Harta Dan Jabatan
Harta Dan Jabatan
DALAM PERSPEKTIF
ISLAM
• Tapi manusia tidak berhenti sampai disitu, bahkan cenderung terus berkembang
kebutuhan-kebutuhan lain yang ingin dipenuhi. Segala kebutuhan itu seolah-olah
bisa terselesaikan dengan dikumpulkannya Harta sebanyak-banyaknya.
Harta dalam bahasa Arab disebut al-mal, yang menurut bahasa berarati condong,
cenderung, atau miring. Al-mal juga diartikan sebagai segala sesuatu yang
menyenangkan manusia dan mereka pelihara, baik dalam bentuk materi, maupun
manfaat.
Harta merupakan salah satu keperluan pokok manusia dalam menjalani kehidupan
didunia ini. Selain itu, harta juga merupakan perhiasan kehidupan dunia, sebagai
cobaan (fitnah), sarana untuk memenuhi kesenangan, dan sarana untuk menghimpun
bekal bagi kehidupan akhirat.
Fungsi harta adalah untuk menopang kehidupan manusia karena tanpa harta
kehidupan manusia tidak akan tegak.
•
Pandangan Islam mengenai harta:
•
Kedua, status harta yang dimiliki manusia adalah sebagai berikut :
Harta sebagai amanah (titipan) dari Allah SWT. Manusia hanyalah pemegang
amanah karena memang tidak mampu mengadakan benda dari tiada.
“dan infaqkanlah sebagian apa yang Allah telah memberi rezeki kepadamu
sebelum maut mendatangimu” (QS. Al- Munafiqun:10)
HARTA DAN JABATAN SEBAGAI AMANAH DAN KARUNIA ALLAH
Dalam Al-Qur’an banyak ayat yang menggambarkan tentang jabatan, baik yang
menunjukkan kebaikan seperti ayat-ayat tentang Nabi Yusuf maupun yang
menunjukkan keburukan seperti ayat-ayat tentang Fir’aun, Qarun dan sebagainya.
Dalam surat Al-Haqqah Allah SWT menyatakan bahwa pejabat yang tidak beriman itu
di akhirat kelak akan mengatakan bahwa lepas sudah jabatannya (yang sewaktu di
dunia ia miliki).
Hakikat harta dan dan jabatan adalah merupakan amanah dan karunia Allah. Disebut
sebagai amanah Allah karena harta dan jabatan tersebut didapat bukan semata-mata
karena kehebatan seseorang, tetapi karena berkah dan karunia dari Allah,
juga sejatinya bukan dimaksud untuk kesenangan pribadi pemiliknya, tetapi juga
buat kemaslahatan orang lain. Karena harta dan jabatan adalah amanah, maka harus
dijaga dan dijalankan atau dipelihara dan dilaksanakan dengan benar, sebab satu saat
akan dipertanggung-jawabkan di hadapan Allah SWT.
KEWAJIBAN MENCARI NAFKAH (HARTA)
Pemilikan harta dapat dilakukan melalui usaha (‘amal) ataua mata
pencaharian (Ma’isyah) yang halal dan sesuai dengan aturanNya. (al-
Baqarah:267)
‘’Sesungguhnya Allah mencintai hambaNya yang bekerja. Barangsiapa yang
bekerja keras mencari nafkah yang halal untk keluarganya maka sama dengan
mujahid di jalan Allah’’ (HR Ahmad).
‘’Mencari rezki yang halal adalah wajib setelah kewajiban yang lain’’(HR
Thabrani)
‘’jika telah melakukan sholat subuh janganlah kalian tidur, maka kalian tidak
akan sempat mencari rezki’’ (HR Thabrani).
Dilarang mencari harta , berusaha atau bekerja yang melupakan mati (at-
Takatsur:1-2), melupakan Zikrullah/mengingat ALLAH (al-Munafiqun: 9),
melupakan sholat dan zakat (an-Nuur: 37), dan memusatkan kekayaan
hanya pada sekelompok orang kaya saja (al-Hasyr: 7)
Dilarang menempuh usaha yang haram, seperti melalui kegiatan riba (al-
Baqarah: 273-281), perjudian, jual beli barang yang haram (al-maidah :90-91),
mencuri merampok (al-Maidah :38), curang dalam takaran dan timbangan
(al-Muthaffifin: 1-6), melalui cara-cara yang batil dan merugikan (al-
Baqarah:188), dan melalui suap menyuap (HR Imam Ahmad).
SIKAP TERHADAP HARTA DAN JABATAN
• Tabdzir (boros), dalam arti menggunakan harta untuk sesuatu yang tidak
diperlukan dan menghambur-hamburkan untuk sesuatu yang tidak
bermanfaat.
•..dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum
datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya Rabb-ku,
mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang
menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku Termasuk orang-orang yang saleh? (QS.
Al-Munafiqun: 10)
Dari Abu Hurairahra berkata ,Nabi saw bersabda : Apabila manusia telah meninggal
dunia maka terputuslah (pahala) amalnya kecuali dari 3 hal, yaitu: Ilmu yang
dimanfaatkan, sodakoh yang mengalir untuknya atau anak soleh yang mendoakan
untuk kebaikannya. HR Ad-Darimi dan tirmidzi. (SunanDarimi 1/462 dan sunan tirmidzi
3/53..Sanadnya sohih.)