Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL

KETERLIBATAN GREENPEACE DALAM PENANGANAN


KASUS PENCEMARAN AIR DI TIONGKOK

Muhamad Farhan Winata 2017230193


Adhitya Fachri Budiman 2016230043
Dany Satria 2018235003

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU


SOSIAL DAN ILMU POLITIK
IISIP JAKARTA TAHUN
AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya
dengan rahmat-Nyalah kami akhirnya bisa menyelesaikan makalah yang berjudul
“Keterlibatan Greenpeace Dalam Penanganan Kasus Pencemaran Air di
Tiongkok” ini dengan baik tepat pada waktunya.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Ekonomi Politik Internasional yang diampu oleh Ibu Dra. Enny Suryanjari M.Si.
Banyak pihak yang telah membantu pemakalah dalam penyusunan makalah ini.
Karena itu, pemakalah mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
berkontribusi dalam penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa di dalam makalah yang telah kami susun ini masih
terdapat banyak kesalahan serta kekurangan. Sehingga penulis mengharapkan saran
serta masukan dari para pembaca demi tersusunnya makalah lain yang lebih baik
lagi. Akhir kata, penulis berharap agar makalah ini bisa memberikan banyak
manfaat.

Desember, 2021

Penulis

i
KATA PENGANTAR..........................................................................................................2
DAFTAR ISI.......................................................................................................................3
BAB I...................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...............................................................................................................4
Latar Belakang....................................................................................................................... 4
Tujuan Makalah..................................................................................................................... 6
BAB II.................................................................................................................................7
KERANGKA TEORI...........................................................................................................7
Pluralisme.......................................................................................................................7
Organisasi Internasional................................................................................................7
Evironmentalisme...........................................................................................................8
BAB III................................................................................................................................7
Latar Belakang pencemaran air di tiongkok............................................................................11
\

Detox Campaign on Fashion........................................................................................12


Upaya Greenpeace untuk Mengurangi Limbah di Tiongkok...................................13
BAB IV PENUTUP...........................................................................................................15
Kesimpulan.............................................................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Permasalahan lingkungan telah menjadi salah satu isu penting dalam dunia internasional
dimana suatu permasalahan lingkungan yang terjadi di satu negara telah menjadi tanggungjawab
dunia internasional. Permasalahan lingkungan yang terjadi meliputi pencemaran lingkungan,
degradasi sumber daya dan pemanasan global. Pencemaran lingkungan adalah salah satu bentuk
kerusakan lingkungan yang terjadi akibat kegiatan/aktifitas manusia ataupun oleh secara alami.

Selain pencemaran tanah dan udara, pencemaran air menjadi salah satu masalah yang
banyak dihadapi oleh beberapa negara di dunia. Pencemaran atau polusi air adalah peristiwa
masuknya zat, energi, unsur atau komponen lainnya ke dalam air, sehingga kualitas air terganggu
yang ditandai dengan perubahan warna, bau dan rasa. Salah satu dampak terjadinya polusi air
adalah kemajuan teknologi, ekonomi ataupun pembangunan yang mengandung resiko
pencemaran dan perusakan lingkungan hidup sehingga struktur dan fungsi dasar ekosistem yang
menjadi pendukung kehidupan menjadi rusak.

Isu lingkungan pertama kali muncul sebagai salah satu kajian ilmu hubungan
internasional yaitu pada abad 19 (sembilan belas) dalam konteks perjanjian internasional untuk
mengelola sumber daya alam secara bersamasama, contohnya River commission for the Rhine
and the Danube (1954) yang merupakan salah satu perjanjian pertama mengenai lingkungan
hidup yang mengatur penggunaan sungai Rhine sebagai sarana ekonomi bersama. Konvensi
Stockholm menjadi awal mulanya kepedulian dunia internasional terhadap permasalahan
lingkungan hidup diduna ini.

Perubahan zaman di masa kini, yang menuntut akan perkembangan dan kemajuan
ekonomi, teknologi serta industri merupakan gejala yang wajib diikuti oleh setiap negara yang
ingin mengembangkan potensi masing – masing, akan tetapi perkembangan dan kemajuan

1
dibidang – bidang tersebut, khususnya pada bidang industri akan mempengaruhi limbah yang
dihasilkan oleh pabrik industri, baik dari segi kuantitas maupun kualitas limbah. Pada saat ini
pembangunan di China mengalami kemajuan yang sangat pesat. Sebagai perbandingan menurut
hasil survei pada tahun 2009 menyebutkan bahwa China merupakan salah satu negara yang
menduduki posisi pertama di dunia yang paling banyak melakukan pencemaran air, yaitu sekitar
6.088.660/hari. Seperti di beberapa daerah provinsi Hubei, Delta Sungai Pearl, termasuk Hong
Kong, Macau, dan Guangzhou, Teluk Bohai, muara Yangtze, Hangzhou Bay di Provinsi
Zhejiang, dan muara Minjiang di Provinsi Fujian, hal tersebut menyebabkan difusi lintas batas
yang secara langsung juga akan memberikan dampak pada 200 juta orang dan 2 juta km kawasan
di area perbatasan negara. Pencemaran air di China saat ini semakin memprihatinkan dan
menjadi suatu masalah yang serius bagi masyarakat China.

Kasus pencemaran air di China tersebut telah mengundang perhatian Greenpeace.


