Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA

perkawinan mazhab di indonesia : pergulatan antar


negara,agama dan perempuan
DOSEN : Bahnur Damau,S.Ag.,M.S.I

DIBUAT OLEH:

Arfan Hasrin.T

(216601353)

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI


ENAM-ENAM KENDARI
2021
KATA PENGANTAR

‫هللا الرَّ حْ َم ِن الرَّ ِحي ِْم‬


ِ ‫ــــــــــــــــــم‬
ِ ْ‫ِبس‬
Assalamu’alaikum. Wr. Wb.
Ucapan puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat, hidayah dan inayah Nya, sehingga
saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya, tidak lupa saya ucapkan terima
kasih kepada saya sendiri dan internet dan google, yang telah memberikan kesempatan
kepada saya untuk menyusun makalah ini yang berjudul“perkawinan mazhab di indonesia :
pergulatan antar negara,agama dan perempuan “ Dengan keseriusan dan ketekunan dalam
pembuatan makalah perkawinan mazhab di indonesia : pergulatan antar negara,agama
dan perempuan, harapan kami dapat memberikan manfaat bagiteman-teman dan para
pembaca, Terlepas dari semua itu, saya menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan
dalam penyusunan makalah ini, baik dari segi materi maupun dari tata bahasa. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka saya menerima kritik dan saran dariteman-teman demi perbaikan
makalah ini.
Akhir kata semoga makalah perkawinan mazhab di indonesia : pergulatan antar
negara,agama dan perempuan, dapat menjadi inspirasi bagi teman-teman dan pembaca.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.

KENDARI, Januari 2022

Arfan Hasrin .T
Perwalian dalam Pandangan Empat Madzhab dan Kompilasi Hukum Islam

A. Pengertian Umum tentang Wali

Perwalian dalam arti umum yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan wali.
Dalam urusan pernikahan, wali hakim yaitu penjabat unsan agama yang bertindak sebagai
wali

B. Pandangan Hanafiyah tentang Wali

Sebagaimana diketahui bahwa madzhab hanafiyah menyandarkan pada rasionalitas


dalam membuat keputusan hukumnya. Hal ini terlihat ketika mereka berpendapat bahwa
status wali hanyalah syarat perkawinan. Bukan rukum perkawinan. Ulama hanafiyah
meringkas rukun nikah terdiri atas ijab dan kabul. Status wali menjadi syarat sahnya
perkawinan khusus anak kecil, baik perempuan maupun laki-laki

C. Pandangan Malikiyah tentang Wali

Imam Malik, sebagiman dikutip Ibnu Rusyd, berpendapat bahwa ‘’tidak terjadi
pernikahan, kecuali dengan wali adalah syarat sahnya pernikahan sebagaimana riwayat hadis
Asyhab. Atas pemikiran malik, para pengikut imam malik atau dikenal malikiyah, lebih tegas
berpendapat wali adalah rukun dari sebagian rukun nikah, tidak sah akad nikah tanpa adanya
wali.

D. Pandangan syafi’iyah tentang wali

Madzhab syafi’iyah dalam hal ini diwakili oleh imam taqiuddin abi Bakar ibn
Muhammad Al-Husaini Al-Husyna Ad-Dimsyiqi Asy-syafii dalam kitabnya kifayatu Al-
Akhyar Fi halli Gayat Al-Iktisayar,dijelaskan bahwa wali adalah salah satu rukun nikah, tidak
sah pernikahan kecuali dengan wali.

Kriteria Baligh Menurut Fuqaha dan Penerapannya dalam Perundang-


Undangan di Indonesia dan Dunia Islam

A. Problematika Usia Dini dalam Pernikahan Islam

Masalah pernikahan dini adalah isu-isu kuno yang sempat tertutup oleh tumpukan
lembaran sejarah. Dan kini, isu tersebut kembali muncul ke permukaan hal ini tanpak
dahsyatnya benturan ide yang terjadi antar sarjana islam kelasik dalam merespon kasus
tersebut. Pendapat ibnu syubromah menyatakan bahwa agama melarang pernikahan dini
pernikahan sebelum usia baligh menurutnya nilai esensial pernikahan adalah memenuhi
kebutuhan biologis dan melanggengkan keturunan

