DKI JAKARTA Dikonversi
DKI JAKARTA Dikonversi
SEJARAH
SUNDA KALAPA
Jakarta pertama kali dikenal sebagai salah satu pelabuhan Kerajaan Sunda yang bernama Sunda Kalapa,
berlokasi di muara Sungai Ciliwung. Ibu kota Kerajaan Sunda yang dikenal sebagai Dayeuh Pakuan
Padjadjaran atau Pajajaran (sekarang Bogor) dapat ditempuh dari pelabuhan Sunda Kalapa selama dua hari
perjalanan. Menurut sumber Portugis, Sunda Kalapa merupakan salah satu pelabuhan yang dimiliki Kerajaan
Sunda selain pelabuhan Banten, Pontang, Cigede, Tamgara dan Cimanuk. Sunda Kalapa yang dalam teks ini
disebut Kalapa dianggap pelabuhan yang terpenting karena dapat ditempuh dari ibu kota kerajaan yang disebut
dengan nama Dayo (dalam bahasa Sunda modern: dayeuh yang berarti "ibu kota") dalam tempo dua
hari. Kerajaan Sunda sendiri merupakan kelanjutan dari Kerajaan Tarumanagara pada abad ke-5 sehingga
pelabuhan ini diperkirakan telah ada sejak abad ke-5 dan diperkirakan merupakan ibu kota Tarumanagara yang
disebut Sundapura (bahasa Sanskerta yang berarti "Kota Sunda").
Pada abad ke-12, pelabuhan ini dikenal sebagai pelabuhan lada yang sibuk. Kapal-kapal asing yang berasal
dari Tiongkok, Jepang, India Selatan, dan Timur Tengah sudah berlabuh di pelabuhan ini membawa barang-
barang seperti porselen, kopi, sutra, kain, wangi-wangian, kuda, anggur, dan zat warna untuk ditukar
dengan rempah-rempah yang menjadi komoditas dagang saat itu.
Jayakarta (1527–1619)
Bangsa Portugis merupakan Bangsa Eropa pertama yang datang ke Jakarta. Pada abad ke-16, Surawisesa, raja
Sunda meminta bantuan Portugis yang ada di Malaka untuk mendirikan benteng di Sunda Kelapa sebagai
perlindungan dari kemungkinan serangan Cirebon yang akan memisahkan diri dari Kerajaan Sunda. Upaya
permintaan bantuan Surawisesa kepada Portugis di Malaka tersebut diabadikan oleh orang Sunda dalam cerita
pantun seloka Mundinglaya Dikusumah, di mana Surawisesa diselokakan dengan nama gelarnya
yaitu Mundinglaya. Namun sebelum pendirian benteng tersebut terlaksana, Cirebon yang
dibantu Demak langsung menyerang pelabuhan tersebut. Penetapan hari jadi Jakarta tanggal 22
Juni oleh Sudiro, wali kota Jakarta, pada tahun 1956 adalah berdasarkan pendudukan Pelabuhan Sunda Kalapa
oleh Fatahillah pada tahun 1527. Fatahillah mengganti nama kota tersebut menjadi Jayakarta yang berarti
"kota kemenangan", Jayakarta berasal dari dua kata Sanskerta yaitu Jaya yang berarti "kemenangan"
dan Karta yang berarti "dicapai." Selanjutnya Sunan Gunung Jati dari Kesultanan Cirebon, menyerahkan
pemerintahan di Jayakarta kepada putranya yaitu Maulana Hasanuddin dari Banten yang menjadi sultan
di Kesultanan Banten.
Batavia (1619–1942)
Belanda datang ke Jayakarta sekitar akhir abad ke-16, setelah singgah di Banten pada tahun 1596. Jayakarta
pada awal abad ke-17 diperintah oleh Pangeran Jayakarta, salah seorang kerabat Kesultanan Banten.
