Anda di halaman 1dari 6

Gorga Jurnal Seni Rupa

Volume 08 Nomor 01 Januari-Juni 2019


p-ISSN: 2301-5942 | e-ISSN: 2580-2380

TRANSFORMASI PENCAK SILAT PARIAN MENJADI TARI GARIGIAK DI ISTANO


TUAN GADANG BATIPUAH KECAMATAN BATIPUAH KABUPATEN
TANAH DATAR

Auliana Mukhti Maghfirah1*, Erlinda2*

Minat Studi Pengkajian Seni Tari Program Pascasarjana


Institut Seni Indonesia Padangpanjang
Jl. Bahder Johan, Guguak Malintang, Padangpanjang, Kota Padangpanjang, 27126.
Sumatera Barat. Indonesia
Email: auliana.muthy@yahoo.com

Abstrak
Tari Garigiak adalah satu bentuk seni pertunjukan tradisi di Istano Tuan Gadang Batipuah Kabupaten
Tanah Datar, yang gerak tarinya bersumber kepada gerakan Silek Parian. Silek Parian merupakan
seni beladiri yang berkembang di Nagari Baipuah Ateh yang di akuui oleh masyarakat keberadaan
tari tersebut. Oleh karenanya tari Garigiak diakui pula sebagai produk budaya asli Kecamatan
Batipuah, yang memiliki makna khusus dalam kehidupan masyarakat pendukungnya. Tari Garigiak,
memiliki gaya gerak yang tidak jauh berbeda dari Silek Parian itu sendiri. Karena bila gaya Silek
Parian masih memperlihatkan gaya beladiri yang berbentuk fisik maupun penyaluran tenaganya
seperti pertarungan, namun dalam tarian ditampilkan terlihat lebih indah karena sudah mengalami
proses stilisasi. Dengan demikian kesenian tradisional tari Garigiak dapat dikatakan sebagai hasil dari
proses kreativitas, berupa produk baru yang diciptakan oleh keturunan Tuan Gadang Batipuah.
Meskipun secara teks merupakan adaptasi dari Silek Parian. Tujuan penelitian ini untuk melihat
faktor penyebab terjadinya transformasi dalam Silek Parian menjadi tari Garigiak di Kecamatan
Batipuah. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif, pengumpulan data dilakukan melalui
observasi dan mengamati kesenian tradisional khususnya tari tari Garigiak, dokumentasi audio dan
visual serta wawancara dengan sejumlah tokoh adat dan masyarakat. Penelitian ini dianalisis dengan
teori bentuk, teori fungsi dan teori kreativitas. Secara umum, penelitian ini memperoleh hasil berupa
sejauh mana kreativitas dan perwujudan gerak Silek Parian dalam kesenian tradisional masyarakat di
Nagari Batipuah ateh yang terfokus pada tari Garigiak.

Kata Kunci: Silek Parian, tari Garigiak, masyarakat.

Abstract
Garigiak dance is a form of traditional performing arts at Istano Tuan Gadang Batipuah Tanah Datar
District, whose dance moves are sourced from the Silek Parian movement. Silek Parian is a martial art
that developed in Nagari Baipuah Ateh which was acknowledged by the community where the dance
was. Therefore Garigiak dance is also recognized as a genuine cultural product of the Batipuah
District, which has special meaning in the lives of its supporting communities. Garigiak dance, has a
style of motion that is not much different from the Silek Parian itself. Because if the style of Silek Parian
still shows a self-defense style in the form of physical as well as channeling its energy like a fight, in the
dance it appears to look more beautiful because it has undergone a stylization process. Thus the
traditional arts of Garigiak dance can be said to be the result of the process of creativity, in the form of
new products created by the descendants of Tuan Gadang Batipuah. Although text is an adaptation of
Silek Parian. The purpose of this study was to look at the causes of the transformation in the Silek
Parian into the Garigiak dance in Batipuah District. The method used is a qualitative method, data
collection is done through observation and observing traditional arts, especially Garigiak dance, audio
and visual documentation and interviews with a number of traditional leaders and the community. This
research was analyzed by form theory, function theory and creativity theory. In general, this research
obtained results in the form of the extent of the creativity and manifestation of the movement of Silek
Parian in the traditional arts of the people in Nagari Batipuah ateh which focused on the Garigiak
dance.

