Anda di halaman 1dari 2

Keadaan alam Indonesia ditinjau dari aspek klimatologis memungkinkan

dilakukannya budidaya berbagai jenis tanaman sayuran, baik sayuran lokal maupun sayuran
yang berasal dari luar negeri. Salah satu jenis tanaman sayuran yang memiliki prospek cerah
untuk dikembangkan adalah sawi
Sawi juga dapat digunakan sebagai pembersih darah, dapat memperbaiki fungsi kerja
ginjal, dapat menghilangkan rasa gatal di tenggorokan pada penderita batuk, dan dapat
menyembuhkan sakit kepala karena mengandung vitamin dan zat gizi yang penting bagi
kesehatan manusia.Setiap 100 g bobot basah sawi mengandung 2,3 g protein, 0,3 g lemak, 4,0
g karbohidrat, 220 mg Ca, 38 mg P, 6,4 g Vitamin A, 0,09 mg vitamin B, 102 mg vitamin C
serta 92 g air (Direktorat Tanaman Sayuran Dan Tanaman Hias, 2012). Mengingat nilai
ekonomi dan manfaat bagi kesehatan, maka wajar bila upaya untuk peningkatan produksi
sawi terus diupayakan
Di Provinsi Jambi hasil budidaya tanaman sawi kurang optimal dan masih tergolong
rendah jika dibandingkan dengan skala nasional. Hal ini disebabkan oleh tanah di Provinsi
Jambi yang umumnya didominasi oleh tanah ultisol yang minim unsur hara. Ultisol
merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas, mencapai
45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total luas daratan Indonesia.
Salah satu upaya untuk meningkatkan kesuburan tanah adalah melalui pemupukan.
Pupuk adalah bahan yang diberikan kepada tanah dengan maksud untuk memperbaiki sifat
fisik, kimia, dan biologis tanah (Setyamidjaja, 1986). Unsur hara yang diserap tanaman dapat
diperoleh dari dalam tanah dan dari pupuk yang diberikan, baik melalui tanah maupun daun.
Salah satu pupuk organik yang umum digunakan adalah pupuk kandang. Pupuk
kandang merupakan pupuk yang berasal dari kotoran hewan yang berfungsi untuk
menyediakan bahan organik bagi tanaman. Terdapat berbagai jenis pupuk kandang yang
berasal dari hewan peliharaan di antaranya adalah kotoran sapi, kotoran kerbau, kotoran
kambing, kotoran ayam dan lain-lain.
Pupuk organik cair dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif sumber larutan nutrisi.
Selain praktis, pupuk organik cair juga mudah diperoleh di pasaran. Urine kelinci adalah
salah satu pupuk organik cair yang memiliki kandungan nitrogen (N) yang melimpah dimana
kandungan tersebut penting bagi tanaman. Unsur N diperlukan oleh tanaman untuk
pembentukan bagian vegetatif tanaman, seperti daun, batang, dan akar serta berperan vital
pada saat tanaman melakukan fotosintesa, sebagai pembentuk klorofil (Anonim, 2010).
Urin kelinci dapat dijadikan sebagai pupuk cair organik yang sangat bermanfaat untuk
tanaman. Pupuk cair lebih mudah dimanfaatkan tanaman karena unsur-unsur di dalamnya
mudah terurai sehingga manfaatnyalebih cepat terasa. Tinja segar kelinci dapat menjadi
bahan baku untuk biodigester yang digunakan untuk menghasilkan gas dan efluen untuk
meningkatkan hasil panen serta digunakan oleh cacing tanah untuk meningkatkan produksi
kascing sebagai pupuk organik (Samkol dan Lukefarh, 2008). Selain dapat memperbaiki
struktur tanah, pupuk organik cair urin kelinci bermanfaat juga untuk pertumbuhan tanaman,
herbisida pra-tumbuh dan dapat mengendalikan hama penyakit, mengusir hama tikus, walang
sangit dan serangga kecil pengganggu lainnya (Saefudin, 2009).
kandungan hara dari kelinci bila dibandingkan dengan hewan ternak lainnya sangat
tinggi persentasenya pada unsur Nitrogen dan Fospor. Menurut Syafwan (dalam Lubis
2014), kandungan unsur yang terdapat dalam urine kelinci yaitu amonia (0,05%), sulfat
(0,18%), fosfat (0,12%), klorida (0,6%), magnesium (0,01%), kalsium (0,015%), kalium
(0,6%), natrium (0,1%), kreatinin (0,1%), asam uric (0,03%), urea (2%), air (95%) serta
sisanya adalah beberapa hormon pertumbuhan.
Dari hasil penelitian oleh Djafar et al., (2013) konsentrasi urine kelinci U0 (0 ml/L
air), U1 (20 ml/L air), U2 (40 ml/L air), U3 (60 ml/L air),diperoleh konsentrasi 60 ml/L air
memberikan hasil yang terbaik terhadap tinggi tanaman sawi pada umur 4 MST ( 41,01 cm ),
jumlah daun ( 10,08 helai ), luas daun ( 163,67 cm2 ), bobot kering tanaman ( 56,71 g ),
bobot basah tanaman ( 220, 33 g ), produksi per plot ( 1,83 Kg ), dan produksi per hektar
( 30,58 ton/Ha ).
Kadar nitrogen khususnya pada urin kelinci lebih tinggi daripada hewan herbifora
lainnya seperti sapi dan kambing. Hal tersebut dikarenakan kelinci hanya makan daun saja.
Kandungan kotor per urin kelinci ; N : 2,72%, P : 1,1%, dan K : 0,5 % (Kusnendar, 2013).
Dengan jumlah yang sedikit akan tetapi dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan
pertumbuhan dan produksi tanaman melalui pemanfaatan nilai unsur hara NPK yang tinggi
yang terkandung dalam urine kelinci tersebut.
Arham et al., (2014) mengemukakan bahwa frekuensi pemberian pupuk organik cair
urine sapi berpengaruh terhadap komponen tinggi tanaman, luas daun, bobot segar tanaman,
jumlah umbi per rumpun dan bobot umbi segar tanaman bawang merah. Frekuensi pemberian
tiga kali (0,14, dan 28 HST) memberikan respon pertumbuhan dan hasil lebih baik yaitu
menghasilkan nilai rata-rata yang lebih besar dengan tinggi tanaman 27,72 cm, luas daun
141,243 cm2, bobot segar tanaman 70,88 g, jumlah umbi per rumpun 7,00 dan bobot umbi
basah 34,91 g.

Anda mungkin juga menyukai