Pada 1619, VOC dipimpin oleh Jan Pieterszoon Coen menduduki Jayakarta setelah mengalahkan
pasukan Kesultanan Banten dan kemudian mengubah namanya menjadi Batavia. Selama kolonialisasi Belanda,
Batavia berkembang menjadi kota yang besar dan penting. Untuk pembangunan kota, Belanda banyak
mengimpor budak-budak sebagai pekerja. Kebanyakan dari mereka berasal dari Bali , Sulawesi , Maluku
, Tiongkok, dan pesisir Malabar, India. Sebagian berpendapat bahwa mereka inilah yang kemudian membentuk
komunitas yang dikenal dengan nama suku Betawi. Waktu itu luas Batavia hanya mencakup daerah yang saat
ini dikenal sebagai Kota Tua di Jakarta Utara. Sebelum kedatangan para budak tersebut, sudah ada masyarakat
Sunda yang tinggal di wilayah Jayakarta seperti masyarakat Jatinegara Kaum. Sedangkan suku-suku dari etnis
pendatang, pada zaman kolonialisme Belanda, membentuk wilayah komunitasnya masing-masing. Maka di
Jakarta ada wilayah-wilayah bekas komunitas itu seperti Pecinan, Pekojan, Kampung Melayu, Kampung
Bandan, Kampung Ambon, Kampung Bali, dan Manggarai.
Pada tanggal 9 Oktober 1740, terjadi kerusuhan di Batavia dengan terbunuhnya 5.000 orang Tionghoa. Dengan
terjadinya kerusuhan ini, banyak orang Tionghoa yang lari ke luar kota dan melakukan perlawanan terhadap
Belanda. Dengan selesainya Koningsplein (Gambir) pada tahun 1818, Batavia berkembang ke arah selatan.
Tanggal 1 April 1905 di Ibukota Batavia dibentuk dua kotapraja atau gemeente, yakni Gemeente Batavia dan
Meester Cornelis. Tahun 1920, Belanda membangun kota taman Menteng, dan wilayah ini menjadi tempat baru
bagi petinggi Belanda menggantikan Molenvliet di utara. Pada tahun 1935, Batavia dan Meester Cornelis
(Jatinegara) telah terintegrasi menjadi sebuah wilayah Jakarta Raya.
Pada 1 Januari 1926 pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan peraturan untuk pembaharuan sistem
desentralisasi dan dekonsentrasi yang lebih luas. Di Pulau Jawa dibentuk pemerintahan otonom
provinsi. Provincie West Java adalah provinsi pertama yang dibentuk di wilayah Jawa yang diresmikan dengan
surat keputusan tanggal 1 Januari 1926, dan diundangkan dalam Staatsblad (Lembaran Negara) 1926 No. 326,
1928 No. 27 jo No. 28, 1928 No. 438, dan 1932 No. 507. Batavia menjadi salah satu keresidenan
dalam Provincie West Java disamping Banten, Buitenzorg (Bogor), Priangan, dan Cirebon.
Djakarta (1942–1945)
Pendudukan oleh Jepang dimulai pada tahun 1942 dan mengganti nama Batavia menjadi Djakarta untuk
menarik hati penduduk pada Perang Dunia II. Kota ini juga merupakan tempat dilangsungkannya Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945 dan diduduki Belanda sampai pengakuan kedaulatan
tahun 1949.
Jakarta (1945-sekarang)
Sejak kemerdekaan sampai sebelum tahun 1959, Djakarta merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat. Pada
tahun 1959, status Kota Djakarta mengalami perubahan dari sebuah kotapraja di bawah wali kota ditingkatkan
menjadi daerah tingkat satu (Dati I) yang dipimpin oleh gubernur. Yang menjadi gubernur pertama
ialah Soemarno Sosroatmodjo, seorang dokter tentara. Pengangkatan Gubernur DKI waktu itu dilakukan
langsung oleh Presiden Sukarno. Pada tahun 1961, status Djakarta diubah dari Daerah Tingkat Satu menjadi
Daerah Chusus Ibukota (DCI, sekarang dieja Daerah Khusus Ibukota/DKI) dan gubernurnya tetap dijabat oleh
Sumarno.
