Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN KASUS

Seorang Anak Laki-Laki 5 Tahun Dengan Kejang Demam


Simpleks

Disusun oleh :
dr. Nadya Sahnaz

Pembimbing :
dr. Ridhona Fajar Sari

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA

RS ROEMANI MUHAMMADIYAH

KOTA SEMARANG

2021
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan kasus yang disusun oleh :

Nama : dr. Nadya Sahnaz

Judul : Seorang Anak Laki-Laki 5 Tahun dengan Kejang Demam Simpleks

Dipresentasikan : Selasa, 27 Juli 2021

Telah disetujui dan disahkan sebagai persyaratan yang diperlukan untuk kelengkapan
tugas Program Internship Dokter Indonesia.

Disahkan oleh :

Pendamping Program Internship Dokter indonesia

RS Roemani Muhammadiyah Semarang

dr. Ridhona Fajar Sari


STATUS PASIEN

I. Identitas Pasien
• MR No. : 58-86-xx
• Nama : An. MY
• Umur : 5 tahun
• Jenis kelamin : laki-laki
• Agama : islam
• Alamat : Jl. Wonodri baru no.75, Semarang

II. Identitas Orang Tua


Ayah Ibu
Nama Tn. H Ny. S
Umur 29 thn 26 thn
Pekerjaan Wiraswasta Ibu rumah tangga
Agama Islam Islam
Perkawinan 1 1
Hubungan dengan orang tua : anak kandung

III. Anamnesa

Keluhan Utama :
Kejang

Keluhan tambahan :
Demam dan batuk

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang dibawa oleh orang tuanya ke UGD RS Roemani dengan keluhan
kejang sejak kurang lebih 1 jam sebelum masuk RS. Kejang yang terjadi
sebanyak 1 kali. Lamanya kejang sekitar 2-3 menit. Saat kejang tangan pasien
kanan dan kiri mengepal dan kedua lengan atas dan kedua tungkai bawah bergetar
seperti orang menggigil. mata tidak mendelik keatas, pasien seperti menyeringai,
tidak keluar busa dari mulut pasien dan lidah tidak tergigit. Saat kejang pasien
tidak sadar dan setelah kejang pasien sadar tapi badannya menjadi lemes. Ibu
pasien mengaku sebelum kejang pasien mengalami demam tetapi tidak terlalu
tinggi. Dan ini merupakan serangan kejang yang kedua, serangan pertama waktu
umur pasien 1 tahun setengah.

Demam terjadi sejak kurang lebih 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam
muncul tiba-tiba dan dirasakan terus menerus tetapi tidak terlalu tinggi. Tetapi
pasien tetap membawa anaknya berobat ke klinik dan diberi obat penurun panas
namun tidak ada perbaikan. Setelah itu pasien ke dokter umum lagi yang biasa
diberi obat panas tetapi di suruh minum obatnya 5 jam lagi karena pasien baru
minum obat panas dari klinik. Tetapi tidak lama kemudian pasien kejang dan di
bawa ke klinik dekat rumah dan kemudian setelah sadar baru pasien di bawa ke
RS.

Pasien juga batuk sejak kurang lebih 1 hari sebelum masuk RS bersamaan dengan
demam. Batuknya tidak berdahak. batuknya jarang dan tidak menentu. Tidak ada
pilek, sakit telinga maupun cairan yang keluar dari telinga. Buang air besar dan
air kecil tidak ada keluhan.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien pernah mengalami kejang yang didahului demam pada umur 1 tahun
setengah dan pernah sakit campak waktu umur 1 tahun.
Penyakit Umur Penyakit Umur Penyakit Umur
Alergi - Difteri - Peny. Jantung -
Cacingan - Diare - Peny. Ginjal -
Demam berdarah - Kejang 1.5 thn Peny. Darah -
demam
Demam tifoid - Kecelakaan - Radang Paru -
Otitis - Morbili 1 thn Tuberculosis -
Parotitis - Operasi - Asma -
Riwayat Penyakit Keluarga
Kedua orangtua pasien tidak memiliki riwayat kejang demam pada masa kanak
kanaknya. Tetapi kakak perempuan dari ibu memunyai riwayat kejang demam
waktu umur 1 tahun.

