Anda di halaman 1dari 27

ANALISIS PIUTANG TAK TERTAGIH TERHADAP TINGKAT

PERPUTARAN PIUTANG PADA CV. BERLIAN ABADI DI


SURABAYA

JURNAL

Disusun Oleh:
Nama : Dhenok Mitayani
NIM : 01112027

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NAROTAMA
SURABAYA

2016
ANALISIS PIUTANG TAK TERTAGIH TERHADAP TINGKAT
PERPUTARAN PIUTANG PADA CV. BERLIAN ABADI DI
SURABAYA

JURNAL

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih


Derajat Sarjana Ekonomi

Disusun Oleh:

Dhenok Mitayani
01112027

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NAROTAMA
SURABAYA
2016
ANALISIS PIUTANG TAK TERTAGIH TERHADAP TINGKAT
PERPUTARAN PIUTANG PADA CV. BERLIAN ABADI DI SURABAYA

Oleh:
Dhenok Mitayani

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi


Universitas Narotama, Surabaya, Indonesia
Email: dhenok.meetha@hahoo.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis piutang tak tertagih terhadap tingkat
perputaran piutang pada CV. Berlian Abadi di Surabaya. Analisis piutang tak tertagih sangat
penting untuk mengetahui perputaran piutang, apakah kreditur mengembalikan piutangnya
sesuai jatuh tempo atau melebihi jatuh tempo.
Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian deskriptif,
dengan menganalisis piutang tak tertagih terhadap tingkat perputaran piutang pada CV.
Berlian Abadi di Surabaya.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa, pengelolaan piutang tak tertagih pada CV. Berlian
Abadi sudah berjalan dengan baik, hal ini dapat dilihat dari perhitungan rasio – rasio yang
berhubungan dengan tingkat perputaran piutang, yaitu RTO, ACP, rasio tunggakan dan rasio
penagihan. Akan tetapi pada kenyataannya masih banyak piutang yang melebihi jatuh tempo.
Oleh karena itu, diharapkan bagian penagihan tetap konsisten dalam melaksanakan prosedur
penagihan piutang dan prosedur evaluasi penagihan piutang, sehingga piutang perusahaan
dapat ditagih sesuai jatuh tempo.
Kata kunci: Piutang tak tertagih, perputaran piutang

1
ABSTRACT
“ANALYSIS OF RECEIVABLES UNBILLABLE ON THE LEVEL OF RACEIVABLE
TURNOVER AT CV. BERLIAN ABADI IN SURABAYA”.

By:
Dhenok Mitayani

Advisor Lecturer:
Dr. Agus Dwi Sasono, S.E., M. Si.,Ak

This study aims to determine the analysis of the level uncollectible accounts receivable
turnover at CV. Berlian Abadi in Surabaya. Analysis of doubtful accounts is very important to
know receivable turnover, whether the creditor returns the corresponding receivable due or
exceed the maturity.
The research method uses a qualitative approach with descriptive method, by analyzing of
receivables unbillable on the level of receivable turnover at CV. Berlian Abadi in Surabaya.
These results indicate that, the management of doubtful accounts receivable turnover at CV.
Berlian Abadi has been running well, it can be seen from the calculation of the ratios
associated with the level of accounts receivable turnover, namely RTO, ACP, delinquency
ratio and the ratio of billing. But in reality there are many accounts that exceeds the maturity.
Therefore, it is expected to remain consistent billing section in procedures and collection of
accounts receivable collection evaluation procedure, so the company's accounts receivable
are collectible corresponding maturity.
Keywords:uncollectible accounts receivable, account receivable turnover

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Dalam melakukan aktivitas usahanya, perusahaan melakukan aktivitas penjualan
barang maupun jasa secara tunai maupun secara kredit. Dengan penjualan barang maupun jasa
secara tunai, perusahaan akan langsung mendapatkan uang tunai yang dapat digunakan untuk
aktivitas operasional perusahaan, sedangkan dengan penjualan barang maupun jasa secara
kredit, perusahaan tidak langsung mendapatkan uang tunai, akan tetapi dapat meningkatkan
volume penjualan. Banyak pelanggan lebih tertarik dengan penjualan barang maupun jasa
secara kredit. Dengan adanya penjualan barang maupun jasa secara kredit tersebut, maka akan
muncul piutang.
2
Setiap perusahaan pasti tidak mengharapkan kliennya tidak dapat membayar hutang
mereka. Salah satu upaya perusahaan untuk mengendalikan resiko piutang tak tertagih adalah
dengan membuat daftar piutang berdasarkan umur piutang, yaitu dengan cara mengelompokan
daftar pelanggan sesui dengan umur piutang yang ditentukan oleh perusahaan, sehingga pada
saat jatuh tempo bisa ditagih. Hal ini untuk mempermudah bagian penagihan dalam
mengontrol piutang perusahaan.
CV. Berlian Abadi di Kenjeran Surabaya ini merupakan sebuah perusahaan yang
bergerak dibidang pendistribusian barang dagang, khususnya snack. Mulai dari snack
tradisional sampai yang modern ada di sini. CV. Berlian Abadi mendistribusikan hampir ke
seluruh Surabaya, luar kota sampai luar pulau, dari pasar tradisioanal sampai pasar modern.
Penjualan yang dilakukan perusahaan dapat berupa grosir dan eceran. Sebagian besar
penjualan yang dilakukan oleh CV. Berlian Abadi adalah penjualan secara kredit. Dengan
strategi penjualan secara kredit tersebut, perusahaan mempunyai harapan dapat meningkatkan
pendapatan perusahaan, sehingga perusahaan bisa memperoleh keuntungan.
Dalam memberikan kredit, CV. Berlian Abadi memiliki kebijakan terkait dengan
pelanggan mana yang perlu diberi kelonggaran dalam pembayaran dan pelanggan yang tidak
diberikan kelonggaran dalam pembayaran, atau pelanggan yang harus membayar tunai. Hal
tersebut dilakukan karena mengingat tingginya resiko penjualan secara kredit. Perusahaan juga
melakukan berbagai upaya, mulai dari perubahan manajemen sampai program accounting
(software) baru yang lebih detail, sehingga laporan piutang dapat terlihat jelas.
Dalam melakukan pencatatan piutang tersebut, perusaahan memakai sebuah program
accounting (software) yang merupakan aplikasi inventory yang terintegrasi akuntansi. Jadi
sewaktu invoice dibuat, otomatis sudah tercatat sebagai piutang di laporan piutang, dan diakui
sebagai piutang pada saat terjadinya transaksi.
Untuk menghitung jatuh tempo piutang tersebut, juga sudah tersetting dalam program
accounting (software) tersebut, dengan batas yang sebelumnya telah ditetapkan oleh
perusahaan yaitu : tunai, 30 hari, 60 hari, dan 90 hari. Dalam menentukan siapa saja
pelanggan yang diberi jatuh tempo pendek atau panjang, hal tersebut tergantung dari
kebijaksanaan dari pemimpin perusahaan.