Semenjak dinyatakan sebagai ibu kota, penduduk Jakarta melonjak sangat pesat akibat kebutuhan tenaga kerja
kepemerintahan yang hampir semua terpusat di Jakarta. Dalam waktu 5 tahun penduduknya berlipat lebih dari
dua kali. Berbagai kantung permukiman kelas menengah baru kemudian berkembang, seperti Kebayoran
Baru, Cempaka Putih, Pulo Mas, Tebet, dan Pejompongan. Pusat-pusat permukiman juga banyak dibangun
secara mandiri oleh berbagai kementerian dan institusi milik negara seperti Perum Perumnas.
Pada masa pemerintahan Soekarno, Jakarta melakukan pembangunan proyek besar, antara lain Gelora Bung
Karno, Masjid Istiqlal, dan Monumen Nasional. Pada masa ini pula Poros Medan Merdeka-Thamrin-
Sudirman mulai dikembangkan sebagai pusat bisnis kota, menggantikan poros Medan Merdeka-Senen-
Salemba-Jatinegara. Pusat permukiman besar pertama yang dibuat oleh pihak pengembang swasta
adalah Pondok Indah (oleh PT Pembangunan Jaya) pada akhir dekade 1970-an di wilayah Jakarta Selatan.
Laju perkembangan penduduk ini pernah coba ditekan oleh gubernur Ali Sadikin pada awal 1970-an dengan
menyatakan Jakarta sebagai "kota tertutup" bagi pendatang. Kebijakan ini tidak bisa berjalan dan dilupakan
pada masa-masa kepemimpinan gubernur selanjutnya. Hingga saat ini, Jakarta masih harus bergelut dengan
masalah-masalah yang terjadi akibat kepadatan penduduk, seperti banjir, kemacetan, serta kekurangan alat
transportasi umum yang memadai.
Monumen Nasional Indonesia adalah sebuah markah tanah Jakarta sehingga dilukiskan di lambang ini. Tugu
Nasional ini juga sebagai lambang kemegahan, daya juang dan cipta. Pintu gerbang melambangkan kota, dan
kekhususan Jakarta sebagai pintu keluar-masuk kegiatan-kegiatan nasional dan hubungan internasional.
Kemudian kapas dan padi melambangkan kemakmuran atau usaha Jakarta yang bertekad mencukupi kebutuhan
sandang dan pangan warganya. Tali emas melambangkan pemersatuan dan kesatuan. Gambar gelombang
melukiskan lokasi Jakarta di pesisir dan juga Jakarta sebagai kota pelabuhan. Perisai segi lima
melambangkan Pancasila. Serta seloka "Jaya Raya" yang merupakan slogan perjuangan Jakarta.
3. Tari Sembah : Tari yang ditampilkan untuk penyambutan tamu secara adat Betawi
Ci Liwung, atau biasa ditulis Ciliwung adalah salah satu sungai terpenting di Tatar Pasundan, Pulau Jawa -
Indonesia; terutama karena melalui wilayah ibu kota, DKI Jakarta, Panjang aliran utama sungai ini adalah
hampir 120 km dengan daerah tangkapan airnya (daerah aliran sungai) seluas 387 km². Sungai ini relatif lebar
dan di bagian hilirnya dulu dapat dilayari oleh perahu kecil pengangkut barang dagangan. Wilayah yang
dilintasi Ci Liwung adalah Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kota Depok, dan Provinsi DKI Jakarta.