Riwayat Kehamilan :
Ibu pasien memeriksakan kehamilannya kebidan, namun tidak setiap bulan.
Sakit selama hamil (-), demam (-), kuning (-), keputihan (-), perut tegang (-),
BAK sakit dan anyang-anyangan (-), kencing manis (-), dan darah tinggi (-).

Riwayat Kelahiran :
Cara lahir : spontan
Tempat lahir : rumah bersalin
Ditolong oleh : bidan
Masa gestasi : cukup bulan
Berat lahir : 3400 gram
Panjang lahir : 50 cm
Lahir normal, langsung nangis, sianosis (-), kejang (-)

Kelainan bawaan :
(-)

Riwayat imunisasi :
Ibu pasien mengaku rutin membawa anaknya untuk imunisasi sesuai jadwal.
Vaksin Umur
0 bulan 1 bulan 2 bulan 4 bulan 6 bulan 9 bulan 18 bulan
BCG √
DPT √ √ √ √
Polio √ √ √ √ √
Campak √
Hepatitis B √ √

Riwayat tumbuh kembang:


• Pertumbuhan gigi pertama : 6 bulan
• Gangguan perkembangan mental : Tidak ada
• Psikomotor :
* Duduk : 8 bulan
* Berdiri : 9 bulan
* Berjalan : 13 bulan

Riwayat makanan :
 ASI sejak lahir sampai umur 20 bulan
Frekuensi 4-6 kali perhari
 Makan pisang sejak umur 1 bulan
Frekuensi 2 hari sekali
 Makan nasi tim umur 6 bulan
Frekuensi 2 kali sehari

Kesimpulan : kualitas dan kuantitas cukup


IV. PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal 15 Mei 2021
 Keadaan umum : Tampak sakit sedang, tidak sesak
 Kesadaran : kompos mentis
 Frekwensi Nadi : 120 x/menit (reguler,kuat angkat)
 Frekwensi Pernafasan : 26 x/menit (reguler) , SpO2 98%
 Suhu tubuh : 38,9 °C
 Data Antropoemetri
√ Berat Badan : 16 kg
√ Tinggi Badan : tidak diketahui
 Kepala
• Kepala : bulat, normocephli
• Rambut : Hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut
• Mata : Konjungtiva tidak pucat,
sklera tidak ikterik, pupil isokor, simetris,
refleks cahaya +/+, edem palpebra -/-
• Telinga : Normotia,liang telinga lapang/lapang, serumen -/-,
sekret -/-
• Hidung : Lapang, sekret -/-, deviasi septum (-),
pernafasan cuping hidung (-)
• Bibir : Mukosa bibir kering, sianosis (-)
• Gigi geligi : tidak ada kelainan
• Lidah : tidak kotor
• Tonsil : T1 – T1, tenang : tenang, tidak hiperemis
• Faring : tidak hiperemis
• Leher : Kelenjar Getah bening tidak teraba membesar

Toraks
• Inspeksi : Pergerakan dinding dada kiri dan kanan simetris
Retraksi (-)
• Palpasi : Vokal fremitus kiri dan kanan sama
• Perkusi : Perkusi perbandingan kiri dan kanan sama sonor
• Auskultasi : Bising napas dasar vesikuler
Ronki -/-, Wheezing -/-
Bunyi Jantung I dan II normal, murmur (-), gallop (-)

