Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

KEPERAWATAN JIWA

Pokok Bahasan : Kesehatan Jiwa


Sub Pokok Bahasan : Peran Keluarga dalam Merawat Pasien Gangguan Jiwa
Sasaran : Keluarga Pasien
Hari/Tanggal : 11 Desember 2020
Waktu : 30 menit
Tempat : RSJ Dr. Soerodjo Magelang
Penyuluh : Mahasiswa Profesi Ners Universitas Muhammadiyah Magelang

A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan jiwa dimulai dari masyarakat dalam bentuk pelayanan kemandirian
individu dan keluarga serta pemberdayaan tokoh masyarakat. Keluarga sebagai unit
terkecil dalam komunitas memiliki peran penting dalam penanganan pasien dengan
gangguan jiwa. Hal ini menjadi penting, karena keluarga merupakan lingkungan sosial
pertama yang memiliki hubungan psikologis dan emosional dengan pasien dengan
gangguan jiwa. Keluarga memiliki peran dalam mengenal masalah kesehatan, mengambil
keputusan, merawat anggota keluarga yang sakit, memodifikasi lingkungan dan
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan. Keluarga berperan dalam menentukan cara
atau asuhan yang diperlukan klien di rumah (Olivia & Marselinus, 2019).
Keluarga merupakan support sistem utama bagi pasien yang mengalami gangguan jiwa
dalam mempertahankan kesehatannya. Peranan keluarga dalam merawat pasien gangguan
jiwa yaitu menjaga atau merawat, mempertahankan dan meningkatkan status mental,
mengantisipasi perubahan sosial ekonomi serta memberikan motivasi dan memfasilitasi
kebutuhan spritual bagi pasien (Maryam, 2008 dalam Livana, Hermanto & Nanda Putra
Pratama, 2018).
B. Tujuan Umum
Keluarga mampu memahami tentang pentingnya peran keluarga dalam merawat pasien
dengan gangguan jiwa.
C. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit, keluarga mampu mengetahui tentang :
1. Pengertian kesehatan jiwa
2. Pengertian gangguan jiwa
3. Penyebab kekambuhan gangguan jiwa
4. Fungsi keluarga dalam mencegah kekambuhan gangguan jiwa
5. Perawatan klien dengan gangguan jiwa dalam keluarga

D. Metode
- Ceramah
- Tanya jawab

E. Media
- Leaflet

F. Setting Tepat

Sasaran/keluraga
penyaji
Saling berhadapan pasien

G. Proses Pelaksanaan

No. Waktu Tahap penyuluhan Kegiatan peserta

Pembukaan : - Menjawab salam


- Salam pembuka (memperkenalkan diri) - Mendengarkan dan
1. 3 menit - Menjelaskan tujuan penyuluhan memperhatikan
- Menyampaikan materi yang akan - Menyetujui kontrak
disampaikan waktu
- Melakukan kontrak waktu
Pelaksanaan : - Mendengarkan dan
- Memberikan materi memperhatikan
1. Pengertian kesehatan jiwa - Menanyakan
2. Pengertian gangguan jiwa materi yang belum
3. Penyebab kekambuhan gangguan dipahami
jiwa
2. 10 menit 4. Fungsi keluarga dalam mencegah
kekambuhan gangguan jiwa
5. Perawatan klien dengan gangguan
jiwa dalam keluarga
- Memberikan kesempatan untuk
bertanya.
- Menjawab pertanyaan peserta
- Menanyakan Kembali materi yang - Menjawab
telah di sampaikan pertanyaan yang
3. 15 menit - Menyimpulkan Kembali materi diberikan
penyuluhan - Mendengarkan dan
- Memberikan leaflet memperhatikan
Terminasi : - Mendengaarkan
4. 2 menit - Melakukan evaluasi - Menjawab salam
- Memberi salam penutup

H. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
- Kesiapan media meliputi : Leaflet, Waktu, Tempat, Pemberitahuan Peserta
2. Evaluasi Proses
- Kegiatan penyuluhan berjalan tertib
- Peserta mengajukan pertanyaan
- Peserta mengikuti kegiatan sampai selesai
3. Evaluasi Hasil
- Peran aktif peserta 80% dalam kegiatan penyuluhan, dan penyuluhan berjalan lancar
dan tertib.

