Aturan Waralaba
Aturan Waralaba
1. Pengertian Franchise
Catatan :
- Royalty , biasanya merupakan sejumlah prosentase dari keuntungan, tetapi
dapat juga ditetapkan dari beberapa unit, dengan demikian tidak dipedulikan
apakah pemegang franchisee untung atau tidak.
- Pembayaran fee untuk asistensi dalam manajemen, di samping harus
membayar royalti, pihak pemegang franchise juga sering kali harus
memenuhi kewajiban yang ditetapkan oleh franchisor untuk mendesain
perusahaannya sedemikian rupa sehingga mirip dengan desain perusahaan
franchisor, begitu pula dengan manajemennya, dalam hal demikian franchise
mmembayar fee untuk assistensi tersebut.
1
- Tying-in agreement, dapat juga ditetapkan kewajiban franchise membeli
produk-produk tertentu , bahkan dari pemasok yang ditetapkan oleh
franchisor. Tersebut dalam rangka pelaksanaan quality control .
- Auditing, kadang disepakati adanya hak dari franchaisor untuk melakukan
auditing keuangan franchisee. Tersebut juga dalam rangka pelaksanaan
quality control .
- Alih tehnologi, dimungkinkan pula adanya kesepakatan untuk melakukan alih
tehnologi yang dimiliki franchisor ke franchisee.
Lembaga franchise, pertama kali dikenal di Amerika Serikat, kurang lebih satu
abad yang lalu baru pada tingkat distributor, berupa pemberian lisensi dari
pabrik-pabrik bir, mobil, BBM kepada perusahaan-perusahaan kecil (distributor)
untuk menjual produk-produk tersebut.
Zaman franchise modern dimulai pada akhir tahun 1940-an dan awal tahun
1950-an. Hal ini terlihat dari berkembangnya Mc Donald’s (1955), Carvel
Ice Cream (1945), Jhon Robert Power (1955), Kentucky Fried Chicken (1952),
dan lain-lain (dalam Ridhwan Khaerandy, 1992: 87). ; dan terus berkembang
dengan cepat, di berbagai negara Australia, Kanada, Jepang dan Inggris , serta di
negara-negara Eropa dan Asia lainnya.
V. Jenis Franchise
East Asian Executive Report pada tahun 1983 menggolongkan franchise
menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut.
3
tersebut di suatu wilayah tertentu. dan atau pembatasan areal, seperti
pengecer bahan bakar Shell atau British Petroleum;
2. Processing franchise or manufacturing franchise, di sini , franchisor
memberikan know-how dan suatu proses produksi. Franchisee memasarkan
barang-barang itu dengan standar produksi dan merek yang sama dengan
yang dimiliki franchisor. Bentuk franchise sema-cam ini banyak digunakan
dalam produksi dan distribusi minuman soft drink, seperti Coca Cola dan
Pepsi atau Fanta. ( taya cara penjualannya tidak diatur secara ketat )
3. Bussiness format / system franchise, di sini franchisor sudah memiliki cara
yang unik dalam menyajikan produk dalam satu paket, kepada
konsumen. Seperti Dunkin Donuts, KFC, Pizza Hut, dan lain-lain (Kompas,
21-1-1990).
Dalam hal ini franchisee-nya mengoperasikan suatu kegiatan bisnis dengan
memakai nama franchisor, dan Franchisee diakui sebagai anggota
kelompok yang berusaha dalam bisnis ini.
Sebagai imbalan dari penggunaan nama franchisor, maka franchisee harus
mengikuti metode-metode standar pengoperasian dan berada di bawah
pengawasan franchisor dalam hal bahan-bahan yang digunakan, pilihan
tempat usaha, desain tempat usaha, jam penjualan, persyaratan karyawan,
dan lain - lain (dalam Ridhwan Khaerandy, 1992: 6).
b. Hal-hal lain yang perlu diketahui dalam rangka pelaksanaan perjanjian waralaba :
Pasal 5 KepMen Perindustrian dan Perdagangan Nomor: 259/ MPP / Kep / 7 / 1997.
Penerima waralaba utama wajib memberitahukan secara tertulis
dokumen autentik kepada penerima waralaba lanjutan bahwa penerima
waralaba utama memiliki hak atau izin membuat perjanjian waralaba lanjutan
dan pemberi waralaba.
Pasal 7 KepMen Perindustrian dan Perdagangan Nomor: 259/ MPP / Kep / 7 / 1997.
Ketentuan / hal-hal yang harus dimuat dalam perjanjian waralaba atau
franchise, yaitu sebagai berikut :
1. Subyek :
a. Nama, alamat, dan tempat kedudukan perusahaan masing-masing /
para pihak /
Catatan :
Yang menjadi subjek hukum / komparasi dalam perjanjiari franchise, yaitu
franchisor dan franchisee. Di samping itu, ada dua pihak lainnya dalam
perjanjian franchisee yang terkena dampak dan perjanjian mi adalah
sebagai berikut.
- Franchisee lain dalam sistem franchise ( franchising system ) yang sama.
- Konsumen atau klien dari franchisee maupun masyarakat pada
umumnya.
b. Nama dan jabatan masing-masing pihak yang berwenang
menandatangani perjanjian.