Abdomen
• Inspeksi : Perut tampak datar
• Auskultasi : Bising usus (+) normal : 4x/menit
• Palpasi : supel, nyeri tekan (-), undulasi (-), turgor kembali cepat,
limpa dan hepar tidak teraba membesar
• Perkusi : Timpani, nyeri ketok (-), pekak alih (-)
Kulit : ikterik (-), petechie (-)
Ekstremitas : Bentuk biasa, deformitas (-),Akral hangat,
sianosis tidak ada, capillary refill < 2 detik

IV. Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan Laboratorium 15 Mei 2021
Jenis Pemeriksaan Hasil
 Leukosit  2140
 HB  10.5
 Hematokrit  30.6
 Trombosit  222
 Neutrofil  76.0
 Limfosit  12.0
 Monosit  11.9
 Eosinofil  0.0
 Basofil  0.1

V. RESUME
Pasien datang dibawa oleh orang tuanya dengan keluhan kejang yang terjadi sebanyak 1
kali. Lamanya kejang sekitar 2-3 menit. Saat kejang tangan pasien kanan dan kiri
mengepal dan kedua lengan atas dan kedua tungkai bawah bergetar seperti orang
menggigil. mata tidak mendelik keatas, pasien seperti menyeringai, tidak keluar busa dari
mulut pasien dan lidah tidak tergigit. Saat kejang pasien tidak sadar dan setelah kejang
pasien sadar tapi badannya menjadi lemes. Ibu pasien mengaku sebelum kejang pasien
mengalami demam tetapi tidak terlalu tinggi. Dan ini merupakan serangan kejang yang
kedua, serangan pertama waktu umur pasien 1 tahun setengah. ± 1 hari SMRS pasien
demam dan batuk.
VI. Diagnosa Kerja
• Kejang demam sederhana
• ISPA

VII. Diagnosa Banding


• Kejang demam kompleks
VIII. Penatalaksanaan
- Rawat inap
• Diet : biasa
• Terapi :
- Inf RL 20 tpm
- Inj. Cefotaxime 3x500mg
- Inj. Dexamethasone 3x1/3 amp,
-Inj. Ranitidine 2x15 mg,
- Inj. Diazepam 7,5 mg (IV pelan bila kejang),
- Inf. Paracetamol 4x15cc (bila suhu >38)
-PO : Paracetamol syr 3x1 ½ cth bila suhu kurang dari 38, Asam valproate syr 3x1 cth,
dextamine syr 3x1 cth

IX. PEMERIKSAAN ANJURAN


 Elektrolit ulang
 EEG setelah 1 minggu bebas demam  untuk mencari penyebab lain dari kejang

X. PROGNOSIS
 Ad Vitam : Dubia ad bonam
 Ad Fungsionam : Dubia ad bonam
 Ad Sanationam : Dubia ad bonam
FOLLOW UP

TANGGAL PERJALANAN PENYAKIT PENATALAKSANAAN


15/05/2021 S : Pasien datang dibawa oleh orang P :

(13.15) tuanya ke UGD RS Roemani dengan Menghubungi dr. Azizah


keluhan kejang sejak kurang lebih 1 Sp.A /telfon lapor pasien baru

jam sebelum masuk RS. Kejang yang Isi perintah:

terjadi sebanyak 1 kali. Lamanya - Pamol supp 250 mg 3/4


kejang sekitar 2-3 menit. Saat kejang - Infus RL 20 tpm
tangan pasien kanan dan kiri - Pro rawat inap
mengepal dan kedua lengan atas dan - Acc rawat ruang biasa
kedua tungkai bawah bergetar seperti
orang menggigil. mata tidak
mendelik keatas, pasien seperti
menyeringai, tidak keluar busa dari
mulut pasien dan lidah tidak tergigit.
Saat kejang pasien tidak sadar dan
setelah kejang pasien sadar tapi
badannya menjadi lemes. Ibu pasien
mengaku sebelum kejang pasien
mengalami demam tetapi tidak
terlalu tinggi. Dan ini merupakan
serangan kejang yang kedua,
serangan pertama waktu umur pasien
1 tahun setengah. ± 1 hari SMRS
pasien demam dan batuk.