B. Kriteria Usia Baligh menurut Fuqaha

Secara tersurat, Al-Quran tidak akan ditemukan ayat yang berkaitan dengan batas
usia perkawinan, tetapi jika diteliti lebih lanjut ada dua ayat dalam Al-Quran yaitu surat an-
nur ayat 32 dan surat an-nisa ayat 6 yang memiliki korelasi dengan usia baligh

C. Batasan usia baligh dalam perundang-undangan di indonesia

Perinsipnya, seorang laki-laki telah baligh jika sudah pernah bermimpi basah
(mengeluarkan seperma). Sedangakn seorang perempuan disebut baligh jika sudah mendapat
haid. Akan tetapi sangat sulit memastikan pada usia berapa seorang laki-laki bermimpi basah
atau seorang perempuan mengalami menstruasi

Setatus Hukum Poligini dalam Pandangan Fuqaha dan Aplikasinya dalam


Perundang-undangan Di Indonesia

A. Poligini: Kajian Historis

Secara historis, islam bukanlah satu-satunya agama yang mengakui poligni. Karena
sejarah membuktikan bahwa pligini sudah umum dilakukan sebelum datangnya islam oleh
berbagai suku bangsa.

B. Status Hukum Poligini dalam Pandangan Fuqaha

dalam Al-fiqh Ala Al-Madzahib Al-Arbaah karya Aj-Juzairi diuraikan tentang


perbedaan status hukum poligini. Pokok poligini, pada dasarnya terlatak pada persoalan
‘’adil’’. Jika takut menegakan adil, cukup menikah satu isteri, sebaliknya jika mampu
menegakkan ‘’adil’’. Dibolehkan beristeri lebih dari satu oleh karena itu, syarart adil adalah
wajib. Meskipun dalam hal tertentu menegakan adil dalam masalah beristeri lebih dari satu
bisa hukumnya mandub (sunnat) wajib adilnya sunnah membagi adil adil terhadap isteri.
Pro dan Kontera Nikah Mutah

A. Nikah Mut’ah Pandangan dan Syi’ah

Para ulama sunni dan syi’ah sepakat bahwa nikah mutah berdasarkan keputusan Nabi
SAW, adalah halal, dan bahwasannya kamu muslim telah melakukannya pada masa hidup
beliu. Akan tetapi mereka berbeda pendapat tentang ada atu tidaknya nash (penindak-berlaku
hukum). Madzhab sunni mengatakan bahwa nikah mut’ah telah dihapuskan dan diharamkan
sesudah dihalalkan.

B. Ketentuan Nikah Mut’ah

Dalam kitab induk di kalangan syi’ah diuraikan bahwa’’ mut’ah tidak halal, kecuali
bagi orang yang telah mengatahuinya dan haram terhadap orang yang tidak mengatahui
hukumnya. Menurut kalangan syia’ah dalam lafaz akad mut’ah wajib disebutkan ketentuan
upah, batas waktu, tidak adanya hak mewarisi, dan kewajiban ber idah selama empat puluh
lima hari. Akan tetapi, ada yang mengatakan selama satu haid. Pada saat akad itu, ia boleh
mensyaratkan tidak menuntut kelahiran seorang anak.

Mekanisme Hadhonah (Pemiliharaan) di Tunisia dan Kompilasi Hukum Islam

A. Tunisia Sejarah Hukum Keluarga

Secara geografis, tunisia adalah negara arab muslim di Afrika utara. Ia berada di
pesisir laut tengah, tunisia berbatasan dengan aljazair di sebelah barat dan libia disebelah
timur. Sekirat 40% wilayah tunisia berupa pandang pasir dan sisanya tanah subur. Ibu kota
tunisia adalah tunis. Bahasa resmi negara ini adalah arab sistem pemerintahanya adalah
republik. presiden tunisia saat ini adalah zine Ei-abidin en Ali adapun perdana menterinya
adalah Mohamed Ghannauchi.

B. Ketentuan Hadhonah di Tunisia

Berdasarkan pasal 32, dijelaskan bahwa posisi hadhonah (custody of children) ada
setelah terjadi perceraian antara suami dan isteri berdasarkan keputusan pengadilan. Secara
terperinci pasal tersebut menguraiakn sebagai berikut.
1. Perceraian terjadi di hadapan pengadilan setelah gagal membuat rekonsilisasi
antara suami isteri
2. Meskipun tida diminta, pengadilan menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan
tempat tinggal suami isteri, pemiliharaan, dan pengusrus anak-anaknya sampai
pada tingkat pertemuan dengan anak-anaknya
3. Pengadilan juga memutuskan kompensasi setelah terjadi perceraian dan setelah
masa iddah
4. Keputusan pengadilan juga menetapkan tentang anak-anak
5. Pengadilan tetap mengusahakan rekonisilisasi antar suami dan isteri untuk rujuk
kembali