Hulu sungai ini berada di dataran tinggi yang terletak di perbatasan Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur,
atau tepatnya di Gunung Gede, Gunung Pangrango dan daerah Puncak. Setelah melewati bagian timur Kota
Bogor, sungai ini mengalir ke utara, di sisi barat Jalan Raya Jakarta-Bogor, sisi timur Depok, dan memasuki
wilayah Jakarta sebagai batas alami wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur. Ci Liwung bermuara di daerah
Luar Batang, di dekat Pasar Ikan sekarang. Di sebelah barat, DAS Ci Liwung berbatasan dengan DAS Ci
Sadane, DAS Kali Grogol dan DAS Kali Krukut. Sementara di sebelah timurnya, DAS ini berbatasan dengan
DAS Kali Sunter dan DAS Kali Cipinang.
KALI ANGKE
Kali Angke atau Cikeumeuh adalah nama sebuah sungai di Jakarta, Indonesia. Sungai sepanjang 91,25
kilometer (56,70 mi) ini berhulu di daerah Bogor, melintasi wilayah Jawa Barat, Banten dan Jakarta sampai
bermuara di Laut Jawa dekat Muara Angke, Jakarta Barat serta melalui Cengkareng Drain.
KALI PESANGGRAHAN
Kali Pesanggrahan adalah sungai yang mengalir dari Kabupaten Bogor, melintasi Kota Depok, Jakarta
Selatan, hingga akhirnya ke Tangerang, Banten. Sungai ini berhulu di wilayah Kecamatan Tanah Sareal, dan
melewati Kecamatan Bojonggede, Kecamatan Sawangan, Kecamatan Limo, Kecamatan Kebayoran Lama,
Kecamatan Pesanggrahan, Kecamatan Kembangan, Kecamatan Kebon Jeruk, hingga akhirnya ke Cengkareng.
KALI CIPINANG
Kali Cipinang (atau Ci Pinang) adalah sebuah sungai yang melintasi kota Jakarta, Indonesia. Kali Cipinang
bermuara di Kali Sunter, di dekat Jalan I Gusti Ngurah Rai dan Jalan Cipinang Muara Ilir, Jakarta, tetapi di
tengah terpotong pada permulaan Banjir Kanal Timur (KBT), di dekat Jalan Cipinang Besar Selatan dan Jalan
IPN, Jakarta. Kali Cipinang ini terletak di kawasan Kecamatan Makassar, Jakarta Timur. Di bantaran kali ini
terdapat sejumlah bangunan rumah warga.
TRANPORTASI
Transjakarta
Sejak tahun 2004, Pemerintah DKI Jakarta telah menghadirkan layanan transportasi umum yang dikenal
dengan TransJakarta. Layanan ini menggunakan bus AC dan halte yang berada di jalur khusus. Saat ini ada dua belas
koridor Transjakarta yang telah beroperasi, yaitu:[32]
Dengan menjelajahi setiap sudut Monas, Anda akan diajak mengenal bagaimana perjalanan sejarah masa demi
masa bangsa Indonesia hingga masa modern secara singkat namun cukup atraktif. Jika Anda ingin melihat kota
Jakarta lebih jelas, maka Anda bisa naik ke bagian puncak monumen yang memiliki ketinggian lebih dari 100
meter tersebut. Tak perlu takut kelelahan sebab ada lift dengan kapasitas 11 orang yang bisa membawa Anda ke
puncak tertinggi Monas.
Informasi:
Nama: Tugu Monumen Nasional
Alamat: Gambir, Jakarta Pusat, DKI Jakarta
4. MUSEUM PRANGKO
Salah satu museum unik yang ada di Jakarta, Museum Perangko. Di museum ini terdapat banyak koleksi
perangko dengan beragam sejarahnya yang unik.
Museum Perangko mulai beroperasi di tahun 1983, dan di resmikan langsung oleh Ibu Tien Suharto.
Informasi
Nama : Museum Prangko
Alamat : Jalan Taman Mini Indonesia Indah, Cipayung, RW.2, Kota Jakarta Timur,
Informasi
Nama : Kebun Binatang Ragunan
Alamat : Jl. Harsono RM No. 1, Ragunan, Kec. Pasar Minggu, Kota Jakarta Selatan
6. MUSEUM FATAHILLAH
Dahulu gedung ini dibangun oleh colonial belanda sebagai balai kota dan staduis. Pembangunan gedung ini
dilakukan oleh gubernur jenderal jan pieterszoon Coen pada tahun 1620. Kemudian, diresmikan oleh gubernur
jenderal Abraham van riebeek pada tahun 1710.