O:

A: clear

B: RR: 24x/mnt SaO2: 98%

C: HR 120x/mnt T 38,9 C

D: GCS 15

NLR : 6,33 ALC : 256

A:

Kejang demam simpleks

ISPA

15/05/2021 S : Pasien sudah tidak kejang(-), P:


(17.45) demam turun, batuk berkurang, mau - Inf RL 20 tpm
makan dan minum - Inj. Cefotaxime 3x500mg
O: - Inj. Dexamethasone 3x1/3
A: clear amp,
-Inj. Ranitidine 2x15 mg,
B: RR: 24x/mnt SaO2: 98% - Inj. Diazepam 7,5 mg (IV
pelan bila kejang),
C: HR 118x/mnt T 37,6 C - Inf. Paracetamol 4x15cc (bila
suhu >38)
D: GCS 15
-PO : Paracetamol syr 3x1 ½
A: cth bila suhu kurang dari 38,
Asam valproate syr 3x1 cth,
Kejang demam simpleks dextamine syr 3x1 cth

ISPA

16/05/2021 S : Panas sudah tidak tinggi, kejang P:


(15.05) (-) - PO :Paracetamol syr 3x1 cth
O: bila suhu kurang dari 38,
Asam valproate syr 3x1 cth,
KU dextamine syr 3x1 cth
A: clear - Terapi lain-lain lanjut
B: RR: 22x/mnt SaO2: 99%

C: HR 110x/mnt T 37,1 C

D: GCS 15

A:

Kejang demam simpleks

ISPA

17/05/2021 S : Ibu pasien mengatakan anak P:


(09.30) sudah tidak ada keluhan, panas (-), - Pasien boleh pulang, kontrol
kejang (-), batuk (-) ke poli anak 1 minggu lagi
O:
Obat pulang :
KU Cefadroxil forte syr 3x1 cth,
A: clear Asam valproate syr 2x1 cth,
Pamol syr 3x1 cth (bila
B: RR: 20x/mnt SaO2: 99% demam)

C: HR 110x/mnt T 36,8 C

D: GCS 15

A:
Kejang demam simpleks

ISPA
TINJAUAN PUSTAKA

KEJANG DEMAM

DEFINISI

Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada suhu badan yang tinggi. Suhu
badan yang tinggi ini disebabkan oleh kelainan ekstrakranial. (1) Kejang demam dapat juga
didefinisikan sebagai kejang yang disertai demam tanpa bukti adanya infeksi intrakranial,
kelainan intrakranial, kelainan metabolik, toksin atau endotoksin seperti neurotoksin
Shigella.(7) Kejang demam pertama kali pada anak biasanya dihubungkan dengan suhu
yang lebih dari 38ºC, usia anak kurang dari 6 tahun, tidak ada bukti infeksi SSP maupun
ganguan metabolic sistemik akut.(3)

Pada umumnya kejang demam terjadi pada rentang waktu 24 jam dari awal mulai
demam(1). Pada saat kejang anak kehilangan kesadarannya dan kejang dapat bersifat fokal
atau parsial yaitu hanya melibatkan satu sisi tubuh, maupun kejang umum di mana
seluruh anggota gerak terlibat. Bentuk kejang dapat berupa klonik, tonik, maupun tonik-
klonik. Kejang dapat berlangsung selama 1-2 menit tapi juga dapat berlangsung lebih dari
15 menit (1,8).

EPIDEMIOLOGI

Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang terjadi pada 2-4 % populasi
anak berusia 6 bulan-5 tahun dan 1/3 dari populasi ini akan mengalami kejang berulang
(4)
. Kejang demam dua kali lebih sering terjadi pada anak laki-laki dibandingkan dengan
anak perempuan (1).