C. Prosedur Hadhonah dalam Kompilasi Hukum Islam

Sebagaiman diketahui bahwa proses panjang pemberlakukan KHI tidak terlepas dari
serangkaian pemikiran dan pendapat para fuqaha. Oleh karena itu, pembahasan hadhonah
dalam KHI tidak terlepas dari pembahasan para pemikir ulama, baik ulama kelasik maupun
ulama moderen. KHI sebagai kumpulan himpunan dari fuqaha, dalam pembahasannya, tidak
terlepas dari peroses penggalian hukum dalam dunia pendekatan bahasa dan maqashid asy-
syari’ah. KHI merupakan kumpulan pemikiran yang bersipat legal opinion yang dikemas
dengan setuktur bahasa hukum.

Dasar-dasar Hukum Perkawinan

A. Pengertian perkawinan

Dalam bahasa indonesia, perkawinan berasal dari kata ‘’kawin’’ yang menurut bahasa
artinya membentuk keluarga dengan lawan jenis; melakukan hubungan kelamin atau
bersetubuh. Perkawinan disebut juga ‘’pernikahan’’. Berasal dari kata nikah yang menurut
bahasa artinya mengumpulkan saling memasukan, dan digunakan untuk arti bersetubuh
(wathi) kata’’nikah’’ sendiri sering dipergunakan untuk arti persetubuh (coitus) juga untuk
arti akad nikah.

B. Sikap Agama Islam Terhadap Perkawinan

Hukum islam juga ditetapkan untuk kesejahteraan umat, baik secara perorangan
maupun maupun secar bermasyarakat, baik hidup didunia maupun diahirat, kesejahteraan
masyarakat akan tercapai dengan terciptanya kesejahteraan yang sejahtera. Karena keluarga
merupakan lembaga terkecil dalam masyarakat, sehingga kesejateraan masyarakat sangat
tergantung kepada kesejahteraan keluarga

C. Hukum Melakukan Perkawinan

Tentang hukum melakukan perkawinan, ibnu Rusyd menjelaskan

Segolongan fuqaha; yakni jumhur (mayoritas ulama) berpendapat bahwa nikah itu
hukumnya sunnat golongan zhahiriyah berpendapat bahwa nikah itu wajib. Para ulama
malikiyah mutakhirin berpendapat bahwa nikah itu wajib untuk sebagian orang, sunnat untuk
sebagian lainya dan mubah.

D. Tujuan Perkawinan

Perkawinan menurut agama islam adalah untuk memenuhi petunjuk agama dalam
rangka mendirikan keluarga yang harmonis, sejahtera dan bahagia. Harmonis dalam
menggunakan hak dan kewajiban anggota keluarga sejahtera artinya terciptanya ketenagan
lahir dan batin disebabkan terpenuhinya keperluan hidup lahir dan batinya. Sehingga timbul
kebahagiaan, yakni kasih sayang antara anggota keluarga.

E. Perinsip-Perinsip Perkawinan

1. Memenuhi dan melaksanakn perintah agama


2. Kerelaan dan persetujuan
3. Perkawinan untuk selamalamanya
4. Suami sebagai penaggung jawab umum dalam rumah tangga

F. Hikmah Perkawinan

Dengan pernikahan maka banyaklah keturunan. Ketika keturunan itu banyak, maka
proses memakmurkan bumi berjalan dengan mudah, karena suatu perbuatan yang harus
dikerjakan bersama-sama akan sulit jika dilakukan secara individual.

Peminagan Mahar dan Kafa’ah dalam Perkawinan

Larangan Kawin
A. Larangan Kawin Karena Pertalian Nasab
B. Larangan Kawin (Wanita yang haram dinikahi) Karena Hubungan
Sesusuan
C. Wanita Yang Haram Dinikah Karena Hubungan Mushaharah (pertalian
kerabat semenda)
D. Wanita Yang Haram Dinikah Karena Sumpah Li’an
E. Wanita Yang Haram Dinikah Tidak Untuk Selamanya (larangan yang
bersifat sementara)

Perjanjian perkawinan dan Kawin Hamil

Kawin Hamil

Yang dimaksud dengan ‘’kawin hamil’’ di sini ialah kawin dengan seorang wanita
yang hamil diluar nikah bik dikawini oleh laki-laki yang menghamilinya maupun oleh laki-
laki bukan yang menghamilinya.

