Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik

Indonesia termasuk dalam kategori negara berkembang terutama pada sentra


industri salah satunya indusri kimia. Kementrian Perindustrian menargetkan nilai
investasi yang masuk ke dalam sektor industri kimia farmasi dan tekstil (IKFT)
sebesar Rp 130 trilliun pada tahun 2019. Jumlah yang ditargetkan tersebut tentunya
merupakan salah satu cara untuk meningkatkan perkembangan industri kimia. Hal
ini dilakukan karena industri kimia dinilai berperan strategis di sektor hulu karena
hasil produksinya digunakan sebagai bahan baku untuk industri lain.

Sebagai negara berkembang di asia tenggara Indonesia yang merupakan


negara yang mempunyai banyak kekayaan alam dan sumber daya manusia tentunya
memaksimalkan potensi tersebut . Cara untuk mengoptimalisasi kekayaan alam
Indonesia adalah dengan pengembangan Industri kimia. Industri kimia yang
menjadi salah satu centra Industri yang mampu meningkatkan nilai devisa negara
karena mampu meningkatkan nilai ekspor. Selain itu Industri kimia yang secara
karakteristik membutuhkan jumlah tenaga kerja banyak secara tidak langsung
mampu mengurangi jumlah pengangguran di Indonesia.
Meningkatnya perkembangan industri kimia di Indonesia diikuti juga dengan
meningkatnya perkembangan industri Maleic Anhydride yang memiliki fungsi
utama unsaturated polyester resin (resin yang digunakan untuk bahan penguat serat
gelas pada perlengkapan kamar mandi). Berikut beberapa kegunaan lain dari
Maleic Anhydride:
1. Bahan baku alkyl resin,
2. Bahan baku pmbuatan Unsaturated Polyester Resins
3. Bahan baku minyak pengering (minyak rami, minyak kedelai, soff lower oil),
4. Bahan baku Asam Maleat
5. Bahan baku Asam Fumarat
Indonesia saat ini memeiliki kebutuhan terhadap Maleic Anhydride sangat
tinggi sedangkan jumlah produksi di Indonesia masih belum mencukupi.
Sehingga untuk memenuhi kebutuhan Phthalic Anhydride dalam negeri, harus
mengimpor dari Negara lain. Indonesia paling banyak mengimpor dari Negara
China, Amerika Utara dan Eropa (Badan Pusat Statistika, 2019).
Mengingat Kegunaannya yang banyak dan kebutuhan di Indonesia belum
mencukupi serta asas kebermanaafatan dalam membuka lapangan kerja maka
pendirian Pabrik Maleic Anhydride di Indonesia sangat diprlukan

1.2 Kapasitas Produksi

Dari data Biro Pusat Statistik dalam kurun waktu 9 tahun dapat diketahui
bahwa kebutuhan impor Maleic Anhydride semakin bertambah. Hal ini menjadi
salah satu dasar bahwa kebutuhan Maleic Anhydride masih belum terpenuhi.
Maka hal ini menjadikan peluang pihak industry kimia untuk meningkatkan
produksi dalam negeri. Berikut data import Maleic Anhydride dapat dilihat pada
tabel 1.1 di bawah ini:
Tabel 1.1 Data Impor Maleic Anhydride

kebutuhan impor
Tahun
(Ton/Tahun)

2010 1027,809
2011 1320,033
2012 2013,084
2013 3527,033
2014 3530,62
2015 4150,035
2016 4262,054
2017 5412,653
2018 4896,938
2019 3342,739
(Sumber: Biro Pusat Statistik 2010-2019)
6000

kebutuhan impor (ton/tahun)