Keywords: Silek Parian, Garigiak dance, society.

Disubmit 10 Maret 2019, direview 28 Maret 2019, dipublish 10 April 2019.


Gorga Jurnal Seni Rupa
Volume 08 Nomor 01 Januari-Juni 2019
p-ISSN: 2301-5942 | e-ISSN: 2580-2380

PENDAHULUAN Perkembangan seni ditentukan oleh corak masyarakat


Pencak silat merupakan seni beladiri khususnya di menyangkut kebutuhan dan kemudahan – kemudahan
Minangkabau yang telah berusia cukup lama dan didalam masyarakat. Dalam hal ini yang menentukan
masih berkembang sampai saat ini. Pencak silat terdiri ekspresi seni adalah : (1) tradisi - tradisi terdahulu
dari dua suku kata yaitu pencak dan silat. “Pencak” baik yang menyangkut kemahiran teknik maupun
lebih mengedepankan unsur seni dan penampilan anggapan - anggapan yang telah mengakar ; (2)
keindahan gerakan dengan musik serta busana kebutuhan – kebutuhan yang dirasakan ; (3) keadaan
tradisional, sedangkan “silat” adalah inti ajaran lingkungan baik yang alamiah; (4) taraf intensitas
beladiri dan bertarung. Setiap daerah memiliki bahasa komunikasi dengan lingkungan atau masyarakat lain.
ataupun penamaan masing-masing, dimana pencak Keempat faktor tersebut saling terakait satu sama
silat disebut silek oleh masyarakat Minangkabau untuk lainnya dan saling mempengaruhi atau dipengaruhi
memberikan ciri khas dengan nama yang berbeda. (Sedyawati, 1987:8). Tarian ini dahulunya hanya
ditarikan di dalam Gaduang dalam acara adat untuk
Silek di Minangkabau memiliki beberapa aliran salah penyambutan tamu, dan tarian ini hanya ditarikan oleh
satunya Silek Parian yang merupakan salah satu silek anak kemenakan Tuan Gadang Batipuah.
yang ada di Jorong Balai Sabuah yang berasal dari Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan, ada
Nagari Pariangan. Parian adalah suatu alat yang beberapa rumusan masalah untuk mengungkap
terbuat dari bambu, biasanya alat ini digunakan penyebab terjadinya trasformasi silek parian menjadi
masyarakat setempat sebagai alat pembawa air dari tari garigiak di kecamatan batipuah kabupaten tanah
pincuran ke rumah untuk kebutuhan sehari–hari, datar, rumusan masalah dari penelitian ini yaitu:
seperti minum, memasak nasi, dan bahkan untuk 1. Sejauh mana konsep silek Parian dalam proses
mandi. Namun dalam Silek Parian, alat ini digunakan pertumbuhan dan perkembangan kesenian
sebagai pengganti senjata untuk menghadapi lawan, tradisional masyarakat Nagari Batipuah Ateh
sehingga silek yang ada di Batipuah Ateh tersebut terkhusus tari Garigiak?