Greenpeace adalah organisasi kampanye global independen yang bertindak untuk mengubah
sikap dan perilaku, melindungi dan melestarikan lingkungan dan untuk mempromosikan
perdamaian dengan membuat sebuah revolusi energi untuk mengatasi ancaman lingkungan
seperti pencemaran air. Greenpeace terdapat di lebih dari 55 negara yang tersebar di seluruh
benua Eropa, Amerika, Asia, Afrika dan Pasifik. Greenpeace ada karena bumi yang rapuh ini
pantas mendapat suara, perlu solusi, perlu perubahan dan perlu sebuah tindakan yang nyata. Pada
tahun 2011 Greenpeace menelusuri dan mendapatkan temuan informasi bahwa pencemaran air di
China yang terjadi pada sungai Yangtze dan Delta Pearl di China, bahwa perusahaan –
perusahaan merek pakaian olahraga ternama dunia melakukan praktek pembuangan limbah
kimia berbahaya ke sungai Yangtze dan Delta Pearl di Cina.

Konvensi Minamata merupakan perjanjian internasional yang menjelaskan secara


mendetail mengenai merkuri serta penggunaannya.Tujuan dari Konvensi Minamata adalah untuk
melindungi kesehatan manusia, satwa, dan ekosistem dengan cara mengurangi sumber - sumber
pencemaran merkuri dan metil merkuri dari aktivitas manusia dengan cara mengatur industri
yang menggunakan ataupun menghasilkan produk bermerkuri, mengatur proses phase-out
produksi dan penjualan produk-produk yang mengandung merkuri, mengatur suplai dan
perdagangan merkuri, menangani limbah merkuri secara tepat dan mengambil langkah-langkah

2
yang diperlukan.

Pada KTT Bumi 1992, kampanye untuk penyelamatan lingkungan hidup yang membuat
Greenpeace fokus kepada masalah hutan dan masalah air. Hal ini menyebabkan kita berfikir
bahwa air merupakan salah satu hal penting bagi kehidupan lingkungan maupun manusia,
habitat, makhluk hidup, flora dan fauna serta berbagai fungsi ekosistem alam. Permasalahan air
di Tiongkok mulai terancam kebersihannya karena mengalami pencemaran oleh limbah industri
yang besar. Hal ini mengakibatkan Greenpeace berperan dalam mengatasi masalah pencemaran
air yang dilakukan oleh perusahaanperusahaan besar di Tiongkok.

Air merupakan hal yang penting bagi manusia, hewan dan tumbuh ± tumbuhan yang
mana merupakan sumber bagi kehidupan, di Bumi ini terdiri dari 70% air maka nya kita harus
menjaga kebersihan air seperti sungai. Sungai juga termasuk bagian penting dalam kehidupan,
banyak manfaat bagi kita seperti para petani, nelayan dan juga sebagai jalur tranportasi.

Air bersih tidak hanya menjadi hak asasi manusia yang mendasar tetapi juga adalah
sumber daya terpenting dunia yang paling terancam. Bahan - bahan kimia beracun yang dibuang
oleh industri kedalam sungai merupakan ancaman bagi kesehatan manusia dan ekosistem.
Investigasi dari Greenpeace menemukan bahwa pabrik-pabrik tekstil di Tiongkok membuang
bahan-bahan kimia beracun kedalam badan - badan air di Tiongkok. Namun apa yang
mengkhawatirkan dari bahan-bahan berbahaya tersebut? Bahan kimia Alkylphenols dan
perflorinated chemicals (PFCs) diketahui dapat mengganggu sistem hormon yang dapat
berbahaya bahkan dalam jumlah yang kecil.

Rumusan Masalah
Upaya Greenpeace terhadap implementasi program Detox Campaign untuk mengurangi limbah
beracun di Tiongkok.

3
BAB II

KERANGKA TEORI

Pluralisme

Pluralisme (bahasa Inggris: pluralism), terdiri dari dua kata plural (beragam) dan isme
(paham) yang berarti paham atas keberagaman. Secara luas, pluralisme merupakan paham yang
menghargai adanya perbedaan dalam suatu masyarakat dan memperbolehkan kelompok yang
berbeda tersebut untuk tetap menjaga keunikan budayanya masing-masing. Pluralisme juga dapat
berarti kesediaan untuk menerima keberagaman (pluralitas), artinya, untuk hidup secara toleran
pada tatanan masyarakat yang berbeda suku, gologan, agama,adat, hingga pandangan hidup.
Pluralisme mengimplikasikan pada tindakan yang bermuara pada pengakuan kebebasan
beragama, kebebasan berpikir, atau kebebasan mencari informasi, sehingga untuk mencapai
pluralisme diperlukan adanya kematangan dari kepribadian seseorang dan/atau sekelompok
orang. Maka dari itu kelompok kami menggunakan perspektif pluralis dalam menganalisis
Implementasi program Detox Campaign Greenpeace dalam mengurangi limbah beracun di
sungai Tiongkok. Hubungan internasional cukup pesat perkembangannya bila dilihat berbagai
sisi kehidupan dan uniknya hubungan internasional pada awalnya hanya berkembang pada
sebuah interaksi antara aktor suatu negara yang melewati batas-batas negara namun seiring
berkembangnya zaman hubungan internasional tidak hanya terpaku pada aktor rasional yaitu
negara, namun aktor-aktor lain seperti yang dikemukakan dalam paradigma pluralisme. Dari
semua aspek kehidupan, hubungan internasional berkembang sangat pesat, dan hubungan
internasional yang unik pada awalnya berkembang hanya dalam interaksi antar aktor dalam suatu
negara yang melintasi batas negara, tetapi dengan perkembangan zaman, hubungan internasional
tidak lagi hanya fokus pada aktor rasional, yaitu negara, tetapi aktor lainnya seperti yang
dijelaskan dalam Diversity Paradigm. Pernyataan asumsi pluralis berpikir Studi Hubungan
Internasional tidak hanya dalam hubungan Negara hanya karena dalam hubungan internasional
itu termasuk dan hubungan antar manusia, kelompok dan organisasi dari negara berbeda atau
lintas batas Internasional. Menurut Robert H, Jakson ada empat asumsi dasar dalam memahami
paradigma pluralism, yaitu:

4
1. Aktor non negara memiliki peran penting dalam politik internasional baik pemerintah
maupun non- pemerintah, MNCs, kelompok, ataupun individu.
2. Negara bukanlah unitary actor yang mana merupakan aktor tunggal, karena aktor-aktor
lainnya juga memiliki peran yang sama seperti halnya negara dan menjadikan negara
bukan aktor satu-satunya.
3. Negara bukan merupakan aktor rasional. Dalam kenyataannya proses pembuatan
kebijakan luar negeri suatu negara selalu diwarnai dengan konflik, kompetisi dan
kompromi antar aktor dalam negara.
4. Masalah-masalah tidak hanya terpaku pada kekuasaan atau power dan national security
tetapi lebih mengacu kepada masalah - masalah seperti ekonomi, social, dan sebagainya.

Organisasi Internasional

Organisasi internasional adalah suatu organisasi yang dibuat oleh anggota masyarakat
internasional secara sukarela atau atas dasar kesamaan yang bertujuan menciptakan perdamaian
dunia dalam tata hubungan internasional. Pada hakikatnya organisasi internasional memiliki arti
luas dan sempit. Secara luas, organisasi internasional meliputi organisasi publik (Public
international organization), organisasi privat (Private international organization), organisasi
regional, organisasi subregional, dan organisasi bersifat universal (Organization of universal
character). Secara sempit hanya meliputi organisasi internasional publik. Contoh: Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB), NATO, Uni Eropa, OPEC, dan Indonesia.

Peran organisasi internasional membantu mengatur agenda internasional, memediasi


tawar-menawar politik, menyediakan tempat bagi inisiatif politik dan bertindak sebagai katalis
untuk pembentukan koalisi. Mereka memfasilitasi kerjasama dan koordinasi di antara negara-
negara anggota. Kerangka teori diusulkan untuk menjelaskan perspektif, tingkat analisis dan
teori terkait dengan faktor fluktuasi peran Greenpeace melalui program detoksifikasi sungai
China. Ketika membahas suatu masalah, perlu dikemukakan beberapa teori dianggap relevan
dengan pertanyaan yang diteliti dan diharapkan menjadi hipotesis yang akurat. Jika solid dan
berdasarkan pernyataan, itulah yang dimaksud dengan teori.

5
Teori adalah konsep yang secara logis saling berhubungan menjadi pernyataan yang
memungkinkan penjelasan ilmiah tentang fenomena. Samuel Barkin berpendapat bahwa
organisasi internasional adalah organisasi antar pemerintah yang inklusif atau terbuka dan
merupakan fenomena dalam hubungan internasional. Sifat inklusif dari organisasi internasional
berarti bahwa setiap negara dapat menjadi anggota organisasi internasional dengan syarat dan
kesepakatan bersama. Organisasi internasional digolongkan menjadi dua jenis, yang pertama
adalah IGO ( inter-government organization ) yang terdiri dari delegasi resmi pemerintah seperti
Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) Ciri-ciri IGO adalah dibentuk oleh dua negara atau lebih,
bersidang secara teratur, mempunyai sifat yang tetap dan keanggotaannya suka rela Organisasi
Antar Pemerintah (IGO) dapat diklasifikasikan dalam 4 kategori berdasarkan keanggotaan dan
tujuannya, antara lain sebagai berikut :

1. Organisasi yang keanggotaannya umum dan tujuannya umum (general membership and
general purpose) merupakan suatu organisasi internasional yang anggotanya bersifat
global. Organisasi ini merupakan maksud dan tujuan umum (general). Organisasi model
ini mempunyai berbagai fungsi keamanan, kerjasama ekonomi, social dan hak asasi
manusia (HAM). Contoh : Perserikatan bangsa - bangsa (PBB).
2. Organisasi yang keanggotaannya umum dan tujuannya terbatas (general membership and
limited purpose organization) merupakan organisasi internasional yang mempunyai
keanggotaan global dan tujuan spesifik organisasi model lini dengan organisasi
fungsional yang mempunyai tujuan spesifik contoh : Greenpeace.
3. Organisasi yang keanggotaannya terbatas dan tujuannya umum (limited membership and
general purpose organization) merupakan organisasi internasional antar pemerintah
dengan keanggotaan regional atau berdasarkan kawasan dengan maksud dan tujuan
umum. Organisasi ini mempunyai fungsi dan tanggung jawab dibidang keamanan (militer
dan pertahanan), ekonomi, social dan sebagainya. Contoh : ASEAN.
4. Organisasi yang keanggotaannya terbatas tujuannya terbatas (regional membership and
limited purpose organization) merupakan organisasi antar pemerintah dengan
keanggotaan regional dan memiliki maksud tertentu serta tujuan khusus dan terbatas.
Organisasi internasional jenis ini dibagi dalam berbagai bidang seperti organisasi sosial,
militer, pertahanan\ dan lain sebagainya. Contoh : NATO dan NAFTA (north American
free agreement).

