Oleh:
KELOPOK 5
YOGYAKARTA
2020
Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena nikmat dan kesempatan
yang diberikannya sehingga makalah ini dapat terselesaikan sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan. Makalah ini berisi tugas mata kuliah Genetika
Makalah ini terselesaikan tidak lepas dari bantuan banyak pihak. Ucapan terima
kasih penulis ucapkan kepada Bapak Seno Johari selaku dosen pengampu mata
kuliah Genetika yang telah membimbing dan mengarahkan jalannya pembuatan
makalah ini.
Penulis memohon maaf apabila terdapat banyak kesalahan dan kekurangan dalam
penulisan makalah ini. Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan
dari semua pihak demi perbaikan makalah ini dimasa yang akan datang.
BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan dan manfaat dari mempelajari materi ini yaitu dapat mengetahui
kegunaan dari PCR, komponan-komponan PCR dan proses PCR.
BAB II
PEMBAHASAN
2.2. Komponen
a. Primer
Primer adalah sepasang DNA utas tunggal atau oligonukleotida
pendek yang menginisiasi sekaligus membatasi reaksi pemanjangan
rantai atau polimerisasi DNA. Jadi jangan membayangkan kalau PCR
mampu menggandakan seluruh DNA bakteri E. coli yang panjangnya
kira-kira 3 juta bp itu. PCR hanya mampu menggandakan DNA pada
daerah tertentu sepanjang maksimum 10000 bp saja, dan dengan
teknik tertentu bisa sampai 40000 bp. Primer dirancang untuk memiliki
sekuen yang komplemen dengan DNA template, jadi dirancang agar
menempel mengapit daerah tertentu yang kita inginkan.
c. Buffer
Buffer yang biasanya terdiri atas bahan-bahan kimia untuk
mengkondisikan reaksi agar berjalan optimum dan menstabilkan enzim
DNA polymerase.
d. Ion Logam
a. Isolasi Gen
Kita tahu bahwa DNA makhluk hidup memiliki ukuran yang sangat
besar, DNA manusia saja panjangnya sekitar 3 miliar basa, dan di
dalamnya mengandung ribuan gen. Sebagaimana kita tahu bahwa
fungsi utama DNA adalah sebagai sandi genetik, yaitu sebagai
panduan sel dalam memproduksi protein, DNA ditranskrip
menghasilkan RNA, RNA kemudian diterjemahkan untuk menghasilkan
rantai asam amino alias protein. Dari sekian panjang DNA genome,
bagian yang menyandikan protein inilah yang disebut gen, sisanya
tidak menyandikan protein atau disebut junk DNA , DNA sampah
yang fungsinya belum diketahui dengan baik. Kembali ke pembahasan
isolasi gen, para ahli seringkali membutuhkan gen tertentu untuk
diisolasi. Sebagai contoh, dulu kita harus mengekstrak insulin langsung
dari pankreas sapi atau babi, kemudian menjadikannya obat diabetes,
proses yang rumit dan tentu saja mahal serta memiliki efek samping
karena insulin dari sapi atau babi tidak benar-benar sama dengan
insulin manusia. Berkat teknologi rekayasa genetik, kini mereka dapat
mengisolasi gen penghasil insulin dari DNA genome manusia, lalu
menyisipkannya ke sel bakteri (dalam hal ini E. coli) agar bakteri dapat
memproduksi insulin juga. Hasilnya insulin yang sama persis dengan
yang dihasilkan dalam tubuh manusia, dan sekarang insulin tinggal
diekstrak dari bakteri, lebih cepat, mudah, dan tentunya lebih murah
ketimbang cara konvensional yang harus mengorbankan sapi atau
babi. Untuk mengisolasi gen, diperlukan DNA pencari atau dikenal
dengan nama probe yang memiliki urutan basa nukleotida sama
dengan gen yang kita inginkan. Probe ini bisa dibuat dengan teknik
PCR menggunakan primer yang sesuai dengan gen tersebut.
b. DNA Sequencing
Urutan basa suatu DNA dapat ditentukan dengan teknik DNA
Sequencing, metode yang umum digunakan saat ini adalah metode
Sanger (chain termination method) yang sudah dimodifikasi
menggunakan dye-dideoxy terminator, dimana proses awalnya adalah
reaksi PCR dengan pereaksi yang agak berbeda, yaitu hanya
menggunakan satu primer (PCR biasa menggunakan 2 primer) dan
adanya tambahan dideoxynucleotide yang dilabel fluorescent. Karena
warna fluorescent untuk setiap basa berbeda, maka urutan basa suatu
DNA yang tidak diketahui bisa ditentukan.
c. Forensik
Identifikasi seseorang yang terlibat kejahatan (baik pelaku
maupun korban), atau korban kecelakaan/bencana kadang sulit
dilakukan. Jika identifikasi secara fisik sulit atau tidak mungkin lagi
dilakukan, maka pengujian DNA adalah pilihan yang tepat. DNA dapat
diambil dari bagian tubuh manapun, kemudian dilakukan analisa PCR
untuk mengamplifikasi bagian-bagian tertentu DNA yang disebut
fingerprints alias DNA sidik jari, yaitu bagian yang unik bagi setiap
orang. Hasilnya dibandingkan dengan DNA sidik jari keluarganya yang
memiliki pertalian darah, misalnya ibu atau bapak kandung. Jika
memiliki kecocokan yang sangat tinggi maka bisa dipastikan identitas
orang yang dimaksud. Konon banyak kalangan tertentu yang
memanfaatkan pengujian ini untuk menelusuri orang tua
sesungguhnya dari seorang anak jika sang orang tua merasa ragu.
d. Diagnosa Penyakit
Penyakit Influenza A (H1N1) yang sebelumnya disebut flu babi
sedang mewabah saat ini, bahkan satu fase lagi dari fase pandemi.
Penyakit berbahaya seperti ini memerlukan diagnosa yang cepat dan
akurat. PCR merupakan teknik yang sering digunakan. Teknologi saat
ini memungkinkan diagnosa dalam hitungan jam dengan hasil akurat.
Disebut akurat karena PCR mengamplifikasi daerah tertentu DNA yang
merupakan ciri khas virus Influenza A (H1N1) yang tidak dimiliki oleh
virus atau makhluk lainnya.
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Marlina, Radu, S., Kqueen, C. Y., Napis, S., Zakaria, Z., Mutalib, S. A. and
Nishibuchi, M. Occurrence of tdh and trh genes in Vibrio parahaemolyticus isolated
from Corbicula moltkiana Prime in West Sumatera, Indonesia. Southeast Asian
Journal of Tropical Medical Public Health Vol.38 No. 2 March 2007.
Marlina, Zulqifli, Anamerta, L., Revadiana, I., Radu, S., Kqueen, C. Y. and
Nishibuchi, M. Identification of Vibrio parahaemolyticus from clinical samples in West
Sumatera Using Polymerase Chain Reaction Methods. Acta
Pharmaceutica Indonesia 31 (2): 2007, 96-99.