terkenal dengan nama Silek Parian, oleh masyarakat 2. Apa faktor-faktor penyebab terjadinya
Jorong Balai Sabuah parian disebut juga garigiak. transformasi silek Parian menjadi seni
pertunjukan tari Garigiak di Iatano Tuan Gadang
Gerakan Silek Parian ini merupakan sumber cipta Batipuah?
pada masyarakat di Kecamatan Batipuah Kabupaten
Tanah Datar khususnya. Hal ini tampak pada salah Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:
satu tarian yang ada di Istano Tuan Gadang Batipuah 1. Bentuk silek Parian serta asal usul silek Parian di
di Kecamatan Batipuah Kabupaten Tanah Datar yaitu Istano Tuan Gadang Batipuah
tari Garigiak. Tarian ini terdiri dari empat gerak yaitu, 2. Bentuk perubahan dan kreativitas dalam silek
gerak sambah, gerak seka, gerak manuntuang, dan Parian menjadi tari Garigiak yang terdapat di
gerak mananan. Sedangkan Silek Parian terdiri dari Istano Tuan Gadang Batipuah.
tujuh jurus, yaitu sambah, pancuang sauleh, sauak
aia, cucuak tigo liang, sandaran parian, guliang, KAJIAN TEORI
seka. Pemecahan dari masalah tersebut diperlukan pendapat
teori-teori yang berkaitan yaitu Soedarsono, yang
Rafael Raga Maran mengatakan bahwa, dalam sebuah menjelaskan bahwa fungsi seni pertunjukan dalam
kreatifitas kegiatan tersebut tidak terlepas dari kehidupan masyarakat menempatkan salah satu bentuk
kebudayaan dan kreatifitas masyarakat setempat, seni pertunjukan yang lebih penting dari masyarakat
demikian juga tari menghasilkan nilai-nilai kreatif yang lain, dan ada dua fungsi utama dari tari yaitu
tidak terlepas dari masyarakat pendukung, rutinitas, untuk tujuan-tujuan magis dan sebagai tontonan
maupun lingkungan sendiri (Rafael, 2000:52). Hal (Soedarsono, 2002:121). Sedangkan Mursal Esten
demikian mengungkapkan gagasan atau perasaan mengatakan suatu bentuk kesenian akan bisa hidup
manusia melalui bentuk karya, diantaranya adalah dan berkembang apabila kesenian tersebut dibutuhkan
dalam bentuk karya seni tari yaitu tari Garigiak yang masyarakatnya. Apabila masyarakat tidak
ada di Jorong Balai Sabuah Nagari Batipuah Ateh. membutuhkan lagi maka mustahil kesenian itu akan
Berdasarkan pernyataan diatas tari Garigiak hidup dan berkembang apapun usaha yang dilakukan
merupakan hasil kreativitas anak kemenakan Tuan untuk perkembangannya (Mursal, 1993:52). Untuk
Gadang Batipuah serta Masyarakat setempat. mengkaji munculnya produk baru dengan pijakan dari
budaya yang sudah ada maka digunakan teori adaptasi