5
Bentuk organisasi internasional yang kedua adalah lembaga swadaya masyarakat atau non-
government organization (NGO). Organisasi ini terdiri dari kelompok-kelompok swasta yang
terlibat dalam berbagai bidang termasuk budaya, pendidikan, masyarakat dan lingkungan.
Organisasi ini adalah organisasi non-profit tanpa kepentingan atau sukarela. Contoh: Henry
Dunant Centre, yang membantu menengahi konflik di Aceh. Menurut Clive Archer, ada tiga
peran organisasi internasional. Pertama, organisasi internasional dapat digunakan sebagai
instrumen diplomasi terhadap negara lain. Kedua, organisasi internasional dapat berfungsi
sebagai arena pertemuan negara kaya dan negara berkembang. Ketiga, organisasi internasional
merupakan aktor independen. Independensi artinya negara mengandalkan peran negara anggota
organisasi internasional agar hubungan internasional tidak terpengaruh oleh tekanan eksternal.

Environmentalisme

Pelestarian lingkungan hidup atau environmentalisme adalah filosofi, ideologi dan


gerakan sosial yang luas mengenai masalah konservasi lingkungan dan peningkatan kesehatan
lingkungan. Environmentalisme mendukung pelestarian, restorasi dan / atau perbaikan
lingkungan alam, dan dapat disebut sebagai sebuah gerakan untuk mengendalikan pencemaran
atau melindungi keanekaragaman tumbuhan dan satwa (Gibson, 2003). Untuk alasan ini, konsep-
konsep seperti etika lahan, etika lingkungan, keanekaragaman hayati, ekologi dan hipotesis
biophilia hipotesis merupakan hal yang dominan. Environmentalisme adalah upaya untuk
menyeimbangkan hubungan antara manusia dan berbagai sistem alam di mana manusia
bergantung sedemikian rupa sehingga semua komponen mendapat perlakuan yang sesuai untuk
kelestariannya. Lingkungan hidup dan masalah lingkungan sering diwakili oleh warna hijau.
Pada praktiknya, environmentalism berkaitan erat dengan ekologi, sebab ekologi menyediakan
informasi tentang bagaimana kerusakan lingkungan mempengaruhi makhluk hidup dan
bagaimana cara memperbaikinya.

Environmentalisme pada mulanya dapat dilihat pada abad ke19 seperti pemikiran kritikus
Inggris John Ruskin dan William Morris yang fokus terhadap perkembangan dan pertumbuhan
industrialisasi di Inggris dan substansi dampak industrialisasi tersebut terhadap bumi. Hal ini
kemudian diikuti dengan peristiwa paska Perang Dunia (PD) I yang cukup memberikan
gambaran nyata terhadap kerusakan lingkungan. Gerakan environmentalisme mulai berkembang

6
dengan hadirnya buku “Silent Spring” tahun 1962 karya Rachel Carson yang merupakan
seorang ahli biologi kelautan Amerika.

Dalam bukunya, Carson menuliskan tragedi yang mengerikan akibat penggunaan


pestisida dan insektisida dalam meningkatkan kegiatan industri yang menyebabkan kehancuran
ekosistem dan menyebabkan kematian beberapa masyarakat yang mendiami daerah disekitar
pabrik tersebut. Karya Carson ini menjadi inspirasi bagi kelahiran gerakan kaum
environmentalisme yang fokus kepada persoalan kerusakan lingkungan dan ekosistem yang
mengganggu keseimbangan kehidupan makhluk hidup. Meskipun karya Carson ini menjadi pro
dan kontra bagi beberapa kalangan, tetapi turut menyumbangkan kesadaran bagi sebagian besar
orang mengenai pentingnya gerakan environmentalisme yang berusaha dan berupaya untuk
menjaga alam dari keserakahan manusia-manusia yang hanya tunduk kepada nafsu pengejaran
penguasaan ekonomi dan pembangunan yang mengabaikan keselamatan makhluk hidup terutama
keselamatan insan. Salah satu pemikir besar yang terinspirasi dari karya Carson mengenai
environmentalisme ialah Arne Naess.

Environmentalisme dan green politics merupakan fenomena menarik dalam kajian sosial
politik saat ini karena kedua-duanya saling berkaitan. Hal ini dikarenakan, kedua-dua pemikiran
tersebut dapat melahirkan rezim pemerintahan yang arif terhadap permasalahan lingkungan atau
dapat melahirkan rezim pemerintahan yang lebih serakah. Berbagai fenomena alam telah
membuktikan, bahwa bencana alam yang terjadi tidak hanya kehendak alam semata melainkan
semakin berkembangnya campur tangan manusia yang begitu serakah dalam mengeksploitasi
lingkungan hidup yang bersembunyi dibelakang agenda pembangunan negara yang mengejar
kepentingan kapitalisme dan ekonomi global (pembangunan negara).

Hal ini dapat dilihat dalam kasus Amerika Serikat yang mengeluarkan peraturan seperti
clean water act, clean air act, endangered species act & national environmental policy act.
Inggris yang mengeluarkan kebijakan tentang pengendalian asap, pencemaran air dan gerakan
sanitasi. Selain itu, di China melalui Departemen Ilmu dan Teknologi China beserta Komisi Uni
Eropa menandatangani Nota Kesepahaman Kerjasama NZEC (Near Zero Emission Coal) dan
Teknologi Pembangkit Listrik melalui teknologi CCS (Carbon Dioxide Capture and Stronge)

7
pada Konverensi Tingkat Tinggi (KTT) Uni Eropa-China pada Desember 2005. Hal tersebut
merupakan contoh nyata dari usaha pemerintah secara arif untuk melakukan pembangunan
negara tanpa mencederai lingkungan hidup dan keseimbangan hidup manusia dan alam.