3
Dalam melakukan penagihan piutangnya, CV Berlian Abadi sering mengalami kendala
keterlambatan pembayaran pada saat jatuh tempo. Hal tersebut biasanya terjadi karena
pelanggan sedang tidak ada di tempat pada saat penagihan, karakter dari pelanggan yang suka
mengulur-ulur pembayaran atau pelanggan sedang dalam kesulitan keuangan bahkan
mengalami kebangkrutan. Selain itu, banyak dari pelanggan yang over kredit khususnya
pelanggan lama. Dalam penelitian Erdi Kurniawan Syaputera dan Siti Khairani (2013), yang
dilakukan terhadap PT. Bima Finance Palembang, kedua peneliti tersebut menyimpulkan
bahwa permasalahan piutang usaha atau terjadinya penunggakan piutang yang dilakukan
konsumen dalam mengangsur kredit mobilnya melebihi 30 hari dari tanggal jatuh tempo .
Akibatnya piutang tak tertagih pada PT. Bima Finance Palembang mengalami kenaikan pada
tahun 2009 – 2012.
Dikarenakan banyak bermunculan perusahaan-perusahaan baru yang sejenis, yang bisa
menjadi pesaing dan bisa jadi merebut pelanggan dari perusahaan, maka pimpinan CV.Berlian
Abadi masih memberi kelonggaran pembayaran kepada para pelanggan, khususnya pelanggan
lama. Hal ini dilakukan mengingat pelanggan adalah pelanggan lama, agar hubungan tetap
baik dan menjaga loyalitas serta kepercayaan pelanggan. Yang mengakibatkan jumlah piutang
bertambah dan semakin besar pula resiko piutang tak tertagih yang dapat membuat perusahaan
mengalami kerugian.

Tujuan Penelitian
Menganalisis piutang tak tertagih terhadap tingkat perputaran piutang pada CV.
Berlian Abadi di Surabaya

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Piutang
Menurut PSAK No. 55 (2012) tentang instrument keuangan: pengakuan dan
pengukuran (IAI, 2012:5), pinjaman yang diberikan dan piutang adalah asset keuangan
nonderivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan tidak mempunyai kuotasi di
pasar aktif, kecuali beberapa hal yang telah diatur dalam PSAK No.55.
4
Menurut Dwi Martani, et al. (2012:193), piutang ialah klaim suatu perusahaan pada
pihak lain.
Menurut Soemarso (2009:338), piutang merupakan pemberian kelonggaran yang
diberikan perusahaan kepada pelanggan dalam membayar kemudian atas penjualan barang
atau jasa yang dilakukan.
Menurut Mardiasmo (2000:51), piutang dagang atau piutang usaha merupakan piutang
atau tagihan yang timbul dari penjualan barang atau jasa secara kredit.

Jenis-jenis Piutang
Untuk tujuan pelaporan keuangan, Keiso, Weygandt, Warfield ( 2009:346-347),
mengklasifikasikan piutang sebagai piutang lancar dan piutang tidak lancar.
Menurut Soemarso (2009:338) piutang dapat diklasifikasikan sebagai piutang dagang
dan piutang lain-lain.
Sedangkan menurut Warren, Reeve, Duchac (2015:448-449), piutang dapat
diklasifikasikan sebagai piutang usaha, wesel tagih dan piutang lainnya.

Piutang Tak Tertagih


Menurut Soemarso (2009:343), terdapat dua metode dalam menghapus piutang tak
tertagih, yaitu:
1. Metode Penyisihan, merupakan pembebanan kemungkinan yang menjadikan suatu
entitas mengalami rugi karena tidak tertagihnya piutang. Jumlah piutang yang tercatat
merupakan suatu taksiran.
2. Metode Penghapusan Langsung, merupakan penghapusan piutang yang tidak akan
dapat ditagih lagi oleh pihak manajemen perusahaan.

Umur Piutang
Dengan membuat daftar piutang yang berdasarkan umur piutang merupakan salah satu
dari upaya perusahaan dalam melakukan pengendalian akan resiko piutang tak tertagih, yaitu
dengan cara mengelompokan daftar pelanggan sesuai dengan umur piutang yang ditentukan
oleh perusahaan.

5
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besarnya Piutang Tak Tertagih
Menurut Riyanto (2013:85-87), besar kecilnya dana yang diinvestasikan dalam piutang
dipengaruhi oleh:
1. Volume penjualan kredit
Volume penjualan kredit semakin besar, maka dana yang diinvestasikan dalam piutang
semakin besar pula.
2. Syarat pembayaran penjualan kredit yang bersifat ketat atau lunak.
Jika perusahaan lebih mengutamakan keselamatan kredit dari pada profitabilitasnya,
maka perusahaan mengunakan syarat pembayaran yang bersifat ketat, sehingga dana
yang diinvestasikan dalam piutang sedikit dan sebaliknya.
3. Ketentuan Tentang Pembatasan Kredit
Ketentuan yang ditetapkan oleh perusahaan, tentang batas kredit dan dalam
menentukan siapa saja pelanggan yang diberi kredit berpengaruh terhadap dana yang
diinvestasikan dalam piutang.
4. Kebijaksanaan dalam pengumpulan piutang.
Apabila kebijaksanaannya dijalankan secara aktif, maka dana untuk pembiayaan
aktivitas pengumpulan piutang lebih besar, dan sebaliknya.
5. Kebiasaan Membayar dari Para Langganan
Pelanggan yang senang membayar dengan memanfaatkan cash discount bisa
mengakibatkan semakin kecilnya dana yang diinvestasikan dalam piutang, dan
sebaliknya.