Disubmit 10 Maret 2019, direview 28 Maret 2019, dipublish 10 April 2019.


138
Gorga Jurnal Seni Rupa
Volume 08 Nomor 01 Januari-Juni 2019
p-ISSN: 2301-5942 | e-ISSN: 2580-2380
oleh Julie Sandres. Teori adaptasi digunakan untuk kaum, suku, dan rumah gadang. Silek sebelum Agama
mengkaji bagaimana proses terbentuknya budaya baru Islam masuk ke ranah Minangkabau merupakan
yang diakibatkan oleh proses adaptasi tersebut. Teori beladiri yang tidak hanya sekedar melumpuhkan
adaptasi ini didukung dengan teori cultural lawan tetapi juga mematikan, maka dari itu jarang
appropriation, untuk menunjukan bahwa suatu diperlihatkan secara umum. Setiap guru silek yang
kebudayaan barumuncul karena ada proses mengajar ditempat umum selalu mendapatkan lawan,
peminjaman budaya dari budaya lain (Sandres, 2006: sehingga tempat latihan silek dinamakan sasaran
2-3). dikarenakan tempat latihan silek ditempat semestinya
atau tempat yang tepat. Tempat tersebut diantaranya,
METODE PENELITIAN rumah gadang, kandang peliharaan, parak, atau hutan
Metode penelitian merupakan suatu cara atau teknik yang jauh dari pemukiman penduduk. Di samping itu
dalam mencapai tujuan dari penelitian. Penelitian ini dalam perkembangannya, beladiri pencak silat tidak
bersifat kualitatif menggunakan metode deskriptif lagi hanya sebagai pertahanan diri tetapi telah menjdi
analisis, dimana memfokuskan kepada objek tari salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan.
Garigiak yang merupakan manifestasi dari gerak Silek
Parian yang ada di Istano Tuan Gadang Batipuah. Silek yang berasal dari Jorong Balai Sabuah ini adalah
Tahap pengumpulan data yang penulis lakukan adalah silek Parian yang merupakan seni tradisi masyarakat
dengan cara mencari sumber-sumber dan referensi Nagari Batipuah Ateh Kabupaten Tanah Datar yang
yang ada pada buku cetak, jurnal, dan laporan skripsi merupakan salah satu budaya non bendawi. Silek
yang mengacu pada pembahasan penelitian dengan Parian dibawa oleh rombongan Tuan Gadang
mengawali turun langsung ke lapangan untuk Batipuah dari Pariangan Koto Batu ke Nagari
melakukan survey mengenai objek yang akan diteliti. Batipuah. Hadirnya silek Parian memiliki peran
Peneliti bertemu langsung dan melakukan wawancara penting di tengah masyarakat dalam pembentukan
dengan beberapa narasumber yang mengetahui lebih karakter generasi muda yang lebih baik dan
jelas tentang Silek Parian sekaligus tari Garigiak. merupakan sumber cipta produk kesenian baru di
Wawancara dilakukan kepada nara sumber yang Istano Tuan Gadang Batipuah seperti tari Garigiak.
diawali dari informasi yang didapat dari masyarakat
yang ada disana. Menyiapkan kisi-kisi pertanyaan Menurut masyarakat setempat gerak tari Garigiak ini
yang akan diajukan kepada nara sumber yang didasari bersumberkan dari gerak silek Parian yang
kepada relevansinya dengan objek kajian penulis yaitu berkembang di Kecamatan Pariangan Kabupaten
tari Garigiak. Wawancara dilakukan secara formal dan Tanah Datar. Dikatakan silek Parian adalah, karena
informal, sengaja atau tidak disengaja dan dibantu silat tersebut menggunakan parian sebagai senjata
dengan handphone. Data yang telah dikumpulkan dari dalam melawan musuh yang datang. Parian adalah
hasil wawancara maupun referensi yang didapat pada suatu alat yang terbuat dari bambu, biasanya alat ini
tahap berikutnya akan dipilah-pilah dan disusun digunakan masyarakat setempat sebagai alat pembawa
berdasarkan keperluan penulisan hingga akhirnya air dari pincuran ke rumah untuk kebutuhan sehari–
menjadi sebuah laporan tertulis sesuai dengan hari, seperti minum, memasak nasi, dan bahkan untuk
sistematis penulisan laporan penelitian. mandi. Namun dalam silek Parian, alat ini digunakan
sebagai pengganti senjata untuk menghadapi lawan,
HASIL DAN PEMBAHASAN sehingga silek yang ada di Batipuah Ateh tersebut
1.Hasil terkenal dengan nama silek Parian, oleh masyarakat
Minangkabau merupakan daerah yang memiliki ragam Jorong Balai Sabuah parian disebut juga garigiak.
budaya, keberagaman seni tersebut hadir dan
Tari Garigiak adalah sebuah pertunjukan tari yang
dikembangkan oleh masyarakat pemiliknya. Salah
geraknya menggunakan properti garigiak. Pertunjukan
satunya Nagari Batipuah Ateh, khususnya Jorong
tari tersebut menggambarkan kehidupan masyarakat
Balai Sabuah memiliki beragam jenis kesenian
pendukungnya yaitu aktivitas sehari-hari dalam
diantaranya Randai, tari Gadih Basanai, tari
mengambil air dari pincuran ke rumah masing-
Bangkiah, tari Piriang, tari Garigiak dan Silek.
masing. Dalam pertunjukannya, garigiak selalu
digunakan pada setiap gerak tari tersebut sehingga tari
Tradisi silek diturunkan secara lisan yang menyebar
ini dikenal dengan tari Garigiak.
dari mulut kemulut dan diajarkan dari guru ke murid,
sehingga catatan tertulis mengenai asal mula silek sulit
ditemukan. Silek selain ilmu beladiri, juga merupakan
sarana pendidikan yang dilakukan turun temurun oleh

Disubmit 10 Maret 2019, direview 28 Maret 2019, dipublish 10 April 2019.