Salah satu contoh pertama adalah orang-orang Bishnois di Rajasthan, India, yang rela
mati demi mencegah penebangan pohon-pohon di desa mereka atas perintah raja. Beberapa
tokoh modern adalah John Muir dan Henry David Thoreau. Thoreau tertarik akan hubungan
antara manusia dan lingkungan hidup dan mempelajari hal ini dengan cara hidup dekat dengan
alam dengan gaya hidup sederhana. Bentuk organisasi internasional yang kedua adalah Lembaga
Swadaya Masyarakat atau Non-Governmental Organization (NGO). Organisasi ini terdiri dari
kelompok-kelompok swasta yang terlibat dalam berbagai bidang termasuk budaya, pendidikan,
masyarakat dan lingkungan. Organisasi ini adalah organisasi non profit tanpa kepentingan atau
sukarela. Contoh: Henry Dunant Centre, yang membantu menengahi konflik di Aceh. Menurut
Clive Archer, organisasi internasional memiliki tiga peran. Pertama, organisasi internasional
dapat digunakan sebagai alat diplomasi dengan negara lain. Kedua, organisasi internasional
dapat menjadi titik temu antara negara kaya dan negara berkembang. Ketiga, organisasi
internasional adalah aktor independen. Kemandirian mengacu pada ketergantungan negara pada
peran negara-negara anggota organisasi internasional, sehingga hubungan internasional tidak
terpengaruh oleh tekanan eksternal.

Badan lingkungan global sangat penting bagi kelestarian lingkungan China, khususnya
masalah air, karena secara internasional, termasuk China, manusia tidak dapat dipisahkan dari air
dalam kehidupan sehari-harinya, sehingga China membutuhkan lingkungan berbasis lingkungan
dan pendekatan yang hemat lingkungan. Greenpeace sebagai lembaga lingkungan internasional
berharap pemerintah China dapat secara efektif menegakkan undang-undang tentang masalah
lingkungan dan pencemaran air, sehingga pembangunan dan lingkungan hidup selaras, karena
selama ini pemerintah China lebih fokus pada politik, ekonomi dan lingkungan. masalah
keamanan daripada masalah lingkungan, karena masalah lingkungan masih dianggap sebagai
masalah politik tingkat rendah oleh banyak negara di dunia, termasuk Cina, dan Cina saat ini
memiliki masalah lingkungan.

8
BAB III
PEMBAHASAN

Latar Belakang Pencemaran Air di Tiongkok

Kasus pencemaran air di China tersebut telah mengundang perhatian Greenpeace.


Greenpeace adalah organisasi kampanye global independen yang bertindak untuk mengubah
sikap dan perilaku, melindungi dan melestarikan lingkungan dan untuk mempromosikan
perdamaian dengan membuat sebuah revolusi energi untuk mengatasi ancaman lingkungan
seperti pencemaran air. Greenpeace terdapat di lebih dari 55 negara yang tersebar di seluruh
benua Eropa, Amerika, Asia, Afrika dan Pasifik. Greenpeace ada karena bumi yang rapuh ini
pantas mendapat suara, perlu solusi, perlu perubahan dan perlu sebuah tindakan yang nyata.

Pada tahun 2011 Greenpeace menelusuri dan mendapatkan temuan informasi bahwa
pencemaran air di China yang terjadi pada sungai Yangtze dan Delta Pearl di China, bahwa
perusahaan – perusahaan merek pakaian olahraga ternama dunia melakukan praktek pembuangan
limbah kimia berbahaya ke sungai Yangtze dan Delta Pearl di Cina.

Dalam menanggulangi permasalahan pencemaran air di Tiongkok, Greenpeace


melakukan serangkaian kegiatan. Yang pertama adalah advokasi, yaitu bertindak dalam
rehabilitasi air bersih di sungai – sungai di negara China terutama sungai Yangtze, Delta Pearl,
sungai Hwang Ho, dan sungai Kuning dengan cara melakukan mobilisasi pada masyarakat China
terkait masalah pencemaran air di aliran sungai tersebut. Memberikan hasil laporan investigasi
mengenai pencemaran air kepada pemerintah China. Hasil dari advokasi Greenpeace tersebut
telah menyadarkan pemerintah China akan pentingnya kualitas air untuk masyarakatnya dengan
membuat beberapa kebijakan seperti lebih mengawasi perusahaan-perusahaan dalam pengelolaan
limbah. Masyarakat China dapat saja mengalami sengketa dengan berbagai pihak perusahaan
dalam kaitannya dengan pencemaran air.

9
Lalu yang kedua adalah monitoring, penelitian dan evaluasi. Greenpeace melakukan
monitoring terhadap pencemaran limbah pabrik jeans yang menghebohkan dunia lewat temuan
lembaga swadaya masyarakat ( LSM ) Greenpeace pada tahun 2010. Berdasarkan penelitian
tersebut, LSM mengklaim pencemaran di China naik 2 kali lipat dari tahun 2007 karena
banyaknya industri jeans di China. Salah satu pusat industri terbesar di China. Selain air sungai
menjadi biru, limbah pabrik jeans juga menyebabkan bau menyengat tercium di sekitar sungai.
Setelah di teliti 17 dari 21 sampel air yang diambil dari sungai - sungai tersebut mengandung
logam berat terutama cadmium 128 kali lipat dari batas aman yang ditetapkan pemerintah
setempat. Hasil evaluasi tersebut membuahkan hasil mengenai transparansi oleh pemerintah
China mengenai peta digital untuk tingkat pencemaran air di China di 300 kota dan 31 provinsi
di China.Monitoring, penelitian dan Evaluasi Greenpeace yang dilakukan selama ini lebih
ditujukan untuk memenuhi keperluan informasi kepada masyarakat China, sebagaimana dilihat
dari sudut pandang program greenpeace itu sendiri.