ETIOLOGI

Etiologi dan patogenesis kejang demam sampai saat ini belum diketahui, akan
tetapi umur anak, tingginya dan cepatnya suhu meningkat mempengaruhi terjadinya
kejang (1). Faktor hereditas juga mempunyai peranan yaitu 8-22 % anak yang mengalami
kejang demam memiliki orangtua yang memiliki riwayat kejang demam pada masa
kecilnya (1).

Kejang demam biasanya diawali dengan infeksi virus atau bakteri. Penyakit yang
paling sering dijumpai menyertai kejang demam adalah penyakit infeksi saluran
pernapasan, otitis media, dan gastroenteritis (6).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Prof. Dr. dr. Lumantobing pada 297
anak penderita kejang demam, infeksi yang paling sering menyebabkan demam yang
akhirnya memicu serangan kejang demam adalah tonsillitis/faringitis yaitu 34 %.
Selanjutnya adalah otitis media akut (31 %) dan gastroenteritis (27%) (1).

PATOFISIOLOGI (1,5)

Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion
kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh natrium (Na+). Akibatnya konsentrasi K+ dalam
sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah. Keadaan sebaliknya terjadi di luar sel
neuron. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel maka
terdapat perbedaan potensial yang disebut potensial membran dari sel neuron. Untuk
menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi yang berasal dari
glukosa yang melalui proses oksidasi oleh oksigen.

Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan


metabolisme basal 10%-15% dan meningkatnya kebutuhan oksigen sebanyak 20%.
Akibatnya terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel otak dan dalam waktu
singkat terjadi difusi dari ion kalium dan ion natrium melalui membran, sehingga terjadi
lepasnya muatan listrik. Lepasnya muatan listrik yang cukup besar dapat meluas ke
seluruh sel maupun membran sel di dekatnya dengan bantuan neurotransmiter dan
menyebabkan terjadinya kejang.

Setiap anak memiliki ambang kejang yang berbeda tergantung dari tinggi
rendahnya ambang kejang seorang anak menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu.
Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang dapat terjadi pada suhu 38 oC,
sedangkan pada anak dengan ambang kejang tinggi kejang baru dapat terjadi pada suhu
40oC atau lebih.

Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya. Tetapi
pada kejang yang berlangsung lama biasanya disertai terjadinya apnoe sehingga
kebutuhan oksigen untuk otak meningkat dan menyebabkan terjadinya kerusakan sel
neuron otak yang berdampak pada terjadinya kelainan neurologis.

MANIFESTASI KLINIS

Kejang demam dapat dimulai dengan kontraksi yang tiba-tiba pada otot kedua sisi
tubuh anak. Kontraksi pada umumnya terjadi pada otot wajah, badan, tangan dan kaki.
Anak dapat menangis atau merintih akibat kekuatan kontraksi otot. Kontraksi dapat
berlangsung selama beberapa detik atau beberapa menit. Anak akan jatuh apabila sedang
dalam keadaan berdiri, dan dapat mengeluarkan urin tanpa dikehendakinya (1).

Anak dapat muntah atau menggigit lidahnya. Sebagian anak tidak bernapas dan
dapat menunjukkan gejala sianosis (1).

Pada akhirnya kontraksi berhenti dan digantikan oleh relaksasi yang singkat.
Kemudian tubuh anak mulai menghentak-hentak secara ritmis (pada kejang klonik),
maupun kaku (pada kejang tonik). Pada saat ini anak kehilangan kesadarannya dan tidak
dapat merespon terhadap lingkungan sekitarnya (8).