2. Obyek , nama dan jenis hak atas kekayaan intelektual, penemuan atau ciri
khas usaha, misalnya sistem manajemen, cara penjualan atau penataan atau
cara distribusi yang merupakan karakteristik khusus yang menjadi objek
waralaba.
3. Hak dan kewajiban masing-masing pihak serta bantuan dan fasilitas yang
diberikan kepada penerima waralaba.
a. Hak yang diberikan oleh franchisor pada franchisee.
Menerima lisensi dari Franchisor yang antara lain meliputi penggunaan
metode atau resep yang khusus, penggunaan merek dan atau nama
dagang, hak yang lain sehubungan dengan pembelian kebutuhan
operasi jika ada.
Secara kongkrit dapat dicontohkan antara lain sbb:
- Logo merek dagang (trade mark), nama dagang (trade name), dan
nama baik/reputasi (goodwill) yang terkait dengan merek dan atau
nama tersebut.
- Format / pola usaha, yaitu suatu sistem usaha yang terekam
dalam bentuk buku pegangan (manual), yang sebagian isinya
merupakan rahasia usaha.
- Dalam kasus tertentu berupa rumus, resep, desain, dan program
khusus.
5
- Hak cipta atas sebagian dari hal di atas bisa dalam bentuk tertulis dan
terlindungi dalam undang-undang hak cipta.
b. Kewajiban dari franchisee sebagai imbalan atas hak yang diterima dan
kegiatan yang dilakukan oleh franchisor pada saat franchisee memulai
usaha maupun selama menjadi anggota dari sistem waralaba
(franchise), misalnya membayar royalty, dsb.
c. Hal yang berkaitan dengan kasus penjualan hak franchisee kepada pihak
lain. Bila franchisee tidak ingin meneruskan sendiri usaha tersebut dan
ingin menjual kepada pihak lain, maka suatu tata cara perlu disepakati
sebelumnya.
d. Hal yang berkaitan dengan pengakhiran perjanjian kerja sama dari
masing masing pihak.
Lebih lanjut Dov Iznaeli mengemukakan beberapa hal yang harus dimuat
atau diper-janjikan dalam perjanjian franchise , sebagai hak dari Franchisor
(dlm Ridhwan Khaerandy, 1993: 93), antara lain :
Control over the franchised business. Di sini franchisor mengadakan
pemeriksaan terhadap bisnis yang dilakukan dengan segera setelah
penandatanganan kontrak:
- Untuk meyakinkan seluruh pembayaran yang menjadi haknya agar
dilakukan dengan segera setelah penandatanganan kontrak;
- Untuk meyakinkan bahwa usaha yang akan dilakukan oleh franchisee akan
berhasil;
- Untuk melindungi franchisee dari bahaya yang mengancamnya.
Di dalam kontrak ini terdapat dua macam pemeriksaan / control yaitu
- Sistem komunikasi
Atara lain meliputi laporan berkala dari fanchisee mengenai berbagai
aktivitas bisnis.
Di sini franchisor akan mendatangi franchisee untuk melakukan
pemeriksaan pembukuan, keadaan dan kualitas maupun hal-hal lain yang
menyangkut bisnis tersebut.
- Sistem sanksi
Antara lain berkenaan dengan masalah pengurangan jasa atau
bantuan, penuntu-tan di muka pengadilan, atau tidak dapat
meneruskan kontrak yang telah berakhir, dan lain-lain.
4. Wilayah pemasaran, ditetapkan suat atau beberapa areal wilayah kerja , apa
bila ada dengan pengecualiannya ataupun syarat-syarat tertentu.
5. Jangka waktu perjanjian dan tata cara perpanjangan perjanjian serta syarat
perpanjangan perjanjian.
Walaupun para pihak diberikan kebebasan untuk menentukan jangka waktu
berakhirnya kontrak franchise (waralaba), namun Pemerintah melalui
Menteri Perindustrian dan Per-dagangan telah menetapkan jangka waktu
perjanjian waralaba sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun. Jangka waktu itu
dapat diperpanjang.
6. Cara penyelesaian perselisihan.
7. Ketentuan-ketentuan pokok yang disepakati yang dapat mengakibatkan
pemutusan perjanjian atau berakhirnya perjanjian.
6
8. Ganti rugi dalam hal terjadi pemutusan perjanjian.
9 . Tata cara pembayaran imbalan.
10.Penggunaan barang atau bahan hasil olahan produksi dalam negeri yang
dihasilkan dan dipasok oleh pengusaha kecil.
11.Pembinaan, bimbingan, dan pelatihan kepada penerima waralaba.
IX. Contoh Naskah Perjanjian Franchise , yang dibuat antara Franchise dengan dealer
Avon.
( Salim Hs , )
7
Kontrak (Perjanjian) Franchise Dealer Avon
Perjanjian Franchise Dealer ini dibuat sejak hari ke ... tanggal ... bulan 2001 antara
PT Avon Indonesia, 208 Cilandak Commercial Estate, Jalan Raya KKO Cilandak,
Jakarta Selatan, (selanjutnya disebut sebagai Perusahaan) dan .................
(selanjutnya disebut sebagai Franchise Dealer).