I. Materi Penyuluhan
1. Pengertian kesehatan jiwa

Kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang


secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut
menyadari kemampuan yang dimiliki, dapat megatasi tekanan, dapat
bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk
komunitasnya (Terri, Livana & Novi, 2019).

2. Pengertian gangguan jiwa

Gangguan jiwa adalah gangguan dalam pikiran, perilaku dan perasaan yang
termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala atau perubahan perilaku yang
bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam menjalankan
fungsi sebagai manusia (Nuriyah, 2016). Orang Dengan Gangguan Jiwa yang
selanjutnya disebut ODGJ adalah seseorang yang mengalami gangguan dalam pikiran,
perilaku dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala dan atau
perubahan perilaku yang bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan dan
hambatan dalam menjalankan fungsi sebagai manusia (Undang-Undang Nomor 18
Tahun 2014).

3. Penyebab kekambuhan gangguan jiwa

Menurut Yosep, (2013) penyebab gangguan jiwa dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
saling mempengaruhi yaitu sebagai berikut:

a. Genetika.
Individu atau angota keluarga yang memiliki atau yang mengalami gangguan jiwa
akan kecenderungan memiliki keluarga yang mengalami gangguan jiwa, akan
cenderung lebih tinggi dengan orang yang tidak memiliki faktor genetic
b. Biologik
- Keturunan.
Peran penyebab belum jelas yang mengalami gangguan jiwa, tetapi tersebut
sangat ditunjang dengan faktor lingkungan kejiwaan yang tidak sehat
- Temperamen.
Seseorang terlalu peka atau sensitifbiasanya mempunyai masalah pada
ketegangan dan kejiwaan yang memiliki kecenderungan akan mengalami
gangguan jiwa.
- Jasmaniah.
Pendapat beberapa penyidik, bentuk tubuh seorang bisa berhubungan dengan
gangguan jiwa, seperti bertubuh gemuk cenderung menderita psikosa manik
defresif, sedangkan yang kurus cenderung menjadi skizofrenia.
- Penyakit atau cedera pada tubuh.
Penyakit jantung, kanker dan sebagainya bisa menyebabkan murung dan sedih.
Serta, cedera atau cacat tubuhtertentu dapat menyebabkan rasa rendah diri
(Yosep, 2013).
c. Sebab psikologik.
Dari pengalaman frustasi, keberhasilan dan kegagalan yang dialami akan mewarnai
sikap, kebiasaan dan sifatnya di kemudian hari(Yosep, 2013).
d. Stress.
Stress perkembangan, psikososial terjadi secara terus menerus akan mendukung
timbulnya gejala manifestasi kemiskinan, pegangguran perasaan kehilangan,
kebodohan dan isolasi sosial(Yosep, 2013).
e. Sebab sosio kultural.
- Cara membesarkan anak yang kaku, hubungan orang tua anak menjadi kaku
dan tidak hangat. Anak setelah dewasa akan sangat bersifat agresif, pendiam
dan tidak akan suka bergaul atau bahkan akan menjadi anak yang penurut.
- Sistem nilai, perbedaan etika kebudayaan dan perbedaan sistem nilai moral
antara masa lalu dan sekarang akan sering menimbulkan masalah kejiwaan.
- Ketegangan akibat faktor ekonomi dan kemajuan teknologi, dalam masyarakat
kebutuhan akan semakin meningkat dan persaingan semakin meningkat.
Memacu orang bekerja lebih keras agar memilikinya, jumlah orang yang ingin
bekerja lebih besar sehingga pegangguran meningkat(Yosep, 2013).
f. Perkembangan psikologik yang salah.
Ketidak matangan individu gagal dalam berkembang lebih lanjut. Tempat yang
lemah dan disorsi ialah bila individu mengembangkan sikap atau pola reaksi yang
tidak sesuai, gagal dalam mencapai integrasi kepribadian yang normal (Yosep,
2013).
4. Fungsi keluarga dalam merawat gangguan jiwa
Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) dalam Ika Guswani, 2018 adalah :
a. Fungsi Afektif
- Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling mendukung
antara keluarga dengan anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa,
sehingga tercipta hubungan yang hangat dan saling medukung.
- Saling menghargai, keluarga harus menghargai, mengakui keberadaan dan hak
anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa serta selalu mempertahankan
iklim positif.
- Ikatan kekeluargaan yang kuat.
b. Fungsi social
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui setiap
anggota keluarganya, yang mengahasilkan interaksi sosial. Pada anggota keluarga
yang mengalami gangguan jiwa, keluarga berperan untuk membimbing anggota
keluarga tersebut untuk mau bersosialisasi dengan anggota keluarga yang lain
dan lingkungan sekitarnya
c. Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan
seluruh anggota keluarga terutama anggota keluarga yang mengalami gangguan
jiwa seperti memberikan dana untuk pengobatan dan perawatan selama dirawat
dirumah sakit jiwa maupun dirawat dirumah. Keluarga menyediakan semua
perlengkapan yang dibutuhkan anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
d. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan
dan merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Kemampuan
keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan mempengaruhi status
kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga melaksankan pemeliharaan
kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan.
Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup
menyelesaikan masalah Kesehatan