Perputaran Piutang
Perhitungan perputaran piutang dapat dihitung dengan rasio yang berhubungan dengan
piutang yaitu, rasio receivable turn over, average collaction period, rasio tunggakan dan rasio
penagihan.
1. Rasio Receivable Turn Over, menurut Sudana (2011: 20-24), rasio ini adalah rasio
untuk mengukur perputaran piutang dalam penjualan yang dilakukan oleh perusahaan.

Rumus: Receivable Turn Over =

6
Dimana: Piutang rata-rata =

2. Rasio Average Collaction Period


Menurut Sudana (2011: 20-24), rasio average collaction period adalah rasio untuk
mengukur rata-rata waktu yang diperlukan perusahaan untuk menerima kas dari
penjualan.
Rumus: Average Collaction Period =

3. Rasio Tunggakan
Menurut Keown (2008:77), rasio ini dipergunakan untuk mengetahui seberapa besar
jumlah piutang yang sudah jatuh tempo dan belum dapat ditagih dari sejumlah
penjualan kredit yang dilakukan.

Rumus: Rasio Tunggakan = x 100%

4. Rasio Penagihan
Menurut Keown (2008:77), rasio ini dipergunakan untuk mengetahui aktivitas
penagihan yang telah dilakukan oleh perusahaan sehingga berapa besar piutang yang
dapat ditagih dapat diketahui jumlahnya dari semua piutang yang dimiliki oleh
perusahaan.

Rumus: Rasio Penagihan = x 100%

Kebijakan Kredit

1. Manfaat Penjualan
Bagi perusahaan, investasi pada piutang akan memberi manfaat diantaranya ialah
meningkatnya omzet penjualan,jumlah laba bersih yang meningkat, dan bertambahnya
market share yang dapat memberikan dampak positif bagi persaingan bisnis
(Adisaputro, 2003:37).
2. Persyaratan Kredit
a) Standar Kredit

7
Menurut Syamsuddin (2002:256), standar kredit dari suatu perusahaan dapat
didefinisikan sebagai kriteria minimum yang wajib dipenuhi oleh setiap pelanggan
sebelum menperoleh kredit
b) Syarat Kredit
Untuk meningkatkan volume penjualan, perusahaan melakukan strategi penjualan
dengan cara memberikan syarat kredit yang bersifat lunak. Apabila keselamatan
kredit dari pada pertimbangan laba yang diutamakan oleh perusahaan, maka syarat
kredit bersifat ketat
3. Evaluasi Terhadap Pelanggan
Menurut Riyanto (2013:87-88) , “dalam menilai resiko kredit, seorang manajer kredit
dapat melaksanakan penilaian 5C dari calon pelangganan”, yaitu:
a) Character, menggambarkan tentang bagaimana keinginan atau kemauan dari
pelanggan dalam memenuhi semua kewajibannya.
b) Capacity, merupakan suatu pendapat subjektif yang berhubungan dengan
kemampuan dari pelanggan dalam mengelola usahanya.
c) Capital, penilaian segala sumber financial yang diperoleh oleh perusahaan
pelanggan.
d) Collateral, berhubungan dengan bagaimana gambaran aktiva yang dimiliki oleh
pelanggan sebagai jaminan atas kredit yang akan diberikan kepada pelanggan
tersebut
e) Condition, menunjukkan impact (pengaruh langsung) dari keadaan perekonomian
pada umumnya kemungkinan berpengaruh terhadap kemampuan pelanggan
tersebut untuk memenuhi semua kewajibannya.
4. Pengaruh Penjualan Kredit
Menurut Adisaputro (2003:69), yang menyebabkan arus kas masuk dari penjualan
kredit akan sangat tergantung pada: jangka waktu kredit, kerajinan dari petugas
penagih piutang, mutu atau bonafiditas debitur, situasi pada umumnya.

Penagihan Piutang

Berikut ini merukan cara untuk menagih piutang, Syamsuddin (2002:273-274):

8
1. Melalui surat
Perusahaan dapat mengirim surat kepada pelanggan untuk mengingatkan bahwa
piutangnya telah jatuh tempo. Apabila setelah beberapa hari setelah dikirimi surat
pelanggan tersebut belum juga membayar utangnya, maka dapat dikirimkan surat yang
kedua yang nadanya lebih keras
2. Melalui telepon
Apabila melalui surat pelanggan tersebut belum juga membayar utangnya, bagian
kredit dapat menelpon pelanggan tersebut secara pribadi untuk meminta pelanggan
tersebut segera melunasi utangnya yang jatuh tempo.
3. Kunjungan personal
Jika memalui surat dan telepon ternyata pelanggan belum juga membayar utangnya,
maka dapat dilakukan kunjungan personal, cara ini dirasakan lebih efektif.
4. Tindakan yuridis
Apabila pelanggan tetap tidak mau membayar utangnya , maka perusahaan dapat
menempuh jalur hukum dengan mengajukan gugatan perdata melalui pengadilan.

METODE PENELITIAN

Pendekatan Penelitian
Penelian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian deskriptif,
yaitu dengan menganalisis data yang diperoleh dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan sebagaimana adanya, tanpa membuat kesimpulan secara umum. Data yang
diperoleh yaitu berupa angka-angka yang merupakan laporan piutang perusahaan yang
diperoleh melalui observasi atau pengamatan secara langsung dan wawancara secara langsung
kepada pihak-pihak yang memepunyai wewenang atas pengumpulan dan penyimpana data.

Metode Pengumpulan Data


Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Menurut
Sugiyono (2013) data sekunder dibagi menjadi:

9
1. Data Internal: hasil wawancara, Profil Badan Usaha CV. Berlian Abadi, Laporan hasil
penjualan tahun 2013-2015.
2. Data Eksternal: Literatur, Jurnal, Skripsi yang berhubungan dengan permasalahan yang
ada serta berguna bagi penyusunan hasil penelitian ini.
Dalam penelitian ini peneliti mengumpulkan data melalui:
1. Wawancara
Melakukan komunikasi dengan Staf Akuntansi CV. Berlian Abadi Surabaya mengenai
transaksi yang berkaitan dengan penjualan kredit, piutang tak tertagih, dan jatuh tempo
pembayaran.
2. Observasi
Penelitian dilakukan dengan cara pengamatan secara langsung terhadap hal-hal yang
dikerjakan oleh pihak-pihak yang berkaitan dengan sumber data.
3. Dokumentasi
Mengumpulkan data dari CV. Berlian Abadi berupa laporan penjualan dari data based
perusahaan.
4. Studi Pustaka
Mengumpulkan data dan informasi yang dibutuhkan yang diperoleh dari berbagai
referensi literatur, jurnal–jurnal dan bacaan lainnya yang berkaitan dengan judul
penelitian yang digunakan sebagai landasan teori dan alat untuk menganalisis.
5. Triangulasi
Pada penelitian ini teknik triangulasi yang digunakan adalah menganalisa laporan
penjualan pada CV. Berlian Abadi yang terjadi pada tahun 2013-2015..