Detox Campaign on Fashion

Kampanye adalah salah satu cara dalam rangkaian advokasi yang banyak digunakan
oleh aktor NGO dalam mengakomodir persoalan dalam ranah lingkungan. Kampanye juga
merupakan salah satu metode advokasi populer yang dipilih karena kampanye merupakan
metode yang cukup efektif. Persoalan polusi air diTiongkok memicu upaya advokasi yang
dilakukan oleh Greenpeace International. Greenpeace memprakarsai Detox Campaign on
Fashion, dengan agenda utama pembersihan atau penghilangan bahan-bahan kimia berbahaya
dari produksi industri tekstil di Tiongkok. Kampanye detox tersebut menarget pelaku bisnis
yaitu industry tekstil terkemuka dunia untuk berkomitmen menghilangkan bahan kimia
berbahaya dari produksinya. Selain itu, melalui Detox Campaign tersebut Greenpeace juga
menarget aktor negara Tiongkok untuk mengadvokasi isu polusi air yang sudah sangat serius di
Tiongkok. Tidak hanya itu, Greenpeace juga mengajak peran serta setiap masyarakat
internasional untuk menyukseskan Detox Campaign. Kampanye Detox Campaign on Fashion
adalah kampanye yang dilakukan Greenpeace Internasional untuk mengadvokasi persoalan
polusi air di Tiongkok.

10
Kampanye tersebut menyuruh penghilangan bahan-bahan kimia berbahaya dari aktivitas
produksi industri yang ada di Tiongkok, terutama industri tekstil. Industri yang paling banyak
menyumbang limbah pabrik bahan kimia berbahaya bagi sumber air seperti sungai dan danau di
Tiongkok, menurut Greenpeace. Tidak hanya limbah industri tekstil yang menyebabkan polusi
air, pencucian produk tekstil juga menyisakan bahan kimia berbahaya yang mengalir menjadi
polusi bagi sumber air alami di Tiongkok. Menurut Greenpeace, rangkaian produksi,
pengolahan serta penggunaan produk tekstil oleh produsen dan konsumen dapat menyumbang
bahan kimia berbahaya yang menjadi polutan terhadap air. Proses produksi basah (wet
processing) seperti penyiapan bahan, pewarnaan, penyablonan hingga pencucian bahan tekstil
mengeluarkan limbah bahan kimia.

Limbah bahan kimia yang dihasilkan dari proses produksi tersebut keluar bersama air,
dan mengalir ke sungai-sungai serta danau-danau yang berada di sekitar pabrik. Hal ini
membuat Greenpeace Menarget tidak hanya Tiongkok, namun juga beberapa produsen tekstil
(brand fashion) ternama dunia untuk turut serta mengadvokasi polusi air dengan cara
menghilangkan bahan-bahan kimia berbahaya dari produksi tekstil mereka. Greenpeace memulai
Detox Campaign sejak bulan Juli di tahun 2011. Sebelum Memulai kampanye tersebut,
Greenpeace telah melakukan penelitian selama kurang lebih satu tahun terhadap persoalan
polusi air di Tiongkok.

Upaya Greenprace untuk mengurangi limbah beracun di Tiongkok.

Menurut Greenpeace, polusi air di Tiongkok sebagian besar disebabkan limbah industri
tekstil yang tidak diolah dan dibiarkan mengalir ke sungai-sungai serta danau-danau di kawasan
industri Tiongkok.

Greenpeace mengeluarkan sebuah laporan penelitian di tahun yang sama dengan tajuk
Dirty Laundry. “Dirty Laundry, Unravelling the corporate connection to toxic water pollution in
China”merupakan hasil penelitian awal yang digunakan Greenpeace untuk memprakarsai Detox
Campaign on Fashion di Tiongkok. Di dalamnya Greenpeace membuka hasil penelitian yang
menunjukkan kandungan bahan kimia berbahaya oleh industri-industri fashion global ternama

11
yang mendirikan pabriknya di Tiongkok. Selain penelitian tertulis, Greenpeace juga
mengeluarkan publikasi dalam bentuk video tentang hal ini ke media luas.

Dirty Laundry 1 mengungkap persoalan polusi air yang cukup serius di Tiongkok.
Greenpeace menyebutkan sekitar 70% sumber air alam di Tiongkok sudah terkena polusi berat,
meliputi danau, sungai dan tempat penyimpanan air. Separuh air di Tiongkok sudah tidak aman
untuk dimanfaatkan oleh manusia. Selain itu, polusi air juga berdampak pada habitat atau
makhluk hidup air di Tiongkok. Ikan-ikan sungai di sudah tercemari bakteri berbahaya, dan kini
sulit ditemukan habitat disekitar sungai dan danau di Tiongkok. Lalu di bulan Agustus 2011,
Greenpeace mengeluarkan rangkaian kedua laporan penelitian mereka dalam Dirty Laundry 2:
Unravelling The Toxic Trail from Pipesto Products.