5000
y = 398,15x - 798728
4000 R² = 0,6712

3000
Series1
2000 Linear (Series1)

1000

0
2008 2010 2012 2014 2016 2018 2020
Tahun

Gambar 1.1 Kebutuhan impor Maleic Anhydride

𝑦 = 398,15𝑥 − 798728
= 398,15(2025) − 798728
= 7525,75
Dari data gambar 1.1 Kebutuhan impor Maleic Anhydride menunjukan
bahwa kebutuhan Maleic Anhydride Mengalami Peningkatan . Pada regresi Linier
diperoleh trend kenaikan impor Maleic Anhydride di Indonesia dengan persamaan
𝑦 = 398,15𝑥 − 798728 dengan y adalah jumlah impor Maleic Anhydride dan x
adalah tahun maka dari persamaan tersebut diprediksikan kebutuhan Maleic
Anhydride pada tahun 2025 adalah 7525,75 Ton/Tahun.

Tabel 1.2 Kebutuhan ekspor Maleic Anhydride

kebutuhan ekspor
Tahun
(Ton/Tahun)

2014 3530,62
2015 6240,77
2016 5908,46
2017 5524,535
2018 7014,625
(Sumber: Biro Pusat Statistik .2014-2018)
8000
Kebutuhan ekspor (Ton/Tahun)

7000 y = 625,18x - 1E+06


R² = 0,576
6000
5000
4000 kebutuhan ekspor
(Ton/Tahun)
3000
Linear (kebutuhan
2000 ekspor (Ton/Tahun))
1000
0
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Tahun

Gambar 1.2 Kebutuhan impor Maleic Anhydride

y= 625,18x-1E+06

 625,18(2025)  1.000.000
 1.265.989,5  1.000.000
 265.989,5
Dari data gambar 1.2 Kebutuhan ekspor Maleic Anhydride menunjukan
bahwa kebutuhan Maleic Anhydride Mengalami Peningkatan . Pada regresi Linier
diperoleh trend kenaikan ekspor Maleic Anhydride di Indonesia dengan persamaan
y= 625,18x-1E+06 dengan y adalah jumlah impor Maleic Anhydride dan x adalah
tahun maka dari persamaan tersebut diprediksikan kebutuhan Maleic Anhydride
pada tahun 2025 adalah 265.989,5 Ton/Tahun.
Tabel 1.3 Daftar pabrik Maleic Anhydride di dunia

Kapasitas
No Pabrik Lokasi
(ton/tahun)
1. PT Justus Kimiaraya Indonesia 14.000
2. PT Petrowidada Indonesia 3.200
3. Fint Hill Resources Joliet ,IIlinios 50.000
4. Huntsman Geismar,Louisiana 45.000
Pensacola,Florida 110.000
5. LANXESS Baytown,Texas 75.000
6. Marathon Ashland Neal, Weast Virginia 45.000
Petroleum

1.3 Spesifikasi Bahan Baku dan Produk

1.3.1 Spesifikasi bahan baku

Bahan baku yang digunakan dalam pabrik Maleic Anhydride adalah n-butana
yang diperoleh dari PT Pertamina Refinery Unit III Plaju, Sumatera Selatan.
Berikut ini merupakan spesifikasi bahan baku yang digunakan:

a. N-butana
Rumus molekul : C4H10
Berat molekul : 58,123 g/mol
Komposisi n-C4H10 : 97,5%
C5H12 : 2,5%

Kemurnian : 99,6%
Wujud : Gas

b. Udara
Komposisi : 78,084% N2 dan 20,946% O2
Wujud : Gas

1.3.1 Spesifikasi Produk


a. Maleic Anhydride
Rumus kimia : C4H2O3
Berat molekul : 98,06 g/mol
Kemurnian : 99,9%
Komposisi C4H2O3 : 99,9%
C16H22O4 : 0,1%
Wujud : kristal padatan
1.3.2 Spesifikasi Bahan pendukung

a. Katalis Vanadium Phosphorus Oxide

Rumus kimia : V2O5


Bentuk : Kristal
Warna : Kuning
Bulk density : 3,357 g/cm3
Porositas : 0,38
Diameter rata-rata : 0,4762 cm
Kelarutan dalam air : 0,8 gram dalam 100 ml air pada 25°C