Friedman membagi tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang harus dilakukan,
yaitu :

a. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya


Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung
menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga, maka apabila menyadari adanya
perubahan perlu segera dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan
seberapa besar perubahannya.
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang
tepat dan sesuai dengan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga
yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga
maka segera melakukan tindakan yang tepat agar masalah kesehatan dapat
dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan sebaiknya
meminta bantuan orang lain dilingkungan sekitar keluarga.
c. Memberikan perawatan
Memberikan perawatan diri kepada anggota keluarga yang sakit terutama anggota
keluarga yang mengalami gangguan jiwa atau yang tidak dapat membantu dirinya
sendiri karena gangguan prose pikir, cacat atau usianya yang terlalu muda/ tua.
Perawatan ini dapat dilakukan dirumah apabila keluarga memiliki kemampuan
melakukan tindakan untuk pertolongan pertama atau pergi kepelayanan kesehatan
untuk memperoleh tindakan lanjutan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi.
d. Memodifikasi lingkungan
Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian keluarga.
e. Memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga Kesehatan

5. Perawatan klien dengan gangguan jiwa dalam keluarga


Upaya keluarga merawat anggota keluarga dengan gangguan jiwa
- Pemantauan minum obat
- Seluruh anggota keluarga memahami munculnya gejala
- Seluruh anggota keluarga ikut aktif merawat pasien
- Seluruh anggota keluarga berperan aktif memberi respons positif
- Melibatkan pasien dalam aktifitas keluarga dan aktifitas social
- Hindari konfrontasi/perdebatan
- Menghindari factor resiko
DAFTAR PUSTAKA