139
Gorga Jurnal Seni Rupa
Volume 08 Nomor 01 Januari-Juni 2019
p-ISSN: 2301-5942 | e-ISSN: 2580-2380
2.Pembahasan karena jika tidak maka tidak akan menimbulkan efek
Kerajaan minangkabau yang menganut sistim karena lahirnya silek merupakan latar belakang dari
matrilineal atau menurut garis keturunan ibu, dan pertahanan diri. Selain merupakan beladiri, juga
dipimpin oleh rajo tigo selo beserta ampek basa merupakan sumber cipta kesenian tari Garigiak di
ampek balai – lima dengan tuan gadang batipuah. Istano Tuan Gadang Batipuah. Lahirya tari ini
Merupakan kelanjutan perwujudan suatu perjalanan merupakan wujud rasa kasihan terhadap kesedihan
masa atau suatu perjalanan kurun waktu sebuah Tuan Gadang Batipuah pada masa terbakarnya Istano
kerajaan tertua yang pertama di Alam Minangkabau Tuan Gadang Batipuah. Melihat latihan silek yang
ini, yaitu yang terletak di Pariangan. Adapun kerajaan dilakukan pasukan Tuan Gadang Batipuah setiap
tertua tersebut adalah kerajaan Pasamayam Koto Batu malamnya dengan sembunyi-sembunyi, menimbulkan
di Lagundi Nan Baselo Pariangan. Pada masa inspirasi anak kemanakan Tuan Gadang Batipuah
kekuasaan itu hanya mempunyai dua buah suku di untuk menciptakan sebuah karya baru untuk
dalam kerajaan tersebut, yaitu suku melayu dan suku menghibur Tuan Gadang Batipuah.
koto.
Untuk mengkaji munculnya produk baru dengan
Pada saat pusat kerajaan Pasamayam Koto Batu di pijakan dari budaya yang sudah ada maka digunakan
Langgundi Nan Baselo Pariangan, dipimpin oleh Tuan teori adaptasi oleh Julie Sandres. Teori adaptasi
Gadang dengan gelar Datuak Pamuncak Alam. Setelah digunakan untuk mengkaji bagaimana proses
berjalannya beberapa waktu ke waktu, timbullah niat terbentuknya budaya baru yang diakibatkan oleh
yang akhirnya merupakan suatu keputusan untuk proses adaptasi tersebut. Teori adaptasi ini didukung
memeperluas daerah serta mengembangkan sistem dengan teori cultural appropriation, untuk
yang telah ada dalam struktur kepemerintahan menunjukan bahwa suatu kebudayaan barumuncul
kerajaan ke daerah sebelah matohari mati. karena ada proses peminjaman budaya dari budaya
lain. Teori adaptasi digunakan untuk melihat
Setelah daerah tersebut ditempati dibawah transformasi yang terjadi dalam silek Parian menjadi
kepemimpinan Datuak Pamuncak Alam ( setelah itu tari Garigiak yang ditampilkan di dalam acara-acara
bergelar Tuan Gadang batipuah). Maka terbuatlah adat yang dihadirkan di dalam Gaduang. Hal ini dapat
sebuah nagari yang diberi nama Nagari Batipuah dan dilihat dengan penggunaan gerak, iringan, dan properti
didirikanlah sebuah kerajaan yang disebut dengan pada tari garigiak yang diambil dari gerak, iringan,
Istano Tuan Gadanag Batipuah. Tanggal 24 Februari dan properti beladiri silek Parian. Sedangkan kostum
1841, merupakan hal yang paling bersejarah dimana yang digunakan dalam tari Garigiak sangatlah berbeda
pada hari tersebut terjadi awal perang Batipuh. dengan kostum silek Parian.
Dimana terjadilah serangan mendadak oleh pasukan
Tuan Gadang Batipuh terhadap gudang senjata Melihat kelincahan dan keindahan langkah-langkah
pemerintah Belanda di Guguak Malintang silek Parian, muncullah keinginan dan inspirasi
Padangpanjang. pencipta melahirkan sebuah kesenian baru yang
disusun rapi sehingga terbentuklah produk baru yang
Pada tahun 1959 ( semasa pemberontakan PRRI) diberi nama tari Garigiak.. Tari Garigiak tidak jauh
terjadilah pembalasan serangan balik dan di bakarnya berbeda dengan silek parian, yang mana sama-sama
Istano Tuan Gadang Batipuah di Jorong Balai Sabuah menggunakan properti bambu, hanya saja dalam silek
Nagari Batipuah Ateh, dan dari sinilah lahirnya tari parian merupakan senjata namun dalam tarian
Garigiak yang mana merupakan transformasi dari merupakan properti yang disebut Garigiak. Jika
silek Parian yang merupakan beladiri bambu runcing diperhatikan gerak tari Garigiak tidak jauh berbeda
pada saat tersebut. Parian merupakan empat ruas dengan silek Parian, bila silek Parian menggunakan
bambu yang digunakan masyarakat Jorong Balai tenaga maka tari Garigiak lebih mengutamakan
Sabuah khususnya, sebagai alat pembawa air dari keindahan karena geraknya sudah di stilisasi.
pincuran untuk kebutuhan sehari-hari, yang mana alat
ini disebut dengan nama Garigiak oleh masyarakat Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya,
Batipuah. bahwa gerak tari Garigiak merupakan gerak tari yang
berakar dari gerak pencak silat yang tumbuh dan
Silek Parian adalah seni beladiri murni, sehingga
berkembang di Istano tuan Gadang Batipuah yaitu
setiap gerak mempunyai tujuan. Aspek keindahan
silek Parian. Tari Garigiak dan silek Parian tidak
gerak dalam konteks seni beladiri hanya efek dari
bisa dipisahkan dikarenakan sangat berkaitan erat.
gerak yang dilakukan secara maksimal. Gerak dalam
Silat merupakan gerak yang digunakan dalam
silek Parian membutuhkan tenaga yang relative besar,

