Anda di halaman 1dari 16

KESIAGAAN BENCANA

KELOMPOK II

ARFINISIUS ANA RATO 2118006


YUSRIL ZAINUDDIN 2118030
REIN RAHMAN 2118014
DESRIANA BILI 2118037
PAULINA REGINA MBITU 2118034
NENI DEFENTA SIRA 2118033
ALAN YUSUF 2118020
NURFITLAINA 2118026

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
GEMA INSAN AKADEMIK
MAKASSAR
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas berjudul “KESIAGAAN
BENCANA” dengan sebaik-baiknya.
Dalam penyusunan ini, kami telah mengalami berbagai hal baik suka
maupun duka. Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak akan
selesai dengan lancar dan tepat waktu tanpa adanya bantuan, dorongan, serta
bimbingan dari berbagai pihak. Sebagai rasa syukur atas terselesainya makalah
ini, maka dengan tulus kami sampaikan terima kasih.
Dalam penyusunan ini, kami menyadari masih banyak kekurangan baik
pada teknik penulisan maupun materi.Untuk itu kritik dan saran dari semua
pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan dapat diterapkan dalam menyelesaikan suatau permasalahan
yang berhubungan dengan judul makalah ini.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................

A. Latar Belakang.........................................................................................................
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................
C. Tujuan .....................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................
A. Pendidikan Kesehatan Pada Masyarakat Umum.....................................................
B. Perencanaan Kontinjensi Difasilitas Kesehatan Dan Masyarakat ..........................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................................
B. Saran........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap wilayah tempat tinggal manusia memiliki resiko
bencana.Seringkali resiko tersebut tidak terbaca oleh komunitas dan
karenanya tidak dikelola dengan baik.Hal ini menyebabkan terkadang, dan
mungkin juga sering, bencana terjadi secara tak terduga-duga.Dampak
paling awal dari terjadinya bencana adalah kondisi darurat, dimana terjadi
penurunan drastis dalam kualitas hidup komunitas korban yang
menyebabkan mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan
dasarnya dengan kapasitasnya sendiri.
Bencana harus ditangani secara menyeluruh setelah situasi darurat
itu direspons.Setiap akibat pasti punya sebab dan dampaknya, maka
bencana sebagai sebuah akibat pasti punya sebab dan dampaknya, agar
penanganan bencana tidak terbatas pada simpton simpton persoalan, tetapi
menyentuh substansi dan akar masalahnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pendidikan Kesehatan Pada Masyarakat Umum ?
2. Bagaimana Perencanaan Kontinjensi Di Fasilitas Kesehatan Dan
Masyarakat?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pendidikan Kesehatan Pada Masyarakat
Umum.
2. Untuk Mengetahui Perencanaan Kontinjensi Difasilitas Kesehatan
Dan Masyarakat.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pendidikan Kesehatan Pada Masyarakat Umum


1. Pendidikan
Secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk
mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok atau
masyarakat, sehingga mereka melakukan apa yang di harapkan
oleh pelaku pendidikan, yang tersirat dalam pendidikan adalah:
input adalah sasaran pendidikan (individu, kelompok, dan
masyarakat), pendidik adalah (pelaku pendidikan), proses adalah
(upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain), output
adalah (melakukan apa yang diharapkan atau perilaku)
(Notoatmodjo, 2012).
Kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual,
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif
secara sosial dan ekonomi, dan menurut WHO yang paling baru ini
memang lebih luas dan dinamis dibandingkan dengan batasan sebelumnya
yang mengatakan, bahwa kesehatan adalah keadaan sempurna, baik fisik
maupun mental dan tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat
(Notoatmodjo, 2012).
Pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau penerapan
pendidikan dalam bidang kesehatan. Secara opearasional
pendidikan kesehatan adalah semua kegiatan untuk memberikan
dan meningkatkan pengetahuan, sikap, praktek baik individu,
kelompok atau masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatan mereka sendiri (Notoatmodjo, 2012).