Metode Analisis Data


Penelitian ini menggunakan metode analisis data adalah dengan cara:
1. Analisis Sebelum di Lapangan
Hasil penelitian ini dapat disusun oleh peneliti dari hasil penelitian yang berhubungan
dengan piutang tak tertagih dan implementasinya berlandaskan teori yang diperoleh
peneliti melalui literatur, jurnal, skripsi yang ada kaitannya dengan penelitian ini.

10
2. Analisis selama di Lapangan model Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2013),
yaitu:
a) Reduksi Data
Penelitian ini memfokuskan pada data laporan penjualan secara kredit (piutang tak
tertagih) pada tahun 2013 – 2015 CV. Berlian Abadi Surabaya.
b) Penyajian Data
Data penjualan tersebut oleh peneliti dianalisis berdasarkan umur piutang. Dengan
adanya daftar umur piutang, diharapkan dapat mengetahui tingkat perputaran
piutang, waktu yang diperlukan untuk menerima kas dari penjualan, persentase
piutang yang belum ditagih dari piutang yang sudah jatuh tempo, dan persentase
aktivitas penagihan yang dilakukan perusahaan, dengan menngunakan rasio-rasio
yang berhubungan dengan piutang yaitu Rasio Receivable Turn Over, Rasio
Average Collaction Period, Rasio Tunggakan, Rasio Penagihan.
Dari hasil perhitungan piutang tak tertagih berdasarkan umur piutang dan rasio-
rasio yang berhubungan dengan piutang tersebut, kemudian oleh peneliti dipelajari
dan dievaluasi. Berdasarkan hasil analisis tersebut, peneliti dapat mengambil
kesimpulan dan memberikan saran-saran yang diperlukan oleh perusahaan dalam
memperkecil piutang tak tertagih.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Proses terjadinya piutang di CV. Berlian Abadi adalah ketika adanya penjualan secara
kredit yang merupakan sebagian besar aktivitas bisnis perusahaan. Dengan strategi ini
perusahaan berharap dapat meningkatkan keuntungan. Tetapi dengan penjualan kredit tersebut
memiliki tingkat resiko yang tinggi akan piutang tak tertagih, maka perusahaan harus
mempunyai strategi dalam melakukan penagihan kepada pelanggan.
Dalam penjualan secara kredit kepada pelanggan, CV. Berlian Abadi memiliki
kebijakan terkait dengan pelanggan mana yang perlu diberi kelonggaran dalam pembayaran
dan pelanggan yang tidak diberikan kelonggaran dalam pembayaran. Perusahaan juga
11
melakukan berbagai upaya, mulai dari perubahan manajemen sampai program accounting
(software) baru yang lebih detail, sehingga laporan piutang dapat terlihat jelas, piutang mana
yang belum jatuh tempo dan piutang mana saja yang sudah jatuh tempo dan perlu ditagih.
Berikut ini tabel yang menunjukana kondisi piutang CV. Berlian Abadi pada tahun
2013 – 2015:
Tahun Total Penjualan Kredit Total Piutang Tertagih Total Piutang Tak Tertagih
2013 Rp. 66.506.697.416 Rp. 61.571.927.601 Rp. 4.934.769.815
2014 Rp. 82.604.714.251 Rp. 76.039.614.480 Rp. 6.565.099.771
2015 Rp. 110.432.013.561 Rp. 103.022.297.615 Rp. 7.409.715.946
Sumber : Rekap Piutang CV. Berlian Abadi, diolah

Tabel 4.1 Piutang CV. Berlian Abadi

Dari Tabel 4.1 tersebut, dapat dilihat bahwa jumlah penjualan kredit pada setiap
tahunnya mengalami peningkatan, sehingga dapat diartikan bahwa penjualan kredit yang
dilakukan perusahaan meningkat jumlahnya.
Pada CV. Berlian Abadi metode yang digunakan dalam menentukan besarnya taksiran
piutang tak tertagih yaitu dengan menggunakan metode analisis umur piutang. Metode ini
dilakukan dengan cara mengelompokan daftar pelanggan sesuai dengan umur piutang yang
ditentukan oleh perusahaan.
Berikut adalah kondisi piutang CV. Berlian Abadi berdasarkan metode umur piutang:
Saldo Piutang (Rp)
Kisaran Umur Piutang
2013 2014 2015
Belum jatuh tempo 2.918.809.200 2.987.281.884 4.279.447.427
Sudah jatuh tempo:
01 – 30 hari 1.442.025.648 1.502.450.442 1.574.172.963
31 – 60 hari 551.346.117 740.035.175 556.484.905
61 – 90 hari 22.588.850 599.343.770 67.087.778
91 – 180 hari - 735.988.500 158.126.900
181 – 365 hari - - 2.574.975
> 365 hari - - 771.821.000
Total 4.934.769.815 6.565.099.771 7.409.715.946

12
Sumber : Rekap Piutang CV.Berlian Abadi, diolah

Tabel 4.2 Daftar Umur Piutang CV. Berlian Abadi Periode 2013 – 2015

Dari Tabel 4.2, hasil perhitungan dalam pengelompokan umur piutang pada CV.
Berlian Abadi, pada setiap tahun piutang perusahaan mengalami peningkatan pada tiap
kelompok umurnya. Untuk kelompok piutang belum jatuh tempo, pada tahun 2013 sebesar Rp
2.918.809.200,- sedangkan pada tahun 2014 jumlahnya meningkat menjadi sebesar Rp.
2.987.281.884,- begitu juga pada tahun 2015 juga mengalami peningkatan menjadi sebesar
Rp. 4.279.447.427,-.
Dalam menilai sejauh mana kemungkinan piutang tak tertagihnya dapat ditagih,
perusahaan mengelompokan piutang tak tertagih pada setiap kelompok umur dalam beberapa
kategori seperti tabel berikut:

Kisaran Umur Piutang Kategori


Belum jatuh tempo Paling aman (100% dapat ditagih)
Sudah jatuh tempo:
01 – 30 hari Aman (80% dapat ditagih)
31 – 60 hari Aman (80% dapat ditagih)
61 – 90 hari Aman (80% dapat ditagih)
91 – 180 hari Cukup aman (60% dapat ditagih)
181 – 365 hari Kurang aman (40% dapat ditagih)
> 365 hari Tidak aman (20% dapat ditagih)
Sumber : CV. Berlian Abadi, 2016

Tabel 4.3 Kategori Piutang Tak Tertagih

Dari tabel 4.3 tersebut, CV. Berlian Abadi mengkategorikan piutang dalam kelompok
belum jatuh tempo dalam kategori piutang paling aman, yaitu semua piutang pada kelompok
belum jatuh tempo 100% dapat ditagih. Untuk kelompok umur 01 – 30 hari, CV. Berlian
Abadi mengkategorikan kelompok umur tersebut sebagai piutang dalam kategori aman, begitu
juga untuk kelompok umur 31- 60 hari dan 61 – 90 hari. Kategori aman ini berarti 80% dari
piutang tak tertagih dapat ditagih. Untuk piutang tak tertagih dalam kelompok umur 91 – 180
hari, oleh CV. Berlian Abadi dikategorikan dalam kategori piutang yang cukup aman, hal ini
13
berarti piutang tak tertagih dalam kategori cukup aman adalah 60% dari piutang tak
tertagihnya dapat ditagih oleh perusahaan.

Untuk piutang tak tertagih dalam kelompok umur 181 – 365 hari, CV. Berlian Abadi
mengkategorikan piutang pada kelompok umur tersebut dalam kategori kurang aman, yaitu
berarti piutang tak tertagih pada perusahaan hanya 40% yang dapat ditagih. Sedangkan untuk
piutang tak tertagih dalam kelompok umur > 365 hari CV. Berlian Abadi mengkataegorikan
piutang pada kelompok umur tersebut pada kategori piutang tidak aman, berarti piutang
tersebut hanya 20% saja yang dapat ditagih.

1. Analisis Tingkat Perputaran Piutang


Untuk dapat melihat bagaimana kondisi piutang perusahaan, dapat dihitung
menggunakan rasio yang berhubungan dengan tingkat perputaran piutang. Berikut
perhitungannya:
a) Rasio Receivable Turn Over (RTO)

Rumus: RTO =

RTO = ……………kali
Dimana: Piutang rata-rata =

Berikut ini adalah perhitungan RTO:


(1) Tahun 2014
RTO =

RTO = 14,37 kali


Dimana:
Piutang rata-rata =

Piutang rata-rata = 5.749.934.793


(2) Tahun 2015
RTO =

14
RTO = 15,80 kali
Dimana:
Piutang rata-rata =

Piutang rata-rata = 6.987.407.858


b) Rasio Average Collaction Period (ACP)
Rumus: ACP =

ACP = ……………..hari
Berikut ini adalah perhitungana ACP:
(1) Tahun 2014
ACP =

ACP = 25 hari

(2) Tahun 2015


ACP =

ACP = 23 hari

c) Rasio Tunggakan
Rumus: Rasio Tunggakan = x 100%

Rasio Tunggakan = ……%


Berikut ini adalah perhitungana rasio tunggakan:
(1) Tahun 2014
Rasio Tunggakan = x 100%

Rasio Tunggakan = 8 %
(2) Tahun 2015
Rasio Tunggakan = x 100%

Rasio Tunggakan = 7 %
15
d) Rasio Penagihan
Rumus: Rasio Penagihan = x 100%

Rasio Penagihan = …….%

Berikut ini adalah perhitungana rasio penagihan:


(1) Tahun 2014
Rasio Penagihan = x 100%

Rasio Penagihan = 92 %
(2) Tahun 2015
Rasio Penagihan = x 100%

Rasio Penagihan = 93 %
Hasil perhitungan rasio-rasio tersebut dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Tahun RTO ACP Rasio Tunggakan Rasio Penagihan


2014 14,37 kali 25 hari 8% 92 %
2015 15,80 kali 23 hari 7% 93 %
Sumber : Peneliti (2016)
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan RTO, ACP, Rasio Tunggakan, Rasio Penagihan
Hasil perhitungan RTO tahun 2014 menunjukan bahwa perputaran piutang yang
terjadi pada CV. Berlian Abadi di Surabaya adalah sebanyak 14,37 kali sedangkan
tahun 2015 menunjukan bahwa perputaran piutang yang terjadi pada CV. Berlian
Abadi di Surabaya adalah sebanyak 15,80 kali.
Hasil perhitungan ACP tahun 2014 menunjukan bahwa rata-rata waktu yang
diperlukan perusahaan untuk menerima kas dari penjualan adalah 25 hari, sedangkan
pada tahun 2015 menunjukan bahwa rata-rata waktu yang diperlukan perusahaan
untuk menerima kas dari penjualan adalah 23 hari.
Hasil perhitungan rasio tunggakan menunjukan bahwa jumlah piutang yang telah
jatuh tempo dan belum tertagih dari sejumlah penjualan kredit yang terjadi di CV.
16
Berlian abadi pada tahun 2014 adalah sebesar 8%, sedangkan pada tahun 2015 jumlah
piutang yang telah jatuh tempo dan belum tertagih dari sejumlah penjualan kredit yang
terjadi di CV. Berlian abadi adalah sebesar 7%.
Hasil perhitungan rasio penagihan menunjukan bahwa piutang yang tertagih dari
total piutang yang dimiliki perusahaan adalah sebesar 92% pada tahun 2014, dan pada
tahun 2015 bahwa piutang yang tertagih dari total piutang yang dimiliki perusahaan
adalah sebesar 93%.
2. Analisis Kebijakan Kredit pada CV. Berlian Abadi
Dengan memberikan kredit kepada pelanggan berdasarkan hubungan yang terjadi
terhadap kedua belah pihak, apakah pelanggan tersebut adalah masih kerabat atau kenalan
dari perusahaan, karena mengingat hubungan yang baik yang selama ini sudah terjalin,
membuat perusahaan bersikap kurang tegas terhadap pelanggan, khususnya pelanggan
lama. Dalam pemberian kredit kepada pelanggan sudah sesuai prosedur perusahaan.
Dengan penilaian 5C (Character, Capacity, Capital, Collateral, Condition). Hal ini berarti
perusahaan sudah mempunyai standar dalam memberikan kredit kepada calon
pelanggannya. Proses penagihan piutang pada CV. Berlian Abadi adalah dimulai dengan
penagihan melalui telepon pada H-1 untuk mengingatkan pelanggan bahwa piutangnya
akan jatuh tempo. Apabila pelanggan tersebut belum membayar pada saat jatuh tempo,
bagian penagihan terus meneleponnya sampai terjadi kesepakatan atau perusahaan akan
mengirim orang bagian penagihan untuk menagih ke tempat pelanggan secara langsung.
3. Analisis Taksiran Kerugian Piutang
Untuk mengetahui berapa besarnya piutang tak tertagih, CV. Berlian Abadi
menggunakan metode analisis umur piutang. Dengan metode ini, diharapkan perusahaan
dapat membantu bagian penagihan dalam menetukan tindakan apa yang akan dilakukan
terhadap piutang perusahaan.
Untuk mendapatkan nilai realisasi bersih atas piutang usaha yang diperkirakan dapat
ditagih, sebaiknya perusahaan menggunakan metode penyisihan dalam mencatat beban
kerugian piutang. Perusahaan membuat estimasi atas piutang tak tertagih tanpa menunggu
bahwa piutang tersebut sudah tidak dapat ditagih. Dalam mengestimasi, mengakui dan
membebankan kerugian piutang atas piutang tak tertagih memerlukan ketepatan dalam