Ika Guswani. 2018. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Keluarga Dengan Tingkat
Kecemasan Dalam Merawat Anggota Keluarga Yang Mengalami Gangguan Jiwa
Di Wilayah Kerja Puskesmas Sijunjungkabupaten Sijunjung Tahun 2018.
Penelitian keperawatan jiwa. Skripsi. Program Studi Sarjana Keperawatanstikes
Perintis Padang
Kemkumham (2014) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa
Nuriyah. (2016). Pengalaman keluarga dalam pemenuhan kebutuhan perawatan diri pada
orang dengan gangguan jiwa.Jember.
Olivia & Marselinus. 2019. Peran Keluarga Terhadap Anggota Keluarga Dengan
Gangguan Jiwa Di Kecamatan Tobelo, Halmahera Utara. Volume 3, Nomor 2,
Tahun 2019. Halmahera : Program Studi Keperawatan, Universitas Hein
Namotemo
Terri, Livana & Novi. 2019. Peningkatan Pengetahuan Kader Tentang Deteksi Dini
Kesehatan Jiwa Melalui Pendidikan Kesehatan Jiwa. Jurnal Penelitian Perawat
Profesional Volume 1 Nomor 1, November 2019. Program Studi Sarjana
Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal.
Yosep. 2013. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta
Lampiran Leaflet
LAPORAN HASIL PENYULUHAN
PERAN KELUARGA DALAM MERAWAT PENDERITA GANGGUAN JIWA
DI WISMA ANTASENA RSJ DR. SOEROJO MAGELANG

A. Hasil Kegiatan
Pada hari kamis, 10 desember 2020 telah dilakukan penyuluhan tentang peran keluarga
dalam merawat pasien dengan gangguan jiwa dengan masalah halusinasi. Penyuluhan ini
dilakukan di wisma antasena pukul 15.00 wib-15.40 wib . yang dihadiri oleh keluarga Tn.
W peserta terdiri dari keluarga Tn, W. Penyuluhan dilakukan dengan media leaflet.
Kegiatan penyuluhan ini dimulai dengan mempersiapkan media dan lingkungan terlebih
dahulu dengan menganjurkan peserta duduk senyaman mungkin, kemudian membagikan
leaflet kepada peserta.
1. Fase orientasi
Pembukaan dibuka oleh Restu Widyawati terlebih dahulu mengucapkan salam, dan
memperkenalkam dirinya beserta anggota yang lainnya, menyebutkan institusi, tujuan
penyuluhan.
2. Fase Kerja
Setelah memperkenalkan diri dan menyampaikan tujuan, moderator mempersilahkan
pemateri untuk menyampaikan yang dilakukan oleh Ninda Cahyaningrum. Pada saat
pemberian materi peserta tampak memperhatikan dan focus, ada pula yang membaca
leaflet.. setelah penyampaian materi selesai dilanjutkan dnegan diskusi, pada sesi tanya
jawab ada satu orang peserta yang mengajukan pertanyaan, yaitu :
- Apakah gejala bisa kambuh Kembali?
- Bagaimana cara mengatasi agar tidak terjadi kekambuhan?
Jawaban :
- Gejala bisa kambuh Kembali apabila pasien tidak rutin minum obat,
sendirian/menyendiri, memiliki tekanan stress yang berat
- Cara mengatasinya dengan cara anjurkan pasien rutin minum obat, keluraga dan
lingkungan ikut memberikan dukungan motivasi, dan anjurkan untuk tetap melakukan
aktivitas keseharian.
3. Fase terminasi
Pertemuan ditutup pukul 15.40 wib oleh restu moderator yang kemudian disimpulkan
terlebih dahulu.
B. Evaluasi
1. Evaluasi struktur
Penyuluhan dihadiri oleh 2 orang keluarga pasien yang sedang membesuk Tn.W yaitu
anak nya, mahasiswa yang hadir 5 orang, perlengkapan yang digunakan telah
dipersiapkan dengan baik oleh mahasiswa.
2. Evaluasi Proses
Kegiatan penyuluhan dilakukan di Wisma Antasena pada pukul 15.00-15.40 wib.
Materi disampaikan menggunakan leaflet sehingga mudah untuk dimengerti dan
dipahami oleh peserta serta diskusi dilakukan dengan terbuka. Alat yang digunakan
juga berfungsi dengan baik.
3. Evaluasi Hasil
Peserta penyuluhan memahami apa yang disampaikan pemateri. Hal ini ditunjukan dari
keaktifan peserta dalam berdiskusi dan tanya jawab.
Dokumentasi SAP

Anda mungkin juga menyukai