2. Tujuan Pendidikan Kesehatan


Menurut Susilo (2011) tujuan pendidikan kesehatan terdiri dari :

5
1) Tujuan kaitannya dengan batasan sehat
Menurut WHO (1954) pendidikan kesehatan adalah
untuk mengubah perilaku orang atau masyarakat dari
perilaku tidak sehat menjadi perilaku sehat. Seperti kita
ketahui bila perilaku tidak sesuai dengan prinsip kesehatan
maka dapat menyebabkan terjadinya gangguan terhadap
kesehatan. Masalah ini harus benar-benar dikuasai oleh
semua kader kesehatan di semua tingkat dan jajaran, sebab
istilah sehat, bukan sekedar apa yang terlihat oleh mata
yakni tampak badannya besar dan kekar.
Mungkin saja sebenarnya ia menderita batin atau
menderita gangguan jiwa yang menyebabkan ia tidak
stabil, tingkah laku dan sikapnya. Untuk menapai sehat
seperti definisi diatas, maka orang harus mengikuti
berbagai latihan atau mengetahui apa saja yang harus
dilakukan agar orang benar-benar menjadi sehat.
2) Mengubah perilaku kaitannya dengan budaya
Sikap dan perilaku adalah bagian dari budaya.
Kebiasaan, adat istiadat, tata nilai atau norma, adalah
kebudayaan. Mengubah kebiasaan, apalagi adat
kepercayaan yang telah menjadi norma atau nilai di suatu
kelompok masyarakat, tidak segampang itu untuk
mengubahnya. Hal itu melalui proses yang sangat panjang
karena kebudayaan adalah suatu sikap dan perilaku serta
cara berpikir orang yang terjadinya melalui proses belajar.
Meskipun secara garis besar tujuan dari pendidikan
kesehatan mengubah perilaku belum sehat menjadi
perilaku sehat, namun perilaku tersebut ternyata mencakup
hal yang luas, sehingga perlu perilaku tersebut sebagai
tujuan pendidikan kesehatan menjadi 3 macam yaitu :

6
a) Perilaku yang menjadikan kesehatan sebagai suatu
yang bernilai di masyarakat. Dengan demikian
kader kesehatan mempunyai tanggung jawab di
dalam penyuluhannya mengarahkan pada keadaan
bahwa cara-cara hidup sehat menjadi kebiasaan
hidup masyarakat sehari-hari.
b) Secara mandiri mampu menciptakan perilaku sehat
bagi dirinya sendiri maupun menciptakan perilaku
sehat di dalam kelompok. Itulah sebabnya dalam
hal ini Pelayanan Kesehatan Dasar (PHC =
Primary Health Care) diarahkan agar dikelola
sendiri oleh masyarakat, dalam hal bentuk yang
nyata adalah PKMD. Contoh PKMD adalah
Posyandu. Seterusnya dalam kegiatan ini
diharapkan adanya langkah-langkah mencegah
timbulnya penyakit.
c) Mendorong berkembangnya dan penggunaan
sarana pelayanan kesehatan yang ada secara tepat.
Ada kalanya masyarakat memanfaatkan sarana
kesehatan yang ada secara berlebihan Sebaliknya
sudah sakit belum pula menggunakan sarana
kesehatan yang ada sebagaimana mestinya.

3. Sasaran Pendidikan Kesehatan


Menurut Susilo (2011) sasaran pendidikan kesehatan di
indonesia, berdasarkan kepada program pembangunan di Indonesia
adalah :
1) Masyarakat umum dengan berorientasi pada masyarakat
pedesaan.
2) Masyarakat dalam kelompok tertentu, seperi wanita,
pemuda, remaja.

7
3) Termasuk dalam kelompok khusus ini adalah kelompok
pendidikan mulai dari TK sampai perguruan tinggi,
sekolah agama swasta maupun negeri.
4) Sasaran individu dengan teknik pendidikan kesehatan
individu.