1.4 Lokasi pabrik

Salah satu aspek penting yang perlu diperhatikan dalam pendirian suatu
pabrik yaitu menentukan lokasi pabrik. Pabrik Maleic Anhydride akan didirikan di
Plaju, Sumatera Selatan. Pemilihan lokasi tersebut dekat dengan bahan baku agar
mendapatkan keuntungan secara teknis dan ekonomis. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pemilihan lokasi pabrik ini di antaranya:

1. Faktor Primer
a. Dekat dengan Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan dalam mendirikan pabrik Maleic Anhydride
adalah n-butana dan udara. Bahan baku n-butana direncanakan diambil dari PT
Pertamina Refinery Unit III Plaju, Sumatera Selatan. Letak antara pabrik dan
sumber bahan baku berdekatan, sehingga dapat menghemat biaya transportasi dan
kebutuhan bahan baku tercukupi.

b. Transportasi

Sarana transportasi di wilayah Plaju, Sumatera Selatan secara ekonomis


sangat menguntungkan, karena letaknya dekat dengan bahan baku dan dekat
dengan jalan lintas sumatera. Bahan baku yang didapat mudah diakses melalui
transportasi darat dan laut.
2. Faktor Sekunder

a. Utilitas

Utilitas yang dibutuhkan seperti air, listrik, dan bahan bakar dapat diperoleh
dengan cukup mudah di Plaju, Sumatera Selatan karena dekat dengan sungai dan
jumlah penduduk yang belum padat. Kebutuhan listrik direncanakan diperoleh dari
PLN, sedangkan untuk kebutuhan air diperoleh dari Sungai Komering yang dapat
mendukung proses kegiatan industri.

b. Tenaga Kerja dan Tenaga Ahli

Tenaga kerja merupakan aspek penting dalam mendirikan suatu pabrik.


Tenaga kerja dapat dipenuhi dengan mudah di daerah sekitar pabrik maupun dari
luar pabrik karena tingginya angka pengangguran di Indonesia. Tenaga kerja
disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki oleh tenaga kerja.
Selain berasal dari Indonesia, tenaga ahli juga didapatkan dengan bekerjasama
dengan tenaga ahli asing.

c. Pemasaran

Maleic Anhydride di Indonesia banyak dibutuhkan hampir seluruh industri.


Maleic Anhydride digunakan sebagai sebagai bahan baku pembuatan Unsaturated
Polyester Resins, bahan baku alkyl resin, minyak pengering (minyak rami, minyak
kedelai dan soff lower oil), Asam Maleat, Asam Fumarat, dan lain-lain. Pendirian
pabrik Maleic Anhydride di Plaju, Sumatera Selatan memiliki akses yang mudah
dalam pemasaran, karena banyak industri yang membutuhkan Maleic Anhydride
sebagai bahan baku pembuatan produknya.

d. Perumahan dan Fasilitas Lainnya

Dibutuhkannya fasilitas perumahan untuk para karyawan. Fasilitas ini dapat


disediakan oleh perusahaan dengan membangun asrama atau perumahan, dengan
cara menyewakannya atau apabila pihak perusahaan belum mampu memenuhi
kebutuhan ini, perusahaan ini bisa bekerjasama dengan masyarakat sekitar dengan
menyediakan (menyewakan) peumahan disekitar lokasi pabrik.
e. Kondisi Geografis, Iklim dan sosial

Iklim dapat mempengaruhi produktivitas kerja. Wilayah Plaju, Sumatera


beriklim tropis dengan kelembapan udara, angin, panas sinar matahari yang sesuai
untuk daerah industri. Struktur tanah yang stabil sangat mendukung untuk
mendirikan suatu pabrik. Selain itu, keadaan sosial yang sudah terbiasa dengan
keberadaan industry dan jumlah penduduk yang masih sangat sedikit di sekitar
lokasi pendirian pabrik sangat mendukung untuk mendirikan suatu pabrik.