KLASIFIKASI

Klasifikasi kejang demam menurut Livingstone (1)

A. Kejang Demam Sederhana:


1. Kejang bersifat umum
2. Lamanya kejang berlangsung singkat (kurang dari 15 menit)
3. Usia saat kejang demam pertama muncul kurang dari 6 tahun
4. Frekuensi serangan 1-4 kali dalam 1 tahun
5. Pemeriksaan EEG normal
B. Epilepsi yang Dicetuskan oleh Demam:
1. Kejang berlangsung lama atau bersifat fokal
2. Usia penderita lebih dari 6 tahun saat serangan kejang demam yang pertama
3. Frekuensi serangan kejang melebihi 4 kali dalam 1 tahun
4. Pemeriksaan EEG yang dibuat setelah anak tidak demam lagi hasilnya
abnormal

Sedangkan menurut Fukuyama kejang demam dibagi menjadi (1):

A. Kejang Demam Sederhana:


1. Riwayat penyakit keluarga penderita tidak ada yang mengidap epilepsi
2. Sebelumnya tidak ada riwayat cedera otak oleh penyebab apapun
3. Serangan kejang demam yang pertama terjadi antara usia 6 bulan-6 tahun
4. Lamanya kejang berlangsung tidak lebih dari 20 menit
5. Kejang tidak bersifat fokal
6. Tidak didapatkan gangguan atau abnormalitas pasca kejang
7. Sebelumnya juga tidak didapatkan abnormalitas neurologis atau abnormalitas
perkembangan
8. Kejang tidak berulang dalam waktu singkat

B. Kejang Demam Kompleks


Kejang demam yang tidak memenuhi kriteria di atas digolongkan sebagai kejang
demam kompleks

Sekitar 80-90 % dari keseluruhan kasus kejang demam adalah kejang demam sederhana
(1)
.
1. Kejang demam sederhana
- Kejang berlangsung singkat < 15 menit
- Kejang umum tonik dan atau klonik
- Akan berhenti sendiri
- Tanpa gangguan fokal atau berulang dalam waktu 24 jam
2. Kejang demam kompleks
- Kejang lama > 15 menit
- Kejang fokal atau parsial 1 sisi (kejang umum didahului kejang
parsial)
- Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.

DIAGNOSIS

Diagnosis kejang demam hanya dapat ditegakkan dengan menyingkirkan


penyakit-penyakit lain yang dapat menyebabkan kejang, di antaranya: infeksi susunan
saraf pusat, perubahan akut pada keseimbangan homeostasis air dan elektrolit, dan
adanya lesi struktural pada sistem saraf misalnya epilepsy (4). Diperlukan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang menyeluruh untuk menegakkan
diagnosis ini.

Anamnesis (5)

1. Kesadaran sebelum dan sesudah kejang (menyingkirkan diagnosis meningitis


encephalitis)
2. Riwayat gangguan neurologis (menyingkirkan diagnosis epilepsi)
3. Riwayat demam (sejak kapan, timbul mendadak atau perlahan, menetap atau naik
turun)
4. Menentukan penyakit yang mendasari terjadinya demam (infeksi saluran napas,
otitis media, gastroenteritis)
5. Waktu terjadinya kejang, durasi, frekuensi, interval antara 2 serangan kejang
6. Sifat kejang (fokal atau umum)
7. Bentuk kejang (tonik, klonik, tonik-klonik)
8. Riwayat kejang sebelumnya (kejang disertai demam maupun tidak disertai
demam atau epilepsi)
9. Riwayat keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan
10. Trauma

Pemeriksaan Fisik (5)

1. Temperature tubuh
2. Pemeriksaan untuk menentukan penyakit yang mendasari terjadinya demam
(infeksi saluran napas, otitis media, gastroenteritis)
3. Pemeriksaan reflex patologis
4. Pemeriksaan tanda rangsang meningeal (menyingkirkan diagnosis meningitis,
encephalitis)

Pemeriksaan Penunjang (5,6)