Dalam laporan kedua tersebut, Greenpeac mengungkapproses produksi tekstil melibatkan


bahan kimia yang tidak hancur di alam, namun justru merusak alam, meskipun telah menjadi
limbah. Greenpeace juga menjabarkan siklus limbah global pada produksi tekstil (clothing and
the global toxic cycle). Dua pabrik tekstil terbesar di Tiongkok yaitu Youngor dan Well Dyeing
menjadi target penelitian dari Greenpeace. Pabrik Youngor berdiri di sekitar sungai Yangtze,
sedangkan Well Dyeing beroperasi di sekitar sungai Pearl. Penelitian Menunjukan bahwa
limbah kedua pabrik tersebut berkontribusi besar terhadap polusi air di Tiongkok. Beberapa
kandungan bahan kimia yang terkandung dalam limbah produksi tekstil bersifat tidak hancur
sehingga dapat merusak lingkungan. Fakta lain ditemukan, bahwa banyak brand fashion ternama
dunia seperti H&M, Li Ning, Nike, Adidas, Lacoste, dan lain-lain, mempercayakan produksi
tekstilnya kepada dua pabrik tekstil di Tiongkok tersebut, Youngor dan Well Dyeing. Fakta
tersebut mendorong Greenpeace untuk mencari solusi dari permasalahan polusi air di Tiongkok
yang semakin serius dari waktu ke waktu.

Greenpeace Berasumsi bahwa isu polusi air di Tiongkok dapat teratasi dengan adanya
dukungan partisipasi serta tanggung jawab dari brand-brand fashion ternama dunia yang
berhubungan langsung dengan supplier produksi tekstil di Tiongkok.Maka, Detox Campaign on
Fashion di Tiongkok target brand-brand fashion ternama dunia untuk berkomitmen
menghilangkan penggunaan bahan-bahan kimia berbahaya dari produksinya. Kampanye ini juga

12
menarget pemerintah Tiongkok untuk tidak hanya melihat keuntungan industri secara ekonomi
bagi negara, namun juga mengadvokasi polusi air secara legal dan berkelanjutan.

Di sepanjang tahun 2011, Greenpeace luncurkan berbagai gerakan Detox Campaign


di berbagai negara dan beragam media. Video berisi pencerdasan mengenai polusi air di
Tiongkok, serta konten Detox Campaign tersebar secara luas melalui berbagai media sosial.
Gerakan protes anti bahan kimia berbahaya pada produk tekstil juga dilaksanakan oleh para
relawan dan aktivis. Gerakan Kampanye masiv dijalankan di beberapa negara kawasan Asia,
termasuk HongKong dan Shanghai.

Greenpeace kemudian mengajak partisipasi para relawan secara individu melalui


media apapun yang dimiliki dengan gerakan PeoplePower. Di tahun yang sama, Detox
Campaign on Fashion berhasil mendapatkan kesediaan dari enam brand fashion terkemuka
dunia—yaitu Puma, Nike, Adidas, H&M, C&A serta salah satu brand fashion terkemuka asal
Tiongkok, Li Ning, untuk menghilangkan penggunaan bahan-bahan kimia berbahaya terhadap
produksinya.

Menindaklanjuti kesuksesan di tahun 2011, Greenpeace melanjutkan rangkaian


kampanye dengan mengeluarkan beberapa lanjutan seri dari laporan hasil penelitian terhadap
polusi air di Tiongkok. Hasil penelitian tersebut dipublikasikan dalam Dirty Laundry,
Toxic Threads, A Little Story about Fashionable Lie, A Little Story about The Monster in
Your Closet, serta yang terbaru adalah A Red Card for Sportswear Brands. Seluruh konten
publikasi tersebut memuat detail bagaimana kaitan antara limbah produksi tekstil dapat
mencemari air di Tiongkok, bukti penelitian tentang limbah beracun serta nama-nama brand
fashion yang dianggap bertanggung jawab terhadap hal tersebut.

Pada tahun 2012, komitmen untuk tidak menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya
berhasil dikumpulkan dari berbagai brand fashion lainnya. Brand Fashion tersebut yaitu Marks
and Spencer, Zara, Esprit, Mango, dan Levi’s (Levi Strauss & Co). Kemudian di tahun 2013,
brand fashion global lainnya—yaitu Uniqlo, Benetton, Victoria’s Secret, G-Star, Coop and
Migros, dan Canepa juga turut menyatakan dukungan terhadap advokasi polusi air di Tiongkok

13
dengan komitmen yang sama. Pada tahun 2014, Greenpeace melanjutkan ekspansi Detox
Campaign on Fashion dengan memprakarsai The Detox Catwalk di Eropa.

Meskipun sudah banyak brand fashion yang menyatakan komitmen Zero


Discharge of Hazardous Chemicals-nya, Detox Campaign in Fashion masih dilakukan
hingga kini untuk benar-benar dapat menjadi solusi isu polusi air di Tiongkok. Detox
Campaign on Fashion oleh Greenpeace International memang menarget komitmen dari
berbagai brand fashion terkemuka dunia, khususnya mereka yang memiliki supplier produsen
tekstil di Tiongkok. Akan tetapi, dalam rangkaian pelaksanaan kampanye tersebut,
Greenpeace juga berupaya memancing reaksi pemerintahan Tiongkok untuk turut segera
menetapkan peraturan perundang-undangan yang tegas terkait limbah produksi yang
mencemari lingkungan,khususnya terhadap air.

Selain itu, Greenpeace juga menggalang dukungan nyata masyarakat global untuk
bersama mendukung advokasi transnasional Greenpeace Di Tiongkok dengan berpartisipasi
lewat gerakan #People Power. Greenpeace merupakan aktor NGO yang menjadi objek
penelitian utama dalam studi ini. Greenpeace berperan sebagai aktor NGO Internasional yang
berupaya mengadvokasi persoalan lingkungan domestik Tiongkok, yaitu polusi air.