4. Media Pendidikan Kesehatan


Menurut Nursalam (2008) media pendidikan kesehatan
adalah saluranbkomunikasi yang dipakai untuk mengirimkan pesan
kesehatan. Media dibagi menjadi 3, yaitu: cetak, elektronik, media
papan (billboard).
a. Media cetak
1) Booklet : untuk menyampaikan pesan dalam bentuk pesan
tulisan maupun gambar, biasanya sasarannya masyarakat
yang bisa membaca
2) Leaflet : penyampaian pesan melalui lembar yang dilipat
biasanya berisi gambar atau tulisan atau biasanya kedua-
duanya.
3) Flyer (selebaran) :seperti leaflet tetapi tidak berbentuk
lipatan.
4) Flip chart (lembar balik) : informasi kesehatan yang
berbentuk lembar balik dan berbentuk buku. Biasanya
berisi gambar dibaliknya berisi pesan kalimat berisi
informasi berkaitan dengan gambar tersebut.
5) Rubik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah,
mengenai hal yang berkaitan dengan hal kesehatan.
6) Poster :berbentuk media cetak berisi pesan-pesan
kesehatan biasanya ditempel di tembok-tembok tempat
umum dan kendaraan umum.

Foto : yang mengungkapkan masalah informasi kesehatan.

8
b. Media elektronik
1) Televisi : dalam bentuk ceramah di TV, sinetron,
sandiwara, dan vorum diskusi tanya jawab dan lain
sebagainya.
2) Radio :bisa dalam bentuk ceramah radio, sport radio,
obrolan tanya jawab dan lain sebagainya.
3) Vidio Compact Disc (VCD).
4) Slide : slide juga dapat digunakan sebagai sarana
informasi.
5) Film strip juga bisa digunakan menyampaikan pesan
kesehatan.
c. Media papan (bill board)
Papan yang dipasang di tempat-tempat umum dan dapat
dipakai dan diisi pesan-pesan kesehatan.

B. Perencanaan Kontinjensi Difasilitas Kesehatan Dan Masyarakat.


1. Perencanaan Kontinjensi
Perencanaan kiontinjensi adalah sama pentingnya dengan
Rencana Kontinjensi. Ketiga lembaga merujuk ke dokumen-
dokumen mereka sebagai panduan praktis atau alat kerja, alih-alih
aturan ketat, proses perencanaan sama pentingnya dengan rencana
itu sendiri.
a. UNISDR: Proses manajemen yang mengalisis kejadian
potensial tertentu atau situasi yang timbul yang mungkin
mengancam masyarakat dan lingkungan dan menyusun
pengaturan di muka untuk memungkinkan tanggapan yang
tepat waktu, efisien, dan patut terhadap kejadian atau
situasi seperti itu.
b. IASC: Perencanaan kontinjensi adalah proses membentuk
tujuan, pendekatan, dan prosedur program untuk
menanggapi situasi atau kejadian yang cenderung terjadi,

9
yang meliputi upaya mengidentifikasi kejadian serta
mengembangkan skenario yang mungkin dan rencana
yang patut untuk menyiapkan diri terhadap dan
menanggapi kejadian itu secara efektif.
c. Federasi Internasional: Berdasarkan kejadian tertentu atau
risiko yang diketahui pada tingkat lokal, nasional,
regional, dan global (misalnya gempa bumi, banjir) atau
wabah penyakit untuk membentuk prosedur operasional
bagi tanggapan, berdasarkan kebutuhan dan kapasitas
sumber daya yang diperkirakan guna memungkinkan
tanggapan yang tepat waktu, efektif, dan patut. BNPB:
Proses perencanaan ke depan, dalam keadaan tidak
menentu, dimana skenario dan tujuan disepakati, tindakan
teknis dan manajerial ditetapkan, serta sistem tanggapan
dan pengerahan potensi disetujui bersama untuk
mencegah, atau menanggulangi secara lebih baik keadaan
atau situasi darurat yang dihadapi.
Banyak hasil-hasil perencanaan kontinjensi yang berfaedah datang
dari proses yang dilalui saat mengembangkan rencana. Pentingnya
proses tidak berarti bahwa rencana tidak penting. Rencana adalah
ukuran kualitas proses. Proses perencanaan yang baik akan
menghasilkan rencana yang baik. Walaupun kedaruratan yang
terjadi mungkin sangat berbeda dari yang direncanakan untuk
dihadapi, rencana itu tetap akan berguna.
a. Ketiga lembaga merangkum bahwa
Rencana Kontinjensi sebaiknya dicirikan oleh prinsip-
prinsip berikut:
1) Proses pengembangan rencana adalah partisipatif
2) Rencana itu berfokus pada bahaya tunggal
3) Rencana itu berdasarkan skenario

