PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) terdiri dari beberapa
pernapasan adalah organ mulai dari hidung hingga Alveoli beserta organ
adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari diambil
dapat digolongkan dalam ISPA, proses ini dapat berlangsung lebih dari 14
hari.
pernapasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus
maupun riketsia, tanpa atau disertai radang parenkim paru (Alsagaff et al.,
orang meninggal setiap tahun. Tingkat mortalitas sangat tinggi pada bayi,
perkapita rendah dan menengah. ISPA merupakan salah satu penyebab utama
rawat jalan dan rawat inap di fasilitas pelayanan kesehatan terutama pada
dari beberapa data penyakit seperti infeksi saluran pernapasan akut (ISPA)
25%, diare 7%, asma 5%, bronkiolitis 5% dan pneumonia 4.5%. Dari data
kesakitan tertinggi pada anak yaitu sebanyak 4.25 juta setiap tahunnya
kematian pada anak-anak dan remaja. Sebanyak (36,4%) kematian bayi dan
(25,7%) pada anak-anak dan remaja yang masih masa pertumbuhan pada
tahun 2008, (32,1%) pada tahun 2009, (18,2%) pada tahun 2010 (38,8%) dan
(11,0%) pada tahun 2018 disebabkan karena ISPA. Data Riskesdas (2018)
yaitu berjumlah 28.720 kasus dan merupakan urutan pertama dari 10 besar
meningkat dari tahun sebelumnya dan menjadi urutan pertama dari 10 besar
penyakit di Sulawesi Tenggara dan pada tahun 2019 yaitu semakin meningkat
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada tahun 2017 sebanyak 13.531
orang. Pada tahun 2018 sebanyak 18.264 orang, sedangkan pada tahun 2019
penderita ISPA sebanyak 42.197 orang, Puskesmas Poasia menempati urutan
4.304 dan jumlah balita yang mengalami ISPA pada 3 tahun terakhir yaitu
pada tahun 2018 sebanyak 330 kasus, tahun 2019 sebanyak 270 kasus dan
pada tahun 2020 yaitu mengalami peningkatan kasus ISPA pada balita
sebanyak 382 kasus. Untuk data 5 bulan terakhir yaitu pada bulan November
2020 sebanyak 32 kasus, pada bulan Desember 2020 sebanyak 21 kasus, pada
bulan Januari 2021 sebanyak 19 kasus, pada bulan Februari 2021 sebanyak 13
kasus dan pada bulan Maret sebanyak 35 kasus. (Data Puskesmas Poasia
Kendari 2021).
Penyebab utama penyakit ini adalah Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).
Infeksi ini bisa disebabkan oleh bakteri maupun virus. Penyebab Infeksi
Saluran Pernapasan Akut antara lain, pneumonia bakterial, suatu infeksi paru-
imunisasi yang tidak lengkap, polusi udara di lingkungan tempat tinggal, dan
yang lebih besar terhadap kejadian ISPA pada balita dibanding balita yang
vitamin A pada balita diperlukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak
atau retinol terlibat dalam pembentukan, produksi, dan pertumbuhan sel darah
merah, sel limfosit, antibodi juga integritas sel epitel pelapis tubuh. Vitamin
kebutaan serta mencegah anemia pada ibu nifas. Kekurangan vitamin A dapat
keadaan gizi kurang merupakan hubungan timbal balik dan sebab akibat.
Penyakit infeksi dapat memperburuk status gizi dan seseorang dengan status
gizi yang buruk menjadi lebih rentan terhadap infeksi. Tubuh mempunyai
dalam keadaan gizi yang baik. Jika keadaan gizi semakin buruk maka reaksi
kematian dengan keadaan gizi yang buruk. Anak yang mengalami malnutrisi
berat memiliki sistem imun yang lemah dan fungsi proteksi mukosa saluran
memperburuk status gizi dan seseorang dengan status gizi kurang menjadi
Kota Kendari”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka permasalahan dalam
2. Apakah ada hubungan status gizi terhadap kejadian ISPA pada balita
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Kota Kendari.
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
a. Bagi Institusi
2. Manfaat Teoritis
a. Bagi Peneliti
pada balita.
ini.