1. Pemeriksaan elektrolit, pemeriksaan fungsi hati dan ginjal untuk menyingkirkan


gangguan metabolisme yang menyebabkan perubahan homeostasis apabila pada
anamnesis ditemukan riwayat muntah, diare, gangguan asupan cairan, dan gejala
dehidrasi.
2. Pemeriksaan Cerebro Spinal Fluid (CSF) untuk menyingkirkan diagnosis
meningitis encephalitis apabila anak berusia kurang dari 12 bulan, memiliki tanda
rangsang meningeal positif, dan masih mengalami kejang beberapa hari setelah
demam
3. CT Scan cranium pada umumnya tidak diperlukan pada kejang demam sederhana
yang terjadi pertama kali, akan tetapi dapat dipertimbangkan pada pasien yang
mengalami kejang demam kompleks untuk menentukan jenis kelainan struktural
berupa kompleks tunggal atau multipel.
4. EEG pada kejang demam tidak dapat mengindentifikasi kelainan yang spesifik
maupun memprediksikan terjadinya kejang yang berulang, tapi dapat
dipertimbangkan pada kejang demam kompleks.
TATALAKSANA (1,10)

A. Antipiretik dan Antibiotik


Antipiretik diberikan sebagai pengobatan simptomatis terhadap demam. Dapat
diberikan paracetamol dengan dosis untuk anak yang dianjurkan 10-15 mg/kgBB/hari
tiap 4-6 jam atau ibuprofen 5-10 mg/kgBB/hari tiap 4-6 jam. Antibiotik untuk
mengatasi infeksi yang menjadi etiologi dasar demam yang terjadi.

B. Penanganan Kejang pada Neonatus


Hal pertama yang harus diperhatikan adalah tersumbat atau tidaknya jalan napas.
Selanjutnya dilakukan pemberian oksigen, dan menghentikan kejang dengan cara:
KEJANG
30 menit Luminal IM 20 mg/kg/BB dalam 5 menit

KEJANG (+)
Ulangi luminal IM 10 mg/kg/BB. Dapat
diulangi lagi jarak 30 menit bila masih
kejang.
KEJANG (+)
Fenitoin bolus IV 20 mg/kgBB dalam 15 ml
NaCl, berikan dalam 30 menit (kecepatan
0.5-1 mg/kgBB/menit)
KEJANG (-)

Bila kejang berulang dalam 2 hari, berikan luminal 5 mg/kg/hari per oral sampai bebas
kejang 7 hari. Bila kejang berulang setelah bebas kejang 2 hari, ulangi pemberian luminal
dari awal.

C. Penanganan Kejang pada Anak


Hal pertama yang harus diperhatikan adalah tersumbat atau tidaknya jalan napas.
Selanjutnya dilakukan pemberian oksigen, dan menghentikan kejang dengan cara:
KEJANG
5 menit Diazepam rectal 0.5 mg/kgBB atau:
Berat badan ≤ 10 kg: 5 mg
Berat badan > 10 kg: 10 mg
KEJANG (+)
Ulangi diazepam rektal seperti sebelumnya.

DI RS
Cari akses vena
Periksa laboratorium (darah tepi, Na, Ca, Mg, Ureum, Kreatinin)

KEJANG (+)
Diazepam IV dosis 0.3-0.5 mg/kgBB
(kecepatan 0.5-1 mg/menit)

KEJANG (-) KEJANG (+)


Berikan terapi rumatan bila Fenitoin bolus IV 10-20
mg/kgBB (dengan
penyebab kejang diperkirakan kecepatan 0.5-1 mg/menit)
infeksi intrakranial. Berikan
fenobarbital 8-10
mg/kgBB/hari, dibagi 2 dosis. KEJANG (-)
KEJANG (+)
Selama 2 hari selanjutnya 4-5 Transfer ke Rumatan fenitoin IV
ICU 5-7 mg/kgBB/hari 12
mg/kgBB/hari sampai resiko jam kemudian
kejang tidak ada.
.
Koreksi Hipokalemia (FCCS)
Kadar K Koreksi
3-3,5 mEq/L KCL per oral 75 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis (1-3mEq.kg.hari) atau 0,25
mEq/kg IV KCL dalam 1 jam
2,5-3 mEq/L 0,5 mEq/kg IV KCL dalam 2 jam (rogers: dalam 1 jam)
<2,5 mEq/L 0,75 mg/kg IV KCL dalam 3 jam

PROGNOSIS
Penelitian yang dilakukan Tsunoda mendapatkan bahwa dari 188 penderita kejang
demam yang diikutinya selama sekurang-kurangnya 2 tahun dan tanpa pengobatan
dengan antikonvulsan, 97 penderita mengalami kekambuhan (1).