10
4) Skenario dan tujuan dikembangkan sebagai suatu
kesepakatan bersama, sebagai hasil konsesus umum.
5) Rencana itu tidak bersifat rahasia/tertutup
6) Peran & tanggung jawab harus diidentifikasi
7) Rencana itu dibuat untuk menangani keadaan
darurat.
Proses manajemen yang mengalisis kejadian potensial tertentu atau
situasi yang timbul yang mungkin mengancam masyarakat dan
lingkungan dan menyusun pengaturan di muka untuk
memungkinkan tanggapan yang tepat waktu, efisien, dan patut
terhadap kejadian atau situasi seperti itu.
Perencanaan kontinjensi yang dibuat oleh IASC
menyediakan kerangka kerja umum dan menyeluruh untuk
memandu tindakan bersama antar semua mitra yang
mencakupmasing-masing badan dan/atau organisasi serta
kelompok sektor/gugus. Perencanaan tersebut tidak bermaksud
menggantikan kebutuhan perencanaan masing-masing badan
dan/atau organisasi sehubungan dengan mandat dan tanggung
jawab mereka di dalam sektor/gugus. Akan tetapi, perencanaan
kontinjensi IASC memberikan fokus dan keterpaduan untuk
berbagai tingkat perencanaan yang dibutuhkan demi mencapai
tanggap kemanusiaan dengan efektif

11
Federasi Internasional menggaris-bawahi perencanaan kontinjensi sebagai
bagian dari rencana respon bencana, yang terdiri dari seluruh kegiatan
menganitispasi krisis, termasuk menentukan tugas dan tanggung jawab,
mengembangkan kebijakan dan prosedur, dan mengidentifikasi serta
mengembangkan alat-alat umum untuk respon bencana, sementara perencanaan
kontinjensi dibuat untuk suatu kejadian khusus dan menentukan prosedur
operasional aksi kemanusiaan terhadap kejadian tersebut. BNPB menyatakan
bahwa perencanaan kontijensi yang efektif, akan mampu meminimalisir dampak
bencana, mencakup pengembangan skenario dan perkiraan kebutuhan, dana,
sumberdaya manusia dan lainnya,

Perencanaan yang dibuat sebelum kejadian kedaruratan memberi peserta


waktu berpikir dan menjawab pertanyaan-pertanyaan kritis yang mencakup:

1. Apakah yang dapat terjadi?


2. Apakah dampaknya pada orang-orang yang terkena?
3. Tindakan apakah yang akan dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan
kemanusiaan?
4. Bagaimanakah cara badan/organisasi akan bekerja bersama?
5. Sumber daya apakah yang akan dibutuhkan?
6. Apakah yang dapat dilakukan badan/organisasi agar bersiapsiaga dengan
lebih baik?

12
Proses kontinjensi mungkin saja dipicu oleh tanda-tanda peringatan dini,
khususnya untuk kejadian yang datangnya lambat seperti kekeringan, letusan
gunung berapi, dan epidemik. Namun bagaimanpun juga, bencana yang jarang
terjadi tapi sangat merusak seperti tsunami perlu segera dibuat ketika hasil kajian
bahaya dan risiko mengindikasikan adanya potensi ancaman tersebut.
Peringatan dini merupakan alat penting untuk menentukan pengambilan
tindakan secara detil. Perencanaan kontinjensi berubah menjadi aksi terencana
ketika peringatan dini keluar dan mengindikasikan bencana akan segera tiba.

2. Proses Dan Langkah-Langkah Perencanaan Kontinjensi


Ketiga organisasi di atas memasukkan aspek-aspek berikut dalam proses
perencanaan kontinjensi:
a. Menganalisis potensi kedaruratan;
b. Menganalisis potensi dampak kemanusiaan dan konsekuensi kedaruratan
yang teridentifikasi;
c. Menyusun tujuan, strategi, kebijakan dan prosedur yang jelas dan
menegaskan tindakan kritis yang harus diambil guna menanggapi suatu
kedaruratan, dan;
d. Memastikan bahwa kesepakatan terekam dan tindakan yang perlu
diambil guna menyempurnakan kesiapsiagaan.
Proses IASC berfokus lebih pada kolaborasi antarlembaga, baik dalam
penyusunan rencana maupun dalam penerapan. Modelnya terdiri atas enam
langkah

1. Menyiapkan dan Menyelenggarakan Proses Perencanaan Kontinjensi. Sasaran


dibatasi dan peran serta ditentukan, jadwal ditetapkan, serta tugas dan
tanggung jawab didokumentasi.

