5. Baja kromium vanadium (1% - 10% Cr) bersifat kuat dan tahan
tekanan/beban digunakan untuk poros kendaraan.
6. Baja tahan karat/Stainless steels (14% - 18% Cr,7% - 9% Ni) bersifat
tahan karat untuk alat pemotong dan perkakas dapur. [3]
Page
2.12.3. Sifat Baja
Baja mempunyai sejumlah sifat yang membuatnya menjadi bahan industri
yang sangat berharga. Beberapa sifat baja yang penting adalah: kekuatan,
kelenturan, keuletan, kekerasan dan ketahanan terhadap korosi. (Lawrance H. Van
Vlack,1981)
1. Kekuatan (strength)
Baja mempunyai kemampuan tarik, lengkung, dan tekan yang sangat
besar. Pada setiap pabrikan baja menandai beberapa besar daya kekuatan baja
itu misalnya, memasukan satu baja batangan dan mencatumkan pada baja itu
ST 37. di sini ST menunjukan bahwa baja itu menunjukkan daya kekuatan
(minimum) tarikan atau daya tarik baja itu. Yang dimaksud dengan istilah
tersebut adalah gaya tarik N yang dapat dilakukan baja bergaris tengah 1 mm 2
sebelum baja itu menjadi patah.
Dalam hal ini kekuatan tarik itu adalah 3700 N/mm 2. dahulu kita
mencantumkan kekuatan tarik baja itu ST 37, karena kekuatan tariknya
adalah 37 kgf/mm2. Karna smengandung sedikit kadar karbon, maka semua
jenis baja mempunyai kekuatan tarik yang kuat. Oleh karna kekuatan tarik
baja yang kuat maka baja dapat menahan berbagai tegangan, seperti tegangan
lentur.
2. Ketangguhan Baja (toughness) adalah hubungan antara jumlah
energi yang dapat diserap oleh baja sampai baja tersebut putus. Semakin kecil
energi yang diserap oleh baja, maka baja tersebut makin rapuh dan makin
kecil ketangguhannya. Cara ujinya dengan cara memberi pukulan mendadak
(impact/pukul takik).
3. Keuletan Baja (ductility) adalah Kemampuan baja untuk
berdeformasi sebelum baja putus. Keuletan ini berhubungan dengan besarnya
regangan/strain yang permanen sebelum baja putus. Keuletan ini juga
berhubungan dengan sifat dapat dikerjakan pada baja. Cara ujinya berupa uji
tarik. [3]
4. Kekerasan
Page
Baja itu sangat keras sekali sehingga sebagai bahan konstruksi, baja
mungkin saja untuk digunakan berbagai tujuan. [3]
5. Ketahanan Terhadap Korosi
Tanpa perlindungan, baja sangat cepat berkarat. Maka baja diberikan
perlindungan yang sangat efektif dengan berbagai cara. [3]
Page
BAB III
METODOLOGI
Mulai
Selesai
Page
3.2 Data Material Komponen
Adapun data material Baja Tarik Dingin dengan menggunakan AISI 1040
, yang dapat dilihat pada tabel 3.1. AISI 1040 Mechanical Properties ;
T
F c=
(D/2)
dimana :
Page
3.4. Menentukan Raeksi Tumpuan pada Poros
DBB dari Gambar 3.2 dilihat pada gambar. Nilai Ra dan Rb didapat
persamaan sebagai berikut ;
Fc Wt
5in 10 in 5 in Wx
Ra Rb
1
2
[( ) ( )]
2 3
32 N
❑
Kf M 3 T
D= π )]
❑ √( S'n ❑
+4 S
y ❑
❑
dimana :
D : Diameter poros ( in )
Kf : Nilai rancangan awal
T : Torsi ( lb.in )
Sy : Tegangan lulul (psi)
Sn’ : Batas Kekuatan (psi)
N : Faktor Rancangan atau Keamanan
BAB IV
Page
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Pada data ini adalah data poros turbin yang akan dirancang, dengan
mendapatkan spesifikasi seperti yang dibawah ini, akan didapatkan besar diameter
yang dirancang nantinya. Berikut data dan perhitungan perancangan poros turbin
air:
Spesifikasi
N2
Transmisi sabuk
menuju
konveyor
Page
Input dari Roda gigi E
turbin air menggerakkan Q
menuju generator
Gambar 4.2 Poros Turbin Air Bekerja
Cr= 0,81
Cs’= 0,85
= 24097psi
Faktor Rancangan
T = 63.000 (P)/n
Page
Gambar 4.3 Poros Turbin Air dengan Torsi dan Daya diberikan
tA 1362,16
F A= ¿
Fn=f1 – f2= DA ) 6 , 0 = 454 (gaya efektif tramisi)
( ) ( )
2 2
tC
F C= 3064,86
DC ) ¿ =511 lb
( )
2
( 6,0 )
Page
FCy= fC cos ( 60°) = (511) cos (60°) =255 lb
tE
¿ 3064,86
FEY= WtE DE ¿
( ) 7,0 /=438 lb
2
1
2
[( ) ( )]
2 3
32 N
❑
Kf M 3 T
D= π )]
❑ √( Sn
'
❑
+4 S
y ❑
❑
Page
348 524 160 266,14 225 325,28
6 6 6 6 6 6 6 6
1. Titik A: Torsi = 1362,16 lb. in; momen = 0. Puli diletakkan dengan cincin
penahan. Karena torsinya tetap, maka akan menggunakan factor
konsentrasi dalam perhitungan ini, seperti yang telah dibahas. Dengan
menggunakan persamaan mencari diameter (D) diperoleh D1= 0,66 in
Page
2. Di sebelah titik B: ini adalah diameter yang berubah sampai kedudukan
bantalan. Jari-jari filet bulat halus ditetapkan pada tempat pertemuan D 2
dan Dy. jadi,
Torsi = 1362,16 lb.in
Momen = 2710,37 lb.in
Page
6. Di sebelah kanan titik D: ini adalah diameter yang berubah serupa
dengan D2:
Torsi = 7064,86lb.in
Momen = 2710,37 lb.in
Page
4.2 Pembahasan
Pada studi kasus ini yaitu merancang poros turbin air dengan material
AISI 1040 yang memiliki tegangan Su adalah 80000 psi, Sy adalah 71000 psi,
dengan putaran 1850 rpm .
Maka dari itu perhitungan didapat nilai diameter poros dengan ditunjukkan pada
Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Diameter poros ,sebagai berikut ;
Page
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan perhitungan untuk studi kasus konveyor untuk bahan
besar , bahwa :
1. Poros adalah sebagai salah satu mentransmisikan daya dengan
bantuan puntiran oleh roda gigi, puli, dll serta macam-macam
porosnya salah satunya poros turbin air
2. Bahan yang digunakan adalah AISI 1040 dengan kekuatannya dan
kandungan material sudah ada pada tabel 3.1
3. Parameter dalam merancang suatu poros memiliki parameter seperti
torsi , gaya, Momen bending , serta diameter poros.
5.2 Saran
1. Dalam merancang poros, lebih baik menggunakan software sebagai
pembanding .
2. Dalam perancangan sangat membantu untuk merancang suatu bangunan
terutama pada poros. Maka dari itu diharuskan untuk mengerti dan
memahami tentang perancangan.
Page
DAFTAR PUSTAKA
[3] Fruchtbaum, J. 1998. Bulk Material Handling Handbook. New York: Springer
Page
L
A
M
P
I
R
A
N
Page
Page