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Prof. Dr. dr. Lumantobing, dari 83
penderita kejang demam yang dapat diikuti selama rata-rata 21.8 bulan (berkisar dari 6
bulan-3.5 tahun) dan tidak mendapatkan pengobatan antikonvulsan rumatan, kejang
demam kambuh pada 27 penderita (1).

Secara umum dapat dikatakan bahwa sekitar 1/3 penderita kejang demam akan
mengalami kekakmbuhan 1 kali atau lebih. Kemungkinan kambuh lebih besar bila kejang
demam pertama pada usia kurang dari 1 tahun. 3/4 dari kekambuhan ini terjadi dalam
kurun waktu 1 tahun setelah kejang demam pertama, dan 90 % dalam kurun waktu 2
tahun setelah kejang demam pertama. 1/2 dari penderita yang mengalami kekambuhan
akan mengalami kekambuhan lagi. Pada sebagian terbesar penderita kambuh terbatas
pada 2-3 kali. Hanya sekitar 10 % kejang demam yang akan mengalami lebih dari 3 kali
kekambuhan (1,9).

Anak yang mengalami kejang demam pertama pada usia sebelum 1 tahun
kemungkinan kekambuhan ialah 50 %, dan bila berusia lebih dari 1 tahun kemungkinan
kekambuhannya 28 % (1).

Kejang demam sederhana pada umumnya tidak menyebabkan kerusakan otak


yang permanen dan tidak menyebabkan terjadinya penyakit epilepsi pada kehidupan
dewasa anak tersebut. Sedangkan pada anak-anak yang memiliki riwayat kejang demam
kompleks, riwayat penyakit keluarga dengan kejang yang tidak didahului dengan demam,
dan memiliki riwayat gangguan neurologis maupun keterlambatan pertumbuhan,
memiliki resiko tinggi untuk menderita epilepsi pada kehidupan dewasa mereka (1).

DAFTAR PUSTAKA
1. Lumbantobing SM. Kejang Demam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2007.
2. Behrman RE, Kliegman RM, Jensen HB, Nelson Text book of pediatrics, 17 th
edition. Philadelphia: WB Sauders company. 2004. Page 1813- 1829.
3. Rudolph AM. Febrile Seizures. Rudolph Pediatrics. 20th Edition. Appleton &
Lange. 2002. Page 1994.
4. Behrman RE, Kliegman RM, Arvio, Nelson Ilmu Kesehatan anak, volume 3, edisi
15. Jakarta: EGC 2005. Page 2059- 2066.
5. Tejani NR. Pediatrics, Febrile Seizures. Accessed on Dec 10th 2010. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/801500-overview
6. W Hay, William. Current Diagnosis and Treatment of Pediatrics. 19th edition.
United States of America: McGrawHill. 2009. Page 697-698.
7. R Strange, Gary. Pediatric Emergency Medicine. 3rd edition. United States:
McGrawHill Companies. 2009. Page 46-47.
8. Anonym. Kejang Demam. Accessed on Dec 10th 2010. Available at:
http://kedokteran.ums.ac.id/kejang-demam.html
9. Maharani. Kejang Demam pada Anak. Accessed on Dec 10th 2010. Available at:
http://dr-anak.com/kejang-demam-pada-anak.html
10. Anonym. Kejang Demam pada Anak. Accessed on Dec 10th 2010. Available at:
http://bayikita.wordpress.com/2008/08/16/kejang-demam-pada-anak/

Anda mungkin juga menyukai