1.5 Analisis Ekonomi Sederhana Pabrik


1.5.1 Spesifikasi Produk
1. Maleic Anhydride (C4H2O3)
Harga = Rp. 14.309,33/kg
Kemurnian = 99,9%, 0,999
Berat molekul = 98,06 g/gmol
= 0,098 kg/kgmol
1.5.2 Spesifikasi Bahan Baku
1. n-Butana (C4H10)
Harga = Rp. 4.639/kg
Kemurnian = 99,6%, 0,996
Berat molekul = 58,123 g/gmol
= 0,058123 kg/kgmol
𝐺𝑃𝑀 = 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 − 𝑅𝑒𝑎𝑘𝑡𝑎𝑛
𝐵𝑀 𝑀𝑎𝑙𝑒𝑖𝑐 𝐴𝑛ℎ𝑦𝑑𝑟𝑖𝑑𝑒 × 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑀𝑎𝑙𝑒𝑖𝑐 𝐴𝑛ℎ𝑦𝑑𝑟𝑖𝑑𝑒
=( )
% 𝐾𝑒𝑚𝑢𝑟𝑛𝑖𝑎𝑛 𝑀𝑎𝑙𝑒𝑖𝑐 𝐴𝑛ℎ𝑦𝑑𝑟𝑖𝑑𝑒
𝐵𝑀 𝑛 − 𝐵𝑢𝑡𝑎𝑛𝑎 × 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑛 − 𝐵𝑢𝑡𝑎𝑛𝑎
−( )
% 𝐾𝑒𝑚𝑢𝑟𝑛𝑖𝑎𝑛 𝑛 − 𝐵𝑢𝑡𝑎𝑛𝑎
0,09806 × 14.309,33 0,051823 × 4.639,68
= −
0,999 0,996
= 1.133,83
1.133,83
𝐺𝑃𝑀 = × 100%
1.404,57
= 0,8072 × 100%
= 80,72%
1.6 Tinjauan Sifat Bahan dan Proses

1.6.1 Sifat Fisika dan Sifat Kimia Bahan Baku dan Produk

A. Sifat Fisika dan Kimia Bahan baku

1. n-Butana

Rumus molekul : C4H10


Berat molekul : 58,123 kg/kmol
Titik beku : -138,4°C
Titik didih : -0,5°C (pada 1 atm)
Titik kritis : 152,2°C
Specific gravity : 0,6 (udara=1)
Kelarutan dalam air : insoluble
Kondisi penyimpanan: cair, T=35°C, P= 4 atm
Wujud : Gas

2. Udara

Berat molekul : 31,999 kg/kmol


Kenampakan fisik : gas tidak berwarna
Titik beku : -218,8°C
Titik didih : -183°C (pada 1 atm)
Titik kritis : -118,4°C
Specific gravity : 1,14

B. Sifat Fisika dan Kimia Bahan Pembantu

1. Katalis Vanadium Phosphorus Oxide

Rumus kimia : V2O5


Bentuk : Kristal
Warna : Kuning
Bulk density : 3,357 g/cm3
Porositas : 0,3819
Diameter rata-rata : 0,4762 cm
Kelarutan dalam air : 0,8 gram dalam 100 ml air pada 25°C

C. Sifat Fisika dan Kimia Produk

1. Maleic Anhydride

Rumus molekul : C4H2O3


Berat molekul : 98,056 kg/kmol
Titik beku : 52°C
Titik didih : 198°C (pada 1 atm)
Titik kritis : 448°C
Specific gravity: solid : 1,4 (udara=1)
Kelarutan dalam air : 0,001 gram dalam 100 ml air pada 25°C
Terhidrolisis lambat dalam air
Kenampakan fisik : Kristal padatan putih