2. Analisis Bahaya dan Risiko, Penyusunan Skenario, Pengembangan Asumsi


Perencanaan.

13
Analisis tersebut dikembangkan untuk memberikan perencana pemahaman
yang kuat tentang bahaya yang dihadapi masyarakat, dan dampaknya.

3. Menentukan Tujuan dan Strategi

Tanggapan.Skenario lalu dikembangkan, yang digunakan untuk menetapkan


tujuan dan intervensi strategi.

4. Menentukan Pengaturan Manajemen dan Koordinasi untuk Tanggap


Kemanusiaan.Disini, manajemen dan mekanisme koordinasi ditetapkan.

5. Mengembangkan Rencana Tanggapan.

Rencana tanggapan dikembangkan, yang mana di dalam konteks IASC


biasanya berarti bahwa masing-masing sektor atau gugus mengembangkan
rencana atau program layanan khusus yang diyakini perlu, sesuia dengan
skenario yang telah disepakati bersama.

6. Menerapkan Kesiapsiagaan.

Akhirnya, rencana-rencana tanggapan setiap sektor dan badan


dikonsolidasikan dan diperiksa untuk memastikan bahwa rencana mereka
konsisten dengan tujuan dan strategi keseluruhan, dan dengan tugas dan
tanggung jawab yang sudah ditetapkan di langkah sebelumnya.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setiap wilayah tempat tinggal manusia memiliki resiko bencana.Seringkali resiko
tersebut tidak terbaca oleh komunitas dan karenanya tidak dikelola dengan baik.Hal ini
menyebabkan terkadang, dan mungkin juga sering, bencana terjadi secara tak terduga-
duga.Dampak paling awal dari terjadinya bencana adalah kondisi darurat, dimana terjadi
penurunan drastis dalam kualitas hidup komunitas korban yang menyebabkan mereka
tidak mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya dengan kapasitasnya sendiri.
Bencana harus ditangani secara menyeluruh setelah situasi darurat itu
direspons.Setiap akibat pasti punya sebab dan dampaknya, maka bencana sebagai sebuah
akibat pasti punya sebab dan dampaknya, agar penanganan bencana tidak terbatas pada
simpton simpton persoalan, tetapi menyentuh substansi dan akar masalahnya.Dengan
demikian kondisi darurat perlu dipahami sebagai salah satu fase dari keseluruhan resiko
bencana itu sendiri.Penanganan kondisi darurat pun perlu diletakkan dalam sebuah
perspektif penanganan terhadap keseluruhan siklus bencana. Setelah kondisi darurat,
biasanya diikuti dengan kebutuhan pemulihan (rehabilitasi), rekonstruksi (terutama
menyangkut perbaikan-perbaikan infrastruktur yang penting bagi keberlangsungan hidup
komunitas), sampai pada proses kesiapan terhadap bencana, dalam hal ini proses
preventif.

15
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini masi banyak penulisan, penempatan huruf, bahasa,
letak titik koma yang kurang sempurna, oleh karena itu kami sebagai penulis
mengharapka kritik dan saran dari pembacah yang dapat membangun agar penulisan
makalah ini kedepannya lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Retnowati, Arry.2012. Menuju Masyarakat Tangguh Bencana.Jogjakarta: Mirzan.


Setyowati, Dewi Liesnoor. 2017. Pendidikan Kebencanaan ( Bencana Banjir, Longsor, Gempa
dan Tsunami). Buku Referensi, Semarang; CV Sanggar Krida Aditama.
Preston,J. (2012). Disaster preparedness:a social-cognitive perspective. Disaster Prevention and
management: An International Journal, 12(3).210-216.
Winarni ,Aris 2012. Optimalisasi Potensi Kecerdasan Individu Dan Kolektif. Jogjakarta: Mizan.
Yanuarto,T. (2019). Buku Saku Tanggup Tangkas Tanguh Menghadapi Bencana ( Issue 480).

16

Anda mungkin juga menyukai