Informasi:
Nama : Museum Fatahillah
Alamat: Jl. Taman Fatahillah No.1, RT.7/RW.7, Kota Tua, Pinangsia, Tamansari, Jakarta Barat, Jakarta
PEMERINTAHAN DI JAKARTA
Pemerintahan di DKI Jakarta terdiri dari 1 Kabupten dan 5 Kotamadya
Ketua :
Anies Baswedan
Kota Administrasi Jakarta
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 44
Pusat
Wakil Ketua :
Ahmad Riza Patria
KESENIAN JAKARTA
1. LENONG
Lenong adalah kebudayaan khas Betawi berupa lantunan Gambang Kromong yang disertai dengan lawakan
tanpa plot cerita.
2. ONDEL – ONDEL
Ondel-ondel adalah patung raksasa yang dijadikan sebagai ikon kota Jakarta.
Ondel-ondel ini biasanya tampil berpasangan, ada pria dan wanita.
Cara memebedakannya, pria mengenakan topeng berwarna merah dengan kumis dan cambang serta pakaian
berwarna gelap.
Sementara wanita mengenakan topeng putih dengan gincu merah dan menggunakan pakaian berwarna terang.
Namun, keduanya dihiasi Kembang Kelapa, hiasan kepala khas Melayu.
3. TANJIDOR
Adat istiadat Jakarta ini memang tidak asing. Dulunya, tanjidor adalah musik betawi yang dimainkan o leh orang-orang
yang ingin mempersembahkan pertunjukkan untuk menir-menir Belanda.
4. GAMBANG KROMONG
Gambang kromong adalah seni musik tradisional Betawi dengan perpaduan alat musik gamelan dan alat musik Tionghoa.
GUBERNUR JAKARTA DARI MASA KE MASA
Gubernur
No. Mulai menjabat Akhir menjabat Wakil Gubernur
(lahir–mati)
Soewirjo
1 23 September 1945 21 Juli 1947 N/A
(1903–1967)
Sjamsuridjal
2 29 Juni 1951 9 November 1953 N/A
(1903–1964)
Soemarno Sosroatmodjo
4 8 Februari 1960 26 Agustus 1964 Henk Ngantung
(1911–1991)
RHA Wiriadinata
(1977–79)
• Haki Chourmain
(1979–82)
• Urip Widodo
(1977–79)
Tjokropranolo • Sardjono Soeprapto
(1928–1998) (1979–82)
7 29 September 1977 29 September 1982 • Sapi’ie
(1977–79)
• Asnawi Manaf
(1979–82)
• Prajogo
(1977–79)
• Piek Mulyadi
Adikusumo
(1979–82)
• Haki Chourmain
(1982–84)
• Eddie Marzuki
Nalapraya
(1984–87)
• Sardjono Soeprapto
Soeprapto (1982–84)
(1924–2009) • Anwar Ilmar
8 29 September 1982 6 Oktober 1987 (1984–87)
• Asnawi Manaf
(1982–84)
Piek Mulyadi
Adikusumo
(1982–84)
• Bunyamin Ramto
(1984–87)
• Eddie Marzuki
Nalapraya
Wiyogo Atmodarminto (1987)
9 (1922–2012) 6 Oktober 1987 6 Oktober 1992 • Basofi Sudirman
(1987–92)
• Anwar Ilmar
(1987–91)
• RS Museno
(1991–92)
• Bunyamin Ramto
(1987–88)
• Herbowo
(1988–92)
• Basofi Sudirman
(1992–93)
• M. Idroes
(1993–97)
Soerjadi Soedirdja • RS Museno
10 6 Oktober 1992 6 Oktober 1997
(1939–2021) • Herbowo
(1992–93)
• Tubagus
Muhammad Rais
(1993–97)
tampil
Sutiyoso 6 Oktober 1997 7 Oktober 2002
11 (1944–) 1997–2002:
Fauzi Bowo
(1948–)
12 7 Oktober 2007 7 Oktober 2012 Prijanto
Joko Widodo
(1961–) Basuki Tjahaja
13 15 Oktober 2012 16 Oktober 2014
Purnama
2. Kerak Telor
Berbeda dengan soto yang hampir semua daerah ada, kerak telor hanya berasal dari Jakarta. Makanan ini terbuat
dari nasi yang dicampur dengan telur, dan serundeng. Kemudian dibakar di atas tunggu api. Telur yang
digunakan bisa telur ayam atau telur bebek sesuai dengan selera.