Pengertian Anak (hadhanah)

A. Pengertian dan Dasar Hukum

Handhanah istilah yang dimaksudnya; pendidikan dan pemiliharaan anak sejak dari
lahir sampai sanggup berdiri sendiri mengurus dirinya yang dilakukan oleh kerabat anak itu.

B. Yang Berhak Melakukan Hadhanah (pemeliharaaan anak)

Seorang anak pada permulaan hidupnya sampai pada umur tertentu memerlukan
orang lain untuk membantunya dalam kehidupannya, seperti makan, pakaian, membersihkan
diri, bahkan sampai kepada pengaturan bangun dan tidur

C. Syarat-syarat Hadhanah dan Hadin

Untuk kepentingan anak dan pemeliharaannya diperlukan

D. Masa Hadhanah

Tidak terdapat ayat Al-Quran dan hadis yang menerangkan dengan tegas tentang
masa hadhanah, hanya terdapat isarat-isarat yang menerangkan ayat tersebut. Karena itu para
ulama ijtihad sendiri dalam menetapkannya dengan berpedoman
E. Upah Hadhanah

Seperti upah menyusui, selama ia masih menjadi isteri dari ayah anak kecil itu, atau
selama masih dalam iddah. Karena dalam keadaan tersebut ia masih mempunyai nafkah
sebagai isteri atau nafkah masa iddah.

Putusanya Perkawinan

A. Talak

Talak terambil dari kata ‘’ithlaq’’ yang menurut bahasa artinya ‘’melepaskan atau
meninggalkan’’.

B. Penceraian

Suatu perkawinan menjadi putus antara lain karena penceraian. Dalam hukum islam
penceraian terjadi

C. Sebab-sebab yang lain

1. Putusan perkawinan sebab syiqaq


2. Putusan perkawinan sebab pembatalan
3. Putusan perkawinan sebab fasakh
4. Putusan perkawinan sebab meninggal dunia

Akibat Putusanya Perkawinan

A. Akibat Talak
1. Akibat talak raji

Tidak melarang mantan suami berkumpul dengan mantan isterinya.

2. akibat talak ba’in sugra

memutuskan hubungan perkawinan antara suami isteri setelah kata talak


diucapkan
3. Akibat talak ba’in kubra
Hukum talak ba’in kubra sama dengan talak ba’in sugra,yaitu memutuskan
hubungan tali perkawinan antara suami dan isteri

B. Akibat Hukum fasakh

Pisahnya suami isteri akibat fasakh berbeda dengan yang diakibatkan oleh talak.
Sebak talak ada talak ba’in dan talak ra’ji. Talak ra’ji tidak mengahiri ikatan suami isteri
dengan seketika. Sedangkan talk ba’in mengahirinya seketika itu juga.

C. Akibat Khulu

Dalam hal akibat khulu terdapat persoalan apakah perempuan yang menerima khulu
dapat diikuti dengan talak atau tidak

D. Akibat Sumpah Li’an

1. Akibat sumpah li’an bagi suami istri


2. Akibat li’an segi hukum

Masalah Ruju dan Ihdad (berkabung)

A. Ruju

Menurut bahasa arab, kata ruju’ berasal dari kata raja’a-yariji u-rujk’an yang berarti
kembali, dan mengembalikan. Dalam istilah hukum islam para fuqaha mengenal istilah ruju
dan istilah rajah

B. Ihdah (masa berkabung)

Yang di maksud dengan ihdah yaitu masa bergabung bagi seorang isteri yang
ditinggak mati suaminya. Masa tersebut adalah 4 bulan 10 hari, dengan larangan-
larangannya, antaralain: bercalak mata, berhias diri keluar rumah kecuali dalam keadaan
terpaksa.

Fikih dan penjelasan

A. Pengertian Fikih
Kata fikih secara etimologis, berakar pada kata atau huruf fa-qa-ha yang menujukkan
kepada ‘’maksud sesuatu’’ atau ‘’ilmu pengatahuan’’ itulah sebabnya setiap ilmu yang
berkaitan dengan sesuatu, disebut dengan fikih.