17
menentukannya, karena hal ini menyebabkan bertambahnya biaya kerugian piutang yang
mempengaruhi laba perusahaan.
Bedasarkan pengelompokan piutang tak tertagih dalam beberapa kategori yang
ditetapkan perusahaan, persentase estimasi tidak tertagih terhadap piutang usaha CV.
Berlian Abadi adalah sebagai berikut:

Kisaran Umur Piutang Kategori Persentase Estimasi Tidak Tertagih


Belum jatuh tempo Paling aman 0%
Sudah jatuh tempo:
01 – 30 hari Aman 20%
31 – 60 hari Aman 20%
61 – 90 hari Aman 20%
91 – 180 hari Cukup aman 40%
181 – 365 hari Kurang aman 60%
> 365 hari Tidak aman 80%
Sumber : CV.Berlian Abadi, 2016

Tabel 4.5 Persentase Estimasi Tak Tertagih

Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa CV. Berlian Abadi dalam mengestimasi persentase
piutang tak tertagih mengkategorikan piutang tersebut tidak aman pada umur piutang
diatas 365 hari. Piutang yang berumur lebih 365 hari memiliki persentase estimasi tak
tertagih sebesar 80%. Ini berarti bahwa hanya 20% dari jumlah piutang yang dapat ditagih.
Sedangkan untuk piutang yang berumur 181 – 365 hari mempunyai persentase estimasi tak
tertagih sebesar 60%, berarti bahwa hanya 40% dari jumlah piutang yang dapat ditagih.
Begitu halnya untuk piutang yang berumur 91 – 180 hari mempunyai persentase estimasi
tak tertagih sebesar 40%, hal ini berarti bahwa 60% dari jumlah piutang yang dapat
ditagih.

Sedangkan untuk piutang yang berumur 01 – 90 hari mempunyai persentase estimasi


tak tertagih sebesar 20%, berarti 80% dari jumlah piutang pada umur tersebut dapat
ditagih. Oleh perusahaan piutang yang berumur 01 – 90 hari ini dikategorikan dalam
kategori aman. Untuk piutang yang belum jatuh tempo meempunyai perrsentase estimasi
18
tak tertagih sebesar 0%, dan dikategorikan paling aman, hal ini berarti piutang yang belum
jatuh tempo dapat diitagih 100%.

Pembahasan Hasil Penelitian

1. Tingkat Perputaran Piutang


Perhitungan tingkat perputaran piutang dapat dlihat pada Tabel 4.4. Berdasarkan tabel
tersebut, hasil perhitungan RTO tahun 2014 menunjukan bahwa perputaran piutang
yang terjadi pada CV. Berlian Abadi di Surabaya adalah sebanyak 14,37 kali
sedangkan tahun 2015 sebanyak 15,80 kali. Hasil perhitungan RTO di tahun 2015
meningkat jumlahnya dibanding tahun 2014, berarti semakin efektif dan efisien
pengendalian piutang yang dilakukan perusahaan. Akan tetapi harapan perusahaan,
piutang terjadi dua kali dalam satu bulan sehingga dalam satu tahun terjadi sebanyak
24 kali, hal ini berarti tingkat perputaran piutang yang tejadi pada CV. Berlian Abadi
tidak mencapai target yang diharapkan perusahaan.
Hasil perhitungan ACP tahun 2014 menunjukan bahwa pengumpulan piutang sampai
menjadi kas dalam waktu 25 hari, sedangkan pada tahun 2015 dalam waktu 23 hari.
Perusahaan berharap pengumpulan piutang sampai menjadi kas adalah 30 hari. Ini
berarti bahwa bagian penagihan CV. Berlian Abadi telah bekerja dengan baik, karena
waktu yang diperlukan piutang sampai menjai kas lebih cepat dari harapan perusahaan.
Jumlah piutang yang telah jatuh tempo dan belum tertagih di CV. Berlian abadi pada
tahun 2014 adalah sebesar 8%, sedangkan pada tahun 2015 jumlah 7%. Hasil
perhitungan rasio tunggakan di tahun 2015 mengalami penurunan dibanding tahun
2014, berarti jumlah piutang yang tertunggak mengalami penurunan, hal ini baik bagi
perusahaan karena jumlah piutang perusahaan menagalami penurunan.
Piutang yang tertagih dari total piutang yang dimiliki perusahaan adalah sebesar 92%
pada tahun 2014, dan pada tahun 2015 sebesar 93%. Hasil perhitungan rasio penagihan