3.Gado-gado
Makanan ini bukan hanya menjadi kesukaan masyarakat Betawi, juga disukai masyarakat dari daerah lain.
Gado-gado cocok untuk yang sedang mengurangi daging atau produk hewani lainnya. Tak jarang orang juga
menyebutnya sebagai salad tradisional. Gado-gado terbuat dari aneka sayur mulai dari kacang panjang, tauge,
kangkung, kubis, dan sayuran lain. Sebagai sausnya, makanan ini disiram sambal kacang sehingga rasanya
gurih dan manis sesuai dengan lidah orang Indonesia. Ada juga yang menambahkan gado-gado dengan tempe,
tahu, dan telur rebus.
2. Kue Dongkal
Kue khas Betawi selanjutnya yang wajib Anda cicipi saat berkunjung ke Jakarta yaitu kue dongkal. Kue yang
satu ini berbentuk mirip seperti tumpeng dan terbuat dari tepung beras dan kelapa parut. Adonan kue ini dibuat
berlapis dengan isian gula merah kemudian dikukus. Sekilas kue ini mirip dengan kue putu yang biasanya dijual
keliling, akan tetapi kue dongkal memiliki bentuk yang berbeda dan tidak berwarna seperti kue putu. Rasa
manis dari gula merah dan gurih dari kelapa serut membuat siapa saja ketagihan untuk mencicipi makanan
tradisional ini.
3. Kue Rangi
Makanan khas Betawi selanjutnya yaitu kue rangi. Banyak orang yang tidak mengenal kue ini, dan lebih
mengenal kue pancong dan pukis. Berbeda dari pukis atau pancong, kue rangi dibuat dari tepung sagu, kelapa
parut, dan santang kemudian dipanggang di atas bara sampai matang. Selanjutnya rangi disiram saus manis
yang terbuat dari gula jawa. Rasanya garing, gurih, dan manis.
Dari PSBB hingga PPKM Darurat
Perjalanan Panjang Jakarta Lawan Pandemi Covid-19
PSBB
Pada tanggal 4 April 2020 Gubernur Anies Baswedan mengirimkan surat berisi usulan kepada Menteri
Kesehatan saat itu, Terawan Agus Putranto, untuk memberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB)
pada wilayah Jakarta dan sekitarnya.
Pada tanggal 7 April 2020, Menkes memberikan izin dan Pemprov DKI segera mempersiapkan segala aturan
terkait pemberlakuan PSBB. Pemberlakuan PSBB Jakarta dimulai pada 10 April 2020.
Selanjutnya PSBB yang semula hanya 14 hari diperpanjang berulang kali hingga Juni
PSBB Transisi
Setelah penyebaran virus corona di ibukota dianggap sudah menurun, Pemprov DKI Jakarta mencabut
pemberlakuan PSBB dan menerapkan PSBB transisi. Transisi tersebut bertujuan untuk beradaptasi dengan
kebiasaan baru yang kemudian disebut new normal.