1.6.2 Kegunaan Produk


Maleic Anhydride (C4H2O3) merupakan bahan antara (intermediete) yang
penting dalam industri. Bahan kimia ini digunakan teutama sebagai bahan baku
pembuatan unsaturated polyester resin. Resin tersebut kemudian digunakan dalam
pembuatan fiberglass agar menjadikannya kuat tetapi ringan dan tahan terhadap
korosi. Seperti pembuatan kapal, mobil, peralatan elektronik dan sebagainya.
Kegunaan lain dari Maleic Anhydride yaitu sebagai bahan baku pembuatan alkyl
resin, agricultural chemical (insektisida, herbisida, fungisida, soil treatment, dan
growth regulator), reinforced plastics, asam maleat, asam fumonat, asam malat,
asam tartarat, additive dalam pembuatan point vurmishes dan inks, serta bahan
penolong dalam pembuatan surface coating, reactive plastisizer.

1.6.3 Tinjauan Proses Secara Umum

Proses pembuatan Maleic Anhydride dibagi menjadi tiga tahap yaitu:


1. Tahapan persiapan bahan baku
2. Tahapan reaksi oksidasi butana
3. Tahapan pemurnian produk
4. Pembutiran Maleic Anhydride

1.6.3.1. Tahapan Persiapan Bahan Baku

Tahapan penyiapan bahan baku bertujuan untuk menyiapkan bahan baku


butana dan udara agar sesuai dengan kondisi operasi yang diinginkan dalam
Reaktor Fixed Bed Multitube yaitu pada suhu 400 °C dan tekanan 2,7 atm. Bahan
baku utama pembuatan Maleic Anhydride adalah butana dan udara. N-Butana
dalam fase cair pada kondisi suhu 35°C dan tekanan 4 atm. Kemudian dialirkan
menggunakan pompa (P-01) menuju Expansion Valve (EV-01) untuk menurunkan
tekanannya menjadi 2 atm dan sekaligus merubah fasenya menjadi gas.

1.6.3.2. Tahapan reaksi oksidasi butana

n-Butana dan udara direaksikan dalam Fixed Bed Multitube dengan katalis
Vanadium Phosphorus Oxide (VPO),reaksi berlangsung pada suhu 400oC dan
tekanan 2,7 atm. Reaksinya merupakan reaksi eksotermis, sehingga selama rekasi
berlangsung akan dilepas sejumlah panas dan dibutuhkan pendingin untuk
menjaga reaksi, adapun pendingin yang digunakan ialah Dowtherm A.

1.6.3.3 Tahapan Pemurnian Produk

Pada tahapan ini dilakukan pemurnian Maleic Anhydride untuk


memisahkan dari campuran gas hasil pembakaran. Pemisahan dapat dilakukan
dengan menggunakan absorber dengan pelarut dibutil flafat. Hasil atas dari
absorber berupa gas O2, CO, CO2, N2, butana, pentana, dan sebagian uap air. Hasil
bawah dari absorber berupa Maleic Anhydride akan diumpakan ke Stripper untuk
proses pemurnian dan akan menghasilkan kemurnian 99,9% kemudian
diumpankan ke Prilling Tower.

1.6.3.4. Pembutiran Maleic Anhydride

Proses pembutiran Maleic Anhydride untuk merubah dari fase cair menjadi
padatan yang berupa butiran kecil. Proses pembutiran menggunakan Prilling
Tower, Udara digunakan sebagai pengering yang dihembuskan dari bagian bawah
tower menggunakan Blower. Produk keluaran prilling tower berupa butiran
Maleic Anhydride. Butiran ini keluar dari bagian bawah Prilling Tower dan
diangkut dengan Bucket Elevator menuju silo untuk disimpan, kemudian
diumpankan ke gudang untuk pengepakkan sehingga siap dipasarkan.

Anda mungkin juga menyukai