Disubmit 10 Maret 2019, direview 28 Maret 2019, dipublish 10 April 2019.


140
Gorga Jurnal Seni Rupa
Volume 08 Nomor 01 Januari-Juni 2019
p-ISSN: 2301-5942 | e-ISSN: 2580-2380
pertarungan dan beladiri sesungguhnya. Sedangkan menjadi sebuah tarian Istano tarian ini dahulunya
pencak merupakan gerak yang digunakan untuk berfungsi sebagai hiburan pada acara-acara adat yang
melatih kelenturan, namun tari jika gerakannya dihadirkan di dalam gaduang Tuan Gadang Batipuah,
digunakan untuk mendapatkan kenikmatan dari seperti yang dikatakan Soedarsono bahwa seni
keindahan bentuknya. Bila diperhatikan tari Garigiak pertunjukan dalam kehidupan masyarakat
merupakan gerak yang di ambil dari gerak silek menempatkan salah satu bentuk seni pertunjukan yang
Parian yang dikembangkan menjadi sebuah tarian. lebih penting dari masyarakat yang lain, dan ada dua
Akan tetapi sudah mengalami penambahan, fungsi utama dari tari yaitu untuk tujuan-tujuan magis
pengurangan, dan perubahan ke aliran lain. dan sebagai tontonan (Soedarsono, 2002:121). Namun
tarian ini pada awalnya tari hiburan untuk kerajaan,
Berkaitan dengan bentuk, tari Garigiak memiliki el- hanya saja seiring berjalannya waktu tarian ini sudah
emen-elemen tari secara utuh seperti rangkaian gerak ditampilkan diluar gaduang (ganti Istano yang
yang mencerminkan aktivitas sehari-hari masyarakat dibakar) dan sudah menjadi hiburan rakyat. Dalam hal
Jorong Balai Sabuah. Seperti yang disampaikan Y. ini gerakan tari Garigiak merupakan hasil
Sumandiyo Hadi, “bahwa bentuk merupakan wujud transformasi dari gerakan silek Parian yang distilisasi
yang diartikan sebagai hasil dari berbagai elemen- oleh penciptanya sehingga melahirkan sebuah produk
elemen tari tari yaitu gerak, musik, kostum, rias, baru yaitu karya seni yang menghasilkan estetika atau
properti, penari dan tempat pertunjukan” (Sumandiyo, keindahan. Terkait dengan konteks suatu karya harus
2007:24). Suatu bentuk pertunjukan tari tidak terlepas memiliki estetika, baik estetika beladiri pada silek
dari aspek–aspek yang mendukungnya. Begitu juga Parian dan estetika seni tari pada tari Garigiak yang
dengan pertunjukan tari Garigiak di Istano Tuan membedakan antara tari dan beladiri.
Gadang Batipuah, bahwa keutuhan elemen-elemen
tersebut mengambarkan bentuk pertunjukan tari secara KESIMPULA DAN SARAN
keseluruhan. 1.Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, tari Garigiak
Tari Garigiak merupakan sebuah karya seni yang
merupakan transformasi gerak yang diadaptasi dari
muncul di Istano Tuan Gadang Batipuah
jurus silek Parian yang mengalami perubahan,
mengindikasikan adanya proses adaptasi dan
penambahan, serta pengurangan gerak. Jika silek
apropriasi dari silek Parian. Tari Gariggiak
Parian menggunakan tenaga, maka tari Garigiak lebih
merupakan produk hasil dari apropriasi yang masih
mengutamakan keindahan karena geraknya sudah
mempertahankan bentuk silek Parian karena hasi dari
mengalami proses stilisasi dan proses distorsi. Proses
proses adaptasi silek Parian. Berdasarkan keterangan
ini dilakukan untuk memdapatkan sebuah hasil
di atas terlihat adanya terjadi transformasi pada silek
garapan baru yang memiliki estetika yang diinginkan.
Parian yang terbagi atas tekstual dan kontekstual.
Sehingga pada tekstual dikaji dengan teori adaptasi
Bentuk transformasi yang terjadi dalam silek Parian
karena tari Garigiak masih mempertahankan bentuk
mempunyai bentuk tersendiri, hal ini dikarenakan
silek Parian. Sedangkan kontekstual dikaji dengan
gerak-geraknya sudah memiliki komposisi gerak dan
teori apropriasi.
estetika yang tidak lagi berbentuk jurus-jurus 78
Secara teks silek Parian mengalami perubahan pada melainkakan sudah tertata membentuk suatu
bentuk pertunjukannya, seperti gerak, kostum, tempat koreografi. Dilihat secara kontekstualnya,
pertunjukan, dan waktu pertunjukan. Namun dalam transformasi yang terjadi yaitu perubahan fungsi serta
tari Garigiak tetap mempertahankan dasar gerak silek makna dari beladiri menjadi hiburan. Perubahan
Pariannya dan properti yang digunakan sebagai estetika dalam tari Garigiak sangat terlihat jelas jika
senjata untuk beladiri yang menjadikan salah satu ciri dalam garapannya ada gerak berpasangan seperti
khas yang membuat berbeda dengan aliran silek pertarungan, namun disini memiliki estetika yang
lainnya. berbeda sehingga ada suatu kenikmatan yang
didapatkan oleh si penonton.
Jika dilihat dari analisis konteksnya, silek Parian
merupakan salah satu aliran silek yang murni sebagai 2.Saran
pertahanan diri terhadap apapun serangan yang Berkaitan dengan penelitian Transformasi pencak silat
datang, baik dari alam dan lingkungan sekitar. Parian menjadi tari Garigiak Di Istano Tuan Gadang
Transformasi tidak hanya terjadi pada bentuknya saja, Batipuah Kecamatan Batipuah Kabupaten Tanah
melainkan juga fungsi dan makna yang terkandung Datar, penulis berharap pemerintah untuk tetap
didalamnya. Seperti pada awalnya ketika sudah berperan terhadap kebudayaan yang ada di nagari