Pada mulanya, PSBB transisi berlangsung 5 Juni-2 Juli 2020. Dilanjutkan dengan masa pelonggaran yang
terbagi menjadi 2 tahap. Tahap pertama jatuh pada tanggal 5-18 Juni 2020, dimana kegiatan di tempat ibadah,
aktivitas perkantoran, dan mal boleh dibuka.
Pada tahap kedua, semakin banyak izin buka untuk tempat umum seperti taman rekreasi, salon, hingga kebun
binatang. Tetapi karena kasus Covid-19 belum benar-benar berhasil ditekan, pemberlakuan PSBB Transisi ini
diperpanjang sampai 5 kali, yaitu pada 3-16 Juli 2020, 17-30 Juli 2020, 30 Juli-14 Agustus 2020, 14-27
Agustus 2020, dan 27 Agustus-10 September 2020.
PSBB Ketat
Akibat melonjaknya kasus aktif, pemakaman pasien Covid-19, serta menurunnya ketersediaan tempat tidur
untuk pasien Covid-19, Pemprov DKI Jakarta memutuskan untuk kembali memperketat PSBB pada 13
September 2020.
PSBB pengetatan inilah yang disebut Gubernur Anies dengan istilah “rem darurat”. PSBB ketat ini
berlangsung selama 2 pekan, sejak 14-27 September 2020.
Keputusan untuk kembali PSBB pengetatan ini diambil usai terjadi peningkatan kasus aktif, lonjakan
pemakaman pasien Covid-19, dan menipisnya ketersediaan tempat tidur isolasi. Setelah dua minggu berlalu,
PSBB pengetatan ini diperpanjang 2 minggu hingga 11 Oktober 2020.
Usai PSBB pengetatan berlangsung satu bulan, PSBB transisi berlaku kembali pada 12-25 Oktober 2020.
PSBB transisi diperpanjang hingga 5 kali, yaitu pada 26 Oktober-8 November 2020; 9-22 November 2020; 23
November-6 Desember 2020; 7-21 Desember 2020; 22-3 Januari 2021; 4-17 Januari 2021.
PPKM
Pada tanggal 11 Januari 2021, Gubernur Anies memutuskan untuk kembali menarik rem darurat alias kembali
menerapkan PSBB ketat. Hal ini sesuai dengan putusan pemerintah pusat untuk menerapkan Pemberlakuan
Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) pada Jawa-Bali dalam periode 11-25 Januari 2021. Dalam poin
peraturannya, PPKM lebih ketat ketimbang PSBB transisi. PPKM ini dilanjutkan pada 26 Januari-8 Februari
2021.
PPKM Mikro
Pada 3 Februari 2021, Presiden Joko Widodo bertemu dengan lima gubernur untuk penerapan PPKM mikro
ini. Salah satunya adalah Gubernur Anies Baswedan. PPKM Mikro mewajibkan semua daerah sampai level
unit terkecil, yakni kampung, desa, RT dan RW, untuk membentuk pos komando (posko) penanganan Covid-
19.
Aturan ini berlaku mulai 9-22 Februari 2021, kemudian diperpanjang 23 Februari-8 Maret 2021; 9-22 Maret
2021; 23 Maret-5 April 2021; 6-19 April 2021; 20 April-3 Mei 2021; 4-17 Mei 2021; 18-31 Mei 2021; 1-14
Juni 2021; 15-28 Juni 2021.
PPKM Darurat
Berbagai pihak sudah mendesak Gubernur Anies Baswedan untuk segera menarik rem darurat karena
lonjakan kasus Covid-19 tajam di Jakarta. Akhirnya pada Kamis 1 Juli, 2021, Presiden Jokowi
mengumumkan PPKM Darurat pada pulau Jawa-Bali dalam periode 3-20 Juli 2021.
Peraturan dalam kebijakan ini lebih ketat ketimbang kebijakan-kebijakan sebelumnya. Meskipun begitu,
kasus Covid-19 di DKI Jakarta masih melonjak tajam dalam 10 hari penerapan PPKM Darurat. Maka dari itu
muncul wacana perpanjangan sampai 6 minggu.