B. Pengertian Pernikahan

Pernikahan merupakaan sunnatullah yang umum dan berlaku pada semua mahluknya
baik pada manusia,hewan, maupun tumbuh-tumbuhan.nikah menurut bahasa: al-jam’u dan al-
dhamu yang artinya kumpul. Makna nikah (zawaj) bisa diartikan dengan aqdu al-tazwij yang
artinya akad nikah juga biosa diartikan (wath’ual-zaujah) bermakna mempunyai isteri

C. Dasar Hukum Nikah

Hukum nikah (perkawinan) yaitu hukum yang mengatur hubungan antara manusia
dengan sesamanya yang mengatur penyaluran biologis antar jenis, dan hak serta kewajiban
yang berhubungan dengan akibat perkawinan tersebut

D. Rukun Dan Syarat Sah Pernikahan

Rukun yaitu sesuatu yang mesti ada yang menentukan sah atau tidaknya suatu
pekerjaan (ibadah), tetapi sesuatu itu termasuk dalam rangkaian pekerjaan itu, seperti
membasuh muka pada waktu wudu dan takbiratul ikhram untuk shalat.

Syarat yaitu sesuatu yang mesti ada yang menentukan sah atau tidaknya suatu
pekerjaan (ibadah), tetapi sesuatu itu tidak termasuk dalam rangkaian pekerjaan itu.

Sah yaitu sesuatu pekerjaan (ibadah) yang memenuhi rukun dan syarat.

Rukun nikah, yaitu :

1. Mempelai laki-laki
2. Mempelai perempuan
3. Wali
4. Dua orang saksi
5. Shigat ijab kabul.
Syarat-syarat suami, yaitu:

1. Bukan mahram dari calon istri


2. Atas kemauan sendiri
3. Jelas orangnya
4. Tidak sedang ihram

Syarat-syarat istri
1. Tidak ada halangan syarak, yaitu tidak bersuami, bukan mahram, tidak sedang
masa iddah
2. Merdeka, atas kemauan sendiri
3. Jelas orangnya
4. Tidak sedang berihram

Syarat-syarat wali

1. Laki-laki
2. Baligh
3. Waras akalnya
4. Adil
5. Tidak sedang ihram

Syarat-syarat saksi

1. laki-laki
2. baligh
3. waras akalnya
4. adil
5. dapat mendengar dan melihat
6. bebas, tidak dipaksa
7. tidak sedang mengerjakan ihram
8. memahami bahasa yang dipergunakan untuk ijab kabul
E. Tujuan Dan Hikmah Perkawinan Menurut Hukum Islam
1. Tujuan perkawinan
Zakiyah darajat mengemukakan 5 tujuan dalam perkawinan, yaitu :
- Mendapat dan melangsungkan keturunan
- Memenuhi hajat manusia menyalurkan syahwatnya dan menumpahkan
kasih sayangnya.
- Memenuhi panggilan agama, memelihara diri dari kejahatan dan
kerusakan.
- Menumbuhkan kesungguhan untuk bertanggung jawab menerima hak dan
kewajiban, juga besungguh-sungguh untuk memperoleh harta kekayaan
yang halal.
- Membangun rumah tangga untuk membentuk masyarakat yang tentram
atas dasar cinnta dan kasih sayang.
2. Hikmah perkawinan
Perkawinan dapat membuahkan, disntaranya: tali kekeluargaan, memperteguh
kelanggenan rasa cinta antar keluarga dan memperkuat hubungan masyarakat,
yang memang oleh islam direstui, ditopang, dan ditunjang. Karena masyarakat
yang saling menunjang lagi saling menyayangi merupakan masyarakat yang kuat
lagi bahagia.