Disubmit 10 Maret 2019, direview 28 Maret 2019, dipublish 10 April 2019.


141
Gorga Jurnal Seni Rupa
Volume 08 Nomor 01 Januari-Juni 2019
p-ISSN: 2301-5942 | e-ISSN: 2580-2380
Batipuah Ateh khususnya tari Garigiak, hendaknya
juga dijadikan sebagai promosi pariwisata di
Kabupaten Tanah Datar. Kepada generasi penerus
yang ada di nagari Batipuah ateh untuk tetap
mencintai dan melestarikan tari Garigiak sebagai
salah satu kebudayaan yang mereka miliki. Karena
tarian ini merupakan kesenian yang bersejarah yang
hadir pada masa perperangan PRRI yang menjadi
tarian Istano bagi Keluarga Besar Tuan Gadang
Batipuah.

DAFTAR RUJUKAN
Edi Sedyawati. (1987). Peranan Arkeologi Dalam
Studi Sejarah Kesenian Indonesia, Jakarta:
Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.
Esten, Mursal.(1993). Minangkabau Tradisi dan
Perubahan. Padang: Angkasa Raya.
Rafael Raga Maran. (2000). Manusia dan
Kebudayaan dalam Perspektif Ilmu Budaya
dasar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Sandres, Julie. (2006). Adaptation and appropriation
New Critical Idiom. USA & Canada:
Routledge.
Soedarsono. (2002). Seni Pertunjukan Indone sia di
Era globalisasi. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Sumandiyo Hadi. (2007). kajian tari teks dan konteks.
Yogyakarta: Pustaka Book Publisher.

Disubmit 10 Maret 2019, direview 28 Maret 2019, dipublish 10 April 2019.


142

Anda mungkin juga menyukai