Dalam upaya advokasi tersebut, Greenpeace mengangkat isu polusi air di


Tiongkok Sebagai isu global. Polusi air muncul karena aktivitas industri yang tidak disertai
pengolahan limbah pabrik yang baik di Tiongkok. Melalui kampanye secara global,
Greenpeace sebagai NGO mengadvokasi persoalan domestik yang ada di Tiongkok. Advokasi
isu yang dilakukan dikemas dengan rangkaian kampanye yang dibuat populer dengan
penggunaan berbagai media, sehingga isu domestik Tiongkok mengenai polusi air juga
menjadi isu global yang menjadi keresahan global. Isu polusi air di Tiongkok menjadi
salah satu isu transnasional yang mendapat dukungan serta perhatian publik yang lebih luas.

14
KESIMPULAN

Perspektif pluralisme menjelaskan bahwa negara bukanlah satu-satunya aktor yang


berperan dalam menanggapi berbagai isu-isu sosial politik maupun lingkungan di dalam lingkup
negara. Dalam hal ini organisasi internasional yang merupakan organisasi antar pemerintah yang
inklusif atau terbuka adalah salah satu aktor yang merupakan salah satu fenomena dalam kajian
hubungan internasional. Dimana bahwa setiap negara dapat menjadi anggota organisasi
internasional dengan syarat dan kesepakatan bersama. Greenpeace sebagai salah satu organisasi
internal atau NGO (Non Governmental Organization) adalah salah satu bentuk gerakan
environmentalisme. Merupakan gerakan sosial yang luas mengenai masalah konservasi
lingkungan dan peningkatan kesehatan lingkungan. Dimana environmentalisme mendukung
pelestarian atau restorasi lingkungan, alam, maupun keanekaragaman hayati.
Greenpeace mendesak pemerintah Tiongkok dapat secara efektif menegakkan undang-
undang tentang masalah lingkungan dan pencemaran air. Hal tersebut yang mendorong
Greenpeace membuat kampanye Detox Campaign on Fashion, dengan agenda utama
pembersihan atau penghilangan bahan-bahan kimia berbahaya dari produksi industri
tekstil di Tiongkok. Menargetkan pelaku bisnis industri tekstil maupun brand fashion
terkemuka dunia untuk berkomitmen menghilangkan bahan kimia berbahaya dari produksinya
yang tentunya berkontribusi besar dalam pencemaran polusi air. Dalam publikasi Dirty Laundry
1 yang dirilis oleh Greenpeace menyebutkan bahwa menyebutkan sekitar 70% sumber air alam
di Tiongkok sudah terkena polusi air. Lanjutnya, dalam publikasi Dirty Laundry 2 menjelaskan
bahwa proses produksi tekstil melibatkan bahan kimia yang tidak hancur di alam, namun justru
merusak alam. Maka dari itu, Greenpeace mengangkat isu polusi air di Tiongkok sebagai
salah satu isu global karena Tiongkok adalah pelaku bisnis industri tekstil yang besar di dunia.
Kampanye Detox Campaign on Fashion mengharapkan pemerintah Tiongkok untuk tidak
hanya melihat keuntungan industri tekstil hanya secara ekonomi bagi negara, namun juga
mengadvokasi permasalahan polusi air secara legal dan berkelanjutan. Sehingga kelestarian alam
dan lingkungan yang bermanfaat bagi makhluk hidup akan senantiasa terjaga dalam rentan waktu
yang lama.

15
DAFTAR PUSTAKA

Ronald Bailey from the February 2002 issue https://reason.com/2002/02/01/debunking-green-


myths-2/

International Organizations Introduction


https://web.archive.org/web/20200513060037/https://peacepalacelibrary.nl/research-
guides/international-organisations-and-relations/international-organizations/

Pluralist to Patriotic Politics: Putting Practice First, Blattberg, Charles. Oxford University Press,
2000.

Donald Gibson. Environmentalism: Ideology and Power. Nova Science Pub Inc. 2003

Ethics: A Pluralistic Approach to Moral Theory, 2nd ed, Lawrence M. Hinman, Harcourt Brace,
1998.

The Open Society and its Enemies, Karl Popper, Routledge, 1945.

Puti Parameswari, Dauliyah Journal of Islamic and International Studies : Strategi Advokasi
Greenpeace Detox Campaign on Fashion di Tiongkok International Relations Unida Gontor
Vol.1 No 2, Agustus 2016

Yuda Iskandar, Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi : Peranan Greenpeace Melalui Program
Detox Campaign Dalam Mengurangi Limbah Beracun DI Daerah Aliran Sungai (DAS) China,
Universitas Padjadjaran Vol. III No 1, Desember 2013.

Lestari, Yeni. Environmentalism Dan Green Politics: Pembahasan Teoretis. Jurnal Sosiologi
Volume 2, Nomor 2, April 2016. Universitas Teuku Umar: Aceh Barat. 2016

Ambarwati, dan Wijatmadja, Subarno. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Malang: Intrans
Publishing. 2016

Darmayadi, Andrias, Dkk. Pengantar Hubungan Internasional. Bandung: ZAVARA. 2015

Hermawan, Yulius P. Transformasi dalam Studi Hubungan Internasional: Aktor, Isu,


Metodologi. Yogyakarta : Graha Ilmu. 2007

16
Jackson, Robert & Sorensen Georg. Pengantar Studi Hubungan Internasional. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar. Jemadu, Aleksius. 2008. Politik Global Dalam Teori dan Praktik. Jakarta: Graha
Ilmu. 2013

Yani, Yanyan Mochamad & Perwita. 2005. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Bandung:
Rosdakarya

17

Anda mungkin juga menyukai