Proses Menuju Perkawinan

A. Pacaran dan Peminangan Dalam perkawinan


- Etika pacaran
- Pengertian peminangan ( khitbah )
- Melihat pinangan meminang pinangan orang lain
- Meminang perempuan yang sedang dalam masa idah
- Berkhalwat (menyendiri) dengan tinangann
B. Mahar dalam perkawinan
1. Pengertian dan hukum mahar
Dalam istilah ahli fiqih disamping pengertian mahar juga dipakai
perkataan shadaq nihlah dan faridhah dalam bahasa indonesia dipakai
dengan perkataan maskawin .
Mahar, secara etimologi artinya maskawin . secara terminologi ,
mahar iyalah pemberian wajib dari calon suami kepada calon istri sebagai
ketulusan hati calon suami untuk menimbulkan rasa cinta kasih bagi
seorang istri kepada calon suaminya .
2. Syarat-syarat mahar
- Harta berharga
- Barangnya suci dan bisa diambil manpaat
- Barangnya bukan barang ghasab
- Bukan barang yang tidak jelas keadaanya
3. Kadar jumlah mahar
Agama tidak menetapkan jimlah minimum dan begitu pula jumlah
maksimum dari maskawin . hal ini disebabkan oleh perbedaan tingkatan
kemampuan manusia dalam memberinya .
4. Memberi mahar dangan konran dan utang
Pelaksanaan membayar mahar bisa dilakukan sesuai dengan kemampuan
atau disesuaikan dengan keadaan dan adat masyarakat.
5. Macam-macam mahar
Ulama fiqih sepakat bahwa mahar itu ada dua macam yaitu:
- Mahar musamma
- Mahar mitsli (sepadan)
6. Bentuk mahar maskawin
Pada perinsipnya maskawin harus bermanfaat dan bukanlah sesuatu yang
haram dipakai,dimiliki atau dimakan.
7. Gugur/Rusaknya mahar
Diantaranya:
- Barangnya tidak boleh dimiliki
- Mahar digabungkan dengan jual beli
- Penggabungan mahar dengan pemberian
- Cacat pada mahar dan
- Persaratan dalam mahar
8. Mahar yang dipersengketakan suami istri
- Kadar mahar
- Penerimaan mahar
- Persengketaan mengenai macam/jenis mahar
- Persengketaan mengenai waktu
Larangan Dalam Pernikahan

Maksud dalam larangan dalam pernikahan dalam pembahasan ini ialah larangan
untuk menikah antara seorang pria dan seorang wanita menurut syarak , larangan tersebuat
dibagi dua, yaitu halangan abadi dan halangan sementara.

Akad Pernikahan

A. Pengertian akad, shigat dalam pernikahan

Dalam pernikahan, ridanya laki-laki dan perempuan serta pertujuan antara keduanya
merupakan hal yang poko untuk mengikat hidup berkeluarga. Perasaan rida dan setuju
bersifat kejiwaan yang tidak dapat dilihat dengan dengan jelas

B. Syarat-syarat akad, sigat, dan pelaksanaannya


1. Syarat ucapan ijab kabul
2. Syarat ijab kabul

Wali dan Saksi dalam Pernikahan

A. Masalah wali dalam pernikahan


B. Saksi dalam akad nikah
C. Syarat-syarat saksi
D. Pengaruh fungsi dan tanggung jawab saksi
E. Saksi sebagai salah satu alat bukti

Walimah Al-Ursy

A. Pengertian walimah

Walimah artinya al-jam’u kumpul, sebab antara suami dan isteri berkumpul, bahkan
anak saudara, kerabat, dan para tetangga.

B. Dasar hukum walimah


Jumhur ulama sepakat bahwa mengadakan walimah itu hukumnya sunah mua’akkad

C. Bentuk walimah
1. Bentuk walimah yang sederhana
2. Pernikahan yang menyimpang dari ajaran agama di zaman moderen

D. Perubahan sosial dalam masalah perkawinan dan hubungannya dengan pranata sosial

Dalam melangsungkan pernikahan, diperlukan dua orang saksi laki-laki persaksian


ini bisa diperluas dengan menyelenggarakan repsepsi atau pesta pernikahan dengan
mengandung para sahabat, handai tolak, kerabat, tetangga, serta kenalan lainnya agar dapat
menyaksikan sekaligus memberi doa restu kepada kedua pemelai.

Hak dan Kewajiban Suami Isteri dalam Keluarga

A. Hak dan kewajibansuami istri

Jika suami sama-sama menjalankan tanggung jawabya masing-masing , maka akan


terwujudlah ketertertaman dan ketenangan hati sehingga sempurnalah kebahagiaan hidup
berumah tangga .

B. Hak kewajiban suami terhadap istri


C. Kewajiban istri terhadap suami

Nafakah Keluarga Dan Problematikanya

Seperti telah dikemukakan diatas bahwa terselenggaranya akad nikah menimbulkan


adanya hak dan kewajiban antara suami istri ,diantara kewajiban suami terhadap istri yang
paling pokok adalah kewajiban memberi nafkah ,baik berupa makanan, pakaian kiswah,
maupun tempat tinggal bersama.