19
mengalami peningkatan di tahun 2015 dibanding tahun 2014. Hal ini berarti aktivitas
penagihan yang dilakukan perusahaan sudah meningkat dan berjalan dengan baik.
2. Kebijakan Kredit pada CV. Berlian Abadi
Pemberikan kredit kepada pelanggan berdasarkan hubungan yang terjadi terhadap
kedua belah pihak, apakah pelanggan tersebut adalah masih kerabat atau kenalan dari
perusahaan hal ini dapat membuat pelanggan kurang mematuhi prosedur kredit yang
seharusnya berlaku di perusahaan, yaitu tentang jangka waktu pembayaran bagi
pelanggan khususnya pelanggan lama dan kerabat, hal ini membuat perputaran piutang
tidak sesuai denga harapan perusahaan.
Walaupun perusahaan sudah mempunyai standar dalam memberikan kredit kepada
calon pelanggannya dengan penilaian 5C (Character, Capacity, Capital, Collateral,
Condition), pada kenyataannya masih banyak pelanggan yang penilaiannya tidak
sesuai dengan standar penilaian perusahaan. Sehingga ada dari pelanggan tersebut
yang tidak bisa membayar piutangnya pada saat jatuh tempo, sehingga piutang
tertunggak menjadi bertambah.
Dalam hal penagihan, perusahaan sudah melakukan sesuai dengan prosedur yang
dibuat oleh perusahaan. Meskipun masih banyak kendala yang dihadapai dalam usaha
penagihan. Kondisi pelanggan yang membuat pelanggan lalai dalam membayar
utangnya merupakan faktor utama yang menjadi kendala dalam setiap usaha
penagihan. Misalnya pada saat penagihan, pelanggan tersebut sedang tidak ada di
tempat, karakter dari pelanggan yang suka mengulur-ulur waktu pembayaran atau
pelanggan sedang mengalami kesulitan keuangan bahkan kebangkrutan. Hal ini
membuat bagian penagihan harus lebih memperhatikan pelanggan seperti ini.
3. Taksiran Kerugian Piutang
Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukan bahwa piutang CV. Berlian Abadi, pada setiap
tahun piutang perusahaan mengalami peningkatan pada tiap kelompok umurnya.
Berarti jumlah penjualan kredit yang terjadi mengalami peningkatan. Semakin lama
umur piutang tersebut maka kemungkinan akan tidak tertagihnya juga semakin besar.
Oleh karena itu, diperlukan perhatian khusus terhadap piutang yang menurut

20
perusahaan kurang aman dan tidak aman, karena dapat meningkatnya resiko akan tidak
tertagihnya piutang tersebut.
Berdasarkan Tabel 4.3, perusahaan menetapkan piutang yang belum jatuh tempo
sebagai piutang dalam kategori paling aman, dikarena piutang dalam kategori tersebut
dapat ditagih semua. Dan piutang yang berumur 01 – 90 hari sebagai piutang dalam
kategori aman, hal ini dikarena perusahaan mempunyai kebijakan dalam penagihan
piutang yang lewat jatuh tempo untuk diberi kelonggaran waktu dalam batas tertentu.
Dan untuk piutang yang berumur 91 – 180 hari dalam kategori cukup aman, karena
pelanggan dalam kategori tersebut masih biasa ditagih meskipun memerlukan usaha
lebih keras dari bagian penagihan. Sedangkan untuk piutang yang berumur 181 – 365
hari dalam kategori tidak aman dan memerlukan perhatian khusus, begitu juga dengan
piutang yang berumur lebih dari 365 hari. Sedapat mungkin bagian penagihan tetap
melakukan penagihan terhadap pelanggan dalam kategori tersebut.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:
1. Pengelolaan piutang tak tertagih pada CV. Berlian Abadi sudah berjalan dengan baik,
hal ini dapat dilihat dari perhitungan rasio – rasio yang berhubungan dengan tingkat
perputaran piutang, yaitu RTO, ACP, rasio tunggakan dan rasio penagihan.
a) Hasil perhitungan RTO setiap tahunnya mengalami peningkatan berarti semakin
efektif dan efisien pengendalian piutang yang dilakukan perusahaan, akan tetapi
dari hasil perhitungan RTO, masih belum mencapai target yang diharapkan oleh
perusahaan, yaitu piutang terjadi sebanyak 24 kali dalam satu tahun.
b) Hasil perhitungan ACP, CV. Berlian Abadi menunjukan bahwa bagian penagihan
bisa mengumpulkan piutang sampai menjadi kas dalam waktu dibawah 30 hari, hal
ini berarti bahwa bagian penagihan CV. Berlian Abadi telah bekerja dengan baik,
karena waktu yang diperlukan piutang sampai menjadi kas lebih cepat dari harapan

21
perusahaan, akan tetapi dalam Tabel 4.2 menunjukan pelanggan yang membayar
lebih dari 30 hari meningkat jumlahnya.
c) Hasil perhitungan rasio tunggakan mengalami penurunan berarti jumlah piutang
yang tertunggak mengalami penurunan, hal ini baik bagi perusahaan karena jumlah
piutang perusahaan semakin kecil. Akan tetapi dilihat dari Tabel 4.2, piutang
tertunggak mengalami peningkatan pada setiap kelompok umurnya, hal ini tidak
baik bagi perusahaan karena dapat menimbulkan resiko akan tidak tertagihnya
piutang tersebut.
d) Hasil perhitungan rasio penagihan mengalami peningkatan di tahun 2015
dibanding tahun 2014. Hal ini berarti aktivitas penagihan yang dilakukan
perusahaan sudah meningkat dan berjalan dengan baik.
2. Berdasarkan analisis kebijakan kredit yang diterapkan CV. Berlian Abadi, dalam
memberikan kredit kepada pelanggannya sudah sesuai dengan proseder kredit yang
ditentukan perusahaan, meskipun masih ada kebijaksanaan perusahaan yang kurang
tegas khususnya terhadap kerabat dan pelanggan lama. Kebijaksanaan ini mempunyai
sisi baik dalam mempertahankan pelanggan perusahaan karena perusahaan
menerapkan kebijakan yang bersifat kekeluargaan, tetapi juga mempunyai sisi buruk
yaitu lambatnya penerima uang tunai dari piutang perusahaan sehingga mempengaruhi
cash flow perusahaan.
3. Piutang yang telah jatuh tempo 01 – 90 hari masih dikategorikan aman, yaitu masih
bisa ditagih dengan baik dan untuk piutang yang telah jatuh tempo 91 – 180 hari masih
dikategorikan cukup aman, sedangkan untuk piutang yang jatuh tempo 181 – 365 hari
dikategorikan kurang aman dan perlu usaha penagihan yang lebih keras. Sedangkan
untuk piutang yang berumur lebih 365 hari dikategorikan tidak aman.
Saran
Saran yang dapat diberikan kepada manajemen CV. Berlian Abadi adalah:
1. Agar pihak perusahaan dapat mempertahankan kinerja yang selama ini sudah baik
dalam hal pengelolaan piutang, hal ini dapat dilihat dari angka yang ditunjukan pada
perhitungan rasio – rasio yang berhubungan dengan tingkat perputaran piutang,
meskipun ada beberapa yang tidak sesuai dengan harapan perusahaan.