A. Nafkah keluarga
B. Dasar menetapkan jumlah nafkah
C. Syarat-syarat wajib nafkah
D. Nafkah anak
E. Nafkah orang tua
F. Nafkah suami atas istri yang beribadah

Kededekan Harta Dalam Perkawinan


Pembahasan masalah ini menyangkut dua masalah pokok yaitu. Barang bawaan dan
harta bersama.

A. Barang Bawaan
Ialah segala perabotan rumah tangga yang dipersiapkan oleh istri dan keluarganya.

B. Harta Bersama Suami Istri


Adanya harta bersama dalam perkawinan tidak menutup mungkin adanya harta
milik masing-masing suami istri.

Dalam Ensiklopedia hukum islam dijelaskan bahwa harta gono gini adalah harta
bersama milik suami istri yang mereka peroleh selama perkawinan.

Nusyuz Syiqaq Dan Fungsi Hakamain

A. Depenisi nusyuz

Arti kata nusyuz ialah membangkang menurut selamat abidin nusyuz belarti
durhakamaksudnya seorang istri melakukan perbuatan yang menentang suami tanpa alasan
yang dapat diterima oleh syara, iya tidak mentaati suaminya atau menolak diajak ke tempat
tidurnya

B. Syiqaq

Siqaq belarti peselisihan atau retak , menurut istilah fiqih siqaq bearti peselisihan suami
istri yang diselesaikan oleh dua orang hakam , yaitu seorang hakam dari pihak suami dan
seorang hakam dari pihak istri.

Dasar hukumnyaadalah QS. An nisa ayat 35

C. Haqmain
1. Atri Haqamain Dan Tugasnya

Hakam artinya juru damai . jadi, haqamain adalah juru damai yang dikirim oleh dua
belah pihak suami istri apabila terjadi perselisihan antara keduanya ,tanpa diketahui keadaan
siapa yg benar siapa yang salah .

2. Syarat-syarat haqamain
Orang yang ditunjuk sebai haqam hendaklah :
- Berlaku adil diantara pihak yang bersengketa
- Mengadakan perdamaian dengan iklas
- Disegani oleh kedua pihak
- Hendaklah berpihak kepada yang teraniyaya apabila pihak yang lain tidak
mau berdamai

Batalnya Perkawinan ( Fasakh)

A. Pengertian batalnya perkawinan

Batal adalah rusaknya hukum yang ditetapkan terhadap suatu amalan seseoramg , karena
tidak memenuhi syarat dan rukun yang telah ditetapkan oleh syara.Batalnya perkawinan atau
putusnya perkawinan disebut juga fasakh . fasakh artinya putus atau batal , fashak nikah
adalah pembatalan perkawinan oleh istri karena antara suami istri terdapat cacat atau penyakit
yang tidak dapat disembuhkan , atau si suami tidak dapat memberi napkah , menganiyaya,
dan murtad.Maksud faskh nikah adalah memutuskan atau membatalkan hubungan antara
suami istri.

B. Sebab-sebab terjadinya batal perkawinan


1. Karena ada balak atau penyakit blang kulit
2. Karena gila
3. Karena penyakit kusta
4. Karena ada penyakit menular
5. Karena ada daging tumbuh pada kemaluan perempuan yang menghambat maksud
perkawianan ( bersetubuh)
6. Karena unnah yaitu jakar laki-laki impoten ( tidak hidup untuk jimak).

Ikatan Perkawinan Dalam Islam

Menurut pandangan hukum hak-hak istri ( berhubunagan dengan suaminya ) adalah


sama dengan hak suami terhadapnya meskipun lelaki satu tingkat lebih tinggi dari pada
mereka dan allah maha bijak sana , kau laki-laki itu pemimpin bagi kaum wanita karna Allah
melebihkan sebagian merela (lelaki) atas sebagian lainya (wanita).
Daftar Pustaka

1. Dedi supriyadi. 2011. Fiqh munakahat perbandingan. Cetakan ke-1, Bandung,


pustaka setia.
2. Abdul rahman ghozali. 2006. Fiqh munakahat. Jakarta: Prenada Media Group
3. Fiqih munakahat: kajian fiqih nikah lengkap/Tihami,sohari sahrani.-Ed.1,-cet.3-
jakarta:Rajawali pers,2013
4. Mubarak. Jaih. 2002. Modifikasi Hukum Islam studi tentang Qawl Qadim dan Qawl Jadid.
Jakarta: RajaGrafindo Persada

Anda mungkin juga menyukai