22
a) Perhitungan RTO yang masih belum mencapai target yang diharapkan oleh
perusahaan, yaitu piutang terjadi sebanyak 24 kali dalam satu tahun. Untuk
memarik pelanggan agar membayar tagihan lebih awal, perusahaan memberikan
potongan tambahan, berupa potongan harga atau cash back.
b) Hasil perhitungan ACP yang semakin kecil jumlahnya akan tetapi jumlah
pelanggan yang membayar lewat jatuh tempo semakin besar. Untuk memperkecil
jumlah pelanggan yang berhutang melebihi jatuh tempo, perusahaan memberi
denda berupa penambahan pembayaran bagi pelanggan yang piutangnya melebihi
jatuh tempo.Semakin lama piutang tersebut melebihi waktu pembayaran, maka
semakin besar pula denda yang harus dibayar.
c) Hasil perhitungan rasio tunggakan yang menunjukan jumlah piutang yang
tertunggak mengalami penurunan, akan tetapi pada kenyataanya, piutang
tertunggak perusahaan bertambah pada setiap kelompok umurnya. Untuk
mengurangi piutang tertunggak, seharusnya perusahaan mempunyai batas kredit,
untuk pelanggan yang mempunyai tunggakan tidak diperbolehkan membeli barang
lagi sebelum piutang yang tertunggak dibayar, meskipun itu adalah pelanggan
lama.
d) Untuk meningkatkan aktifitas penagihan, bagian peanagihan lebih aktif lagi dalam
melakukan penagihan, khususnya untuk pelanggan yang mempunyai piutang
melebihi jatuh tempo.
2. Dalam memberikan kredit kepada calon pelanggan seharusnya CV. Berlian Abadi
tidak hanya berdasarkan informasi yang diperoleh mengenai latar belakang dari calon
pelanggan saja. Perusahaan seharusnya membuat surat perjanjian piutang yang berisi
tentang syarat kredit yang harus ditandatangani oleh calon pelanngan. Apabila
pelanggan melanggar perjanjian tersebut, maka dikenakan sanksi sesuai syarat yang
tertulis di surat perjanjian tersebut, misalnya denda berupa penambahan pembayaran
apabila terlambat membayar atau penyitaan apabila pelanggan tersebut tidak dapat
membayar.

23
3. Agar bagian penagihan tetap konsisten dalam melaksanakan prosedur penagihan
piutang dan prosedur evaluasi penagihan piutang, sehingga umur piutang di CV.
Berlian Abadi semuanya masuk dalam kategori aman.

DAFTAR PUSTAKA

Adisaputro, Gunawan dan Marwan Asri. 2003. Anggaran perusahaan 2. Yogyakarta: BPFE.

Agustine, Adelia, Dini. Rosyafah, Siti. Susanti, Widya. 2015. Analisis Piutang Tak Tertagih Terhadap
Tingkat Perputaran Piutang Kopwan Dewi Sri Candipari Porong. Jurnal Akuntansi Ubhara.
ISSN : 2460-7762. Program Study Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Bhayangkara
Surabaya. http://fe.ubhara.ac.id/ojs/index.php/equity/article/download/103/101&sa

Da Costa, Fensi, Imanuella. 2015. Analisis Kerugian Piutang Tak Tertagih Pada Pt. Metta Karuna
Jaya Makassar. Jurnal Emba Vol.3 No.1, 695-706. Fakultas Ekonomi dan Bisnis – Akuntansi,
Universitas Sam Ratulangi. http://ejournal.unsrat.ac.id

Indonesia, Ikatan Akuntan. 2009. Pernyataan Standart Akuntansi Keuangan (PSAK). Jakarta

Indonesia, Ikatan Akuntan. 2011. Pernyataan Standart Akuntansi Keuangan Per 1 Juni 2012. Jakarta:
Salemba Empat.

Karamoy, Venny. Dan Nangoi, Bernadette, Grace. 2014. Analisis Piutang pada PT. SUCOFINDO
(Persero) Cabang Manado. Jurnal. Program Pendidikan Profesi Akuntansi. Fakultas Ekonomi
dan Bisnis. Unifersitas Sam ratulangi Manado.
http://www.google.com/url?q=http://download.portalgaruda.org

Keiso, Weygandt, Warfield. 2009. Akuntansi Intermediate. Diterjemahkan oleh Herman Wibowo. Jilid
1. Jakarta : Erlangga

Keown, J. 2008. Manajemen Keuangan Prinsip dan Penerapan. Macanan Jaya Cemerlang

Mardiasmo. 2000. Akuntansi Keuangan Dasar. Edisi 2. Yogyakarta : BPFE

Martani, Dwi, et al. 2012. Akuntansi Keungan Menengah Berbasis PSAK. Jakarta: Salemba Empat

Riwayati, Sri. 2013. Analisis Pengendalian Piutang Terhadap Resiko Piutang Tak Tertagih pada PT.
XYZ. Jurnal Program Studi Akuntansi. Fakultas Ekonomi. Universitas Maritim Raja Ali Haji.
http://jurnal.umrah.ac.id

Riyanto, Bambang. 2013. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: BPFE

Soemarso S. R. 2009. Akuntansi Suatu Pengantar. Buku 1 Edisi 5 Revisi. Jakarta : Salemba Empat

Sudana, I Made. 2011. Manajemen Keuangan Perusahaan Teori & Praktek. Erlangga, Surabaya

24
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Bandung:Alfabeta

Syamsuddin, Lukman. 2002. Manajemen Keuangan Perusahaan, Jakarta: Grafindo

Syaputera, Kurniawan, Erdi. Khairani, Siti. 2013. Analisis Piutang Tak Tertagih Pada PT. Bima
Finance Palembang. Jurnal Jurusan Akuntansi S1. STIE MDP. http://eprints.mdp.ac.id

Warren, Reeve, Duchac. 2015. Accounting : Pengantar Akuntansi, Terjemahan Aria Farahmita,
Amanugrahani, dan Taufik Hendrawan, Edisi 21, Buku 2, Salemba Empat, Jakarta

25

Anda mungkin juga menyukai